Chapter 4
-Mengintimidasi-
Keesokan harinya, Rosaline merasa tubuhnya letih, karena ia baru tidur ketika pagi menjelang. Saat ini, Rosaline memilih menenggelamkan diri di meja kasir Pet Shop nya. Perkataan Ana semalaman terputar lagi dan lagi dalam kepalanya.
Apa iya dirinya harus memikirkan kehadiran Dimitri? Memanfaatkan kehadiran lelaki tersebut mungkin? Oh sial! Bahkan hingga kini saja gairahnya masih ada –meski tak separah tadi malam, membuat Rosaline membayangkan hal-hal panas ketika berada di atas ranjang.
'Ting'
Pintu Pet Shop-nya dibuka dari luar, tanda jika ada pelanggan masuk. Rosaline bangkit seketika bersiap untuk menyambut pelanggannya. Tapi yang datang ternyata bukan seorang pelanggan, melainkan lelaki menyebalkan yang semalaman membuatnya tak dapat tidur.
Ya, siapa lagi jika bukan Dimitri.
Rosaline mendengkus sebal. Astaga, untuk apa lagi lelaki itu datang kemari? Tidak cukupkah ia terganggu karena gairah sialan yang menimpanya sepanjang malam?
"Untuk apa lagi kau kemari?" tanya Rosaline dengan nada ketus.
"Itu bukan sapaan yang ramah untuk pelanggan."
"Kau bukan pelanggan tokoku."
"Mulai hari ini, aku akan menjadi pelanggan tokomu."
"Oh ya?" Rosaline bersedekap. "Jadi, apa yang kau cari, Tuan Rusia?"
Dimitri tersenyum dengan ucapan Rosaline yang baginya sangat lucu. "Hanya sebuah pengikat untuk anjing kecilku."
"Kupikir kau tidak memiliki anjing."
"Rupanya kau sudah cukup mengenalku."
"Belum cukup jauh, sampai aku tidak sadar jika kau sedang mengelabuiku."
"Ckk, ayolah Rose, lupakan masa lalu kita." Dimitri lalu berjalan menuju ke arah jajaran aksesoris untuk hewan-hewan peliharaan. Jemarinya mengamati beberapa kalung anak anjing yang tergantung rapih di sana. "Apa yang terjadi tadi malam?" tiba-tiba Dimitri bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari kalung-kalung tersebut. Tentu ia bertanya karena ingin mengubah topik pembicaraan mereka yang selalu berputar pada masa lalu.
"Apa? Memangnya apa yang terjadi?"
"Lampu flatmu menyala hingga pagi, ada apa? Kau susah tidur?"
Bagaimana bisa Dimitri tahu? "Kau, bagaimana bisa tahu?"
"Aku mengamatimu."
"Astaga, kau bear-benar menyebalkan." Emosi Rose meledak seketika. Sungguh, ia tidak suka saat tahu jika Dimitri mengetahui setiap gerak-geriknya.
"Aku hanya khawatir terjadi apa-apa denganmu, jika kau mau tinggal bersamaku, mungkin aku bisa tenang."
"Dalam mimpimu!" Rosaline berseru kesal. "Aku tidak akan pernah mau tinggal bersamamu."
"Kau yakin, Rose?"
"Lebih baik kau pergi. Sungguh, aku bisa stress saat kau terlalu lama berada di sekitarku."
Dimitri hanya tersenyum menanggapi permintaan Rosline, lalu ia meraih sebuah kalung anjing kecil, dan memberikannya pada Rosaline. "Berapa?"
"Ambil saja jika itu bisa membawamu untuk segera pergi dari hadapanku."
"Rupanya, kau masih sangat membenciku." Mata Dimitri menatap tajam ke arah Rosaline, lalu matanya turun, menatap perut Rose yang sudah sedikit tampak karena blouse yang dikenakan Rose sedikit ketat. "Jika ada apa-apa, hubungi aku."
"Tidak perlu." Rosaline menjawab dengan ketus.
"Kalau begitu, aku akan selalu berada di sekitarmu."
"Ayolah, kau membuatku seakan tercekik, aku tidak suka diawasi."
"Kalau begitu, hubungi aku jika ada sesuatu." Dimitri tampak begitu serius. Dan itu benar-benar membuat Rosaline terbius kembali oleh pesona lelaki itu. Dimitri mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya. Sebuah kartu nama,lalu memberikannya pada Rosaline. "Kontak baruku."
