"Ma, aku sudah ditagih lagi sama pemilik tempat kos. Kalau sampai Minggu ini tidak dibayar dengan bulan yang kemarin. Aku bakal diusir dari sini sama pemilik kos ini, Ma." Kiran menelepon orang tuanya guna menanyakan uang kiriman untuk biaya hidup dan biaya sewa kamar kos pasalnya dia sudah tidak bisa lagi mengharapkan dan mengandalkan uang dari kiriman Om Farhan nya karena memang Om nya itu sudah tidak lagi mengirimkan uang ke rekening miliknya. Farhan sendiri yang memergoki isi chat yabg dikirimkan oleh Kiran pada Alina putrinya. Isi chat yang berupa ancaman agar Alina menyediakan sejumlah uang yang ia minta padahal sebelumnya Farhan sendiri sudah mengirimkan uang yang jumlahnya sama besar dengan yang Farhan kirimkan untuk putrinya. Terlebih lagi ada asuhan lebih tepatnya cerita yang keluar dari penuturan putrinya tentang bagaimana perangai buruk Kiran selama mereka berada di tempat yang sama. Cerita dari Alina tentu saja membuat murka Marwah sebagai seorang ibu terlebih sedari kec
"Mi, ini teman aku yang aku ceritakan sama Mami." Clara membawa masuk temannya itu ke dalam rumah besar yang ternyata di dalamnya ada semacam kafe yang lebih tepatnya mirip dengan sebuah tempat hiburan malam. Bangunan lantai dua tersebut di bagian lantai bawahnya di fungsikan sebagai kafe dan lantai duanya nampak pintu-pintu kamar yang berjejer rapi. Clara membawa Karin ke lantai bawah tekatnya di ruangan yang letaknya berada di sudut dan di bawah tangga untuk menuju lantai dua."Kiran." Kiran memperkenalkan diri pada wanita yang usianya nampak berbeda dengan riasan wajahnya. Mami adalah sapaan yang kerap dilontarkan oleh orang-orang di sekelilingnya sekaligus para pegawai dan pelanggan yang sering datang ke tempatnya."Kamu bisa panggil saya Mami sama seperti Clara panggil Mami." Wanita dengan panggilan Mami tersebut mempersiapkan kedua wanita muda yang baru saja sampai di tempatnya itu untuk duduk di atas sofa yang telah disediakan."Iya, Mi.""Kamu sudah punya pengalaman?" Perempu
"Ra, gak salah ini?" Kiran berbisik pada telinga sahabatnya itu. Keempat orang dewasa itu kini telah berada di dalam sebuah mobil sport berwarna hitam yang dikendarai oleh pasangan Clara. Sementara pria yang akan menjadi pasangan Kiran berada di sisi kiri jok kemudi. Alunan musik member samai perjalanan mereka kali ini. "Salah apanya maksud kamu, Ran?" Clara menautkan alisnya karena pertanyaan yang diajukan oleh Kiran kepadanya."Masa iya lagi-lagi pria tua yang harus aku temani," protes Kiran karena apa yang dibawa oleh Clara tidak sesuai dengan yang ada di pikirannya juga dengan keinginannya.Keduanya masih pada posisi sama-sama saling berbisik namun tetap menjaga perasaan dua pria dewasa yang ada di depan mereka."Kamu itu, ya," celetuk Clara sedikit gemas dengan tingkah lawannya itu."Kerjaan seperti kita ini gak bisa seenaknya pilih-pilih sesuai keinginan kita. Kamu harus bisa menerima apa yang ada di depan kamu itu kalau kamu dapat job yang pastinya menghasilkan cuan. Justru me
"Kiran, ada yang nungguin kamu. Segera kamu berangkat ke tempat Mami." Sebuah nomer baru masuk pada aplikasi perpesanan pada layar ponsel milik Kiran. Ya, sudah satu hari gadis itu izin pada Mami Mawar melalui temannya dengan alasan istirahat.Kiran yang baru saja keluar dari kamar mandi kosnya. Sudah seharian kemarin ia beristirahat dan memanjakan diri di tempat spa membuat badannya kini kembali menjadi lebih bugar dan kulitnya pun nampak kembali bersinar.Benar memang, jika ada uang di tangan apapun bisa ia dapatkan, apa yang ia kehendaki bisa diwujudkan. Tidak sia-sia dirinya mengorbankan kuliahnya demi bisa mendapatkan pundi-pundi rupiah dengan mudahnya.Dengan rambut yang terlilit handuk berwarna putih yang bertengger di atas kepalanya. Kiran segera mendekati arah meja rias yang berada di sudut ruangan kamarnya.Kursi kecil yang berada di bawah meja ia tarik keluar dan kemudian ia menjatuhkan bokongnya di atas sana. Tangan kanannya meraih benda pipih itu dan kemudian ia mengecek
