Home / Romansa / Baby Triplets Milik Om Tampan / Dia, Sebastian Morgan

Share

Dia, Sebastian Morgan

Author: Te Anastasia
last update Last Updated: 2023-11-21 13:10:44

"Eunghh berat..."

Lenguhan terdengar dari bibir Shela saat merasakan beban berat melingkarkan di pinggang kecilnya. Seseorang memeluknya dengan sangat erat dan hangat di pagi hari.

Tubuh Shela terasa sakit, kebas, dan remuk. Perlahan kedua matanya terbuka, ia menatap pakaiannya yang berada di lantai hotel. Sontak Shela langsung terkejut saat menyadari sesuatu.

"Astaga..." Shela langsung terbangun, kesadarannya kembali penuh. "A-apa yang sudah aku lakukan?"

Shela menutup mulutnya, menatap wajah laki-laki asing di belakangnya yang tertidur lelap dengan tubuh polosnya tertutup selimut. Detak jantung Shela berpacu cepat. Ia menggelengkan kepalanya pelan dan menutupi tubuhnya.

"Si-siapa dia? Ya Tuhan, bagaimana ini semua bisa terjadi?!"

Tanpa suara Shela menuruni ranjang dengan sepelan mungkin. Kedua kakinya lemas tak bertenaga saat ingatan malam panas yang telah ia lewati bersama pria tampan itu. Shela bergidik saat mengingat dirinya sendiri yang ikut melayani kebuasan pria itu.

"Ah..." ringis Shela saat merasakan sakit di bagian pangkal pahanya. "Aku tidak boleh diam di sini. A-aku harus segera pergi sebelum dia terbangun."

Gegas Shela memakai pakaiannya, sambil menahan sakit dan berjalan tertatih-tatih keluar dari dalam kamar meninggalkan laki-laki itu.

Di lorong hotel, Shela kembali merutuki kebodohannya karena ia semalam mabuk setelah mendapati kekasihnya selingkuh. Namun hal itu tidak sebanding dengan apa yang terjadi semalam. Bagaimana mungkin ia malah tidur bersama laki-laki asing?!

Shela bisa berada dalam masalah besar jika Mamanya tahu hal ini.

"Ba-bagaimana ini?" lirih Shela menggigit bibir bawahnya dengan perasaan kalut dan bergegas pulang.

Beberapa menit kemudian, taksi berhenti di depan gerbang kediaman Shela. Gadis itu mengembuskan napasnya panjang dan mengusap dada dengan perasaan cemas. Sebisa mungkin Shela merapikan penampilannya lagi, lalu masuk ke dalam rumah setelah melihat ada mobil Mamanya terparkir di depan.

"Shela!"

Suara seorang wanita membuat tubuh Shela bergetar. Stevani, mamanya, berjalan mendekatinya diikuti seorang laki-laki di belakangnya.

"Kamu dari mana saja? Semalam tidur di mana?!" tanya wanita itu cemas.

"Di... di rumah teman Shela, Ma," jawabnya lirih.

"Lain kali kalau tidur di tempat temanmu, hubungi Mama dulu. Kami berdua mencarimu ke mana-mana, Nak," tutur Ferdi, laki-laki yang berdiri di sebelah Mamanya kini menatapnya.

Tatapan mata Shela tertuju pada Ferdi. Tiba-tiba mamanya tersenyum tipis dan mengusap pundak Shela. Mamanya tidak tampak marah, namun begitu kelihatan kalau dia ingin merayu-rayunya.

"Sayang, Mama ingin mengatakan sesuatu padamu," ujar Stevani dengan nada lembut.

"A-ada apa, Ma?" Shela mulai berfirasat buruk. Mamanya tidak mungkin mengetahui sesuatu tentang kejadian semalam kan?

Stevani melepaskan rangkulannya pada Shela, ia berdiri di samping Ferdi seraya tersenyum manis pada putri semata wayangnya.

"Mama dan Paman Ferdi akan menikah tiga hari lagi. Mulai hari ini Shela bisa memanggil Paman Ferdi dengan panggilan Papa," ujar Stevani begitu antusias.

Semua ketakutan yang dirasakan Shela mendadak berubah dengan rasa marah. Tatapan kedua mata Shela berubah nanar, napasnya tercekat tiba-tiba. Kehancuran apa lagi yang kini Shela terima?