Rosaline membacanya sekilas, lalu kembali menatap Dimitri "Kau, kau tinggal di sini?" tanyanya tak percaya.
Ya, selama ini Rosaline berpikir jika Dimitri hanya menginap di sebuah hotel untuk mengganggunya, ia tidak berpikir jika Dimitri akan pindah ke New York.
"Ya, karenamu."
Rosaline mendengkus sebal. "Pergilah." Sungguh, ia tidak suka dengan ucapan-ucapan Dimitri yang mampu mengintimidasinya.
"Nanti malam, aku akan menjemputmu untuk makan malam bersama."
"Tidak!"
"Aku sedang tidak meminta izin." Dimitri masih tersenyum ketika membalikan diri dan bersiap pergi meninggalkan Rosaline.
"Dimitri, kau-" Rosaline menghentikan kalimatnya saat mendapati seorang pelanggan masuk ke dalam pet shop-nya. "Oh, hai." Itu Alan Parker, pelanggan setia tokonya. Dan ekspresi Rosaline segera berubah ketika kedatangan Alan.
"Hai." Alan menyapanya dengan lembut.
Dimitri yang baru akan membuka pintu toko Rosaline menghentikan pergerkannya, ia menatap seketika ke arah Rosline dan lelaki yang baru saja masuk tersebut. Tampak keduanya berinteraksi dengan akrab.
"Kau baru buka?" tanya Alan.
"Ya, tadi malam aku susah tidur."
"Karena bayinya?"
Rosaline tertawa. "Ya, sepertinya begitu." Rosaline melirik sekilah ke arah Dimitri yang ternyata masih berada di ambang pintu tokonya, kenapa lelaki itu tak juga pergi?
Alan akhirnya menyadari jika tatapan mata Rosaline jatuh pada seseorang di belakangnya. Alan menolehkan kepalanya ke belakang dan mendapati Dimitri dan juga Rosaline yang saling melemparkan pandangan seakan hanya mereka yang tahu apa arti tatapan mata tersebut.
Alan lalu kembali menatap Rosaline, dan bertanya "Siapa?"
Rosaline tersenyum menatap Alan dan menjawab "Bukan siapa-siapa, hanya pelanggan biasa."
Mendengar jawab dari Rosaline membuat Dimitri sedikit menyunggingkan senyumannya, tapi matanya menatap tajam ke arah wanita itu, setelah itu, Dimitri memutuskan untuk keluar. Ya, tak ada gunanya lagi ia di sana, karena jika ia masih berada di sana, ia tidak yakin dapat mengontrol emosinya.
Setelah keluar beberapa langkah dari pintu pet shop Rosaline, Dimitri mengeluarkan ponselnya, ia tampak menghubungi seseorang.
"Temui aku saat makan siang." ucapnya dengan serius.
"Baiklah. Di tempat biasa." jawab suara lembut di seberang. Setelah itu, Dimitri menutup teleponnya tersebut. sebelum ia masuk ke dalam limusinnya yang terparkir tepat di depan pet shop Rosaline.
***
"Jadi, dia ayah dari bayimu?" tanya Alan sekali lagi. Saat ini, Alan dan Rosaline sedang menghabiskan waktu makan siang mereka di sebuah cofee shop tepat di seberang Pet Shop milik Rosaline.
Alan memang merupakan pelanggan setia Rosaline, dari Alan lah, Rosaline mendapatkan Snowky. Ya, Snowky merupakan salah satu anak dari anjing Alan. Dulu, Rosaline pernah berpikir untuk menjalin hubungan dengan Alan, tapi karena lelaki itu terlalu baik, Rosaline tidak bisa memanfaatkan lelaki itu untuk menjadi pelariannya dalam melupakan sosok Dimitri.
Rosaline juga sempat berpikir jika Alan adalah sosok pendonor yang cocok untuk memberinya bayi, tapi ia berpikir lebih jauh lagi, saat ia hamil anak Alan, mereka pasti tak akan dapat berteman seperti ini lagi.
Rosaline mendesah panjang. "Ya, dialah orangnya."
Alan tersenyum. "Sepertinya kau beruntung, Rose. Dia tampak sempurna."
