Home / Romansa / Bahagia Usai Bercerai / Di Luar Prediksi!

Share

Di Luar Prediksi!

Author: Melisristi
last update Last Updated: 2024-10-18 08:13:47

“Lukamu cukup dalam Nona, jadi pantas saja darahnya terus keluar.”

Kirana menatap seorang wanita yang saat ini sedang menutupi lukanya dengan kasa. Setelah diberi obat kini lututnya diperban.

“Sudah selesai, sekarang darahnya tidak akan keluar lagi,” ucap wanita itu yang belum diketahui namanya. 

Kirana tersenyum tipis. “Terima kasih Mbak, dan umm … maaf telah merepotkan Anda.”

“Tidak usah berterima kasih, ini semua kan atas perintah Tuan Arion. Sudah menjadi tugas saya menuruti perintahnya.” Kirana tersenyum mengangguk, memang semua ini terjadi atas kebaikan Arion padanya. Padahal sebelumnya ia sudah menolak untuk disembuhkan namun karena Arion yang kala itu memaksa membuat Kirana mau tak mau menurut. Dan di sinilah ia berada, di rumah kediaman Tuan Hengkara.

“Apa sekarang saya boleh pulang? Saya merasa tidak pantas menginjakkan kaki di sini. Apalagi saya bukan siapa-siapanya Tuan. Jadi tak enak,” ucap Kirana sembari celingak-celinguk. Diruangan ini memang hanya ada dirinya dan wanita itu membuat Kirana merasa aman jikalau ia pulang dalam keadaan sepi begini. 

“Lebih baik tunggu dulu, Nona. Takutnya Tuan mencari Anda.”

Kirana terkekeh kecil. “wanita seperti saya siapa yang akan mencari, Mbak. Hanya orang-orang terpenting yang Tuan cari.” Kirana tersenyum kecut, ya, siapa pula yang akan peduli padanya? Selain karena rasa kasihan yang mengantarkannya ke sini. Orang-orang melihatnya memang seperti itu. Kasihan dan kasihan. 

Namun, hal itu sudah tidak aneh bagi Kirana, karena nyatanya selama ia hidup ia hanya mengandalkan belas kasihan dari orang lain. Namun sekarang sudah cukup! Ia tidak boleh hidup atas dasar bantuan orang lain! Ia harus hidup mandiri, berdiri sendiri dan berjuang sendiri! Ya, sekarang ia harus membawa perubahan pada dirinya sendiri. 

“Nah, itu Tuan muda!” Ucapan wanita itu sukses membuat Kirana beranjak dari duduknya, ia menoleh ke belakang yang mana ada Arion di sana. Benar, dia menuju ke sini! 

Kirana gugup, meremas jari-jemarinya. Penampilan Arion kali ini benar-benar berubah total. Bukan lagi pakaian satpam dengan alat-alat yang tersimpan, melainkan pakaian mewah yang terlihat bermerek wah. 

“Bagaimana sekarang? Sudah diobati?” tanya Arion melirik pada wanita yang tadi bersama Kirana. Pandangan matanya mengarah pada lutut Kirana yang sudah diperban. 

“Sudah Tuan Muda.”

“Baiklah, kau boleh pergi.” Wanita itu sedikit membungkuk, setelahnya pergi sesuai perintah Tuannya. Namun berbeda dengan Kirana, mendadak jantungnya berdegup sangat cepat, menjadi patung yang tak bergerak sedikit pun . Situasi ini benar-benar membuatnya tak berkutik! Bagaimana akan tenang jika ia ditinggalkan berdua dalam satu ruangan? Jelas membuat hatinya resah. 

“Kau punya rumah?” Pertanyaan Arion berhasil membuat Kirana mendongak, untuk sekian kali matanya kembali bersibubruk dengan manik hitam legam itu, namun dengan cepat Kirana memalingkan wajahnya dengan gugup. 

“Em … saya—saya—-”

“Maaf sebelumnya telah mendengar semuanya, tapi ….”

