Share

Berpaling Haluan

Penulis: El Nurien
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-28 21:46:58

“San, berilah dia kesempatan sekali lagi,” bujuk Fatima.

“Sudahlah. Aku capek. Keputusanku sudah bulat. Nanti besok, aku akan antar kamu ke orang tuamu.” Sanad berdiri.

“SAN!” sergah Fatima. Tetapi Sanad berlalu, masuk ke kamar Evan.

***

Hayati masih duduk di lantai, tangisnya makin menderu. Fatima merasa iba melihatnya. Ia  memegang kedua bahu Hayati, lalu membantu berdiri.

“Kamu istirahatlah! Semoga setelah pikirannya mulai tenang, ia mau menarik ucapannya,” bujuk Fatima.

Hayati mengangguk. “Terima kasih, Ma.”

Fatima hanya menjawab anggukan kepala. “Istirahatlah!

***

Setelah beberapa malam, Rudi datang ke rumah Tera, tetapi tak kunjung ketemu, akhirnya ia memutuskan mendatangi Tera ke lantingnya.

Tera hanya menatap sebentar, lalu kembali fokus pada pekerjaannya. Membetulkan hampang yang tak lagi berdiri tegak akibat ulah orang tidak bertanggung jawab.

Rudi melonca
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bahagia Setelah Terusir   Berpaling Haluan (2)

    "Jika kamu tidak bisa menikahi Tera, dan bercerai dengan Hayati, itu artinya kamu akan sendiri?"Sanad mengangguk. "Tak apa, Ma. Aku memang ingin menyendiri dulu. Konsentrasi merawat Evan. Aku pun tak berencana lagi mencari pengasuh. Akan kurawat sendiri.""San ….""Ma, tolong hargai keputusanku. Menurutku ini juga lebih baik buat Hayati. Memang menyakitkan untuk sementara. Tapi sudah saatnya dia mau menerima kenyataan, melepaskan diri dariku dan berpikir menerima orang lain yang bisa mencintainya."*** Malam hari, Sanad beserta ibunya ke rumah orang tua Hayati. Awalnya orang tua Hayati tidak terima dengan sikap Sanad. Namun, mau tak mau harus menerima keputusan Sanad, meski hati mereka tentu sangat kecewa, terutama ayahnya Hayati, Aidin. Terlebih lagi jika melihat putrinya yang sangat terpukul. "Anak tak tau terima kasih," gerutu Aidin geram.***“Mentari, tolong pesankan tiket ke Jakarta untuk hari ini juga, dan persiapkan semua data kerjasama dan jangan lupa beberapa rancangan ba

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-30
  • Bahagia Setelah Terusir   Habitat Cinta

    Di danau Bangkau, Teratai duduk menghadap sebuah meja diterangi oleh sebuah lampu ublik. Memandangi buku yang diberikan Evan sewaktu mereka berkunjung ke rumah, The Lord Of The Rings. Ia tersenyum geli menyadari hal itu. Ternyata anak sama bapak sama kejamnya. Dulu ia marah karena Sanad membacakan buku itu untuk Evan yang baru berusia lima tahun. Menurutnya ini terlalu berat untuk Evan, Mengapa tidak dibacakan buku-buku khusus untuk seusianya? Tuh banyak buku anak-anak yang edukatif dan mendidik. Sekarang ia harus marah kepada siapa jika Evan memberikan buku ini padanya yang hanya lulusan sekolah dasar?Baru saja menyingkap sampulnya, susunan huruf bagaikan monster yang menyatu, lalu berputar memaksa dunianya terasa mau meledak. Spontan ia langsung menutup sampul itu. Ia teringat pertama kali menaiki sampan, dunia juga terasa berputar dan menyeramkan baginya. Cukup lama beradaptasi, tetapi setelah sekian lama, setelah mendapatkan pengalaman baru, sampan dan danau

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-30
  • Bahagia Setelah Terusir   Habitat Cinta (2)

    “Apa boleh buat, Cil. mungkin begitulah takdir kami,” ucapnya sendu.Tiba-tiba pandangannya tertuju pada speed boat di belakang rumah tetangga bibinya. Matanya membesar. “Cil, speed boat itu boleh disewa nggak?” *** Terpaan cahaya matahari membuatnya tidak bisa membuka matanya secara sempurna. Sambil menaungi matanya dengan telapak tangan, ia terus saja memandangi sebuah speed boat yang mendekati lantingnya. Speed boat melaju sangat pelan, bahkan mesin sudah dimatikan. Ia merasa tidak memiliki hubungan dengan siapa pun, hanya saja kedatangan speed boat ke tengah danau masih merupakan fenomena langka yang mengundang penasaran. Terakhir yang ingat hanyalah speed boat milik polres saat razia ilegal fishing. Matanya membelalak ketika speed boat makin dekat dan orang di atasnya dapat dikenali. “Sanad?”Laki-laki itu hanya tersenyum. Ia meloncat begitu juri mudi merapatkan speed boatnya. “Kamu boleh jalan-jalan, sejam dua jam lagi, jemp