"Ya, mungkin. Jika kami belum pernah menikah sebelumnya."
"Apa?" Mata Alan membulat seketika.
"Dia mantan suamiku." Rosaline mendesah panjang.
"Woww, sepertinya kalian memang berjodoh."
"Alan, aku sedang tidak ingin bercanda." Rosaline memakan saladnya. "Hubungan kami sangat buruk. Aku bahkan tidak ingin bertemu dengannya lagi. Dan dengan adanya bayi ini, semuanya jadi semakin rumit."
"Well, aku hanya ingin menghiburmu, kau tampak sedikit tertekan."
"Ya, setelah aku tahu bahwa dia orangnya, aku merasa kurang nyaman."
"Kenapa?"
Rosaline menggelengkan kepalanya. Ya, ia tidak mungkin mengatakannya pada Alan, bahkan dengan Ana yang notabene lebih dekat dengannya saja, Rosaline tak pernah menceritakannya. Karena menceritakan semua masa lalunya seperti sedang mengorek luka lamanya.
***
"Kau tahu, dia hanya mencintaiku." Itu bukan sebuah pertanyaan.
"Kau gila? Kau adalah adik kandungnya." Rosaline membalas pernyataan gadis muda di hadapannya itu.
"Ya, tapi kami saling mencintai."
"Tidak! Dimitri hanya mencintaiku, itu sebabnya dia menikahiku meski kami belum lama saling kenal."
Wanita di hadapannya itu tertawa lebar. "Sadarlah, Rose. Kau hanya dijadikan alat untuk menutupi hubungan kami, kau hanya dijadikan alat untuk melahirkan penerus Armanzandrov. Itu saja, tidak lebih." Rosaline hanya ternganga mendengar ucapan wanita itu, ia mencoba memungkiri setiap kata yang terucap dari bibir wanita itu, tapi pikirannya berkata jika semuanya menjadi sangat masuk akal. Ya, tak ada yang kebetulan, semua memang sudah direncanakan Dimitri. Ia sudah ditipu oleh lelaki itu....
***
Dimitri tersenyum setelah melihat seorang wanita mendatangi meja makannya. Ia segera berdiri dan menyambut kedatangan wanita itu yang segera mengecup sisi kanan dan kiri pipinya dengan lembut.
"Kau tampak sangat tegang." Wanita itu berucap sembari menyunggingkan senyumannya, jemarinya bahkan mengusap lembut pipi Dimitri, berharap jika ketegangan Dimitri lenyap karena sentuhannya.
"Ya, kau tentu tahu karena siapa."
"Rosaline? Ayolah, sekarang apa lagi?"
Dimitri kembali duduk di kursinya, lalu ia mempersilahkan wanita di hadapannya itu duduk. "Duduklah, kita akan makan siang sebelum membahas semuanya, Ana." ucapan Dimitri tenang, namun matanya menatap wanita itu dengan penuh arti. Sedangkan wanita yang bernama Ana itu hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya menanggapi ucapan Dimitri.
Ahhh, ternyata lelaki itu masih sama, senang sekali mengintimidasi lawannya dengan tatapan mata tajamnya...
