Share

Baby Sitter Rasa Istri
Baby Sitter Rasa Istri
Author: Mega Dewi

Bagian 1

Author: Mega Dewi
last update Last Updated: 2023-01-03 10:39:23

BABY SITTER RASA ISTRI

   "Sepuluh juta!"

   Nilai nominal yang ditawarkan seorang pria pada gadis seksi berusia 22 tahun bernama Sera. Ia baru saja lulus kuliah dan sudah mencari pekerjaan ke sana kemari, tapi belum satu pun yang memanggilnya untuk interview. Sampai terakhir ia memilih untuk menjadi pemandu lagu, sebuah pekerjaan yang membuatnya hampir menyerah karena godaan hidung belang yang luar biasa.

Pekerjaan sendiri itu atas rekomendasi temannya, ia yang putus asa karena orang tua menumpuk hutang, akhirnya menerima pekerjaan itu.

"Oke, baiklah! Hanya jaga dua anak anda saja tuan?"

   "Panggil saya Arkan."

"Oke, Tuan Arkan!"

   "Jangan pakai Tuan!"

   "Lalu?"

"Terserah! Asal jangan panggilan itu," ucap pria bertubuh tinggi sekitar 180 cm, usianya 32 tahun dan seorang wiraswasta.

"Oke, baik!"

"Sebetulnya bukan dua anak, tapi tiga. Satu diantaranya masih bayi berusia dua bulan."

  Sera mengangguk, sepertinya mengurus tiga anak bukan hal yang sulit, apalagi diketahui bila kedua anaknya sudah berusia sepuluh tahun. Sudah lebih dewasa dan akan lebih mudah diarahkan pikir Sera. 

  "Kamu tidak sendirian, ada dua asisten rumah tangga yang mengurus rumah, jadi tugasmu hanya menemani mereka saja."

"Oh, semudah itu ternyata," jawab

  "Satu lagi persyaratannya."

"Apa itu?"

"Kamu harus menginap!"

Sera tanpa berpikir panjang langsung mengiyakan, itu memang keinginannya, setidaknya ia bisa menghemat biaya makan dan kos. Harga kontrakan di Jakarta yang melangit.

"Setuju!"

"Baiklah, nanti saya siapkan surat kontraknya. Sekarang bisa ikut saya ke rumah untuk melihat situasinya. Tapi ...." Arkan menghentikan ucapannya dan melihat dari atas ke bawah ke arah Sera dan buru-buru mengalihkan pandangan.

"Ada persyaratan satu lagi."

"Apalagi, Pak?"

"Kamu jangan menggunakan pakaian kurang bahan seperti itu!"

Sera melihat dirinya, ia mengenakan kaos ketat dan rok pendek selutut, ia merasa tidak seksi apalagi kurang bahan.

"Aku harus pakai gamis?"

"Iya, kalau perlu!"

 "Tapi, Pak?"  

"Itu salah satu syarat, kalau kamu keberatan bisa ditolak."

"Oke! Baiklah! Saya setuju!"

***

Setelah membeli beberapa pakaian yang sesuai keinginan bosnya, ia pun dibawa ke rumah Arkan, sebuah rumah yang membuat Sera berdecak kagum, tidak hanya luas, tapi designnya benar-benar indah. Dari gerbang menuju pintu rumah panjang membentang, mungkin cukup untuk lima sampai sepuluh mobil, di sana pun lengkap dengan petugas keamanan dan pekerja lainnya, tak hanya asisten rumah tangga.

"Selamat datang, semoga betah, ya!" ucap salah satu pekerja bernama Tuti.

"Iya, semoga betah. Semenjak ibu meninggal dua bulan lalu, sudah ganti empat pengasuh," ujar salah satunya yang terlihat masih muda, namanya Aini.

Sera membelalakkan mata. Sesulit apa mengurus mereka yang membuat empat pengasuh angkat kaki dalam waktu dua bulan.

"Mereka jahil dan nakal, bukan hanya itu, mereka juga manja dan gak boleh dimarahin sedikitpun oleh neneknya."

Sera mengangguk paham, tak lama kemudian datang Arkan dan ketiga anaknya. Yang besar kembar laki-laki dan perempuan, sementara yang kecil juga perempuan. Tak hanya itu, ada seorang wanita berusia sekitar 50 tahunan di sana. Terlihat dari cara berpakaiannya begitu elegan dan berkelas.

