Esther sangat bersyukur karena hari itu dia punya kelas yang sama dengan Nelsy sehingga mereka bisa makan siang bersama. Walau tidak sering setiap hari, tetapi setidaknya Esther bersyukur dia punya waktu dimana dia bisa menghabiskan waktu bersama seorang teman layaknya mahasiswa normal pada umumnya, setelah selama ini dia selalu sendirian.Hari itu kebetulan cuaca sangat bagus, jadinya mereka berdua memutuskan makan siang di kavling kampus yang kebetulan ada pohon besarnya sehingga suasananya jadi teduh dan nyaman. Topik pembicaraan mereka didominasi oleh kejadian dimalam pesta.“Bagaimana malammu di pestanya si Northway, Esther?” tanya Nelsy sebelum melahap irisan wortelnya.Esther nyaris tersedak spring roll-nya sendiri akibat pertanyaan Nelsy yang mendadak.“Kamu tidak apa-apa kan? aku merasa bersalah saat meninggalkanmu. Aku terjebak dengan si Vinson, dan kami ada sedikit konflik. Aku minta maaf sekali, padahal aku yang memaksamu datang kesana tapi pada akhirnya aku malah meningga
Gaara yang mencuri dengar apa yang Vinson katakan hanya bisa terkekeh. “Dasar bajingan,” katanya sebelum mengambil kursi yang kosong tepat di dekat jendela barisan kedua belakang. “Nelsy,” panggil Gaara yang membuat gadis itu melirik. “Jangan sangkut pautkan masalahmu dengan si bajingan Vinson, kau tetap harus memberiku bantuan.”Vinson langsung mengacungkan jari tengahnya ke Gaara. “Nelsy tidak akan sudi berbagi denganmu, jawabannya itu milikku.”“Bangsat,” maki Gaara tetapi dia pribadi tidak terlalu menanggapi omongan Vinson dengan serius.Vinson sendiri sebenarnya terbilang pandai, tetapi karena sifatnya yang selalu menganggap remeh semua hal dan kebiasaan buruknya yang mendarah daging kepintarannya itu jadi hilang begitu saja dan Nelsy selalu menjadi malaikat yang membantu Vinson tetap berada di sepuluh besar seangkatan.Kalau Gaara sendiri bukan tipikal mahasiswa yang peduli soal nilai. Dia hanya datang ke kampus untuk setor muka dan memastikan agar uang sang ayah tetap mengalir
Esther mundur selangkah demi selangkah. Kedua tangan secara otomatis menutup mulutnya yang ternganga tidak percaya untuk menahan jeritan. Suara gadis itu melengking kencang dan histeris. Air mata kontan langsung mengalir di pipi dan kedua kaki mulai lemas dan dia langsung jatuh terduduk. Tidak ada siapa pun yang mendengarnya saat itu. Karena suasananya memang sunyi senyap dan hanya ada dia saja disitu.“Oh Tuhan …”Disana, di dalam lokernya terdapat bangkai ayam hitam dengan leher yang dipatahkan. Darah segar yang menetes dari bangkai ayam tersebut mengotori semua isi loker Esther, termasuk kantong berisi pakaian Gaara yang rencananya akan diserahkan malam ini.Tetapi tidak sampai disitu, dalam tubuh ayam hitam tersebut disandarkan sebuah boneka yang dibentuk sedemikian rupa dengan rambut berwarna perak panjang yang terbuat dari benang wold an sepasang mata yang terbuat dari manik-manik.Esther sudah lama tidak merasakan gelombang perasaan yang tidak terkontrol di dalam dirinya sepert
Begitu mendekat, Gaara menyadari bahwa pria yang berkerumun tersebut terdiri dari tiga orang, salah satunya mencekal kedua tangan Esther dari belakang, juga membekap mulutnya pula. Kedua kaki gadis itu berusaha keras memberikan perlawanan, tetapi dia kalah jumlah dan juga tenaga sehingga upayanya yang menendang-nendang mereka tidak begitu berarti. Sementara seorang lagi tampak bersenang-senang dengan pisau lipat kecil untuk kemudian dia gunakan menggores leher gadis itu dengan ujungnya. Mereka tertawa dan bersorak sambil melontarkan komentar mesum dan jorok terhadap tubuh Esther yang sedang mereka kerumuni.Gaara tidak membuang waktu dan langsung mencengkram bahu si bajingan yang merobek kemeja Esther dan menendang kepalanya sampai puas. Pria itu mengeluarkan sederet sumpah serapah menyadari aksi Gaara yang spektakuler.“Bangsat! Siapa kau ini?”“Lepaskan gadis itu, monyet!”Sekali lagi tanpa perlu banyak bicara, Gaara menghantam lagi lelaki itu dan juga menendangnya membuat orang itu
