Tak ada satu pun suara yang bisa mendengardi hutan ini. Ia tahu pasti. Sudah jelas hanya ada sautan hewan liar yang menemani suaranya malam ini dan mereka pun akan menjadi saksi dimana dan bagaimana Maria akan meregang nyawanya sekarang. Ketika pria itu semakin mendekat, Maria mendadak kehilangan fokus pandangannya. Semua yang ia lihat seperti berputar dan perlahan memudar. Bersamaan dengan itu, tubuh wanita itu luruh ke atas tanah dan menyisakan pria bermata merah yang menghela napasnya panjang-panjang.
Satu pekerjaan lagi, pikirnya. Ia harus memutar otaknya memberikan penjelasan yang masuk akal pada Rowman yang tentunya akan menginterogasinya sepanjang hari. Ia juga harus menemukan alasan mengapa wanita ini bisa menembus portal yang dibuat Rowman setelah kematian Mayya bertahun-tahun lalu. Jelas sekali ada yang aneh dengan manusia bernama Maria ini. Belum lagi pakaiannya yang compang-camping membuat pria itu berpikir kalau Maria bisa saja bukan manusia baik-baik. Enta
Mayya sungguh tak bisa mengalihkan wajahnya untuk tidak menatap pria itu. Saat ini sepasang mata musang milik pria itu menjadi begitu memikat. Ah, bukan. Sepasang mata itu seperti memejarakannya. Ia takjub. Tanpa disadari keduanya, Mayya dan Rowman saling mendekatkan kedua wajahnya dengan gerakkan pelan. Terus hingga pada akhirnya, kedua hidung mereka saling bersentuhan. Napas pendek yang menjadi pengisi suara dikeheningan mereka terdengar begitu intim.“Mayya..” Hanya itu kalimat yang bisa diucapkan Rowman dalam keadaan seperti ini. “Sialan.. Aku akan melakukannya.”“Melakukan apa?”Sedetik kemudian, entah siapa yang memulai, kini keduanya sudah saling berpangutan. Keduanya saling menempelkan bibirnya dengan penuh nafus, seakan tak ada hari esok lagi untuk mereka.Dibelakang sana, Jackson memperhatikan kedua orang dewasa itu dengan senyuman lebar. Tangannya refl
Wanita itu mematut dirinya di depan cermin lemari. Setelah ia menghabiskan satu mangkuk sup panas yang membuat lambungnya berhenti menjerit, Maria segera menyiapkan dirinya dan menemukan sebuah gaun tua yang berada di dalam lemari. Warna gading yang usang itu dirasanya cukup bagus untuk dijadikan baju ganti kaos kebesaran yang menempel di tubuhnya semalaman selama ia pingsan. Ia juga sudah merapihkan dirinya untuk memperkenalkan diri dengan sang tuan rumah, Wanita berambut merah bernama Tatiana itu.Ketika ia keluar dari kamar dan membawa mangkuk bekas sarapannya, pemandangan pertama yang ia lihat pagi ini adalah sebuah rumah sederhana yang hanya memiliki ruang tambu kecil dan juga dapur mungil yang membuat Maria tersenyum sendu melihatnya. Rumah itu memang sederhana namun membuatnya hangat. Ia yakin sekali siapapun pemilik rumah ini adalah seseorang yang memiliki kesederhanaan dan kehangatan."Kau sudah siap rupanya."Suara Tatiana langsung me