-TBC-
Chapter 5-Istana dan Gadis Manja-Setelah menghabiskan makan siangnya, Ana memakan makanan penutupnya dengan mata yang sesekali melirik ke arah Dimitri. Sedangkan Dimitri sendiri tampak sibuk dengan kopinya. Lelaki itu tak tampak ingin memulai pembicaraan hingga Ana akhirnya mebuka suara."Apa yang ingin kau bahas?" tanyanya secara langsung."Kau, sudah selesai dengan makan siangmu?" Dimitri bertanya balik."Seperti yang kau lihat." jawab Ana. "Jadi, apa yang terjadi dengan Rosaline?"Dimitri menghela napas panjang."Mungkin kau pikir ini sedikit menggelikan, tapi aku ingin tahu, apa dia memiliki te
Chapter 6-Membuat Bayi-Empat tahun yang lalu....Dimitri menyusul Katavia dan menghentikan adiknya itu saat gadis itu berada tepat di sebelah kolam renang. Katavia tampak menangis, dan Dimitri tahu jika semua itu karenanya.Ya, Katavia memang sedikit berbeda, adiknya itu mengidap Brother Complex, dan Dimitri tak dapat berbuat banyak tentang hal itu. Dimitri ingin pergi, agar Katavia bisa sembuh, tapi tidak bisa, karena keluarganya sedang membutuhkan dirinya untuk membantu mengurus perusahaan. Belum lagi ayahnya yang tidak mengetahui keadaan Katavia, dan Dimitri tidak ingin ayahnya tahu
Chapter 7 - Ya, Aku Mencintaimu!Empat tahun yang lalu…..Pagi itu, Rosaline sedikit merajuk dengan Dimitri karena Dimitri baru saja mengatakan padanya jika lelaki itu besok akan ada perjalanan bisnis ke London. Ya, selama tinggal di rumah Dimitri, Rosaline memang sering kali ditinggal Dimitri pergi ke luar kota, atau bahkan luar negeri, namun itu tak lebih lama dari satu atau dua hari. Tapi besok, Dimitri akan berada di London selama mungkin dua minggu lamanya. Bisa dibayangkan bagaimana bosannya Rosaline berada di rumah besar tersebut.Hubungannya dengan Katavia belum juga membaik, karena gadis itu seakan tidak memberi kesempatan padanya untuk sekedar menyapa. Padahal, Rosaline sudah berusaha belajar bahasa Rusia dengan ibu Dimitri.Yang dapat Rosaline lakukan saat Dimitri tak berada di rumah nanti mungkin hanya membaca atau menghabiskan waktu di dalam kamar me
Chapter 8 - Anak Daddy“Ceritakan padaku, maka aku bisa mengerti apa yang kau rasakan. Aku bisa menerima kebencianmu jika kau mau mengungkapkan semuanya. Bukan malah kabur dengan surat sialan itu.” Dimitri berkata dengan lembut. Ia mendekat ke arah Rosaline, sedangkan Rosaline sendiri sudah mulai terpana dengan kelembutan Dimitri.Jemari Dimitri kembali terulur meraih dagu Rosaline, mengangkatnya, sedangkan kakinya semakin mendekat hingga jarak diantara keduanya semakin dekat.“Kau, masih secantik dulu, Rose.” Dimitri berbisik dalam bahasa Rusia. “Aku begitu rindu menyentuhmu.” bisiknya lagi.Rosaline tidak menjawab, ia kembali terpana dengan mata Hazel milik Dimitri. Begitu indah, begitu mempesona hingga ketika Dimitri mendekatkan wajahnya, yang dapat Rose lakukan hanya menutup matanya.Dimitri mendaratkan bibirnya pada bibir Rosaline. Melumatnya dengan lembut, lidahnya me
Chapter 9 - Berkompromi“Tidak!” Rosaline berseru keras. “Aku tidak bisa menerimamu kembali.” Jawabnya dengan ketus sembari memakan kembali steaknya. Rose berusaha bersikap seketus mungkin dan senormal mungkin, meski kini sebenarnya jantungnya tak berhenti berdebar cepat karena perkataan dari Dimitri tadi.“Aku tahu, ini sulit untukmu.”“Ya, sangat sulit.”“Setidaknya, berceritalah padaku tentang apa yang terjadi saat itu. kenapa kau tiba-tiba pergi dari rumah. Mungkin setelah itu aku bisa lebih mengerti.”“Jadi kau masih belum mengerti juga, ya? Baiklah, aku akan memberitahumu secara singkat. Karena aku tidak mau lagi menjadi orang bodoh yang kau manfaatkan.”“Apa maksudmu, Rose?”Rosaline menatap Dimitri sekletika. “Jadi, Katya tidak bercerita padamu?” Rosaline tertawa lebar. “Seharusnya kau tidak