Setelah lebih dari tujuh belas tahun Mamanya menjadi janda kaya raya, kini ia akan melepaskan statusnya dan menikah dengan Ferdi?

Shela menggelengkan kepalanya tegas.

"Tidak Ma, Papaku tidak akan tergantikan oleh siapapun. Shela tidak mau punya Papa baru!" berang Shela menolaknya.

"Sayang, Papamu sudah tiada. Papa Ferdi ini sangat baik dan bisa melindungi kita, Shela!"

"Mama selalu memikirkan diri Mama sendiri! Mama sibuk bekerja tanpa memikirkan Shela, tahu-tahu Mama akan menikah dengan Paman ini! Sampai kapanpun Shela tidak akan mau menerima Paman ini menjadi Papa barunya Shela!" teriak gadis itu sambil menangis.

"Jangan melawan Mama! Mulai hari ini Paman Ferdi adalah Papamu, titik! Kau dengar itu Shela? Shela!"

Stevani berteriak keras begitu sang putri menangis berlari meninggalkannya dan menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai dua.

"Vani sudah," lirih Ferdi menarik lengan Stevani pelan. "Jangan memaksanya, Shela masih muda dan sangat labil. Kita perlu bicara baik-baik padanya."

Wanita itu berdecak kesal, ia sudah menduga kalau putrinya tidak akan semudah itu dibujuk.

"Anak itu... aku akan bicara baik-baik dengannya." Stevani menatap Ferdi dan tersenyum cemas. "Jangan khawatir, aku yakin dia pasti menerimamu."

Di dalam kamarnya, Shela menangis sekencang-kencangnya. Hanya dalam satu malam semua dunianya hancur lebur.

Shela menangis di dalam kamar mandi, mengguyur sekujur tubuhnya dengan air dingin. Betapa frustrasinya ia, dikhianati sang kekasih, kehilangan kesuciannya dengan laki-laki asing, dan kini Mamanya akan menikah lagi.

"Kenapa... kenapa hal ini terjadi padaku?!" teriak Shela memukul lantai kamar mandi. Gadis itu meringkuk dan menumpahkan semua kesedihannya lewat tangisan. Berkali-kali juga ia mengutuk dirinya sendiri karena sudah begitu bodoh membiarkan semua ini terjadi dalam satu malam...

**

Malam ini Shela ikut bersama dengan Mamanya pergi ke acara dinner bersama keluarga calon Papa tirinya di sebuah rumah makan istimewa. Tentu saja Shela dipaksa mati-matian oleh Stevani.

Shela sama sekali tidak menunjukkan ekspresi bahagia. Ia murung dan larut dalam kesedihannya.

"Shela, kau bisa pilih makanan apa saja yang kau mau. Ayo, jangan sungkan, Nak," ujar Ferdi membujuk Shela dengan menyerahkan sebuah buku menu.

Diam tak ada respon sama sekali dari Shela membuat mamanya mendengkus frustrasi.

"Jangan bersikap seperti ini saat bersama keluarga Papa Ferdi, Shela!" desis Stevani sedikit mengancam putrinya.

Sontak gadis itu menatap Mamanya dan menggeleng. "Dia bukan Papaku!"

"Shela!" Stevani melotot padanya.

Ferdi paham bagaimana perasaan Stevani, juga perasaan Shela yang sangat sulit untuk menerimanya.

Beberapa anggota keluarga Ferdi di meja samping kanan dan kiri hanya menatapnya saja. Mungkin mereka semua juga mewajarkan hal itu.

"Sudah, sudah, tidak apa... Jangan memarahinya Van," bujuk Ferdi pelan dan sabar.

Shela menundukkan kepalanya kesal dan menghindari keributan dengan Mamanya.

Di tengah kegaduhan itu, tiba-tiba saja muncul seorang laki-laki berparas tampan, berambut hitam, dengan stelan tuxedo hitamnya yang rapi, berjalan mendekati Ferdi dan Stevani.

"Ternyata kau datang juga! Aku pikir kau sangat sibuk, Boss Muda," ujar Ferdi dengan nada bercanda, menyambut kedatangan pria itu.

"Maaf kalau aku terlambat, Kak," balas laki-laki itu sambil menyalami Ferdi dan Stevani dengan akrab.

