Chapter 5
-Istana dan Gadis Manja-
Setelah menghabiskan makan siangnya, Ana memakan makanan penutupnya dengan mata yang sesekali melirik ke arah Dimitri. Sedangkan Dimitri sendiri tampak sibuk dengan kopinya. Lelaki itu tak tampak ingin memulai pembicaraan hingga Ana akhirnya mebuka suara.
"Apa yang ingin kau bahas?" tanyanya secara langsung.
"Kau, sudah selesai dengan makan siangmu?" Dimitri bertanya balik.
"Seperti yang kau lihat." jawab Ana. "Jadi, apa yang terjadi dengan Rosaline?"
Dimitri menghela napas panjang."Mungkin kau pikir ini sedikit menggelikan, tapi aku ingin tahu, apa dia memiliki teman kencan?"
Ana mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa kau menanyakan tentang hal itu?"
"Aku melihat dia cukup dekat dengan pria lain di dalam tokonya."
"Mungkin itu hanya pelanggannya."
Dimitri sedikit tersenyum masam. "Dia tidak mengakuiku di depan pria itu."
Ana tertawa lebar."Jadi kau kesal karena hal itu? Ayolah, kau sudah membiarkannya pergi selama Empat tahun tanpa mengejarnya, kau seharusnya bersyukur karena dia tidak berkencan dengan pria manapun selama itu."
"Kau yakin?"
"Kak, Aku selalu berada di sisinya, kau tahu."
Dimitri tersenyum sebal."Ana, jangan lagi memanggilku dengan panggilan menggelikan itu."
Lagi-lagi, Ana tersenyum lebar."Baiklah, tapi kau harus tahu, Rose tidak dekat dengan siapapun." Ana meminum jusnya, lalu melanjutkan kalimatnya."Bahkan tadi malam saja, dia berkata jika dia ingin bercinta denganmu."
"Apa?"
"Ya, kau tahu, hormon ibu hamil."
"Kau bercanda?"
"Dia meneleponku sepanjang malam, berharap jika aku bisa mengalihkan dia dari gairahnya.Yang benar saja."Ana tertawa lebar."Kau harus menempel dengannya agar dia tidak lagi mengganggu malam-malamku bersama Sean."
Dimitri sedikit tersenyum, ia mengaduk kopinya dan bertanya. "Kau masih dengan pria inggris itu?" tanya Dimitri tanpa melihat ke arah Ana.
"Sean? Ya, tentu saja. Dia sudah melamarku. Lihat ini."Ana menunjukkan jari manisnya yang sudah dilingkari cincin pemberian Sean, kekasihnya.
Dimitri melirik sekilas lalu berkomentar."Kau, tampak bahagia dengannya."
"Ya, dan akupun berharap kau bahagia dengan Rosaline."Dimitri tersenyum dan kembali menatap ke arah kopinya. Lalu jemari Ana meraih jemari Dimitri. "Aku membantumu untuk kembali mendapatkan Rose, Aku ingin kau memiliki kebahagiaan yang sebenarnya seperti yang kurasakan. Aku tidak ingin kau seperti Katavia."
Wajah Dimitri mengeras seketika saat mendengar nama itu di sebut. Katavia Armanzandrov, adiknya, dan, adik Ana juga tentunya. Perempuan yang setengah gila karena jatuh cinta pada Dimitri yang tak lain adalah kakak kandungnya sendiri. Tapi Dimitri tak dapat menghakimi Katavia, mengingat itu adalah sebuah kelainan. Tentu saja berbeda dengan apa yang ia rasakan dulu kepada Ana.
"Kau, bisa bahagia, bukan?" tanya Ana sekali lagi.
Dimitri menatap Ana dengan mata tajamnya."Ya, tentu saja."
"Rose mencintaimu, aku harap kalian mendapatkan kebahagiaan kalian. Dan sepertinya, kau harus bekerja ekstra."
"Maksudmu?"
"Sepertinya di tahu hubunganmu yang tak biasa dengan Katavia."
"Benarkah?"
"Ya, baru tadi malam dia bercerita padaku, bahwa dia pergi karena merasa jika kau memanfaatkannya."
Dimitri menghela napas panjang."Apa yang harus kulakukan selanjutnya?"
"Buat dia kembali mencintaimu, aku tahu Rose belum bisa melupakanmu, dia hanya terlalu kecewa padamu."
"Kau tahu bukan, jika aku bukan tipe pria yang suka menggoda atau merayu wanita? Sungguh, ini sama sekali bukan diriku."
Ya, tentu saja Ana tahu, lelaki macam apa Dimitri. Lelaki ini memang memiliki segalanya. Tampan, kaya, berkuasa, tapi dia bukan sosok romantis, atau sosok berengsek yang memanfaatkan kekuasaannya untuk bermain-main dengan perempuan.