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-30
  • Bahagia Setelah Terusir   Kerinduan Evan

    “Cantik, sangat terawat. Terlihat kamu memang telaten.” “Kamu ke sini karena ada masalah atau mau memujiku?” Sanad berdecak. Menatapnya penuh ejek. Tera terkekeh melihat rautnya.Sanad menghadap hamparan teratai. “Tidak heran jika kamu sangat menyukai tempat ini. Begitu tenang, sangat jauh dari keramaian, perselisihan, dan persaingan.”“Kamu ada masalah di perusahaan?” selidik Tera.Sanad kembali menghadap Tera. “Sejujurnya iya.”“Berceritalah! Meski aku tidak mungkin bisa membantumu, setidaknya bisa membuat perasaanmu sedikit nyaman dan cepat pergi dari sini.”Sanad mendesis. “Jahatnya.”"Kamu yang mengajariku."Sanad terkekeh. "Dasar!"Sesaat hening. Sepoi angin danau Bangkau terasa nyaring di telinga mereka. Sayup-sayup terdengar bunyi mesin ketinting dari kejauhan. “Aku baru saja menjalin kontrak kerjasama bisnis lampit dengan jumlah besar. Tiba-tiba saja salah seorang calon investor membatalkan investasinya. Padahal dia yang paling banyak menanam modal. Jadi begitulah … ““K

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-01
  • Bahagia Setelah Terusir   Kerinduan Evan (2)

    “Sanad? Aku tidak salah lihat, kan?” Aditya masih tidak bisa melepas keheranannya. Salwa langsung menjewer lengannya. “Kamu kenapa, Dit?” tanya anita yang datang membawa makanan frozen dan meletakkannya di tengah-tengah mereka. Aditya terkekeh. “Kaget aja. Kok dia bisa sampai ke sini.”Bayu yang duduk di samping Sanad tersenyum. “Dia tadi ke kantor. Ingat dia sepupu kamu, jadi aku ajak ke sini. Mumpung, kan. Siapa tahu kita bisa jadi keluarga besar.”Sanad mengangangkat alisnya. “Tapi, aku perhatikan, dia memang banyak berubah sebelum terakhir aku melihatnya. Kapan ya kita ketemuan sebelum di rumah sakit?” tanya Bayu.“Entahlah! Aku ke kantormu, palingan untuk rapat direksi. Itu pun beberapa kali terakhir, aku nggak datang lagi. Setelah kamu yang memimpin aku percaya saja padamu.”Bayu mendesis. “Kamu tidak ingin gabung perusahaan kami? Bagaimana pun almarhum ayahmu sangat berjasa di perusahaan itu. Sepertinya perusah

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-01
  • Bahagia Setelah Terusir   Izinkan Sebentar Saja

    "Gilang!"Gilang membuka pintu. *** Waktu terus berjalan. Semua orang menjalani rutinitasnya dengan pekerjaan masing-masing. Sanad kembali dengan kesibukannya. Proyek lampit berjalan lancar berkat bantuan Bayu dan Aditya. Proyek ini membuatnya tenggelam dalam kesibukan baru. Namun, tidak baik bagi Evan. Kesibukan ayahnya, semakin membuatnya merindukan Tera. Meski Tera pernah menjenguknya di sekolah, tidak dapat menggantikan hari-harinya yang dirundung kesepian. Di hari Minggu ia tidak dapat lagi menahan dirinya. Ia mengguncang-guncang tangan ayahnya, merengek minta diajak ke Bangkau. "Evan, Mama sekarang lebih suka menghabiskan waktu di danau. Walau kita ke sana, belum tentu bertemu dengannya."Evan mengambil kertas. [Kita ke danau pakai kapal]“Kapal siapa?”[Siapa saja, pasti dapat. Kita nyewa, pasti ada yang mau] Sanad kehabisan alasan. "Evan, tolong mengerti P

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-01
  • Bahagia Setelah Terusir   Izinkan Sebentar Saja (2)

