Share

Arion Mahaprana Hengkara

“Ya ampun Arion? Putraku!” Tuan Hengkara segera memeluk putranya kala topi itu terlepas, membuat beberapa orang yang ada di sana menganga tak percaya. Apalagi teruntuk Aditya dan Derina, keduanya terkejut setengah mati. Ekspresi Kirana? Jangan tanyakan lagi, ia benar-benar terkejut atas apa yang ia dengar. Apa katanya? Putraku? Itu berarti orang yang baru saja menolongnya tak lain… ? 

“A--apa maksud Anda, dia adalah putra Anda?” tanya seseorang. 

“Jelas ini putraku, Arion Mahaprana Hengkara!” ujar Tuan Hengkara penuh bangga. Pria itu menepuk bahu Arion. Ya, dia Arion Mahaprana Hengkara, putra satu-satunya keluarga Hengkara! Pewaris tunggal Hengkara! 

“Kapan kamu pulang, Nak? Kenapa tidak berkabar?” tanya Tuan Hengkara merasa pangling akan putranya ini, wajar 5 tahun putranya itu berada di luar negeri dan sekarang dia sudah kembali. 

“Tentu saja untuk memberi kejutan, Ayah. Sekaligus melihat siapa yang pantas untuk bekerja di perusahaan Hengkara dan siapa yang tidak layak untuk bekerja di perusahaan Hengkara!” ucapnya melirikan mata pada Aditya. Aditya gelagapan, ia salah tingkah dilihat oleh Arion. 

“Ya ampun Tuan, ternyata ini putra Anda?” Dengan tiba-tiba Aditya melembutkan suaranya, mendadak akrab dengan Arion. “maafkan saya Tuan Arion, saya kira Anda bukan bagian dari keluarga Hengkara. Maafkan saya.” Aditya sedikit membungkuk, benar-benar salah duga bahwa pria yang berpenampilan satpam ini justru anak tunggal keluarga Hengkara! 

Beberapa orang yang tadi menatap cengo mendadak pula mendekat pada Arion. 

“Senang bertemu Anda tuan Arion ….” Seseorang ikut-ikutan menyapa, tidak satu dua melainkan orang-orang yang tadi sudah menuduhnya. Meminta maaf dan merasa sungkan karena baru mengetahuinya sekarang. 

“Kami melakukan kesalahan, maafkan kami Tuan,” ucapnya. Arion hanya diam malas menanggapi. 

“Rekaman video yang kalian rekam tadi mana?” tanyanya dengan dingin, menatap nyalang salah satu diantara mereka. 

“I–inii Tuan.” 

Arion mengambil ponsel tersebut, rekaman tanpa didasari bukti jelas akan menciptakan kesalah pahaman. 

“Apa yang kalian lihat dan dengar tidak seperti yang kalian pikirkan. Wanita ini,” tunjukknya dengan gerakan mata, “lututnya terluka parah, untuk itu saya membantunya.”

Kirana menunduk kala beberapa orang langsung melihatnya, benar-benar malu. 

“Jauhkan pandangan kalian dari menatapnya!” Ucapan Arion berikutnya membuat orang-orang langsung mengalihkan perhatian. Arion tau perempuan itu sedang ketakutan. 

“Ah, aku percaya pada putraku, tidak mungkin dia melakukan hal yang tidak sewajarnya di sini,” ucap Tuan Hengkara menepuk bangga putranya. “sekarang katakan, kenapa kau datang dengan baju seperti ini? Kau tau, siapa saja tidak akan ada yang mengenalimu termasuk Ayah sendiri,” ucapnya. Terlihat beberapa orang yang mendengar ikut penasaran. 

“Tidak ada apa-apa Ayah, aku hanya tak ingin menjadi pusat perhatian nantinya. Malas saja,” jawabnya. Memang, Arion tipekal laki-laki yang tidak suka keramaian, jika ada acara begini maka ia akan menghindarinya. 