"Ini yang akan bersama kalian, namanya Tante Sera, kalian harus patuh dan hormat," ucap Arkan.

"Siap Ayah," ucap Kenzo anak laki-lakinya.

"Baik Ayah!" sahut Kezia anak perempuannya. Sementara si bungsu bernama Kalina.

"Kenalan dulu Tante," ucap Kenzo. Anak laki-laki itu mendekat mengulurkan tangannya. Sera berpikir mereka tak seseram yang dibicarakan.

Sera menerima dengan tangan mungil itu, tapi tidak disangka Kenzo menembakkan senjata air ke wajah Sera dan membuatnya basah.

"Kenzo!" Arkan sedikit berteriak.

"Jangan kasar sama anak," ucap ibu di sampingnya.

"Hey! Kamu! Gak sopan, ya!" Siapa yang ngajarin?" Teriak Sera. Sebelumnya tidak ada yang berani seperti ini pada si kembar.

"Heh! Kamu jangan bentak cucu saya!" Wanita bernama Haliza itu berteriak.

"Saya bukan sedang membentak, saya sedang mengajarinya."

"Tidak dengan begitu caranya, berani sekali kamu sama cucu saya! Apa hak kamu?" 

Kenzo memeluk Omanya, berlindung dari murka Sera.

Sera menghela napas panjang. Si kembar sepertinya mendapatkan pola didik yang salah. "Tentu saya berhak, saya yang akan mengasuh mereka, secara tidak langsung saya juga yang mendidik mereka. Ingat, Bu! Kasih sayang memang menghasilkan kebaikan, tapi bila anak terlalu dimanja banyak dampak negatif yang akan ditimbulkan di masa depan. Apa anda cucu anda tidak berkualitas?"

"Kamu tidak perlu mengajari saya!"

Sera mendelik. 

"Kamu dapat dia darimana? Cari pengasuh yang berpendidikan, jangan orang kampung seperti itu!" ujar Haliza pada Arkan.

"Hanya dia yang bersedia, Bu."

"Hati-hati! Biasanya dari kampung suka pakai jurus guna-guna. Ibu gak mau anak-anak diobatin biar nurut."

Meski berbisik, Sera mendengar ucapan itu dan merasa geram. "Kalau perlu saya guna-guna juga anak ibu biar ikut nurut!"

"Jangan-jangan kamu pengasuh plus plus," ucap Haliza.

"Iya! Kenapa memang?" Sera benar-benar geram.

Related chapters

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 2

    Sera diantar ke sebuah kamar langsung oleh Arkan , sebuah kamar cukup besar dengan fasilitas yang nyaman dan memiliki pintu yang terhubung langsung ke kamar majikannya."Ini pintu kemana?" tanya Sera heran."Kamar saya!" jawab Arkan.Sera segera melihat ke arah tuannya itu, kemudian ia mundur satu langkah. Perasaannya tidak karuan."Jangan salah paham, kenapa ada akses seperti ini, agar lebih mudah menjangkau anak-anak. Awalnya kamar ini memang dibuat untuk mereka. Tapi semenjak ibunya meninggal, mereka selalu tidur dengan saya."Sera masih menatapnya curiga. "Jangan menatap saya seperti itu!"Sera kemudian menurunkan pandangannya dan melihat ke sekeliling. Kamar besar ini memang bernuansa anak-anak. Di dinding dekat cermin ada sebuah gambar keluarga, perempuan cantik di sana sedang tersenyum bahagia dengan perut yang besar. Sera menatapnya sejenak, wajahnya teduh dan penuh kasih sayang, rasanya pasti sesak ditinggalkan seseorang yang sangat berarti."Silakan kalau kamu mau istirahat

    Last Updated : 2023-01-03
  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 3

    "Saya tidak bisa menjanjikan apa pun, karena Saya pun tidak memiliki pengalaman di bidang ini. Tapi bila Pak Arkan bisa memberikan kepercayaan, saya akan berusaha menjaga mereka dengan cara saya." Arkan menghela napas panjang, kemudian mengangguk. Ia menepuk bahu Sera pelan. "Saya percaya kamu." Tak lama setelahnya ia pamit pergi karena harus bertemu seseorang. Sera pun menghampiri Kenzo dan Kezia, sementara neneknya terlihat berbaring sambil memijat kepala, wajahnya terlihat pucat. "Kenapa, Bu? Ada yang bisa saya bantu?" Sera mendekat. "Saya hanya mau tidur, jangan ganggu saya!" Sera mengangguk paham, kemudian ia mendekati Kenzo dan Kezia yang terlihat masih begitu marah padanya. "Kembalikan ponselku! Atau kalau tidak kamu keluar dari rumah ini!" ucap Kenzo, ia memang sedikit lebih keras. "Seribu kali pun kalian mengusirku, aku tidak akan keluar bila Ayah kalian tidak meminta." "Kalau begitu jangan ganggu kami!" jawab Kezia. "Aku tidak akan mengganggu, aku hanya ingin mene