“Tidak apa-apa Tuan, lagipula semuanya sudah terjadi,” ucap Kirana cepat, ia sudah menduga Arion pasti tau mengenai permasalahan dirinya dengan Aditya, toh dia berdiam diri sebagai seorang petugas satpam, tak memungkinkan jika dia tahu mengenai perceraian itu. 

“Terima kasih sebelumnya, ini kedua kalinya Tuan membantu saya. Tapi sekarang saya harus pergi, ada sesuatu yang harus saya urus Tuan.” Masih menunduk, Kirana berucap tanpa berani menatap wajahnya Arion. 

“Tidak usah mengucap terimakasih, memang sudah seharusnya manusia membantu manusia yang lain. Mengenai kau pulang … salah satu sopir kami akan mengantarmu.”

“Tidak Tuan, jangan!” Kirana langsung mendongak, menggeleng untuk menerima bantuan yang ketiga kalinya. 

“Tidak usah, saya bisa pulang sendiri Tuan. Lagipula dekat kok.” Benar-benar menolak, Kirana tidak ingin merepotkan orang lain. 

“Beneran?” Arion menaikan satu alisnya, entah kenapa dimata Kirana hal itu cukup menggemaskan. Ish! Kirana menggeleng kecil, semenjak bertemu dengan pria seperti Arion hatinya mendesir tak karuan. Dia terlalu tampan untuk dirinya yang jelek. 

“I--iya, beneran Tuan. Saya bisa sendiri,” ucap Kirana tersenyum kecil. 

“Tapi ini sudah malam, tidak baik untuk perempuan keluar malam-malam sendirian.”

“Tidak apa-apa, karena saya sudah biasa.” Untuk kedua kalinya ia tersenyum canggung, menolak dengan halus. 

Arion terdiam sejenak, namun kemudian mengangguk mengiyakan. “baiklah jika kau memang punya rumah. Saya kira setelah permasalahan itu kau diusir, jadinya saya berniat untuk menawarkan bantuan.”

Kirana hanya tersenyum kecil, benar-benar! Jantungnya tidak bisa dikondisikan, makin mendesir tak karuan. Hal inilah yang membuat Kirana ingin cepat-cepat pergi. 

“Kalau begitu saya pamit pulang, Tuan. Permisi,” ucapnya lantas melewati Arion. 

“Tunggu sebentar!” Arion menghentikan langkah Kirana, pria dewasa itu berdiri tepat di hadapan Kirana. “ini untukmu, hanya untuk berjaga-jaga,” ucapnya sembari menyodorkan amplop bewarna cokelat.

Kirana melotot, dengan cepat menggeleng sebagai tanda penolakan. Ia tahu isinya, pasti uang merah yang Arion sisihkan untuknya. Ya ampun … hal ini semakin membuat Kirana tak enak. Pasalnya Arion terlalu baik terhadapnya padahal baru kenal juga. 

“Tidak Tuan, ambil kembali saja, saya tidak membutuhkannya,” tolak Kirana. Bohong, sejujurnya ia membutuhkan uang itu tapi … ya sudahlah ia juga malu untuk menerimanya. 

“Kau akan membutuhkannya, ambil saja.” Arion tetap menyodorkan amplop cokelat itu, semakin membuat Kirana tak enak hati dalam menerimanya. 

“Kirana? Nama kamu Kirana kan?”

“I--iya Tuan.” 

“Ya kalau gitu ambil,” ucapnya lagi. 

Kirana menelan salivanya pelan. Benar-benar bingung. Di sisi lain ia memang membutuhkannya namun di sisi lain pula ia merasa sungkan untuk menerimanya. Jadi? Apa ia terima saja uang dari Arion? 

“Ambil! Ini akan menjadi hal yang kamu butuhkan dikemudian hari.” Arion menarik lengan Kirana yang terdiam bak patung. Pria itu menyimpan amplop tersebut di telapak tangannya. 

Kirana tersentak, melihat amplopnya yang sudah ada ditangannya saja. 