Acara yang diadakan di kediaman Hengkara memang tidak diketahui Arion sama sekali. Untuk itu saat ia datang ke tanah kelahirannya ia langsung berinisiatif memakai pakaian satpam. Dan ternyata dugaannya benar, bahwa keluarganya diam-diam membuat acara menyambut kedatangannya. Karena dirinya yang tak suka menjadi pusat perhatian membuat Arion menunggu di luar dengan pakaian satpamnya. 

“Hem, padahal acara ini khusus diadakan untuk menyambutmu, tapi kau malah asik sendiri di sini, dan …kau justru menolaknya,” ucap Tuan Hengkara menggelengkan kepala. 

Arion mengedikan bahunya acuh. “untuk apa membuka acara besar-besaran jika di sisi lain orang-orang memanfaatkan momen tersebut?” celetuk Arion tanpa dipahami Tuan Hengkara, sedang di sisi lain ada beberapa orang yang langsung mengalihkan perhatiannya. Mendadak tegang. 

“Ayah, akhiri saja acaranya, Ayah tau bukan kalau aku tidak suka dirayakan? Dan Ayah tau kalau aku paling malas bertemu dengan orang-orang!” 

Sudah tahu akan sifat Arion membuat Tuan Hengkara hanya bisa menghela napas. Tidak ada pilihan lain selain mengiyakan keinginannya itu. 

“Baiklah. Vikram, atur semua acara ini untuk dihentikan. Kau mendengar apa yang putraku mau bukan?” ucap Tuan Hengkara pada asisten pribadinya. 

Vikram mengangguk paham. “Baik Tuan, laksanakan!” Pergi sesuai arahan, mendadak suasana jadi diam. 

“Kalian,” perintah Tuan Hengkara, “kalian semua juga bisa pulang, acara ini sudah selesai.”

Beberapa orang saling melirik sebelum kemudian mengangguk paham. Pamit untuk pergi. 

“Pulang!” Aditya menarik paksa lengan Kirana yang sedari tadi diam. Perempuan itu memang tidak berguna, hanya bisa malu-maluin saja, pikir Aditya. 

“Mas, sakit.”

“Makannya cepet jalannya, kau—”

“Tunggu!” 

Langkah Aditya maupun Kirana terhenti, keduanya melihat Arion berjalan ke arahnya. 

“Atas dasar apa kau memiliki hak untuk menyeretnya?” ucap Arion lugas, melepaskan tangan Aditya yang sebelumnya mencengkram pergelangan tangan Kirana. “seakan tidak terlahir dari rahim seorang wanita, kau bahkan tidak mampu berlaku lembut pada wanita!” 

Aditya terperangah, hendak menyangkal namun Arion dengan cepat berkata. “kalian sudah bercerai bukan? Talak 3 yang kau sematkan bahkan terdengar sampai ke langit, sangat berdosa jika kau mengingkari ucapanmu itu.” Untuk kedua kalinya bibir Aditya benar-benar terkatup atas ungkapan Arion padanya. Mendadak tak berkutik, ia terdiam dengan bibir kelu. Teringat akan talak 3 itu, Aditya menatap Kirana dengan tatapan sayu. Menyesal setelah sadar akan kesalahannya. 

“Ikut denganku, lututmu perlu diobati lagi, jika tidak darahmu akan terus keluar.”

Kirana menunduk menatap lututnya, baru sadar bahwa luka itu kembali mengucur dengan sendirinya. 

“Ah Tuan, biarkan saja. Nanti saya sendiri yang akan mengobat—”

“Ikut denganku Nona Kirana ….”  Seketika pandangan keduanya bertemu saat Arion memotong ucapan Kirana. Perempuan itu melebarkan pupil matanya tatkala manik hitam legam milik Arion bersibubruk dengannya. Manik hitam legam itu … kenapa terasa familiar? 

Jantung Kirana berdegup sangat cepat, ia menunduk dengan perasaan yang aneh. Kenapa? Kenapa saat ia melihat manik hitam legam itu … ia merasa pernah berjumpa? Tapi di mana? 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status