Ana bahkan tidak yakin, jika dulu Dimitri mampu menakhlukkan hati Rosaline. Ya, walau pertemuan keduanya sudah ia dan Dimitri rencanakan, tapi tetap saja, sikap Dimitri yang kaku membuat Ana sedikit ragu.
"Hei, kau bisa memanfaatkan hormonnya yang sedang kacau."
"Maksudmu?"
Ana tersenyum penuh arti."Kau tentu tahu apa maksudku."
Ya, Dimitri tahu. Tapi ia tidak yakin dapat melakukannya. Membawa Rosaline ke atas ranjangnya dan menjalin keintiman kembali seperti dulu. Dapatkah ia melakukannya?
***
Malamnya...
Dengan sedikit malas Rosaline membuka pintu flatnya. Dia tahu jika yang datang adalah Dimitri karena lelaki itu sudah bilang padanya tadi siang.Tapi tetap saja, rasa kesalnya tak berkurang sedikitpun saat tahu jika Dimitri memang benar-benar datang untuk mengajaknya makan malam bersama.
"Kau tidak perlu repot-repot. Aku sudah makan malam."Jawab Rosaline dengan sedikit ketus.
"Kau tidak pandai berbohong."
"Ayolah, aku hanya tidak ingin menghabiskan malamku denganmu."Akhirnya Rosaline mengaku."Kau membuatku terganggu!" lanjutnya lagi.
"Biarkan aku masuk."
"Tidak!"Rosaline berseru keras. Ya, ia tidak akan membiarkan Dimitri masuk, karena jika lelaki itu masuk ke dalam flatnya malam ini, maka ia tidak dapat berjanji jika bisa menjaga diri dan perasaannya agar tidak tergoda dengan lelaki itu.
"Rose, ini tidak adil untukku.Bayi itu adalah milikku juga."
"Jika aku tahu bahwa kau sang pendonor sperma, maka aku akan menolak mengandungnya."
"Ucapanmu sudah keterlaluan, Rose."
"Maksudku, kau tidak memiliki hak, di sini akulah yang memutuskan untuk mengandung bayi ini. Meski itu bukan dirimu, meski sang pendonor itu adalah pria lain, aku tetap tidak bisa menerimanya. Karena aku memutuskan hal ini sendiri."
"Dan karena ini milikku, maka aku memiliki hak sebesar dirimu."Dimitri mengucapkan kalimat tersebut sambil menerobos masuk, mendorong pintu flat Rosaline dan masuk begitu saja meski Rosaline sebenarnya tidak mengizinkannya masuk.
Snowky menggonggong, melompat-lompat kearah Dimitri, seakan tidak suka dengan kedatangan lelaki itu.
"Anjing yang pintar."Dimitri berkomentar. Ia senang jika Rosaline ada yang menjaga, meski itu hanya seekor anjing.
"Aku tidak mempersilahkan kau masuk. Kenapa kau tetap masuk?"Rosaline bertanya tanpa bisa menyembunyikan kekesalannya. Sungguh, ia tidak ingin Dimitri berada di sini malam ini, apalagi dengan sikap arogan dan begitu mengintimidasinya.
Jemari Dimitri terulur, mencoba meraih pipi Rosaline, tapi secepat kilat Rose menampiknya.
"Jangan coba-coba."Rosaline mengingatkan.
"Kau masih milikku, Rose."
Rosaline tertawa seakan menertawakan perkataan Dimitri."Katakan itu pada adikmu."
"Apa yang dikatakan Katya kepadamu?" Katya adalah panggilan masa kecil Katavia.
"Tidak ada."
"Ceritakan padaku, maka aku bisa mengerti apa yang kau rasakan. Aku bisa menerima kebencianmu jika kau mau mengungkapkan semuanya. Bukan malah kabur dengan surat sialan itu."
Mengatakannya? Tidak bisa, bahkan untuk mengingatnya saja, Rosaline merasa sakit hati....
Empat tahun yang lalu...
Rosaline masih tidak menyangka jika saat ini, statusnya sudah berubah menjadi seorang istri, setelah kemarin sore, Dimitri memperistrinya di sebuah gereja sederhana yang hanya disaksikan oleh pendeta.
Kini, lelaki itu mengajaknya pulang.Ya, pulang ke rumah lelaki tersebut. Astaga, bahkan hingga saat ini, Rosaline tidak banyak mengenal Dimitri. Ia benar-benar bodoh, padahal belum genap sebulan ia berkenalan dengan Dimitri, dan ia menerima begitu saja ajakan lelaki itu untuk menikah.
Terkadang, Rosaline takut, jika Dimitri bukanlah orang yang baik.Ia takut karena ia sudah terlanjur jatuh hati dengan lelaki itu bahkan sejak pertama kali bertemu dan menatap mata Hazelnya. Maka dari itu, kini, Rosaline tak dapat menyembunyikan perasaan gugupnya. Perutnya terasa melilit, seperti ia akan menghadapi sebuah peristiwa besar.