Chapter 10 - Laki-LakiSetelah mandi dan membersihkan diri, Rosaline segera menuju ke arah dapur. Ia kelaparan, Ya, mengingat hari sudah mulai siang. Lalu ia teringat perkataan Dimitri bahwa lelaki itu sudah menyiapkan sarapan untuknya.Rose menuju ke arah meja makannya, dan benar saja, di sana ada Tiga potong roti isi seperti yang dikatakan Dimitri lengkap dengan saus kejunya.“Well, apa dia berpikir bahwa aku monster yang dapat menghabiskan semua ini?” gerutunya.Rosaline lalu duduk. Dan ketika ia duduk, Snowky berlari kearahnya sesekali menjilati kakinya.“Hei, hei… Maaf, Sayang. Kau tidur sendirian semalam?” tanya Rose pada Snowky sembari mengusap-usap bulu tebal anjingnya itu. “Ya, sepertinya aku punya teman tidur baru.” Ucapnya dengan pipi yang kembali memerah. “Astaga, apa yang sudah kukatakan?” Rosaline menggelengkan kepalanya saat sadar
Chapter 11 - Seorang DawsonSetelah makan siang. Dimitri menawarkan diri untuk mengantar Rosaline pulang, tapi Rosaline menolak, karena ia ingin kembali ke Pet Shopnya. Akhirnya Dimitri menuruti saja apa keinginan Rosaline. Toh, hari ini sepertinya sudah cukup kebersamaannya dengan Rosaline.Sepanjang makan siang tadi, mereka memang tak banyak saling bicara, tapi setidaknya, itu membuat Dimitri senang karena Rosaline tidak sedikitpun melawannya atau melemparinya dengan perkataan-perkataan sinis dari wanita tersebut.“Jika ada apa-apa, hubungi aku.” Ucap Dimitri ketika hampir sampai di pet shop Rosaline.“Ya.”“Jika kau membutuhkan tumpangan, hubungi aku.” Tambahnya.“Jadi kau beralih profesi sebagai supir pribadi?”“Jika itu memungkinkan untuk membuatmu tidak menumpang mobil pria lain, maka aku akan melakukannya.”
Bab 12 - Melepas RinduSudah lima hari berlalu sejak hari dimana Dimitri berjanji padanya bahwa akan menjemputnya dimalam itu. Nyatanya, hingga hari ini, hingga malam ini, lelaki itu tak kunjung menghubunginya.Khawatir? Ya, tidak bisa dipungkiri jika Rosaline merasa khawatir, karena lelaki itu menghilang begitu saja seperti ditelan bumi, tak ada kabar, bahkan saat Rosaline mencoba menghubungi nomor Dimitri, nomor lelaki itu nyatanya tidak aktif.Beruntung, Tiga hari terakhir ada Ana yang selalu setia di sisinya. Ya, temannya itu ternyata memiliki sedikit masalah dengan Sean, kekasihnya. Tapi kemarin, keduanya sudah menyelesaikan masalahnya, hingga tadi siang, Ana sudah kembali pulang ke rumahnya.Malam ini, tinggallah Rosaline seorang diri di dalam kamarnya, kesepian, dan hanya ditemani Snowky yang ternyata sudah tertidur tepat di sebelahnya.Rose tak dapat menutup matanya, karena entah kenapa malam ini ia k
Rosaline melihat Ben, Katya dan juga Dimitri sedang berlari di halaman rumah mereka yang sangat luas. Rumah yang berada di Rusia. Ya, setelah berunding malam itu, mereka sepakat untuk pindah dan menetap di Rusia demi kebaikan bersama. Kedua orang tua Dimitri menyambut dengan baik keputusan mereka. Bahkan ibu Dimitri sangat berterimakasih kepada Rosaline karena mau menetap di Rusia. Rumah mereka yang ada di New York akan menjadi rumah untuk liburan. Mereka sepakat, ketika Ben, atau Katya libur sekolah, mereka akan ke New York untuk menghabiskan waktu di sana bersama dengan tetangga maupun teman-teman dekat mereka. Kini, Rosaline merasa sangat lega. Matanya masih menatap dengan damai kearah keluarga kecilnya yang kini sedang berlari-lari saling mengejar satu sama lain. Jemarinya terulur mengusap perut besarnya. Ya, dia hamil lagi, kali ini kembar. Dimitri benar-benar sangat antusias menyambut kehamilan Rosaline begitupun sebaliknya. Kini, lelaki itu tak