Pria itu pun jongkok di salah satu jasad dan memperhatikannya dengan seksama. Ia yakin betul bahwa peristiwa mengerikan ini bukanlah ulah kaumnya yang haus akan darah. Tidaka da sedikit pun bekas vampir yang sedang berburu semalam. Dan jelas, para jasad ini saat mereka hidup mencoba untuk menerobos portal pembatas yang hanya dirinya sajalah yang bisa keluar masuk ke sana. Seolah orang-orang ini sedang mengejar sesuatu yang masuk melewati portal.Rowman, pria itu meyakini bahwa ada sesuatu yang mereka kejar hingga tak sadar bahwa mereka semua sudah memasuki kawasan portal yang ia bangun agar membatasi dunianya dn dunia manusia. Jika hewan yang mereka kejar, sudah pasti ada senapan atau alat untuk berburu lainnya. Namun, Rowman melihat mereka berlari dengan tangan kosong. Sekitar empat orang yang tewas ini terlihat mengejar seorang manusia lainnya. Tapi, tidak ada bekas di sini selain ke empat preman yang tewas itu."Apakah ada manusia yang berhasil masuk mel
“Kenapa kau menutup matamu lagi, Mayya?”Mayya menggerakkan tangannya sendiri menutupi wajahnya. Ia tak bisa membayangkan wajah seperti apa yang ia tampilkan pada pria itu.Rowman.Bagaimana pria itu bisa ada disini, didekatkan, disampingnya. Sangat dekat.Sungguh.. selain mendebarkan ini juga memalukkan.“Hei..” pria itu menarik tangan Mayya dari wajahnya. Tapi yang didapatinya adalah Mayya yang masih memejamkan paksa matanya. Ada sedikit rasa risih saat melihat kegugupan Mayya.Sejujurnya ia pun merasa gugup, tapi rasa itu seolah terkikis oleh kebahagiaan baru yang hinggap dalam rongga dadanya. Ia seperti melayang. Persetan dengan penggambaran dirinya yang selama ini dikenal dingin. Ia suka menampilkan dirinya yang sebenarnya. Mulai sekarang itu adalah hobinya untuk Mayya.“Mayya..”Rowman, sebelah tangan kanan tangan lelaki itu tengah menopang tubu
Wanita itu kembali membuka matanya setelah mimpi aneh yang menyambangi alam bawah sadarnya. Ia segera membuka matanya lebar-lebar sebelum akhirnya menemukan kembali dirinya yang terbaring di kamar yang sudah dua minggu ini ia tempati. Di dalam kamar itu ia semakin sering memimpikan hal yang tak pernah ia jalani. Dan anehnya, ia selalu merasa seperti dirinya lah yang menjadi tokoh dalam cerita di mimpinya.Perlahan wanita itu segera bangkit dan duduk sejenak di atas kasurnya. Ia memandangi jendela yang masih terhalang oleh tirai. Ia tahu hari masih gelap. Pagi enggan menjemput harinya sedini mungkin. Tanpa tahu pukul berapa sekarang, harinya akan selalu ditandai dengan tingginya jarak matahari dan diakhir oleh datangnya sang senja.Maria, entah apakah nama itu masih diingat oleh orang-orang yang dulu mengaku kerabatnya. Sampai detik ini ia belum berani untuk mencari tahu apakah mereka semua yang pernah mengaku kenal dengannya sibuk mencarinya. Atau mungkin m
“Katakan.. jika memang ini bukanlah seperti yang aku pikirkan, lalu hubungan apa yang sedang kita jalani?” Aku menuntut. Namun aku cukup bersikap tak mendesaknya terlalu berlebihan. Cukup menyadari fakta bahwa selain menjadi orang asing dalam hidupnya, aku bukanlah apa-apa.“Mayya..”Tidak. Bukan itu jawabannya. Aku tak butuh dia yang memanggil namaku dengan begitu pelan. Aku bukanlah beban. Pertemuan kami memang bukanlah sebuah beban bagiku, tapi aku tak tahu apa ini baginya. Aku hanya sebuah beban atau memang aku bukanlah apa-apa.“Maaf.” Pria itu menundukkan kepalanya, seolah menyembunyikan sesuatu hal yang amat menyakitkan dariku. Aku mulai ketakutan sekarang.“Katakan..” Meski dengan nada lirih, aku sadar ahwa serbuan rasa keingintahuanku benar-benar mendesakku untuk lebih menuntutnya.Pria itu meraih tanganku. Ia membawa punggung tanganku hingga menyentuh bibirnya. Bibirn