Hal tersebut tak lepas dari pandangan Dimitri, hingga Dimitri bertanya lembut padanya. "Kau, baik-baik saja?" tanya Dimitri yang masih berkonsentrasi mengemudikan mobilnya.
"Jika boleh jujur, aku sedang tidak baik-baik saja."
Dimitri sedikit tersenyum."Ada yang mengganggu pikiranmu?"
"Ya, Astaga, aku merasa bodoh. Aku masih tidak percaya jika kita sudah menikah. Aku menikah dengan orang asing?"
"Aku bukan orang asing, Rose.Aku suamimu."
"Well, sebelumnya kau adalah orang asing. Aku bahkan tidak mengenal keluargamu, tidak tahu dimana rumahmu."
"Kau akan tahu setelah ini." Dimitri menjawab dengan tenang.
"Maksudku, seharusnya aku tahu sebelum kita menikah, bukan setelahnya."
"Kupikir itu bukan masalah, karena aku yakin, kau tidak akan berubah pikiran setelah tahu semuanya."
Well, benarkah? Ya, jika Dimitri bukan seorang gembel dengan banyak hutang, maka Rosaline tidak akan berubah pikiran. Rosaline memang sudah jatuh hati dengan Dimitri, tapi memikirkan jika mungkin saja lelaki itu adalah seorang yang tak memiliki pekerjaan atau bahkan mungkin memiliki banyak hutang membuat Rosaline berpikir dua kali untuk melanjutkan pernikahan mereka. Bukannya Rosaline mata duitan, tapi ia mencoba berpikir realistis. Hidupnya sendiri saja masih pas-pasan, tidak mungkin ia menerima beban Dimitri jika benar lelaki itu kekurangan seperti yang ia pikirkan.
Tapi kemudian, Rosaline menegakkan punggungnya seketika, ketika Dimitri berhenti di depan sebuah pagar besar yang lebih cocok disebut dengan benteng sebuah istana.
Apa mereka akan mengunjungi tempat bersejarah dahulu sebelum pulang ke rumah Dimitri?
Benteng atau gerbang besar itu akhirnya terbuka secara otomatis setelah Dimitri mengeluarkan sesuatu seperti alat mengenal dari dashboard mobilnya dan ditempelkan pada alat yang tersedia disisi gerbang.
"Kau bekerja di sini?" tanya Rosaline dengan wajah polosnya.
Dimitri tertawa, ia menggelengkan kepalanya dan masih mengemudikan mobilnya masuk ke dalam gerbang tersebut.
Rosaline sempat ternganga menatap pemandangan di hadapannya. Itu seperti sebuah mansion, tidak, mungkin lebih cocok di sebut dengan istana. Sangat besar, sangat indah. Tempat apa ini? Tanyanya dalam hati.
"Kau tidak perlu ternganga seperti itu." Dimitri berkomentar dengan sedikit menyunggingkan senyumannya.
"Kau bekerja di sini?"
"Tidak."
"Lalu?"
"Ini rumahku, Rose. Kita akan tinggal di sini sementara dan pindah setelah aku menemukan rumah baru untuk kita berdua."
"Kau bercanda?" Rosaline masih tidak percaya jika apa yang ia lihat adalah rumah Dimitri. Ia memang tidak suka berpikir jika Dimitri adalah lelaki miskin, tapi Astaga, ini terlalu berlebihan untuknya.
Dimitri menggelengkan kepalanya masih dengan senyuman lembutnya ia menjawab "Ini rumah keluarga Armanzandrov."
Sial! Mengetahui hal ini tidak membuat Rosaline senang atau membaik, tidak, mungkin lebih ke gugup.Ia merasa Dimitri semakin mengintimidasinya berkali-kali lipat dari pada sebelum ia tahu siapa sosok lelaki yang sudah menjadi suaminya itu sebenarnya.
Jika benar Dimitri adalah pemilik istana ini, maka bisa dibilang jika lelaki ini adalah salah satu milyader dari Rusia.Tapi kenapa Dimitri memilihnya? Menikahinya begitu saja padahal mereka belum lama saling kenal. Apa Dimitri tidak takut tertipu dengan orang asing?
"Ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Dimitri saat ia sudah memarkirkan mobil yang mereka kendarai di tempat parkir yang sudah disediakan.
"Kau, tidak bercanda tentang hal ini, bukan?"
"Apa yang membuatmu berpikir aku sedang bercanda?"
"Kau, jika kau pemilik istana ini, maka siapa kau sebenarnya? Kenapa kau bisa memilihku?"