“Buka dan lihatlah,” ucap Arion. Dengan ragu Kirana menatap amplop cokelat tersebut, membukanya untuk melihat isinya. Walau ragu namun tak ayal ia membukanya sebab penasaran. 

Pelan namun pasti, Kirana membuka amplop tersebut dan mengeluarkan isinya. Dan tepat saat barang itu keluar mata Kirana melotot terkejut. 

Ini ….

Ini bukan uang! Melainkan ….

“Jika nanti ada berandalan atau preman, kau gunakan alat ini untuk memukulnya ya?” ucap Arion setelah Kirana menatap cengo isinya. Diluar prediksi BMKG! Yang dikira uang ternyata hanya berisi alat pelindung diri? 

Related chapters

  • Bahagia Usai Bercerai   Dipertemukan Kembali

    Kirana menarik napas dalam-dalam, bercandaan Arion cukup membuatnya setengah kesal. Aish! Salah sendiri kenapa terlalu berharap bahwa isinya adalah uang? Dasar matre! Arion tertawa renyah, ia menggelengkan kepalanya sedikit. “Saya bercanda, yang aslinya ini,” ucapnya kembali menyodorkan amplop cokelat. Kali ini isinya benar-benar uang. “ambil ya,” ucapnya lagi sembari menyimpan amplop tersebut ditelapak tangan Kirana. Kirana melirik, ada hal aneh yang justru ia pikirkan saat ini. Sikap Arion padanya kenapa begitu ramah? Sungguh, bukankah keduanya baru bertemu? Kenapa terasa aneh begini? Atau jangan-jangan ada sesuatu yang disembunyikan? Mengenai kebaikan Arion padanya? Kirana hendak menjawab namun tiba-tiba suara dering ponsel terdengar. Menyadari bawah itu milik Arion pria itu lantas melirik Kirana. “Jika kau ingin pergi pergilah. Nanti saya akan menyuruh salah satu pelayan untuk mengantarkanmu sampai ke pintu depan.” Arion pergi begitu saja setelah menerima telpon, benar-benar s

    Last Updated : 2024-10-18
  • Bahagia Usai Bercerai   Balik Lagi

    “Jika kau ingin pergi pergilah. Nanti saya akan menyuruh salah satu pelayan untuk mengantarkanmu sampai ke pintu depan." Arion berlalu meninggalkan Kirana begitu saja, namun tanpa Kirana ketahui bahwa pria itu diam-diam bersembunyi dibilik pintu yang tak jauh darinya. “Antarkan dia sampai ke pintu utama, setelahnya kau boleh pergi,” ucap Arion pada salah satu pelayan yang sudah ia suruh. “Baik Tuan.” Pelayan wanita itu sedikit membungkuk kemudian melenggang pergi menemui Kirana. Dalam pandangan yang tak pernah lepas dalam menatap Kirana, Arion menghubungi seseorang. “Ikuti gadis yang saya suruh. Ingat, jangan melakukan apapun selain sebuah kabar mengenai dirinya. Dan jangan lupa cari informasi mengenai dirinya!” ucap Arion di telpon, menatap Kirana yang sudah pergi menjauh. “Kau melupakan aku, Kiran …,” ucapnya lirih sebelum kemudian melenggang pergi meninggalkan ruangan tersebut. ***“Apa yang kau katakan? Oma tidak ada?” ucap Arion dengan raut gusar. Setelah beberapa menit dis

    Last Updated : 2024-11-04
  • Bahagia Usai Bercerai   Dia Kirana, Si Kembang Desa