Suara bariton laki-laki itu seperti familiar di pendengaran Shela. Penasaran, Shela pun perlahan menoleh ke belakang menatap siapa laki-laki yang datang. Betapa terkejutnya Shela melihat sosok laki-laki tampan itu. Lagi!

'Laki-laki ini?! Ba-bagaimana bisa dia ada di sini?!' batin Shela menjerit.

Gemetar hebat tubuh Shela dengan kedua mata melebar. Jantungnya seperti tak berdetak saat ia mendapati laki-laki yang bercinta dengannya semalam, kini kembali muncul di hadapannya dan ikut dalam acara dinner dengan keluarga Ferdi.

Laki-laki itu pun menoleh dan bertemu tatap dengan Shela. Iris hitam tajam menatap Shela dengan kening yang sedikit mengerut. Ia melangkah mendekati Shela dengan sorot mata yang tak asing.

Shela begitu gugup saat laki-laki itu berdiri tegap di tepat hadapannya.

"Tunggu, kau..." Laki-laki itu menggantung ucapannya. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Tubuh Shela menegang mendengar pertanyaan itu. Namun Shela segera menguasai diri dan menggeleng pelan.

"Tidak, saya belum pernah melihat Anda," jawabnya dingin.

Ferdi dan Stevani awalnya memperhatikan mereka bingung, namun keduanya kembali tersenyum. "Bagaimana mungkin kau sudah bertemu dengan gadisku, kau kan jarang sekali berada di Paris!" sahut Stevani terkekeh pelan.

Laki-laki itu pun hanya tersenyum tipis tanpa melepaskan tatapannya dari Shela.

Sampai Ferdi akhirnya mendekati Shela yang terlihat sangat canggung dan tidak nyaman.

"Oh ya Shela, perkenalkan, dia adalah Sebastian Morgan, adik Papa Ferdi. Dia adalah bos muda di keluarga Papa," ujar Ferdi seraya merangkul pundak Shela sebelum kembali menatap Sebastian. "Dan Bas, perkenalkan ini putri Stevani dan juga akan menjadi putriku, Shela Morine."

Shela membisu seribu bahasa, terlalu terkejut dengan informasi yang baru saja ia dengar. Kedua tangan Shela terkepal kuat tanpa sadar.

'Adik?! Laki-laki yang tidur denganku semalam, ternyata adik dari Paman Ferdi?!'

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ma E
ya begitulah ceritanya.....lanjut thor
goodnovel comment avatar
Ayu
bagus lanjut
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Baby Triplets Milik Om Tampan   Kenyataan yang Pahit

    Tiga hari berjalan sangat cepat, hari demi hari Shela semakin tersiksa dengan banyak kenyataan pahit dalam hidupnya. Hari ini adalah hari pernikahan Mamanya, hari sakral itu digelar di sebuah hotel berbintang milik Stevani. Shela menjadi satu-satunya yang sangat tidak bahagia dengan pernikahan Mamanya. "Shela jangan murung terus, Sayang. Tidak bisakah kau ikut turut bahagia di hari pernikahan Mama, hem?" Stevani menangkup pipi Shela. "Senyum dong Sayang, tidak enak dilihat semua tamu-tamu Mama." Gadis itu menepis pelan tangan sang Mama. "Ini hanya kebahagiaan Mama, bukan kebahagiaan Shela.""Astaga anak ini..." Shela melepaskan cekalan tangan sang Mama dan pergi, namun langkahnya terhenti begitu seorang laki-laki selalu ingin Shela hindari, kini berdiri tegap melangkah hendak menghampirinya. Takdir yang pahit membuat Shela akan sering berjumpa dengannya. Sebastian berjalan semakin dekat, Shela berniat menjauh sebelum satu lengannya ditahan oleh laki-laki itu dengan cepat. "Tun