Dimitri sedikit tersenyum. Ya, lagi-lagi senyum itu. "Keluarga Armanzandrov adalah salah satu klan keluarga terkaya dan terpandang di Rusia, kami juga salah satu klan Bangsawan di sini. Aku hanya bisa bercerita tentang itu. Karena jika aku menceritakan usaha kami, maka itu tidak akan ada akhirnya. Kau juga tak akan mengerti."
"Lalu kenapa aku? Kenapa kau berada di Kremlin saat itu? Kenapa kau menolongku, turis yang sedang sial. Bahkan saat ini aku merasa seperti seorang pengemis saat di hadapanmu."
"Rose. Jangan seperti ini. Mungkin itu sudah takdir, aku berada di sana karena kupikir aku sudah cukup lama tidak ke sana. Lalu aku melihatmu jatuh tak berdaya, melihat tangismu yang seketika itu juga menyentuh hatiku. Aku tidak pernah merasa kekurangan, tapi denganmu, aku merasakan hal itu. Aku menyukaimu, Rose, aku mencintaimu, karena itulah aku memilihmu."
"Dan orang tuamu? Apa mereka akan menerima pilihanmu?"
"Ya, tentu saja. Mereka akan menerima apapun pilihanku, apalagi jika wanita itu mampu memberi mereka seorang penerus."
"Maksudmu, kau ingin, aku mengandung bayimu?" Rosaline bertanya dengan sedikit tak percaya.Ya, karena selama menjalin hubungan dengan Dimitri, mereka tak pernah sekalipun membahas tentang bayi. Bukannya tidak suka, tapi itu malah membuat Rosaline terharu karena Dimitri rela penerusnya dikandung oleh wanita biasa-biasa saja sepertinya.
Jemari Dimitri terulur mengusap lembut pipi Rosaline."Ya, tentu saja. Kau istriku, hanya kau yang boleh mengandung dan melahirkan bayi-bayiku nantinya."
Terharu, tersentuh, dan entah perasaan apalagi yang dirasakan oleh Rosaline saat itu. Ya, setidaknya pengakuan Dimitri saat itu mampu menyuntikkan sebuah kepercayaan diri, bahwa ia memang spesial untuk lelaki ini, dan ia pantas bersanding dengan lelaki ini.
***
Nyonya Armanzandrov menyambutnya dengan bahagia. Rupaya, ibu Dimitri bukanlah seseorang yang memandang orang lain dari status sosialnya. Dengan senang hati, Rosaline di ajak berkeliling rumah yang lebih cocok di sebut sebagai istana tersebut.
Entah sudah berapa banyak pelayan berseragam yang ia temui di sana. Sayangnya, tak seorangpun di sana yang dapat berbahasa inggris karena mereka menggunakan bahasa rusia.
"Kau akan senang tinggal di sini." ucap ibu Dimitri. "Kami akan memanjakanmu seperti seorang puteri." Lanjutnya lagi dengan aksen khas orang Rusia.
"Terimakasih." Hanya itu yang dapat Rose ucapkan.Ia tidak tahu harus berkata apa lagi, meskipun wanita itu tak lagi muda, nyatanya ia mampu mengintimidasi Rosaline hanya dengan setiap pergerakannya.
"Dimitri." Sebuah panggilan memaksa semua orang yang berada di sana menoleh ke arah suara tersebut, termasuk Rosaline.
Rosaline melihat seorang gadis cantik dengan rambut berwarna madu datang menghampiri mereka. Dengan mesra gadis itu merangkul lengan Dimitri tanpa canggung sedikitpun. Bahkan gadis itu melemparkan tatapan tidak sukanya ke arah Rosaline.
"Katya, kenalkan, ini Rose, istri kakakmu. Dan Rose, ini adalah Katavia, adik Dimitri, kau bisa memanggilnya dengan Katya."
Rosaline tersenyum saat tahu siapa gadis yang tampak manja di hadapannya itu. Rupanya itu adik Dimitri. Dengan senang hati Rosaline mengulurkan telapak tangannya, berharap dapat berkenalan dan menjadi teman baik gadis yang dipanggil dengan panggilan Katya tersebut.
"Rose." Rosaline memperkenalkan diri sambil mengulurkan telapak tangannya.
Bukannya menerima uluran tangan Rosaline, gadis itu malah menatap Rosaline dengan tatapan penuh kebencian. Lalu ia menatap Dimitri dengan mata marahnya.
"Kau menikah dengannya?" tanya gadis manja itu pada Dimitri dengan nada tidak suka.
Rosaline merasa ada sesuatu yang janggal. Apa mungkin Katavia belum rela ditinggal kakaknya menikah? Apa gadis itu takut perhatian Dimitri kurang terhadapnya? Ya, mungkin saja begitu. Rosaline mencoba berpikir positif.
"Ya, Katya. Rose adalah istriku." Dimitri menjawab dengan tenang, tapi terselip sebuah ketegasan dalam setiap perkataannya .