Perjalanan yang ditempuh membutuhkan waktu selama satu setengah jam. Ketika sampai disana, Mayya sudah jatuh terlelap dalam tidurnya. Rowman yang menyadari itu hanya bisa memandangi wajah tenang milik Mayya. Ada rasa hangat kala ia melihat wajah mungil itu. Mayya, dengan segala kesederhanaannya malam ini berhasil membiusnya. Siapa yang menyangka dengan sedikit polesan diwajahnya gadis itu berubah menjadi sangat cantik. Dan kini harus ia akui gadis itu memang memiliki kecantikan yang luar biasa, bahkan ketika sedang terlelap sekalipun.“Kita sudah sampai.” Ucapnya. Meski pelan, ternyata suara itu cukup membuat gadis itu terbangung dari tidurnya. Dengan lemas, Mayya beranjak bangun dan sedikit menyingkirkan selimut yang membungkus tubuhnya.“Sudah sampai, ya.”Rowman mengangguk pelan. Lalu pria itu meringsu
"AKu harus mengatakan ini padamu, Son." Jackson tak merubah ekspresi wajahnya terlalu banyak. Pria muda itu masih menunggu maksud panggilan ayahnya secara pribadi ini. Biasanya ayahnya pasti akan memanggilnya berbarengan dengan kedua saudara kembarnya yang suka mengikuti kemana pun ia melangkah. "Lalu ?" Pria itu berjalan mendekati Jackson yang telah dewasa ini. Ia tak menyangka jika anak yang ia sudah anggap seperti darah dagingnya sendiri telah dewasa secepat ini. Anak yang membawa Mayya ke dalam hidupnya, yang tak pernah ia bedakan dengan lainnya. Jika Tatiana adalah kesayangannya, si kembar adalah anugerah untuknya, maka Jackson adalah berkah baginya. Tanpa bayi Jackson dulu, mungin Mayya takkan sampai ke depan rumahnya dan mengemis untuk tinggal. Jackson adalah berkah dalam hidupnya. Mayya meninggalkan Jackson kepadanya sebagai penanda bahwa wanita i
"Jadi kau sudah melihat semuanya ?"Maria hanya bisa menganggukan kepalanya pelan. Ia sudah melihat dengan jelas bagaimana kehidupannya sebagai Mayya dulu. Sosok dirinya yang dulu pernah hidup sebagai seroang smei vampir dan meninggal setelah melahirkan kedua anak kembarnya. Ia juga tahu siapa sosok Rowman yang merupakan belahan jiwanya. Namun, ada hal yang masih mengganjal di dalam benaknya."Apakah setelah semua ini, aku tidak akan bisa mengingat kembali kehidupanku sebgaai Maria ?" Tanyanya Lirih. Entah mengapa ia merasa begitu sedih mengingat bahwa setelah semua ini mungkin saja ia tidak akan bisa lagi mengingat siapa sosok MAria dalam hidupnya. Setelah ini ia akan hidup sebagai Mayya.Celeste hanya bisa menundukkan kepalanya. Ia tahu bahwa semua ini tentu akan berat bagi Maria. Namun, sejak awal kedua orang tua wanita itu sudah memohon agar sang anak bisa hidup kembali meskipun hanya sebagai sebuah cangkang. Sejak awal dalam hembusan napas terak
Rowman masih setia menunggui wanita yang enggan menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan terbangun. Beberapa jam sudah terlewati namun pria itu msih saja enggan meninggalka wanita yang bernama Maria itu seorang diri. Ada sebuah rasa ketakutan ketika membayangkan bahwa sekali lagi ia akan kehilangan wanita ini, seandainya ia lengah sediit saja.Dulu saat Mayya masih hidup, ia bisa mempertimbangkan segala kondisi dan mudahnya mengatakan untuk mengakhiri hubungan mereka. Sewaktu itu ia masih memikirkan situasi yang bisa saja gaduh sejak berita hubungannya dengan Mayya terhendus oleh Shed dan kawanannya. Rowman masih mempertimbangkan keselamatan klannya. Namun, sekarang ia sudah tidak peduli lagi. Baginya kehilangan wanita itu juga merupakan kematian baginya. Harinya yang dulu penuh penantian yang tak pasti nyaris membuatnya gila Hanya demi anak-anaknya saja Rowman masih bisa menjaga kewarasannya. Kalau tidak ada Tia, Jackson, Iris dan Ares, Mungkin saja Rowman sudah menggila