    Last Updated : 2023-11-21
  • Baby Triplets Milik Om Tampan   Izinkan Aku Pergi

    Sudah beberapa hari ini Shela merasa ada yang aneh pada dirinya, ia terus ingin muntah dan tubuhnya yang mudah tidak bertenaga membuat Shela terus menerus mengurung diri di dalam kamar. Gadis itu kini duduk di tepi ranjangnya dan mengusap perutnya yang masih tak nyaman, perasaan cemas kembali menghampirinya. "Sudah lima minggu lebih aku terlambat datang bulan, apa mungkin aku..," lirih Shela menatap pantulan dirinya di cermin. Segera Shela beranjak dari duduknya, gadis itu berjalan membuka laci meja rias. Ragu-ragu Shela mengambil sebuah test pack yang pagi tadi ia beli. Shela berjalan masuk ke dalam kamar mandi dan mengunci pintunya rapat-rapat, cukup lama ia diam di sana dan menunggu. 'Semoga firasatku ini salah Ya Tuhan, semoga dugaanku tidak terjadi,' batin Shela penuh harap. Beberapa menit Shela menunggu, gadis itu meraih test pack dengan tangan gemetar. Dua garis merah begitu jelas telihat hasil dari test pack yang Shela pegang. Dan Shela kini benar-benar tengah hamil!Bag

    Last Updated : 2023-11-21
  • Baby Triplets Milik Om Tampan   Tiga Anak Kembar yang Menggemaskan

    Lima Tahun Kemudian...Birmingham, Inggris. "Tino, Tiano, dan Tiana, ayo anak-anak duduk yang manis, Mami akan membagi donatnya satu-satu." Shela berjalan mendekati tiga anak yang langsung duduk berbaris di sofa menunggunya. Sorot iris hitam ketiganya yang berbinar-binar melihat Mamanya membawakan donat untuk mereka. Lima tahun terasa cepat bagi Shela, setelah dia pergi jauh dari Paris dan datang ke Birmingham, Shela berhasil melahirkan tiga bayi kembar dan membesarkan mereka seorang diri. Bersama ketiga buah hatinya, Shela tidak pernah merasakan kesepian. Hidup mandiri, mempunyai sebuah usaha toko roti dan florist, Shela tidak cemas untuk memanjakan ketiga buah hatinya. "Mi, Kak Tiano sama Tino jangan dikasih, buat Tiana saja semua!" seru gadis berambut cokelat dikuncir dua yang tengah tertawa geli. "Tidak boleh rakus, Tiana. Kalau rakus nanti dimarahin Tuhan," seru Tiano menasihati kembarannya. "Iya, kalau kau nakal tidak akan aku temani! Biar saja main sendirian," imbuh Tino

    Last Updated : 2023-11-21
  • Baby Triplets Milik Om Tampan   Mami Shela yang Hebat

    "Mami bangun, Mami. Tiana perutnya sakit, mau muntah..." Suara Tiana yang merengek membuat Shela terjingkat dari tidurnya. Di sampingnya, Tiana duduk dengan wajah pucat dan membekam mulutnya. Telapak tangan mungilnya sudah dipenuhi darah yang menetes. "Astaga, Tiana!" Shela memekik hebat, ia langsung bangun dan menggendong putrinya. "Tiana kenapa tidak bangunin Mami, Sayang?" Anak itu menggelengkan kepalanya saja, tetes demi tetes darah jatuh di piyama yang Shela pakai. Shela segera membawa putrinya turun ke lantai satu, ia mengambil air hangat dalam baskom kecil dan mengelapnya."Tiana tadi makan apa? Kenapa bisa muntah darah lagi, Sayang?" Shela berkaca-kaca, wajah putrinya benar-benar pucat. "Minuman punya Kakak," cicitnya sedih. Shela meghela napasnya pelan, ia mengelap wajah Tiana dan membersihkannya. Setiap bulannya, Tiana selalu berobat, Shela juga berjuang untuk kesembuhan putrinya. "Duduk sebentar ya Sayang, masih mau muntah?""Tidak Mami," jawab anak itu tersenyum.

    Last Updated : 2023-12-08
  • Baby Triplets Milik Om Tampan   Kita Bertemu Lagi, Shela