    Antara sadar dan tidak, sayup Tera mendengar bunyi gemerisik dan kecipak air yang tak jauh dari lantingnya. Ia membuka mata, mempertajam pendengarannya. Bunyi itu makin kentara dan ia yakin di mana bunyi itu berasal. Dengan pelan, ia bergerak ke tempat penyimpanan peralatan benda tajam. Tanpa pikir panjang, ia mengambil tombak ikan mata satu. Sesaat ia mengintip dari lobang dinding yang terbuat dari papan. Beruntung, pencuri itu menggunakan senter, sehingga ia bisa melihat sosok itu tanpa membawa lampu sendiri. Dengan pelan ia berjalan, membuka pintu belakang. Ia mengambil pintu belakang, karena teras belakang lanting mempunyai pelindung. Meski jauh dengan sasaran dan perlu tenaga berkali lipat untuk melempar, ia tetap memilih jalan aman. Ia kembali mengintip. Pencuri masih melakukan aksinya. Ia terus mengintip untuk memastikan pencuri itu sedang lengah. Tiba saatnya, ia langsung berdiri dan melempar sekuat tenaga, lalu bersembunyi dengan napas tertahan. Ia menutupnya mulutnya, ber

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-03
  • Bahagia Setelah Terusir   Kembali Bertiga

    “Bagaimana keadaannya?” tanya Tera sambil menatap Evan. “Badannya masih panas,” sahut Fatima sambil membawa Tera, mendekati Evan yang masih terlelap. Tera meletakkan telapak tangannya ke atas dahi Evan. Ia sedikit terkejut panas yang sedikit menyengat telapak tangannya. Ia bertanya kepada Sanad dengan mimik wajah. Fatima yang menyadari hal itu, segera undur diri. “Mama keluar cari angin dulu, ya,” ucap Fatima.Sanad hanya menjawab dengan anggukan. “Kapan dia mulai sakit?” tanya Tera begitu Fatima hilang di balik pintu.“Dua hari yang lalu,” jawab Sanad lesu. Tera tersentak“Kok bisa?! Selama dua hari nggak turun-turun?!"Sanad menggeleng. "Makannya susah banget, mungkin karena itu jadi lambat pulih."Tera hanya bisa menghela napas. Ia mengelus lembut rambut keriting Evan."Bagaimana dia bisa sakit?” gumamnya.Tiba-tiba pandangannya tertuju pada telapak tangan Evan yang di

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-03

Bab terbaru

  • Bahagia Setelah Terusir   Teratai Dan Danau Bangkau

    "Kamu pakai parfum apa?" tanya Sanad. "Parfum yang kamu kasih." "Aku suka wanginya." Sanad tergoda membaui aroma lembut di leher Tera. Tera merasakan bulu romanya merinding. Kehangatan napas Sanad menimbulkan reaksi alamiah yang membuat Sanad semakin bersemangat."San, hati-hati, kamu tidak bisa mandi lo." Tera mengingatkan.Tera menghempaskan napasnya. Ia segera bangkit, dan menurunkan kakinya ke lantai. "Aku pingin lihat Evan. Kok nggak ada suaranya." Tangan Sanad menyambar pinggangnya. "Tadi dia sama Lilac.""Aku pingin lihat, khawatir badannya bentol-bentol."Sanad menarik bahunya hingga terbaring. Seketika tubuhnya terkunci oleh sebelah tangan kekar."Tadi aku sudah minta Lilac agar mengolesi kulitnya dengan lotion anti nyamuk." Sanad meletakkan bibirnya di leher Tera. "San, kamu berani berendam di tengah malam? Bukan mandi di kolam rumah lo.""Kita mandi bersama.""San …." Mendadak bibirnya terkunci oleh

  • Bahagia Setelah Terusir   Ending (Season 1)

    "Benarkah? Janji?!""Iya …."*** Kamar Tera kini dihiasi layaknya kamar pengantin. Ada sedikit berbeda di kamar Tera dibanding kamar pengantin umumnya. Di zaman sekarang, pengantin lebih banyak menggunakan ranjang modern tipe divan bed, sedang Tera memilih tipe ranjang kelambu. Ranjang yang memiliki kanopi supaya bisa dipasang kelambu. Dulu orang Bangkau banyak memakai tipe ini, mengingat kampung mereka banyak nyamuk. Perlahan ranjang kelambu kekurangan peminatnya, karena ranjang divan bed setiap masa desainnya semakin modern dan untuk menghiasi kamar pun semakin banyak kreasinya. Soal nyamuk, itu nanti dipikirkan, yang penting terlebih dahulu menikmati sebagai sepasang raja ratu, meski hanya sehari.Berbeda dengan Tera, mengingat Sanad bukanlah orang Bangkau, tentu nyamuk bukanlah perkara bisa dianggap enteng. Pertama kali yang dipikirkannya bagaimana supaya suaminya bisa tidur dengan nyaman tanpa adanya gangguan nyamuk. Menggunakan obat nyamuk sepanjang malam bukanlah pilihan ya