Maria berhenti menatap kilasan masa lalu Mayya, yang merupakan kehidupannya terdahulu. Hidupnya yang merupakan Myya di masa lalu telah membuatnya tahu mengapa ia dipilih sebagai bentuk reinkarnasi dari Mayya. Ia telah terlahir kembali setelah kecelakaan yang seharusnya membuatnya sudah tidak ada lagi di dunia ini.Doa ayah dan ibunya, kedua orang yang telah berjasa melahirkannya ke dunia ini telah meminta para dewa untuk memberikannya sekali lagi kesempatan untuk hidup. Sebagai Maria, yang tentunya ia tetap akan kembali pada keluarga kecilnya di kehidupannya sebelumnya.Dirinya adalah Mayya, seorang semi vampir yang mengasuh Jackson, anak kakak kembarnya dan juga sebelum kematiannya dirinya yang dulu juga telah melahirkan sepasang aak kembar dari rahimnya sendiri. Bersama Rowman, ia telah menjadi belahan jiwa lelaki itu.Mungkinkah ia menerima semua mimpi-mimpinya dulu karena ia harus mengingat dulu semua kisah hidupnya di masa lalu sebelum ber
Seorang lelaki nampak berdiri didepan sosok wanita yang masih setia memejamkan kedua matanya. Ini sudah hari keempat dimana wanita itu tak urung sadarkan diri dari tidurnya. Banyak yang mengatakan bahwa wanita itu hanya sekedar tertidur. Namun dilihat dari jangka waktu kedua mata itu tertutup, ia sangsi jika ini hanyalah sebuah tidur semata. “Mayya, kapan aku akan membuka matamu? Ada sesuatu hal yang harus aku sampaikan padamu.” Ucap lelaki itu. Ia sengaja tak menempatkan dirinya untuk menduduki pinggir tempat tidur. Ia cukup sadar posisinya yang tak pantas untuk berdekatan secara lancang dengan wanita itu. sesuai janjinya dulu, ia akan menjaga wanita itu beserta keturunannya. Dan Mayya, akan menjadi pembayaran sumpahnya dulu. “Maaf karena aku datang terlambat Mayya. Maafkan aku juga
Maria menggelengkan kepalanya. Penyesalah yang diperlihatkan wanita berambut pirang itu sangat kentara dan ia harus mengataka bahwa wanita itu telah membayar semuanya. Celeste, sudah membayar semua kesalahannya dengan mengabulkan doa kedua orang tuanya dan memberikan kesempatan kepadanya dan Mayya untuk hidup sekali lagi."Lantas, bagaimana Mayya bisa meninggal dunia padahal dia adalah vampir ? apakah dia juga telah melakukan pengorbanan ?"Celeste menganggukkan kepalanya. Mayya memang melakukannya. Demi melindungi anak-anaknya, Mayya rela menjadi tameng agar bisa mengalahkan perang yang diciptakan ayahnya dan juga pria yang menjadi ayah dari keponakannya. Semua itu agar ia bisa pergi dengan tenang dan tanpa ada gangguan yang menghampiri keluarga kecilnya."Ya, dia melakukannya agar bisa melindungi orang-orang yang ia cintai."**“Kenapa? Kau terkejut melihat kedatanganku, Ayah?” tan