    Sedangkan Tino dan Tiano berlari ke dapur, kedua anak laki-laki itu mendekati Maminya yang tengah memasak di dapur. "Mami..." "Mam, di depan ada yang datang! Papi pulang!" pekik Tiano menarik lengan Shela. Shela yang kaget dengan kedua putranya, segera ia mematikan kompornya dan menatap mereka bingung."Papi? Papi siapa, Sayang? Adik di mana?" Shela mencari-cari. "Adik di depan, adik dipeluk Papi!" jawab Tino heboh.Pikiran Shela sudah ke mana-mana, ia berlari cepat menuju ruang tamu. Bayangan kalau orang yang si kembar maksud adalah orang jahat! Sedangkan di depan, Tiana bersama Sebastian, anak itu masih enggan melepaskan pelukannya. "Papi kok tidak pulang-pulang? Tidak kangen Tiana, Kakak, sama Mami, ya?" tanya anak itu memeluk leher laki-laki yang dia anggap Papinya. Sebastian mengerjap menatap anak ini, ia masih tak paham. "Hei, anak manis... Kau ini sebenarnya siapa?" tanya Sebastian, ia malah mengalihkan pertanyaan Tiana. Bocah itu terdiam sesaat. Tiana memasang wajah s

    Last Updated : 2023-12-09
  • Baby Triplets Milik Om Tampan   Paman Cocok Menjadi Papi Kami

    Si kembar tertidur di kamar tamu yang berada di lantai satu, dan kamar itu milik Sebastian. Sedangkan Shela duduk diam di ruang keluarga, pikirannya sangat cemas. Malam ini terasa amat sepi menyekat pikiran Shela."Shela," sapa Sebastian muncul tiba-tiba. Sontak Shela menoleh dengan ekspresi kagetnya. "Om... Si kembar tidur di man-""Mereka tidur di kamarku," jawab Sebastian duduk di hadapan Shela dengan tatapan penuh intimidasi. Apa yang harus Shela lakukan saat ini? Bagaimana kalau Sebastian bertanya yang aneh-aneh lagi? Tatapannya membuat Shela tertunduk diam. "Jadi selama ini kau tinggal di sini? Kak Ferdi yang menyembunyikanmu di sini?" tanya Sebastian dengan nada dingin dan penuh ingin tahu. "Ya Om," jawab Shela singkat. "Lalu, di mana suamimu? Maksudku... Papa si kembar?" Sesuai dengan apa yang Shela duga kalau Sebastian pasti menanyakan hal ini. Lantas Shela menatapnya dan tersenyum tipis. "Itu... Papa mereka, emm... Dia-""Papa mereka benar-benar pergi atau kau memb

    Last Updated : 2023-12-10
  • Baby Triplets Milik Om Tampan   Memanggilnya dengan Sebutan Papi

    "Kakak kenapa tidak pernah bilang padaku kalau ternyata Shela ada di sini, Kak?!" Seruan itu terucap dari bibir Sebastian saat ia menghubungi Ferdi dari sambungan telepon. Ia tengah duduk di kursi agungnya yang berada di ruang kerja. Sebastian sengaja menghubungi Ferdi hanya untuk bertanya hal ini. "Itu sudah lama sekali Bas, biarkan Shela di sana tanpa diketahui oleh siapapun. Aku titip Shela dan ketiga Cucuku," ujar Ferdi berpesan."Hem, tapi Kak... Kalau aku boleh tahu, di mana suaminya Shela?" tanya Sebastian bertanya-tanya. "Itu rahasia, tolong jangan membahasnya, jaga perasaan Shela!" seru Ferdi sedikit membentak. Decakan lidah sebal terdengar dari Sebastian. Panggilan mereka pun tidak sampai lama, sebelum Ferdi memutuskan panggilan teleponnya yang sudah hampir satu jam. Sebastian diam menatap langit-langit, ia teringat kejadian lima tahun saat dirinya meniduri seorang gadis, lalu saat Sebastian bertanya pada temannya, apa temannya mengirimkan seorang wanita di kamar Sebas

    Last Updated : 2023-12-11
  • Baby Triplets Milik Om Tampan   Kau Menyembunyikannya Dariku, Shela

    "Astaga, pergi ke mana Tiano... Jangan-jangan dia ada di dalam sama Om Bastian..." Shela menggigit ujung ibu jarinya dengan melangkah mondar-mandir di depan kamar Sebastian. Sejak tadi ia mencari anaknya, petang tadi saat Shela bangun ia tidak menemukan satu putranya. "Tiano, ya ampun..." Ditengah kegundahan Shela, tiba-tiba saja pintu kamar Sebastian terbuka. Laki-laki itu berdiri tegap tepat di hadapan Shela. Iris hitamnya begitu menusuk, wajah dingin tanpa ekspresi, laki-laki itu mendekati Shela tanpa berkata-kata, hingga refleks Shela melangkah mundur. "Om... I-itu, aku mencari Tiano, apa dia-""Dia ada di kamarku, dia tidur denganku semalam," jawab Sebastian pelan. Shela mengangguk, laki-laki itu menarik pelan lengan Shela hingga jarak mereka nyaris terpangkas, dan Shela menubruk tubuh kekarnya. Tatapan mata Sebastian begitu dingin, bibir Shela bergetar menatap wajah tampannya. "Siapa Papa dari anakmu, Shela?" tanya Sebastian berbisik. Iris cokelat mata Shela bergetar m