    Kirana tersenyum canggung, ia menggaruk pangkal hidungnya. Tak berani menatap Arion maupun Tyas, Kirana hanya diam dengan perasaan malu. “Kamu sudah kenal juga dengan Kirana, Rion? Kenapa enggak bilang Oma?” “Aku sudah mengenalnya Oma, tapi dianya saja yang enggak kenal aku,” celetuk Arion tanpa disadari Kirana. Perempuan itu mendengar namun tidak mampu Kirana pahami maksudnya. “Ah maksudku, baru saja. Baru saja kami saling kenal,” ucap Arion membenarkan. Dalam diam Arion menatap Kirana, namun tanpa sengaja justru tatapan keduanya bertemu. Kirana dengan malunya langsung menunduk. Pipinya memerah merona dilihat seperti itu. “Ya sudah kalo kalian sudah kenal sebelumnya, biarkan dia masuk, kasihan!” ucap Tyas. Tyas menarik lengan Kirana, ia tersenyum tipis. “Kiran, ayo masuk!”“Tapi Oma—”“Nggak ada tapi-tapian! Percaya sama Oma nggak bakal ada yang nyakitin kamu di sini, nggak usah takut.”Kirana melirik sekilas pada Arion, bukan tidak ingin hanya saja ia merasa tak enak dengan pr

    Last Updated : 2024-11-04
  • Bahagia Usai Bercerai   Kecantikan Yang Tersembunyi

    “Oma jangan banyak-banyak, Kiran nggak biasa pakai beginian,” ucap Kirana menolak saat Tyas merias wajahnya. “udah malam juga Oma, waktunya tidur,” lanjutnya.“Baru juga jam setengah sepuluh, kamu diem dulu Kiran, setelah dirias kamu bakal cantik deh!” ucap Tyas antusias. Wanita berumur ini benar-benar membuat Kirana kewalahan. Sudah malam juga bukannya tidur wanita itu justru mendatangi kamarnya, mengatakan bahwa Kirana harus ikut makan malam dulu. Ya, setelah berbincang sebentar dengan Arion tadi di luar, wanita itu membawa Kirana ke sebuah kamar. Katanya kamar itu akan dirinya tempati. Tak enak rasanya, namun Tyas mengatakan hanya untuk sementara waktu, dirinya harus tinggal di sini selagi belum mempunyai rumah sendiri. Kirana pasrah, ia menurut pada Tyas saja. Toh ia sudah dibantu juga bukan? Tak mungkin jika ia membalas dengan penolakan. “Pakai ini ya? Oma keluar dulu,” ucap Tyas kala itu, meminta Kirana memakai baju dress sebawah lutut dengan lengan pendek. Dress itu indah,

    Last Updated : 2024-11-05
  • Bahagia Usai Bercerai   Berbohong

    Kirana merebahkan dirinya di atas kasur besar. Rasa lelah seakan hilang bersamaan matanya yang terpejam. Beban berat yang ia pikul sendiri seakan terlepas seiring mata itu yang mulai mengantuk. Namun anehnya ia belum bisa tidur, pikirannya teringat akan ucapan Arion beberapa menit yang lalu. . “Tuan, kenapa harus berbohong? Tuan sudah tau kan kalau saya sudah menikah?” tanya Kirana saat itu. Ia memberanikan diri bertanya setelah acara makan malam selesai. Untungnya Tyas sudah pergi hal itu dijadikan kesempatan Kirana untuk bertanya. “Tapi sekarang sudah cerai bukan? Jadi, tidak masalah bukan?” Arion balik bertanya. “Memang Tuan, kami sudah cerai tapi—”“Kalau begitu tidak apa-apa. Oma tidak akan tau mengenai kamu sudah menikah. Kecuali kalau kamu hamil dan punya anak baru dia akan tau kalau kamu sudah menikah,” tutur Arion. “atau katakan saja, sejauh mana kamu berhubungan dengan mantan suami kamu? Apa kalian mempunyai seorang anak dari dia?” Kirana terdiam. Jangankan punya anak di