"Halo, Iya ... Ma ada apa?" Arif yang ketika itu sedang ada di luar rumah, lebih tepatnya, ia sedang berkumpul dengan kawan-kawannya di warung kopi kampung tetangga mendapatkan panggilan telepon dari Nurmala." ... " Suara Nurmala yang ada di seberang terdengar tidak jelas akibat tempat keberadaannya itu ramai orang-orang sedang bercanda gurau."Apa?" Suara Arif mendadak naik beberapa oktaf yang menyebabkan dirinya mendadak menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di warung tersebut. Melihat ekspresi dari orang-orang disekitarnya membuat uat Arif kemudian berpindah tempat. Ia mencari tempat yang agak jauh tentunya yang tidak ada suara bising sehingga ia bisa mendengar suara istrinya lebih jelas."Kamu tadi ngomong apa, Ma? Gak jelas soalnya di sini rame tempatnya." Arif meminta pada istrinya untuk mengulang kembali perkataannya yang belum jelas ia dengar.Dari ujung telepon Nurmala menghela napasnya. Rasa campur aduk sendang menguasai hati dan pikirannya antara rasa khawatir dtju
Jerit histeris terdengar keluar dari mulut Nurmala Kaka mendapati putra semata wayangnya itu tengah tersungkur di atas lantai dengan tangan yang terikat dan juga babak belur di beberapa bagian wajahnya.Kevin anak Nurmala itu sedang kedapatan oleh suami dari perempuan yang menjadi teman kencannya merupakan seorang security sebuah perusahaan yang mana ia pulang ke rumah yang di tempatinya dengan sang istri adalah satu Minggu sekali. Oleh karena itulah Kevin dan istri dari oknum tersebut mengambil kesempatan untuk memadu kasih. Bukan kali pertama mereka melakukan hal yang terlarang tersebut, hanya saja mungkin itu adalah hari dan waktu yang tepat untuk memberikan rasa jera bagi keduanya."Kevin ...!" Nurmala segera berlari menuju putranya yang sudah tidak berdaya itu. Sementara perempuan istri orang yang sudah ia kencani itu terduduk lemas di dekat kekasih gelapnya. Kedua pasangan tidak senonoh itu mendapatkan bogem mentah dari suami si perempuan yang ternyata bernama Sinta. Sementara D
Ting! Sebuah notifikasi pesan masuk pada ponsel milik Marwah. "Wah, kamu sudah dengar kabar belum?" Pesan yang dikirim oleh Rina itu langsung dibaca oleh Marwah."Kabar apa Mbak Rina?" Marwah mengirimkan balasan berupa pertanyaan pada Rina. "Memangnya kamu beneran belum tahu? Kabar tentang keluarga kakak iparmu." Lagi Rina segera mengirimkan pesan pada mantan tetangganya itu."Mbak Nur maksudnya Mbak Rina?""Iya, Nurmala siapa lagi memangnya kakak ipar kamu itu.""Apa si Reihan juga gak ngasih kabar? Mungkin dikirim ke ponsel si Farhan?"Pesan beruntun di kirim oleh Rina."Belum ada Mbak. Mas Farhan juga gak bilang apa-apa.""Itu si Kevin anaknya Nurmala sudah dinikahkan sama istri orang." Marwah menutup mulutnya membaca pesan yang baru saja ia terima itu. Tentu saja ia kaget dengan kabar yang baru saja disampaikan oleh Rina.Tuuttt.Pesan WhatsApp tiba-tiba berubah menjadi panggilan suara."Assalamualaikum Mbak Rina." Sapa Marwah mendahului."Waalaikumsalam iya, Wa." "Mbak bener
"Sinta, anakmu gak bisa diam apa? Rewel terus bikin pusing kepala!" sentak Nurmala kepada menantu barunya. Nurmala yang ketika ibu merekap barang dagangan yang harus diisi lagi ke dalam tokonya tidak bisa konsentrasi karena anak dari menantunya itu sedari pagi sudah rewel dan bikin ribut rumah tersebut.Sinta segera berlari dari arah dapur usai mencuci tangannya yang penuh dengan busa sabun. Sinta sedang mencuci baju semua penghuni rumah tersebut."Iya, Ma maaf." Sinta masuk ke dalam bilik kamarnya dan mendapati putra kecilnya itu terbangun usai dia berusaha menidurkan kembali agar dirinya bisa segera menyelesaikan pekerjaan rumah.Dua Minggu Sinta menjadi menantu di rumah mertuanya. Sinta merasa bagai seorang babu. Ia diperlakukan layaknya seorang pembantu baik dari mertua maupun iparnya. Hanya Kevin saja yang sesekali perhatian kepadanya. Selebihnya ia merasa bagai orang asing di rumah tersebut.Menyesal pun sudah tidak ada gunanya.Andai dulu ia tetap teguh pada pendirian. Setia h