    Last Updated : 2023-12-11

Latest chapter

  • Baby Triplets Milik Om Tampan   AKHIR KISAH KITA YANG SANGAT BAHAGIA

    Sebuah acara makan malam yang begitu yang begitu menyenangkan di musim dingin di kediaman keluarga Morgan. Meskipun hanya dengan anak dan menantunya yang berkumpul di sana, namun kebersamaan ini membuat Shela merasa senang dan bahagia. "Kalau seperti ini setiap hari, Mami akan senang sekali. Andai saja kalian mau membeli rumah di sekitar sini," ujar Shela mantap para anak-anaknya. "Kakak kan sudah tinggal sama Mami," jawab Tiana membantu Shela menyiapkan makanan di meja. "Kami akan sering-sering ke sini, Mi," sahut Irish. Shela mengangguk, wanita itu tersenyum manis pada mereka. Sadari mereka semua memiliki keputusan yang tepat untuk kehidupannya masing-masing. Meskipun para anak-anaknya sudah dewasa, namun di mata Shela mereka adalah anak kecil yang dulu dia asuh dan ditimang ke mana-mana sendirian. "Mamimu sangat takut kalian jarang berkunjung," ujar Sebastian yang duduk berhadapan dengan Shela. "Tentu saja! Mami kan sayang sama kita, Pi. Dari bayi juga cuma Mami yang merawa

  • Baby Triplets Milik Om Tampan   -TINO STORY- WAKTU BAHAGIA BERSAMA KELUARGA

    Beberapa Bulan Kemudian...Waktu berjalan dengan sangat cepat, hari-hari yang dilalui penuh dengan kebahagiaan untuk Irish dan Tino. Apalagi kini mereka telah menjadi orang tua, setelah kemarin Irish melahirkan anak pertama mereka. Doa-doa yang setiap harinya dia panjatkan ternyata dikabulkan oleh Tuhan. Dia memiliki seorang anak perempuan yang sangat-sangat cantik. "Mereka bertiga seperti anak kembar, ya?" Irish terkekeh melihat putri kecilnya dibaringkan bersama dua anak Sora dan Tiano. Sora dan Tiano memiliki anak kembar laki-laki yang lahir dua minggu lebih dulu dari Irish. "Seperti aku dan Kakak dulu ini, aku perempuan sendiri, dua saudara kembarku laki-laki!" seru Tiana sembari duduk di samping Irish. "Tapi tetap saja! Yang nangisnya paling kenceng seperti Mamanya, tetap Arabelle!" sahut Tino kini menggendong Arabelle yang memeluk botol susu cokelat miliknya. Anak manis berusia hampir satu tahunan itu merengek-rengek ingin turun setelah dibuat menangis oleh Tino. Irish me

  • Baby Triplets Milik Om Tampan   -TINO STORY- KEHAMILAN YANG DINANTI-NANTI

    Kabar kehamilan Irish sudah diketahui oleh semua keluarga, tentu saja mereka semua bahagia. Bahkan di kemungkinan besar Irish dan Sora akan memiliki anak yang seumuran nantinya, hanya selisih satu bulan saja. Kini Irish berada di rumahnya, gadis itu baru saja menghubungi Sora dan Tiana, untuk memberikan kabar bahagia pada saudarinya kalau dia hamil. "Rish, kau sudah makan?" tanya Tino mendekati istrinya yang tengah rebahan di sofa yang berada ruang keluarga di lantai satu. Gadis itu menoleh dan menggelengkan kepalanya. "Tino... Aku tidak lapar, aku nanti bisa mual kalau makan terlalu banyak. Aku tidak mau," seru gadis itu menggelengkan kepalanya lagi. Tino pun tersenyum tipis dan menarik lengan gadis itu dengan pelan. "Makan sekarang, Sayang!" serunya dengan nada menekan dan memaksa. "Pemaksaan sekali, Tino..." gerutu Irish dengan wajah cemberutnya. "Aku mau makan, tapi suapi aku, ya!" "Iya! Aku akan menyuapimu. Sekarang ayo makan dulu," seru Tino lagi. Irish duduk dengan pel