    Last Updated : 2024-11-06
  • Bahagia Usai Bercerai   Hanya Memanfaatkan

    Ah, mengingat akan Aditya, Kirana jadi teringat akan Ibu Aditya. Bagaimana keadaan ia sekarang? Apa sudah makan atau belum? Apa Aditya mengurusnya atau tidak? Karena biasanya hanya dirinya sajalah yang mengurus perempuan itu. Penyakit stroke yang diderita Ibu Aditya membuat rasa khawatir hinggap didalam hati Kirana. Jika bukan ia yang selama ini menjaga serta mengurus lalu siapa lagi? Mendadak pikiran Kirana benar-benar terganggu. Mengenai Ibu Aditya ia akan menjenguknya siang ini. Tidak apa, siang ini Aditya pasti akan pergi kerja menjadikan rumah akan sepi selain Ibu Aditya saja. Namun, tanpa Kirana sedari di tempat lain… Plak! Sebuah tamparan keras didapat Aditya kala seorang perempuan menatapnya dengan amarah memuncak. “B0doh kamu, Adi! Ibu sudah bilang untuk tidak menceraikan Kirana! Tapi apa? Kamu malah menceraikannya hah?!” Amarah itu berkobar, menatap marah pada anaknya. Tidak marah bagaimana? Setelah mendengar pengakuan sang putra akan penceraian itu membuat Ningsih mara

    Last Updated : 2024-11-06
  • Bahagia Usai Bercerai   Menjadi Pacar Pura-pura Arion

    “Lihat tuh istri orang, mereka cantik, kulitnya putih, bersih, enak dipandang lagi. Sedang kamu? Kamu nggak malu apa wajah kusam gitu? Pake lipstik-lipstik kek, biar tuh bibir nggak pucet! Malu, Kiran, aku malu punya istri kayak kamu!”Kirana menunduk dalam-dalam saat lontaran berupa hinaan itu tersemat dibibir Aditya. Matanya berkaca-kaca. “Gaji yang aku beri emang nggak cukup buat kamu perawatan, hah? Atau kamu pake buat hal yang nggak jelas?” ucapnya masih berlanjut. “Pake baju udah kayak pembantu! Longgar, bolong-bolong, kumel lagi! Nggak sadar diri!”Untuk sekian kali ucapan Aditya begitu nyelekit dalam sanubarinya. Amat sakit. Kirana hendak menyangkal namun Aditya seakan tak mengizinkannya untuk membuka suara. “Gadis kampung kodratnya memang seperti ini ya? Gak bisa dandan, bisanya cuman borosin uang!” Aditya jengah melihat istrinya sendiri, dengan cepat ia masuk ke dalam mobil. “Mas, bekal makannya!” Walau setiap hari tak lepas dari hinaan suami, namun tak memungkinkan untuk

    Last Updated : 2024-11-06
  • Bahagia Usai Bercerai   Teman Masa Kecil

    Satu hal yang tidak pernah Kirana pikirkan adalah kehidupan yang membawanya pada takdir tak terduga. Ia kira hidup setelah diceraikan akan menderita, atau mungkin menjadi gelandangan tersebab tidak punya siapa-siapa. Namun semuanya terbalik, justru ia dipertemukan dengan orang baik yang mau menampung dirinya untuk tinggal. Seperti sekarang, Tyas tetap bersi kukuh meminta dirinya untuk menjadi pacar pura-pura Arion. Dengan imbalan dibayar 10 juta plus tetap tinggal di rumahnya. Menolaknya? Sepertinya tidak bisa, terbukti dari Tyas yang membawanya ke meja rias. Kembali dirias oleh wanita itu, Kirana dibuat cantik bak bidadari. ***Kirana duduk di kursi sofa atas perintah Tyas, katanya sekarang tinggal menunggu Arion yang belum selesai bersiap. Benar-benar dag dig dug, Kirana gugup dengan isi hatinya yang berdetak tak karuan. “Kamu yang tenang aja, santai aja,” ucap Tyas menenangkan. Walau begitu tetap saja Kirana tidak bisa tenang. Dari atas tangga suara langkah kaki terdengar. Perp