"Kau mengkhianatiku! Kau menyakitiku! Aku membencimu!" seruan-seruan itu terucap dalam bahasa Rusia hingga membuat Rosaline bingung karena tak mengerti. Tapi terlihat jelas pada ekspresi wajah gadis itu, bahwa gadis itu sedang marah dan sangat tidak suka dengan kehadirannya.
Gadis itu berlari pergi, dan Dimitri segera berlari menyusulnya, meninggalkannya seperti orang bodoh yang tidak mengerti apapun.
Ada apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi?
-TBC-
Chapter 6-Membuat Bayi-Empat tahun yang lalu....Dimitri menyusul Katavia dan menghentikan adiknya itu saat gadis itu berada tepat di sebelah kolam renang. Katavia tampak menangis, dan Dimitri tahu jika semua itu karenanya.Ya, Katavia memang sedikit berbeda, adiknya itu mengidap Brother Complex, dan Dimitri tak dapat berbuat banyak tentang hal itu. Dimitri ingin pergi, agar Katavia bisa sembuh, tapi tidak bisa, karena keluarganya sedang membutuhkan dirinya untuk membantu mengurus perusahaan. Belum lagi ayahnya yang tidak mengetahui keadaan Katavia, dan Dimitri tidak ingin ayahnya tahu
Chapter 7 - Ya, Aku Mencintaimu!Empat tahun yang lalu…..Pagi itu, Rosaline sedikit merajuk dengan Dimitri karena Dimitri baru saja mengatakan padanya jika lelaki itu besok akan ada perjalanan bisnis ke London. Ya, selama tinggal di rumah Dimitri, Rosaline memang sering kali ditinggal Dimitri pergi ke luar kota, atau bahkan luar negeri, namun itu tak lebih lama dari satu atau dua hari. Tapi besok, Dimitri akan berada di London selama mungkin dua minggu lamanya. Bisa dibayangkan bagaimana bosannya Rosaline berada di rumah besar tersebut.Hubungannya dengan Katavia belum juga membaik, karena gadis itu seakan tidak memberi kesempatan padanya untuk sekedar menyapa. Padahal, Rosaline sudah berusaha belajar bahasa Rusia dengan ibu Dimitri.Yang dapat Rosaline lakukan saat Dimitri tak berada di rumah nanti mungkin hanya membaca atau menghabiskan waktu di dalam kamar me
Chapter 8 - Anak Daddy“Ceritakan padaku, maka aku bisa mengerti apa yang kau rasakan. Aku bisa menerima kebencianmu jika kau mau mengungkapkan semuanya. Bukan malah kabur dengan surat sialan itu.” Dimitri berkata dengan lembut. Ia mendekat ke arah Rosaline, sedangkan Rosaline sendiri sudah mulai terpana dengan kelembutan Dimitri.Jemari Dimitri kembali terulur meraih dagu Rosaline, mengangkatnya, sedangkan kakinya semakin mendekat hingga jarak diantara keduanya semakin dekat.“Kau, masih secantik dulu, Rose.” Dimitri berbisik dalam bahasa Rusia. “Aku begitu rindu menyentuhmu.” bisiknya lagi.Rosaline tidak menjawab, ia kembali terpana dengan mata Hazel milik Dimitri. Begitu indah, begitu mempesona hingga ketika Dimitri mendekatkan wajahnya, yang dapat Rose lakukan hanya menutup matanya.Dimitri mendaratkan bibirnya pada bibir Rosaline. Melumatnya dengan lembut, lidahnya me
Chapter 9 - Berkompromi“Tidak!” Rosaline berseru keras. “Aku tidak bisa menerimamu kembali.” Jawabnya dengan ketus sembari memakan kembali steaknya. Rose berusaha bersikap seketus mungkin dan senormal mungkin, meski kini sebenarnya jantungnya tak berhenti berdebar cepat karena perkataan dari Dimitri tadi.“Aku tahu, ini sulit untukmu.”“Ya, sangat sulit.”“Setidaknya, berceritalah padaku tentang apa yang terjadi saat itu. kenapa kau tiba-tiba pergi dari rumah. Mungkin setelah itu aku bisa lebih mengerti.”“Jadi kau masih belum mengerti juga, ya? Baiklah, aku akan memberitahumu secara singkat. Karena aku tidak mau lagi menjadi orang bodoh yang kau manfaatkan.”“Apa maksudmu, Rose?”Rosaline menatap Dimitri sekletika. “Jadi, Katya tidak bercerita padamu?” Rosaline tertawa lebar. “Seharusnya kau tidak