Seminggu berada di Rusia membuat Rosaline merasakan apa yang ia rasakan dulu ketika menjadi istri Dimitri sebelum ia meninggalkan lelaki itu dengan surat pembatalan pernikahan mereka beberapa tahun yang lalu. Rosaline diperlakukan seakan dia adalah nyonya dirumah Dimitri yang tampak seperti istana itu. Dan kadang, hal itu membuat Rosaline sedikit tidak nyaman. Masalahnya, ia sama sekali tak berniat untuk tinggal di Rusia selama-lamanya. Tapi para pelayan di rumah Dimitri seakan memperlakukannya seperti itu.Saat Rosaline sibuk dengan pikirannya sendiri sembari menyesap tehnya, Ibu Dimitri datang menghampirinya.“Rose, apa yang kau lakukan sendiri di sini?” tanyanya seraya duduk tepat di hadapan Rosaline.“Aku sedang menikmati sore dengan secangkir teh.” Jawabnya ramah. “Anak-anak?” tanyanya saat tak melihat Ben maupun Katya disekitar mereka.“Mereka sedang bermain dengan kakeknya di belakang.” Jawab Ibu Dimi
Setelah menghabiskan waktu di danau Onega, Dimitri dan juga Rosaline akhirnya kembali ke penginapan yang letaknya tak jauh dari danau tersebut. Penginapan itu adalah penginapan dimana Rose dan Dimitri memadu kasih untuk pertama kalinya kemudian memutuskan agar hubungan mereka menjadi lebih serius lagi dari sebelumnya.Ya, saat ini keduanya memang sedang berlibur ke Rusia tempat asal Dimitri. Ben, Putera pertama mereka dan juga Katya, Puteri yang baru dilahirkan Rose sekitar Satu tahun yang lalu juga ikut. Hanya saja saat ini keduanya sedang menghabiskan waktu di rumah Dimitri dengan kedua orang tua Dimitri. Hal itu membuat Dimitri dan juga Rose bisa menghabiskan waktu hanya berdua saja sembari mengenang masa lalu indah mereka.Memasuki kamar di penginapan tersebut, Dimitri membuka mantel yang ia kenakan, sedangkan matanya tak berhenti menatap ke arah Rosaline, istri yang begitu Ia cintai. Wanita itu tampak sudah duduk di pinggiran ranjang dan membuka sepatu boot yang i
-Dimitri-“Ben…. Ben… Sayang, dimana kau?” Teriakan Rosaline membuatku dan juga Ben terkikik geli. Saat ini, kami berdua sedang bersembunyi di dalam rumah pohon yang memang sudah kubangun untuk Ben. Rumah diatas sebuah pohon di halaman rumah kami.Usia Ben saat ini sudah menginjak Lima tahun, dan dia sudah mulai bersekolah. Hari ini adalah hari dimana kami akan mengadakan pesta perayaan Halloween. Dan sepanjang pagi tadi, Rosaline sibuk menyiapkan segala sesuatunya di dapur kami. Ya, dia selalu saja seperti itu.Suara anjing membuat Ben kesal hingga berkata “Daddy, Snowky dan anak-anaknya akan menunjukkan persembunyian kita pada Mommy.”Ya, Snowky, Anjing kami itu kini sudah memiliki banyak anak. Sebagian sudah diadopsi oleh beberapa dog lovers, tapi beberapa diantaranya masih tinggal. Ada Timmy, Billy, Kessy, Chelly, dan entah apa lagi. Aku bahkan sulit mengingat namanya. Tapi
Mitya, kau berkata jika kau suka saat aku memanggilmu seperti ini. tapi apa kau tahu jika aku membencinya? Ya, aku ingin memanggilmu dengan menggunakan namamu saja, seperti yang dilakukan Ana, seperti yang dilakukan Rose, karena kupikir, itu akan merubah pandanganmu terhadapku, tapi ternyata aku salah. Mitya, jika kau bertanya seberapa besar aku mencintaimu, maka aku tak dapat menjawabnya. Aku bahkan tidak mengerti, inikah yang dinamakan cinta?Maaf, aku melakukan hal ini. karena sampai kapanpun juga, aku tidak akan pernah rela melihatmu bersama dengan perempuan lain.Ada sedikit keinginan, suatu saat nanti, kita bisa hidup bahagia bersama sebagai sebuah keluarga, seperti masa kecil kita dulu. Lalu putera dan puterimu memanggiku dengan panggilan ‘Aunty’. Kau bersama dengan perempuan yang kau cintai, sedangkan aku sudah menemukan penggantimu yang begitu kucintai. Tapi kupikir, semua itu hanya anganku, hanya bayang