    Last Updated : 2024-11-07

Latest chapter

  • Bahagia Usai Bercerai   Hamil

    “Mas ini… ?”Kirana terperangah, ia tatap Arion dengan raut tidak percaya. Memberi kejelasan pada apa yang ia lihat dari ponsel Arion. Namun, seulas senyum hangat ia tujukan setelah melihat kembali wallpaper itu. “Ternyata Mas Ar diam-diam suka ambil foto Kiran ya?” ucap Kirana menatap foto yang menunjukkan dirinya sewaktu kecil. Wallpaper utama di ponsel Arion adalah dirinya, dan ia cukup terkejut akan hal itu. Sekarang Kirana percaya bahwa Arion memang benar-benar mencintainya. Tak hanya sebagian ucapan saja, melainkan memang benar-benar mencintainya. Kirana segera memeluk Arion dari samping, dan hal itu cukup terkejut untuk Arion. “Terima kasih ya, Mas. Makasih udah cinta sama Kiran, makasih udah ngertiin Kiran, makasih untuk ketulusan Mas dalam hubungan ini.”Usapan halus dirasa Kirana saat Arion mengusap rambutnya lembut. Arion tersenyum, kemudian ia cium ubun-ubun Kirana dengan gerakan pelan. “Semoga sampai di 7 kelahiran pun, kita tetap bersama-sama seperti inj. Dan semog

  • Bahagia Usai Bercerai   Pulang Ke Jakarta

    “Apa kamu tidak lelah Mas? Ada seseorang yang menunggumu di atas ranjang, tapi kau malah mencari ranjang hangat di orang lain,” ucap Kirana. Bertambah kerutan dikening Arion, pria itu menarik pelan bahu sang istri. “Apa maksudmu, Kiran? Kau menuduhku telah berselingkuh?”Kirana terdiam, bibirnya cemberut. Memalingkan wajah ke arah lain, Kirana justru ditarik oleh tangan Arion agar menatapnya. “Sudah berapa kali Mas bilang, cuma kamu wanita yang sekarang Mas cintai. Kenapa masih meragukannya?”“Aku nggak ragu! Hanya saja … seharian ini Mas memilih bersama Syera ketimbang istri sendiri. Wajar kan aku curiga?” Kirana membuang muka, bertambah cemberut lah bibirnya akan hal itu. Arion terkekeh. Melihat sisi kiri-kanan yang cukup masih ramai bisingnya orang-orang membuat Arion mengangkat Kirana ala koala, membawanya ke kamar agar leluasa berbicara satu-sama lain. Sedang perempuan itu terkejut, dengan cepat mengeratkan dalam memeluk leher Arion. “Tidak kusangka, seorang Kirana juga bisa

  • Bahagia Usai Bercerai   Posesif Kirana

    “Hendra? Kau di sini? Di mana Mas Arion?” tanya Kirana sehabis pulang dari sungai. Wanita itu memilih pulang ke penginapan, beristirahat dan tidur mungkin. “Tuan sedang ada urusan Nona, saya ditugaskan untuk menjaga Anda di luar sini.”Cih! Ada urusan? Dengan Syera maksdunya? “Oh.” Hanya itu yang keluar dibibirnya, Kirana memilih bodo amat dan masuk ke dalam penginapan. Hendra menatap cengo atas sikap yang ditujukan Kirana. Hanya oh? [Tuan, Nona sudah pulang barusan. Dia menanyakan Anda di mana, saya jawab sedang ada urusan. Tapi, Nona terlihat acuh tak acuh.]Hendra mengirimkan pesan tersebut pada Arion. Sebelum benar-benar berjaga di sini Hendra memang diperintahkan Arion untuk mengabari mengenai istrinya itu. Tadi saat Hendra ke sini ia mendapati kabar bahwa Kirana tidak ada dipenginapan, hal itu membuatnya berkabar pada Arion. Namun jawaban Arion cukup jelas, kabari jika Kirana sudah pulang. Untuk itulah Hendra langsung mengabari Arion mengenai kepulangan Kirana. [Kau tidak