Chapter 10 - Laki-LakiSetelah mandi dan membersihkan diri, Rosaline segera menuju ke arah dapur. Ia kelaparan, Ya, mengingat hari sudah mulai siang. Lalu ia teringat perkataan Dimitri bahwa lelaki itu sudah menyiapkan sarapan untuknya.Rose menuju ke arah meja makannya, dan benar saja, di sana ada Tiga potong roti isi seperti yang dikatakan Dimitri lengkap dengan saus kejunya.“Well, apa dia berpikir bahwa aku monster yang dapat menghabiskan semua ini?” gerutunya.Rosaline lalu duduk. Dan ketika ia duduk, Snowky berlari kearahnya sesekali menjilati kakinya.“Hei, hei… Maaf, Sayang. Kau tidur sendirian semalam?” tanya Rose pada Snowky sembari mengusap-usap bulu tebal anjingnya itu. “Ya, sepertinya aku punya teman tidur baru.” Ucapnya dengan pipi yang kembali memerah. “Astaga, apa yang sudah kukatakan?” Rosaline menggelengkan kepalanya saat sadar
Chapter 11 - Seorang DawsonSetelah makan siang. Dimitri menawarkan diri untuk mengantar Rosaline pulang, tapi Rosaline menolak, karena ia ingin kembali ke Pet Shopnya. Akhirnya Dimitri menuruti saja apa keinginan Rosaline. Toh, hari ini sepertinya sudah cukup kebersamaannya dengan Rosaline.Sepanjang makan siang tadi, mereka memang tak banyak saling bicara, tapi setidaknya, itu membuat Dimitri senang karena Rosaline tidak sedikitpun melawannya atau melemparinya dengan perkataan-perkataan sinis dari wanita tersebut.“Jika ada apa-apa, hubungi aku.” Ucap Dimitri ketika hampir sampai di pet shop Rosaline.“Ya.”“Jika kau membutuhkan tumpangan, hubungi aku.” Tambahnya.“Jadi kau beralih profesi sebagai supir pribadi?”“Jika itu memungkinkan untuk membuatmu tidak menumpang mobil pria lain, maka aku akan melakukannya.”
Bab 12 - Melepas RinduSudah lima hari berlalu sejak hari dimana Dimitri berjanji padanya bahwa akan menjemputnya dimalam itu. Nyatanya, hingga hari ini, hingga malam ini, lelaki itu tak kunjung menghubunginya.Khawatir? Ya, tidak bisa dipungkiri jika Rosaline merasa khawatir, karena lelaki itu menghilang begitu saja seperti ditelan bumi, tak ada kabar, bahkan saat Rosaline mencoba menghubungi nomor Dimitri, nomor lelaki itu nyatanya tidak aktif.Beruntung, Tiga hari terakhir ada Ana yang selalu setia di sisinya. Ya, temannya itu ternyata memiliki sedikit masalah dengan Sean, kekasihnya. Tapi kemarin, keduanya sudah menyelesaikan masalahnya, hingga tadi siang, Ana sudah kembali pulang ke rumahnya.Malam ini, tinggallah Rosaline seorang diri di dalam kamarnya, kesepian, dan hanya ditemani Snowky yang ternyata sudah tertidur tepat di sebelahnya.Rose tak dapat menutup matanya, karena entah kenapa malam ini ia k
Chapter 13 - Sepanas BaraDimitri sedikit mengangkat tubuh Rosaline, membawa wanita itu masuk ke dalam kamar tanpa melepaskan tautan bibir mereka.Kulit Rosaline terasa halus dan lembut, harum menyenangkan, dan juga, basah menggairahkan. Gabungan dari semua yang ia rasakan pada tubuh Rosaline membuat Dimitri seakan tak mampu menahan diri lagi. Ia menurunkan Rosaline tepat di belakang pintu kamar Rosaline setelah pintu itu kembali di tutup. Lalu tanpa banyak bicara lagi, Dimitri meraih tali kimono yang membalut tubuh Rosaline, menariknya hingga kimono itu terbuka dan mendapati tubuh bagian depan Rosaline yang terpampang jelas di hadapannya.“Kau, sangat menakjubkan.” bisiknya parau.Rosaline tidak menjawab, ia malam mengulurkan jemarinya untuk membuka kancing-kancing kemeja yang dikenakan oleh Dimitri, matanya menelusuri dada bidang milik mantan suaminya tersebut. Ya, masih sebidang dulu, sekekar dulu, da
Rosaline melihat Ben, Katya dan juga Dimitri sedang berlari di halaman rumah mereka yang sangat luas. Rumah yang berada di Rusia. Ya, setelah berunding malam itu, mereka sepakat untuk pindah dan menetap di Rusia demi kebaikan bersama. Kedua orang tua Dimitri menyambut dengan baik keputusan mereka. Bahkan ibu Dimitri sangat berterimakasih kepada Rosaline karena mau menetap di Rusia. Rumah mereka yang ada di New York akan menjadi rumah untuk liburan. Mereka sepakat, ketika Ben, atau Katya libur sekolah, mereka akan ke New York untuk menghabiskan waktu di sana bersama dengan tetangga maupun teman-teman dekat mereka. Kini, Rosaline merasa sangat lega. Matanya masih menatap dengan damai kearah keluarga kecilnya yang kini sedang berlari-lari saling mengejar satu sama lain. Jemarinya terulur mengusap perut besarnya. Ya, dia hamil lagi, kali ini kembar. Dimitri benar-benar sangat antusias menyambut kehamilan Rosaline begitupun sebaliknya. Kini, lelaki itu tak