    Last Updated : 2023-01-03
  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 4

    "Stop Kenzo!"Anak laki-laki itu masih mengamuk, situasi masih sepagi ini dan sudah terjadi kekacauan. Arkan hampir saja melayangkan pukulan ketika tak bisa menguasai anaknya, tapi Sera segera menghentikan."Kamu dapat apa dengan bersikap seperti pada ayahmu? Apa itu akan membuat Bunda kembali?"Anak itu terdiam, tatapannya masih tajam, napasnya terengah-engah."Bundamu pergi di ambil Allah, diantarkan malaikat, ditempatkan di Surga. Kemudian dari atas langit sana Bunda melihat kalian seperti ini apa tidak sedih? Katanya sayang bunda? Tante yakin, bunda tidak pernah mengajarkan kalian menjadi seperti ini."Lambat laun suasana mulai aman terkendali, Kezia menghentikan tangisnya, Kenzo tidak lagi mengamuk, Kalina mulai tenang dan suasana aman terkendali. Kemudian setelah itu mereka sarapan dengan tertib dan berangkat ke sekolah, wajah keduanya masih sangat masam dan tidak bersahabat.Sementara Arkan masih di rumah dan akan berangkat sebentar lagi, ia masih menyiapkan segala hal. Sera me

    Last Updated : 2023-01-03
  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 5

    Karin nampak akrab dengan si kembar, sejak tadi mereka tak berjauhan dengan tantenya itu. Sementara Sera lebih banyak menjaga si bayi yang nampak anteng tertidur, Kalina sesekali menangis saat meminta susu.Ponsel Sera berdering, sebuah panggilan masuk."Hallo!""Bisa kirim uang gak?" ucap seseorang di sana tanpa basa basi.Sera menghela napas panjang. "Aku belum ada uang.""Rentenir dari tadi nagih uang ke rumah. Pusing. Mana beras habis!""Uang yang aku kirim waktu itu memang sudah habis?""Sudahlah! Cukup apa uang segitu satu bulan dengan bapakmu yang banyak hutang? Rasanya ingin ku tinggalkan saja!""Tinggalkan saja! Tidak usah bertahan kalau sulit! Aku harus kerja lagi, sudah dulu!"Tanpa banyak bicara Sera menutup teleponnya. Seseorang yang baru saja bicara dengannya itu adalah ibu tirinya. Seseorang yang selalu menuntutnya di luar kendali."Ayo pulang!" Arkan datang menghampiri."Mau pulang sekarang?""Iya, sudah mendung. Sebentar lagi hujan.""Oh iya." Sera pun beranjak, kemud

    Last Updated : 2023-01-03
  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 6

    Sera melangkah dengan layu menuju kamar, ia sadar kesalahan yang sudah diperbuatnya sudah sangat fatal, ia tidak menyalahkan siapapun, juga tidak menyalahkan kemarahan Arkan. Dia berhak semarah itu karena yang baru saja Kezia alami berhubungan langsung dengan nyawanya.Sementara kemarahan Arkan belum mereda, ia mendapatkan panggilan dari Karin. "Mas, Kezia sudah sangat membaik, kata dokter boleh dibawa pulang.""Pulang besok saja, pastikan semuanya membaik, aku nanti ke sana.""Baik, Mas!"Panggilan pun ditutup dan Sera yang sedang merapikan pakaiannya didatangi oleh Haliza."Sejak awal memang saya sudah curiga kalau kamu ada maksud tidak baik pada keluarga saya!"Sera diam, ia sedang tidak ingin berdebat, dalam pikirannya kini hanya ingin tahu bagaimana kondisi Kezia."Ingat! Dimana pun kamu bekerja, jangan pernah berpikir kamu bisa seenaknya!"Sera yang sedang merapikan pakaian, kini diam dan menatap ke arah Haliza. "Saya tidak tahu kebencian dengan dasar apa anda pada saya. Tapi, s