  • Bahagia Usai Bercerai   Rencana Kirana

    “Katakan, ada hal apa yang ingin kamu bicarakan, Ray?” tanya Kirana menghela napas panjang. Sorot matanya menatap sungai yang tampak jernih. Setelah mendengar ucapan Rayyan barusan membuat Kirana mengurungkan niat untuk pergi. Mengenai Arion, pria itu cukup membuatnya kecewa. “Kiran, kamu ingat saat kita berumur 10 tahun tidak? Saat kita masih bersama-sama? Saat keluarga kita masih lengkap? Saat di mana aku menyatakan perasaan dan berjanji akan menikahimu kelak dewasa nanti? Kamu masih ingat?” tanya Rayyan. Kirana terdiam, tidak mungkin tidak ia lupakan kenangan terdahulu. Walau sudah lama tertinggal namun kenangan yang ada di desa tidak akan pernah ia bisa lupakan. “Heeum, aku masih mengingatnya.”Rayyan tersenyum tipis. “Aku ingin menepatinya, pada Bapak, pada Ibu, dan pada kamu. Aku ingin menepati janji itu. Tapi … aku tak menyangka kalau ternyata kamu sudah menikah.” Rayyan menghela napas panjang, ada rasa sesak yang tidak bisa ia jelaskan. Orang yang ia cintai sudah menikah.

  • Bahagia Usai Bercerai   Morning Kiss Untuk Kirana

    “Morning kiss.”Cup! Mata Kirana mengerjap saat bibirnya merasakan kenyalan halus. Perempuan itu membuka mata mendapati sosok suami yang ada di depan wajahnya. Langsung terkejut, hal itu membuat Arion tertawa lucu. “Udah bangun?”“Mas?”Untuk sekali lagi Arion mencium Kirana, namun kali ini tidak di bibir melainkan di kedua pipi Kirana.Pipi Kirana bersemu merah, mendadak malu saat ia rasakan kenyalan lembut yang menempel cukup lama. Aih, baru saja kemarin malam keduanya melakukan hak suami-istri, pagi ini Kirana dibuat meremang kembali oleh tingkahnya yang kelewat batas ini. “Mas, aku belum mandi. Mas udah mandi aja,” ucap Kirana merasa malu. Harum maskulin Arion memenuhi indra penciumannya, apalagi rambut basah Arion yang menyentuh kulitnya. Bertambah dag dig dug lah jantungnya akan hal ini. “Nggak papa, Mas suka.”Kirana menggigit bibir bawahnya, aneh, padahal Arion tipekal laki-laki yang suka bersih, rapi dan jelas wangi. Tapi malam itu dan sekarang, suaminya ini seakan tak me

  • Bahagia Usai Bercerai   Akhirnya...

    “Sentuh aku jika kamu mencintai aku, Mas,” kata Kirana sekali lagi. “namun jika dalam lima menit ini kau tak mampu untuk melakukannya … silahkan ceraikan aku!”Kirana terkekeh kembali, baiklah. Melihat keterdiaman seperti ini membuatnya tau akan jawaban Arion. Kirana hendak melangkah pergi namun tiba-tiba… Sreg! Kirana melotot terkejut saat sisi pinggangnya Arion tarik dalam sekali tarikan. Refleks dada Kirana terbentur halus dengan dada Arion. Mendadak mati kutu, Kirana dibuat jantungkan akan Arion yang menatapnya penuh dalam. “Mas….” “Jadi, ini pilihan kamu?” tanya Arion. “kalau begitu aku akan menjawab pilihanku juga Kirana….” Arion merapatkan tubuhnya, membisik tepat di telinga Kirana. “Kamu ingin memiliki anak berapa? Satu, dua? Lima atau sepuluh?”Deg! “Mas!” Kirana refleks mendorong dada Arion, namun tenaga Arion yang menahannya cukup keras membuat Kirana tidak bisa melerai pelukan itu. “Kenapa? Kamu bilang kalau aku menyentuhmu … artinya aku mencintai kamu, kan? Lalu