Seminggu berada di Rusia membuat Rosaline merasakan apa yang ia rasakan dulu ketika menjadi istri Dimitri sebelum ia meninggalkan lelaki itu dengan surat pembatalan pernikahan mereka beberapa tahun yang lalu. Rosaline diperlakukan seakan dia adalah nyonya dirumah Dimitri yang tampak seperti istana itu. Dan kadang, hal itu membuat Rosaline sedikit tidak nyaman. Masalahnya, ia sama sekali tak berniat untuk tinggal di Rusia selama-lamanya. Tapi para pelayan di rumah Dimitri seakan memperlakukannya seperti itu.Saat Rosaline sibuk dengan pikirannya sendiri sembari menyesap tehnya, Ibu Dimitri datang menghampirinya.“Rose, apa yang kau lakukan sendiri di sini?” tanyanya seraya duduk tepat di hadapan Rosaline.“Aku sedang menikmati sore dengan secangkir teh.” Jawabnya ramah. “Anak-anak?” tanyanya saat tak melihat Ben maupun Katya disekitar mereka.“Mereka sedang bermain dengan kakeknya di belakang.” Jawab Ibu Dimi
Setelah menghabiskan waktu di danau Onega, Dimitri dan juga Rosaline akhirnya kembali ke penginapan yang letaknya tak jauh dari danau tersebut. Penginapan itu adalah penginapan dimana Rose dan Dimitri memadu kasih untuk pertama kalinya kemudian memutuskan agar hubungan mereka menjadi lebih serius lagi dari sebelumnya.Ya, saat ini keduanya memang sedang berlibur ke Rusia tempat asal Dimitri. Ben, Putera pertama mereka dan juga Katya, Puteri yang baru dilahirkan Rose sekitar Satu tahun yang lalu juga ikut. Hanya saja saat ini keduanya sedang menghabiskan waktu di rumah Dimitri dengan kedua orang tua Dimitri. Hal itu membuat Dimitri dan juga Rose bisa menghabiskan waktu hanya berdua saja sembari mengenang masa lalu indah mereka.Memasuki kamar di penginapan tersebut, Dimitri membuka mantel yang ia kenakan, sedangkan matanya tak berhenti menatap ke arah Rosaline, istri yang begitu Ia cintai. Wanita itu tampak sudah duduk di pinggiran ranjang dan membuka sepatu boot yang i
-Dimitri-“Ben…. Ben… Sayang, dimana kau?” Teriakan Rosaline membuatku dan juga Ben terkikik geli. Saat ini, kami berdua sedang bersembunyi di dalam rumah pohon yang memang sudah kubangun untuk Ben. Rumah diatas sebuah pohon di halaman rumah kami.Usia Ben saat ini sudah menginjak Lima tahun, dan dia sudah mulai bersekolah. Hari ini adalah hari dimana kami akan mengadakan pesta perayaan Halloween. Dan sepanjang pagi tadi, Rosaline sibuk menyiapkan segala sesuatunya di dapur kami. Ya, dia selalu saja seperti itu.Suara anjing membuat Ben kesal hingga berkata “Daddy, Snowky dan anak-anaknya akan menunjukkan persembunyian kita pada Mommy.”Ya, Snowky, Anjing kami itu kini sudah memiliki banyak anak. Sebagian sudah diadopsi oleh beberapa dog lovers, tapi beberapa diantaranya masih tinggal. Ada Timmy, Billy, Kessy, Chelly, dan entah apa lagi. Aku bahkan sulit mengingat namanya. Tapi
Mitya, kau berkata jika kau suka saat aku memanggilmu seperti ini. tapi apa kau tahu jika aku membencinya? Ya, aku ingin memanggilmu dengan menggunakan namamu saja, seperti yang dilakukan Ana, seperti yang dilakukan Rose, karena kupikir, itu akan merubah pandanganmu terhadapku, tapi ternyata aku salah. Mitya, jika kau bertanya seberapa besar aku mencintaimu, maka aku tak dapat menjawabnya. Aku bahkan tidak mengerti, inikah yang dinamakan cinta?Maaf, aku melakukan hal ini. karena sampai kapanpun juga, aku tidak akan pernah rela melihatmu bersama dengan perempuan lain.Ada sedikit keinginan, suatu saat nanti, kita bisa hidup bahagia bersama sebagai sebuah keluarga, seperti masa kecil kita dulu. Lalu putera dan puterimu memanggiku dengan panggilan ‘Aunty’. Kau bersama dengan perempuan yang kau cintai, sedangkan aku sudah menemukan penggantimu yang begitu kucintai. Tapi kupikir, semua itu hanya anganku, hanya bayang