  • Baby Triplets Milik Om Tampan   -TINO STORY- KABAR YANG MEMBAHAGIAKAN

    Hari dengan hari berjalan jemu, Irish sering kali merasa kesepian beberapa waktu ini. Suaminya rupanya sangat sibuk, selalu pulang terlambat, dan pergi saat Irish masih tertidur. Bahkan di minggu ketiga di mana Tino selalu sibuk dengan pekerjaan di kantor milik Sebastian kini, Irish merasa benar-benar membutuhkannya di saat dia tidak sehat kondisi tubuhnya. Irish bangun pukul delapan pagi, dan hari ini Tino masih di rumah. Kesempatan yang baik untuk Irish berbincang dengannya. "Sayang..." Suara Irish memanggil dari luar di lantai dasar. Gadis itu mencari-cari, dia menuruni anak tangga dan memperhatikan sekitar yang sepi. Sampai akhirnya langkah Irish benar-benar terhenti di penghujung tangga. "Hari ini jadwal saya akan padat Pak Kyle, boleh diundur sampai hari Senin besok? Tidak ada waktu luang sama sekali, Minggu ini saya juga akan ke luar kota untuk mengecek proyek. Satu jam dari sekarang saya ada meeting!" Suara penuh riuh kesibukan itu membuat Irish kembali menelan kesediha

  • Baby Triplets Milik Om Tampan   -TINO STORY- DOA DAN HARAPAN TERBESAR IRISH

    Keesokan paginya, Irish dan Tino asik menghabiskan waktu untuk mengunjungi beberapa tempat wisata di kawasan Salzburg. Mereka menikmati momen berdua di sebuah taman yang sangat indah. "Andai saja liburannya bisa diperpanjang," ujar Irish menyandarkan kepalanya di pundak Tino. "Aku juga tidak ingin pulang," jawab laki-laki itu mengecup pucuk kepala Irish. "Heem, kita menikmati momen yang indah di sini." Irish mengembuskan napasnya pelan, ia beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Tino, memegangi satu tangan Tino dan menatap sekitar. Sedangkan Tino masih selalu memperhatikan istrinya dengan tatapan kagum, ia yang selalu mencintai dan menyayangi Irish, tak mungkin bisa berpaling darinya. Sampai tiba-tiba sebuah bole menggelinding di bawah kaki Irish. Gadis itu menatap bola merah di bawah kakinya, sebelum ada seorang anak kecil perempuan yang baru saja bisa berjalan, menuju ke arahnya. "Wahhh, ini bola mi-milikmu ya?" Irish menekuk kedua lututnya dan mengulurkan tangannya me

  • Baby Triplets Milik Om Tampan   -TINO STORY- INGIN TERUS MENYEMPURNAKANMU

    Hari sudah malam, Tino kali ini bersama dengan Paman Caesar di sebuah rumah kaca setelah ia meninggalkan istrinya yang sibuk berjalan-jalan dengan Bibi Alpen dan juga sopirnya ke kota. Kini Tino berdua saja dengan Paman Caesar, laki-laki itu menuangkan sebuah minuman ke gelas berukuran kecil di hadapan Tino. "Huffttt... Aku tidak pernah menyangka kalau Irish akan memiliki suami sepertimu," ujar Paman Caesar tiba-tiba. "Kenapa begitu, Paman?" tanya Tino menatap laki-laki di depannya itu dengan tatapan tak biasa. Caesar menghela napasnya pelan. "Irish anak yang sangat aneh, Tino. Tidak mudah baginya untuk dekat dengan sembarang orang, Irish... Irish punya masa lalu yang buruk sekalipun dia anak orang terpandang. Makanya aku mengajukanmu, dari keluarga Morgan untuk menjadi suaminya. Aku tahu kau tidak akan menyakitinya." Tino sedikit tercubit dengan kata-kata Caesar barusan, karena pada awalnya dia tidak sebaik ini pada Irish. "Irish tidak gagap, Tino," ujar Caesar lagi. Detak jan