  • Bahagia Usai Bercerai   Dua Pilihan Arion

    “Kiran? Aku menyukaimu!” teriak Rayyan mengundang tatapan mata. Pria itu terkekeh melihat raut wajah Kirana yang berubah terkejut. Kirana menggeleng, tangannya berkacak pinggang. Di hadapan Bapak, Ibunya, di hadapan temannya, Rayyan yang saat itu berumur 10 tahun secara terang-terangan mengungkapkan perasaannya. Hal itu jelas saja membuat orang-orang yang mendengarnya tertawa. Anak yang baru berumur 10 tahun tau apa soal cinta coba? Memang dasarnya anak zaman sekarang, tidak kenal umur. “Belajar yang bener dulu! Kalo udah dewasa dan jadi orang sukses baru bisa menikah dengan anak Bapak,” ucap Hamza. “Kamu ini Ray, masih kecil udah main cinta-cintaan!” Surya—Ayahnya Ray ikut menyahut. Tertawa menggeleng atas tingkah putranya itu. “Ya emangnya kenapa kalau Ray suka sama Kiran?”“Gak ada yang salah, yang salah kamu masih kecil. Sangat kecil,” ucap Surya membenarkan. “Heeum, perasaan baru kemarin kan Ray disunatan? Udah mikirin cinta.” Gelak tawa terdengar saat Hamza berkata demikia

  • Bahagia Usai Bercerai   Sebuah Janji

    “Penginapannya memang ada segini, Pak. Yang lain sudah penuh, karena kebetulan banyak dari kota yang datang ke sini,” ucap Syera memperjelaskan. “Penginapan ini milik Rayyan?” tanyanya. Seketika Kirana yang ada di samping melirik. “Iya, semua penginapan sini memang milik Pak Rayyan,” balas Syera. “tapi kalau Bapak mau menginap di rumah saya—”“Saya tidak akan pernah mau menginap di rumah Syera! Bagaimana pun keadaannya!” ucap Kirana memotong. Wajahnya menjadi datar, apa-apaan maksudnya coba? Menginap di rumahnya? Hah, bilang saja mau menggoda suaminya kan? “Tapi ini pemiliknya Rayyan, Kiran.”“Terus? Apa masalahnya? Mas tetep milih menginap di rumah Syera?”Arion bukannya ingin hanya saja ia tak terima jika harus bermalam di rumah penginapan. Mana milik Rayyan lagi. Ya, setelah kejadian tadi membuat Arion sedikitnya tak suka terhadap Rayyan. Hal itulah mempengaruhi moodnya yang tidak ingin menggunakan fasilitas apapun milik Rayyan. Termasuk hari ini yang akan bermalam, Arion masih

  • Bahagia Usai Bercerai   Sebuah Pengakuan

    Arion menatap tajam sang lawan, sedangkan yang ditatap juga tak kalah tajam dalam menatap. Sampai suara helaan napas dari Kirana tampak terdengar berat. “Hentikan pertikaian diantara kalian. Mari saling maaf-memaafkan!”“Tidak!” ucap keduanya berbarengan. “Ya udah, terserah!” ucap Kirana menopang dagu. Pandangan matanya jatuh pada kebun yang dipenuhi tanaman. Saat ini ketiganya berada di kedai makan, dengan pemandangan di depan yang disuguhi sebuah kebun, tampak asri. Dipinggirnya ada sawah, tanaman padi yang hijau mulai menguning pertanda menjelang musim. Setelah pertikaian tadi di tengah jalan akhirnya Kirana memutuskan untuk membawa kedua laki-laki itu untuk berbicara satu-sama lain. Namun tampaknya argumen itu tidak didengar oleh keduanya,terbukti bahwa tatapan dingin tak bersahabat itu saling bertemu. Padahal niat Kirana baik,tak lebih untuk mengenang masalalu dahulu. Tidak salah bukan? Kirana hanya ingin seperti dulu, saling berteman, mengobrol dan bercanda. “Kirana, aku but

DMCA.com Protection Status