Rosaline duduk di sebuah kursi roda di taman rumah sakit. Dengan Ana yang duduk di bangku rumah sakit tepat di sebelahnya. Sedangkan Dimitri, lelaki itu diminta Ana untuk menjauh, dan memilih mengamati ikan-ikan peliharaan yang ada di sebuah kolam kecil di tengah-tengah taman rumah sakit tersebut.Rosaline merasakan de javu. Bagaimana tidak, Empat tahun yang lalu, ia juga sedang duduk di bangku taman rumah sakit dengan Ibu Dimitri yang duduk di sebelahnya. Lalu wanita paruh baya itu menceritakan tentang masa lalu Dimitri yang cukup membuat Rosaline tercengang. Dan kini, ia merasa dalam keadaan yang sama, dimana seseorang akan menceritakan sesuatu yang mungkin saja akan mencengangkan untuknya di sebuah taman rumah sakit.Oh, bagaimana bisa kebetulan seperti ini?“Apa yang dikatakan Katavia kepadamu, Rose?” tanya Ana dengan serius.“Dia hanya bilang, bahwa kau adalah salah satu puteri dari keluarga Dimitri, kalian saling jatuh cin
Dimitri segera menghidupkan ponselnya saat ia turun dari pesawat. Ia sedikit mengerutka keningnya ketika mendapati banyak sekali pesan suara yang ia terima dari nomor Ana. Akhirnya Dimitri segera menghubungi Ana karena takut terjadi sesuatu yang tidak ia inginkan.“Astaga, kemana saja, Kau?” tanya Ana dari seberang dengan suara yang sedikit meninggi.“Aku baru turun dari pesawat.”“Rose mengalami kontraksi. Kemungkinan bayinya akan lahir permatur.”“Apa?”“Kutunggu di rumah sakit.”Setelah itu, telepon di tutup. Dan Dimitri segera bergegas menuju ke rumah sakit, tempat Rosaline berada. Semuanya akan baik-baik saja, ya, semuanya akan baik-baik saja. Pikirnya.***Setelah mendapatkan penjelasan dari Ana dan beberapa dokter kandungan lainnya, akhirnya Rosaline mau tidak mau menghadapi kenyataan bahwa bayinya akan dilahirkan secara prematur melal
“Benarkah? Termasuk kenyataan bahwa Anastasya adalah kakakku yang merupakan cinta pertama Dimitri? Kau tidak ingin mendengar cerita tentang mereka?”“A-apa?”“Ya, Rose, hubungan mereka lebih dari yang kau kira.”Rosaline menggelengkan kepalanya. “Tidak mungkin. Ana adalah orang Inggris, bahkan dia memiliki keluarga yang cukup terpandang di sana.”Katavia tersenyum mengejek. “Biar kuceritakan sedikit cerita padamu.” Katavia menyesap kopi pesanannya, sebelum ia mulai membuka suara. “Ayah kami, yang hampir tidak pernah pulang, nyatanya memiliki seorang simpanan, wanita Inggris. Dari wanita itu, dia memiliki Anastasya. Wanita itu meninggal saat melahirkan, karena tidak ingin namanya tercoreng, ayah kami memberikan Anastasya pada salah seorang temannya, pun dengan nama belakangnya.”Sambil menggelengkan kepalanya, Rosaline tidak perca
“Kateya?” Rosaline masih tak percaya dengan seorang gadis yang berada di hadapannya.“Ya, aku.” Katavia berbicara menggunakan bahasa Inggris. Ia tahu sebenarnya gadis itu bisa berbahasa Inggris, tapi gadis itu tetap menggunakan bahasa Rusia untuk mengejeknya. Rosaline tahu itu.“Apa yang kau lakukan di sini?”“Menemuimu.”“Maaf, aku sedang sibuk.”“Kau tak akan sibuk saat mengetahui apa yang akan kukatakan padamu, Rose.”“Tidak Katya! Aku tidak ingin mendengarkan apapun. Kau hanya ingin merusak semuanya, dan aku tidak ingin kau melakukan itu lagi padaku.”Katavia tersenyum mengejek. “Benarkah? Bagaimana jika ini berhubungan dengan temanmu, Anastasya William?”Mata Rosaline membulat seketika. “Apa yang akan kau lakukan terhadapnya? Aku tidak akan membiarkanmu menyentuhnya.”Kali ini gadis itu tertawa lebar seakan me