Esther masih menangis seperti anak kecil, wajahnya merah, pipinya basah, meski begitu dia berusaha keras untuk menjawab pertanyaan Gaara. “Ada seseorang yang menaruh bangkai ayam yang telah disembelih di dalam lokerku. Darahnya mengotori semua barang-barangku, dan …” Esther sempat menghela napasnya lantaran terlalu tergesa menjelaskan pada Gaara. “…ada boneka santet yang dibuat mirip denganku.”Bangkai ayam dan boneka santet?Gaara memberenggut ketika memahami situasi yang disampaikan oleh Esther. Dia sebenarnya tidak terlalu percaya hal-hal seperti itu. Namun karena di negeri ini kebanyakan orang masih cukup kental dengan hal-hal mistis, Gaara tidak bisa menyalahkan seberapa besar efek psikologisnya pada Esther.Dia sudah keterlaluan, pikir Gaara dongkol menyadari kelakukan temannya. Pantas saja perempuan ini sampai histeris dan ketakutan.Gaara kemudian dengan lembut menghapus air mata Esther dengan jemarinya, dan menepuk-nepuk bahu gadis itu sebagai bentuk support dan menenangkanny
Esther membuka mata dan mendapati sebuah pemandangan yang telah begitu familiar. Kegelapan yang meliputi kamar tersebut membuat dia hanya bisa menebak bahwa sekarang barangkali telah tengah malam. Dia juga bisa mendengar ada suara napas teratur yang berasal dari sebelahnya, tanpa melihat pun Esther sudah tahu dari siapa suara napas itu berasal. Dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri mengapa dia kerap terbangun di tempat tidur orang lain. Ah, bukan. Lebih tepatnya dia selalu terbangun di kamar Gaara.Esther kemudian bangkit untuk duduk, dan sekejap saja dia tidak dapat menahan dirinya untuk tidak tersenyum mendapati sosok Gaara yang terlelap di sampingnya. Lelaki itu hanya mengenakan jeans belel, dengan posisi tidur telungkup, kepalanya terkulai di atas bantal dengan mulut sedikit terbuka. Esther menemukan kedua matanya tertarik untuk menatap punggung telanjang lelaki disampingnya, tatapannya mulai menjelajahi setiap inchi otot punggung lelaki itu dengan seksama, hingga mencapai pingg
“Jadi kau lebih suka kalau aku jahat padamu?”“Bukan begitu!” sergah Esther cepat. “Hanya saja karena kau itu temannya si Vinson, dan kau juga tidak pernah ikut campur saat dia berbuat jahat padaku, jadi aku rasa tidak ada alasan bagimu untuk menolongku.”“Ya, aku memang temannya Vinson, tapi aku sudah memikirkan kata-katamu saat di kedai ice cream. Kurasa kau benar, dan itu sedikit menyadarkanku. Maksudku orang yang paling jahat justru adalah orang yang diam saja saat melihat oranglain disakiti. Lagipula saat ini aku mampu menolongmu, jadi kenapa aku harus diam saja ketika aku tahu sabab musababnya?”Esther tertegun mendengar pidato singkat dari Gaara. Butuh beberapa saat baginya hingga dapat mencerna seluruh perkataan lelaki itu. Dia sempat tidak percaya ketika mengetahui bahwa Gaara masih ingat apa yang dia katakan padanya, padahal kejadian itu sudah berlalu cukup lama. Namun secara perlahan, Esther tersenyum dan berbisik dengan suaranya yang paling halus.“Terima kasih, Gaara.”En
Keheningan yang tercipta terpecah, dan samar Esther bisa mendengar kekehan Gaara.“Jadi, kau lapar ya?”Itu memalukan! Sangat memalukan!Dari sekian banyak moment yang terjadi, mengapa harus sekarang dia mendeklarasikan rasa lapar?“M—maaf,” ujar Esther nyaris mencicit. Dia sungguh ingin menenggelamkan diri ke dasar lautan sekarang juga. Dia tidak sanggup menatap Gaara yang sudah pasti menertawakan dia sekarang. Dalam hati dia mengumpat sendiri, lantaran perutnya tidak bisa diajak berkompromi dengan otaknya sebelum mengeluarkan bunyi sekeras itu dalam situasi canggung seperti ini.“Tidak apa, kau tidak usah malu. Lagipula kau kan memang belum makan apapun sejak kita tiba.” Gaara tiba-tiba saja bangkit dari posisinya. “Biar kusuruh seseorang untuk menyiapkan sesuatu.”“Jangan! Tidak usah!” Tangan Esther secara refleks bergerak untuk menahan lengan lelaki itu dan mencegah dia untuk turun dari ranjang guna merealisasikan niatan.“Kenapa?” pandangan bingung langsung tersorot ke arah muka