  • Bahagia Setelah Terusir   Ending (Season 1)

    "Cil." Tera ikutan menangis. "Kenapa ngungkit itu, kan jadi nangis." Ia mengusap wajahnya kasar.Kembang mengambilkan tisu, lalu meletakkan di tengah-tengah."Terima lah dia. Dilihat kesungguhannya ingin beli Teratai Kedua, terlihat dia sangat ingin membahagiakanmu. Masalah perbedaan, asal sama-sama mau berusaha dan terbuka, seiring waktu kalian akan bisa saling mengimbangi.""Cil." Tera meletakkan wajahnya di pangkuan Acil Nurul. Tangisnya makin menderu. Bastiah dan Kembang ikut mengusap wajahnya. Air mata Acil Nurul tak henti-hentinya mengalir. Sebelah tangannya membelai rambut Tera. "Doa Acil akan selalu menyertaimu."***Hari lamaran tiba. Mengingat Bastiah sering menyebut perbedaan, Sanad mengantisipasi dengan hanya melibatkan keluarga dari pihak ibunya yang berada di Baruh Kambang. Secara kelas social mereka tidak terlalu berbeda. Ditambah Muallim Ibrahim, keluarga Tera yang tinggal di Baruh Kambang mem

  • Bahagia Setelah Terusir   Menuju Ending (2)

    “Aku pergi dulu. Jaga diri baik-baik. Malam ini aku akan ke sini.”“Jangan!” jawab Tera cepat. "Kenapa?" "Kamu lihatlah, bagaimana mereka," bisik Tera sambil mengerling ke arah kumpulan tetangga. "Tapi masih banyak yang harus kita bicarakan.""Kita bisa bicara lewat telepon kan?""Iya, sih. Tapi ….""Ayo lah …."Akhirnya mau tak mau, Sanad harus mau menuruti Tera. Benar saja, begitu mobil Sanad menjauh, ibu-ibu di kumpulan itu langsung memberondongnya. Mereka mengikuti Tera sampai ke dalam rumah. "Bagaimana keadaanmu, Tera? Alhamdulillah, akhirnya bisa pulang," ucap salah seorang ibu yang muka cemongnya dengan pupur basah. "Aku nggak menyangka lo, Tera. Kamu kemarin sudah kayak mayat," imbuh seorang perempuan muda. "Oh iya, laki-laki tadi menyelamatkanmu kemarin kan? Dia siapa? Jangan katakan dia langganan kerupukmu!""Mulai," batin Tera. Bastiah datang membawa

  • Bahagia Setelah Terusir   Menuju Ending

    "Jangan khawatir. Aku hanya butuh akuisisi. Produksinya tetap mereka yang tangani, kamu hanya bertanggungjawab bagian pengembangan." Tera menghela napasnya. "Tapi … apa aku bisa? Teratai Produksi yang sempat jaya bertahun-tahun, sekarang kolaps padahal ditangani seorang sarjana. Rudi cerita produksi Teratai Kedua juga mengalami kemunduran, apa aku bisa membangkitkannya, padahal kamu telah mengeluarkan banyak biaya." "Kamu pasti bisa. Kamu dengarkan Mama sudah menawarkan tempat untukmu, tinggal produksi saja lagi dengan kualitas sebaik mungkin." "Aku takut mengecewakan."Sanad meraih bahu Tera. "Aku percaya kamu pasti bisa.""Coba saja, Tera. Nanti aku langsung akan cek barangnya, aku tidak akan segan menolak, kalau memang itu tidak layak bertengger di minimarket kami."Tera mengangguk. "Terima kasih, Bu.""Semangatlah." Sanad mendekatkan wajahnya ke telinga Tera. "Ini kesempatanmu membuktikan diri kalau kamu layak jadi istri Sanad."Tera berdecak. Fatima tersenyum penuh arti. Tapi