"Mayya, semi vampir ?"Maria berbisik pada dirinya sendiri begitu kegelapan kembali menemani kesendiriannya. Ia seperti mendapatkan penjelasan mengapa dirinya bisa sampai ke tempat ini. Jika dirinya merupakan reinkarnasi dari wanita itu, maka sudah sewajarnya takdir membawanya ke dalam wilayah ini. Tempat di mana seharusnya ia berada sebelumnya, tapi sampai detik ini ia masih tidak bisa mengingat satu pun kenangan di masa lalunya."Kau pasti bingung ?"Maria pun mendongakkan kepalanya dan melihat sosok wanita berambut emas yang sebelumnya ia temui, dan wanita itu mengaku sebagai ibu dari sosok Mayya, yang bereinkarnasi menjadi dirinya."Ada banyak kata yang harus kau dengarkan jika kau mau terdiam sebentar dan tidak menolak satu pun fakta yang keluar dari mulutku."Wanita itu menunduk dan menimbang. Ia sendiri selama ini hidup dalam ketidak ingatan akan hidupnya sebagai Maria sebelum ia mengalami amnesia, tapi sejak ia terbagun dari kom
“Kau..”Mayya dengan reflek langsung memutar tubuhnya. Namun mata hazelnya langsung di perlihatkan dengan dada bidang milik pria itu. perlahan Mayya menaikkan pandangannya ke atas. Dilihatnya mata merah itu menatapnya dengan tatapan datar.Seketika Mayya merasakan bahwa mata itu begitu mengintimidasinya. Mata merah itu nampak memiliki arti sendiri saat bersitatap dengannya. Mungkin setelah berjam-jam ia berada disini, satu hal yang belum disadarinya. Rowman memiliki mata sipit yang berbentuk seperti musang. Mata pria itu memang memiliki ciri khas bentuk seperti orang asia.“Kau..” Rowman kembali bersuara. Suara berat miliknya menggema diruangan dapur dengan tajam dan menusuk.Mayya berulang kali mencoba meneguk air liurnya sendiri. namun mata itu kembali seperti sedang memenjarakannya. Ia hanya bergeming, mematung ditempatnya. Selalu seperti ini. Saat pertama pertemuan
Seorang gadis dengan penampilannya yang sedikit maskulin, nampak berdiri didepan jendela besar yang ada di kamar yang ia tempati dengan pandangan kosong. Jauh didalam pikirannya, ia tak pernah menyangka bahwa ia akan sampai pada tempat ini. Dirinya tahu kalau ia sudah menjajakkan dirinya untuk berada dalam pusaran maut. Bersama dengan makhluk yang ia pikir nyaris tak pernah ada dimuka bumi ini dan hanya terdengar dari cerita tua, Kini Mahkluk itu berada didepan matanya.Mayya, ia sudah hidup sejak kelahirannya di kota ini. Sejak saat dimana pertama kali ia membuka matanya, Mayya sudah mengenal seluk beluk kota ini dari warga desa yang sering berpergian ke hutan mencari kayu. Namun tak banyak, karena setelah ia beranjak usia 10 tahun, seluruh warga memilih untuk bertransmigrasi ke kota yang lebih makmur, seperti Seattle atau New York. Mungkin Mikhaela adalah salah satu contoh dari mereka. Kakak kembarnya lebih memilih mengadu nasib di kota besar dan mencari
“Halo! Bisakah kami menumpang dirumahmu?” ditangannya terdapat bungkusan berwarna merah muda yang terlihat aneh di mata Tatiana. Ia bisa mengendus bau wanita ini, namun tidak dengan bayinya. Tatiana berjalan maju membelakangi ayahnya. Tubuhnya yang tinggi membuatnya bisa dengan mudah melihat apa yang berada dibalik kain merah muda itu.“Bayi?” tanyanya dengan alis terangkat.Wanita itu kembali tersenyum dan mata hazelnya memancarkan sesuatu yang tak Rowman mengerti. Beruntung tubuh putrinya sedang menutup wajahnya. Kalau tidak mungkin ia akan melihat lebih lagi dari wanita itu.“Halo. Aku Mayya. Bisakah kau memberikan tumpangan untukku dan anakku?”Rowman tertegun. Bau ini begitu memikatnya. Gadis muda mungil itu nampak sangat kecil dimatanya. Ia yang bertubuh besar terlihat seperti seorang raksasa ketika berhadapan dengan gadis muda yang bernama Mayya itu.