Rosaline duduk di sebuah kursi roda di taman rumah sakit. Dengan Ana yang duduk di bangku rumah sakit tepat di sebelahnya. Sedangkan Dimitri, lelaki itu diminta Ana untuk menjauh, dan memilih mengamati ikan-ikan peliharaan yang ada di sebuah kolam kecil di tengah-tengah taman rumah sakit tersebut.Rosaline merasakan de javu. Bagaimana tidak, Empat tahun yang lalu, ia juga sedang duduk di bangku taman rumah sakit dengan Ibu Dimitri yang duduk di sebelahnya. Lalu wanita paruh baya itu menceritakan tentang masa lalu Dimitri yang cukup membuat Rosaline tercengang. Dan kini, ia merasa dalam keadaan yang sama, dimana seseorang akan menceritakan sesuatu yang mungkin saja akan mencengangkan untuknya di sebuah taman rumah sakit.Oh, bagaimana bisa kebetulan seperti ini?“Apa yang dikatakan Katavia kepadamu, Rose?” tanya Ana dengan serius.“Dia hanya bilang, bahwa kau adalah salah satu puteri dari keluarga Dimitri, kalian saling jatuh cin
Dimitri segera menghidupkan ponselnya saat ia turun dari pesawat. Ia sedikit mengerutka keningnya ketika mendapati banyak sekali pesan suara yang ia terima dari nomor Ana. Akhirnya Dimitri segera menghubungi Ana karena takut terjadi sesuatu yang tidak ia inginkan.“Astaga, kemana saja, Kau?” tanya Ana dari seberang dengan suara yang sedikit meninggi.“Aku baru turun dari pesawat.”“Rose mengalami kontraksi. Kemungkinan bayinya akan lahir permatur.”“Apa?”“Kutunggu di rumah sakit.”Setelah itu, telepon di tutup. Dan Dimitri segera bergegas menuju ke rumah sakit, tempat Rosaline berada. Semuanya akan baik-baik saja, ya, semuanya akan baik-baik saja. Pikirnya.***Setelah mendapatkan penjelasan dari Ana dan beberapa dokter kandungan lainnya, akhirnya Rosaline mau tidak mau menghadapi kenyataan bahwa bayinya akan dilahirkan secara prematur melal
“Benarkah? Termasuk kenyataan bahwa Anastasya adalah kakakku yang merupakan cinta pertama Dimitri? Kau tidak ingin mendengar cerita tentang mereka?”“A-apa?”“Ya, Rose, hubungan mereka lebih dari yang kau kira.”Rosaline menggelengkan kepalanya. “Tidak mungkin. Ana adalah orang Inggris, bahkan dia memiliki keluarga yang cukup terpandang di sana.”Katavia tersenyum mengejek. “Biar kuceritakan sedikit cerita padamu.” Katavia menyesap kopi pesanannya, sebelum ia mulai membuka suara. “Ayah kami, yang hampir tidak pernah pulang, nyatanya memiliki seorang simpanan, wanita Inggris. Dari wanita itu, dia memiliki Anastasya. Wanita itu meninggal saat melahirkan, karena tidak ingin namanya tercoreng, ayah kami memberikan Anastasya pada salah seorang temannya, pun dengan nama belakangnya.”Sambil menggelengkan kepalanya, Rosaline tidak perca
“Kateya?” Rosaline masih tak percaya dengan seorang gadis yang berada di hadapannya.“Ya, aku.” Katavia berbicara menggunakan bahasa Inggris. Ia tahu sebenarnya gadis itu bisa berbahasa Inggris, tapi gadis itu tetap menggunakan bahasa Rusia untuk mengejeknya. Rosaline tahu itu.“Apa yang kau lakukan di sini?”“Menemuimu.”“Maaf, aku sedang sibuk.”“Kau tak akan sibuk saat mengetahui apa yang akan kukatakan padamu, Rose.”“Tidak Katya! Aku tidak ingin mendengarkan apapun. Kau hanya ingin merusak semuanya, dan aku tidak ingin kau melakukan itu lagi padaku.”Katavia tersenyum mengejek. “Benarkah? Bagaimana jika ini berhubungan dengan temanmu, Anastasya William?”Mata Rosaline membulat seketika. “Apa yang akan kau lakukan terhadapnya? Aku tidak akan membiarkanmu menyentuhnya.”Kali ini gadis itu tertawa lebar seakan me