  • Bahagia Setelah Terusir   Orang Kota dan Orang Kampung

    "Belum apa-apa sudah nyusur. Tera, kamu dan dia jauh banget. Dia orang kota, kita orang kampung. Orang kampung masih polos. Bagaimana kamu bisa hidup sebebas dia? Belum jadi istri sudah berani cium. Kamu juga, diam aja dicium," gerutu Bastiah. Elang tertawa. "Siapa bilang orang kampung itu masih polos? Sekarang informasi mudah diakses, jadi hal semacam itu bukan lagi hal tabu. Ibu saja yang tidak memperhatikan perubahan zaman.""Pokoknya aku tak suka dengan orang kota. Mereka nggak akan bisa beradaptasi dengan lingkungan kita.""Sudahlah, Bu. Kenapa sih selalu maunya punya Ibu yang dijalankan?" sanggah Elang."Bukan begitu. Orang tua itu sudah banyak makan asam garam," sahut Bastiah. "Aku tau. Tapi Kak Tera juga sudah dewasa. Apa yang terjadi nanti, tentu dia sudah siap menghadapinya. Yang merepotkan, jika Ibu bersikukuh dengan pendapat Ibu, tiba-tiba nanti dia mengalami hal buruk, maka beban yang dirasakan Kak Tera akan terasa lebih be

  • Bahagia Setelah Terusir   Orang Kota dan Orang Kampung

    "Dia Elang, adikku. Yang masih kuliah di Bjb." Tera mengenalkan.  "Evan ingat tidak?"Evan mengangguk. "Om Elang." "Pintar!" Tera mengeratkan pelukannya.Kedua lelaki itu saling berjabat tangan dan mengenalkan diri. "Akhirnya aku bisa bertemu dengan Anda," ucap Elang nada membuat Tera mengernyit. Mata tajamnya menatap penuh selidik. "Elang, apaan sih kamu?" tegur Tera. "Tidak apa. Aku hanya ingin memastikan orang yang dekat dengan kakakku itu orang baik. Aku tidak ingin kejadian dulu terulang lagi," sahut Elang sambil mengerling ke arah Arbain. "Ngomong apa kamu, Lang?" sela Bastiah. "Oh iya, Nak Sanad. Ini agak kasar, tapi Ibu minta kamu jangan terlalu dekat dengan Teratai. Teratai telah bertunangan dan kamu juga telah beristri. Sebagai seorang ibu, tentu aku tidak ingin putriku jadi perusak rumah tangga orang lain.""Ibu ngomong apa sih?" seru Teratai. Ia mengerling ke arah Evan. Sanad mendekati

  • Bahagia Setelah Terusir   Bimbang (2)

    Tera membuka mulut, tetapi menutup kembali. Tidak memungkinkan ia membela diri di saat sama-sama emosi. Selain itu, ia tidak tahu betul bagaimana hubungan Sanad dengan Hayati. Sanad belum bercerita kalau sudah bercerai dengan Hayati. "Terserah Ibu lah," ucapnya akhirnya, lalu menutup diri. Dalam selimut ia masih saja mendengar wejangan Bastiah. "Tera, aku tahu perlakuan laki-laki itu sangat baik padamu, tapi jangan jadi perusak rumah tangga orang. Selain itu, sebesar apa pun ia mencintaimu, kalian dari kasta yang berbeda. Aku sudah dengar dari Arbain. Dia putra bosnya yang memiliki banyak minimarket. Dari segi keturunan, mereka juga dari kaum bangsawan, bergelar Gusti."Tera tercenung. Ia masih belum berani berharap pada Sanad. Namun membayangkan perbedaan yang sangat jauh membuat nyalinya ciut. Bahkan berbanding dengan Evan saja dia masih ketinggalan jauh. Antara langit dan bumi. Ia sering menemani Evan ke berbagai acara keluarga, rata-rata mereka baik dan ramah, tapi itu dulu h

  • Bahagia Setelah Terusir   Bimbang

    "San, aku ingin bicara denganmu. Ada waktu?" tanya Rudi.Sanad mengerutkan keningnya. Sesaat ia menoleh ke arah Tera. Gadis itu terlihat cemas. Ia juga menoleh ke Bastiah."Asal tidak sekarang, kapan?""Nanti kasih kabar, jika kamu punya waktu."***Sepeninggalan Sanad, Bastiah membuka kulkas. Sesaat matanya membesar. Melihat kulkas yang terisi penuh. Mulai roti, buah, cake, susu cair, yogurt, teh botol dan air mineral. "Kalian mau jualan?" ejek Bastiah. Tera menengok sebentar, tapi lalu kembali berpaling. Bahkan menoleh pun masih terasa sakit.Rudi duduk berhadapan dengan Tera yang sedang menyuap buburnya. "Bubur sumsumnya tidak dimakan?" tanya Rudi."Habiskan ini dulu. Sayang, sudah terlanjur. Itu kan masih belum bergerak, nggak papa disimpan lama." Rudi terkekeh. Tera memang selalu begitu, penuh dengan pertimbangan. Tidak bisa kah di saat sakit seperti ini mengutamakan rasa

DMCA.com Protection Status