  • Baby Triplets Milik Om Tampan   -TINO STORY- BERLIBUR DAN HANYA BERDUA

    Tino dan Irish benar-benar bepergian bersama ke Salzburg. Mereka berdua sudah sampai di sana beberapa jam yang lalu, dan Paman Caesar lah orang yang menjemput mereka berdua saat ini. Sembari menunggu Paman Caesar, Irish melihat pemandangan sekitar yang memang sangat indah dan jauh dari hiruk pikuk seperti di kota asalnya. "Bagus ya, di sa-sana pegunungan kelihatan," ujar gadis itu menunjuk-nunjuk ke sana dan ke sini."Kau tidak pernah ke sini sama sekali, Sayang?" tanya Tino menatapnya. "Tidak, Mama dan Pa-papa yang sering ke sini. A-aku harus belajar yang gi-giat di rumah. Ja-jadi tidak pernah pergi ke ma-manapun." Tino yang mendengar itu merasa kasihan. Irish memang anak orang sangat terpandang, namun kehidupannya tidak seindah seperti yang Tino bayangkan. "Sekarang kan aku sudah mengajakmu ke sini," ujar laki-laki itu tersenyum. "Heem, tempat yang indah. Rasanya aku tidak mau pulang." Irish mengatakan tanpa gagap sedikitpun seraya memeluk Tino. Perasaan Tino menjadi sedikit

  • Baby Triplets Milik Om Tampan   -TINO STORY- KEINGINAN IRISH, MENJADI SEORANG IBU

    Pagi-pagi sekali Tino datang ke kediaman Sebastian. Ia ingin mengabari Papanya kalau dia ingin liburan beberapa hari di Austria. Sebelumnya Irish terlihat sangat cemas, sepanjang perjalanan mengunjungi kediaman mertuanya, gadis itu terus mengoceh panik kalau Sebastian diam mengizinkan Tino. "Tumben datang ke sini? Biasanya juga sibuk sendiri-sendiri, sampai istri dikurung di rumah!" Kalimat sarkastik itu terucap dari bibir Tiano, yang ternyata sedang datang berkunjung. "Apa kau tidak punya cermin?! Kau sendiri juga tidak akan datang ke sini kalau tidak ditelfon dulu! Memang kau ini tipe-tipe seleb!" maki Tino duduk di sofa bersama istrinya. Irish nampak begitu senang akhirnya ia bertemu lagi dengan Sora, mereka berdua seolah mempunyai dunia sendiri dan berbincang kesenangan menceritakan banyak hal. "Tino, Irish, sebentar lagi kalian akan punya keponakan baru," ujar Shela menatap Tino. "Ke-keponakan baru?" Irish mengerjap bingung. "Iya Sayang, Irish sedang hamil sekarang." Shela

  • Baby Triplets Milik Om Tampan   -TINO STORY- SUAMIKU YANG SANGAT MENCINTAIKU

    Beberapa hari berlalu, Irish sangat bekerja keras untuk mempersiapkan penampilannya dalam acara sebuah pertunjukan. Hari yang dia tunggu-tunggu pun akhirnya datang. Gadis itu sangat gugup, ia berada di belakang panggung pertunjukan sendirian. Irish perlu menenangkan diri sebelum keluar bersama beberapa temannya. "Huufffttt... Rasanya gu-gugup sekali!" Irish menepuk dadanya berkali-kali dan menarik napasnya dalam-dalam. "Bagaimana ini, bagaimana nanti kalau aku jatuh tiba-tiba?" Wajah Irish menjadi cemberut, gadis itu memainkan jemarinya di lantai sebelum ia merasakan seseorang menyentuh pipinya dari belakang. "Eh..." Irish mendongakkan kepalanya menatap siapa seseorang itu. Ternyata suaminya yang datang, Tino memberikan sebotol air mineral padanya. "Kenapa malah diam di sini, hem?" Tino ikut menekuk lututnya di samping Irish. "Aku masih mengumpulkan keberanian," jawab gadis itu. "Hemm? Mengumpulkan keberanian, kenapa? Kau tidak tampil sendirian. Ada beberapa temanmu yang ikut

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status