    Last Updated : 2023-01-03
  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 7

    "Maaf kekalutanku tadi sehingga asal bicara." Sera mengangguk. "Saya paham." "Setelah kehilangan istriku, terlalu banyak hal yang aku takutkan, salah satunya melihat kondisi Kezia tadi." Sera kembali mengangguk, rasanya ia kehilangan kata. Meski begitu sama sekali tidak ada kemarahan di sana. "Minggu depan aku ada pekerjaan ke Bandung aku akan membawa anak-anak sekalian berlibur, aku harap kamu juga bisa ikut serta." "Tentu, saya kan pengasuh anak-anakmu." "Saya tidak suka dengan sebutan itu." "Lalu? Baby sitter?" "Sudahlah, tak perlu dibahas." Dingin semakin menyeruak ketika rintik hujan mulai turun, tak terasa Sera pun terlelap, Arkan melihat wanita di sampingnya sekilas, ada sebuah perasaan bersalah atas ucapannya tadi. Sekitar satu jam kemudian mereka pun tiba di rumah dan Arkan pun membangunkan Sera. "Kita sudah sampai." Sera mengerjap. "Maaf ketiduran." **** . . Hari keberangkatan tiba, Kalina tidak ikut karena kemarin diambil oleh nenek dari ibunya, mereka akan

    Last Updated : 2023-01-03
  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 8

    "Dasar anak kurang ajar!" Pria itu menjerit seraya melihat ke arah anak yang sedang menggigitnya. Dia adalah Kezia yang sejak tadi memperhatikan gerak gerik pria bertubuh gempal itu, apalagi ketika melihat si bapak tua meremas salah satu organ vital pada tubuh perempuan.Bukannya merasa takut, Kezia malah menjulurkan lidahnya meledek, membuat pria itu semakin geram dan hampir saja melayangkan pukulan bila tidak ditahan oleh Arkan. "Ini anak anda Pak Arkan?""Iya!""Bagaimana bisa anda membesarkan anak anda tanpa sopan santun.""Dia anak yang baik dan manis," jawab Arkan."Jelas-jelas salah mengapa anda membelanya, bagaimana ia menjadi manusia nanti!" jelasnya, aura kemarahan masih terlihat di sana. Sera belum mampu berkata-kata, tangannya masih dingin dan bergetar."Yang pasti anak saya akan tumbuh dengan baik!"jawab Arkan tidak gentar. "Tolong jaga perilaku anda Pak Aldi, dia adalah wanita terhormat di sini!" lanjut Arkan seraya melihat ke arah Sera."Apa maksud anda?" Ia terlihat

    Last Updated : 2023-01-14
  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 9

    Sera panik, ia pun mendekat pada Kenzo yang masih meneriakinya. Tanpa sadar ada serpihan kaca yang menempel, namun ia hiraukan."Kalian terpikir atas ucapan ayah tadi?Mereka tidak menjawab, sejak kakaknya menangis, Kezia pun turut menangis."Kalian jangan khawatir, ucapan Ayah tadi tidak sungguh-sungguh, Ayah hanya sedang melindungi Tante, sama seperti Zia yang tadi berusaha melindungi. Terimakasih banyak, Tante tahu, kalian anak yang baik. Tante janji akan menjaga kalian dengan baik!"Keduanya membisu, tangis mulai mereda. "Tante di sini hanya sebagai orang yang membantu kalian, dibayar langsung oleh Ayah, hanya bekerja, bukan untuk menggantikan bunda, kalau kalian butuh apa pun, Tante siap kapan pun."Sementara Arkan menelpon pihak hotel untuk membantu membereskan pecahan piring yang berserakan. Setelah bersih Sera dengan langkah pincang keluar kamar dan kembali membawa sepiring nasi lagi, merekapun mulai melahapnya, Sera bisa bernapas lega, kemudian ia pamit untuk keluar."Tante

    Last Updated : 2023-01-14

Latest chapter

  • Baby Sitter Rasa Istri   TAMAT

    Beberapa saat setelahnya, Dila terbangun. Kini Sera pun menyusul ke rumah sakit, Arkan sengaja memberitahunya menggunakan ponsel yang biasa ia pakai untuk bekerja, ia tak ingin terjadi lagi sebuah kesalahpahaman dan menimbulkan banyak huru hara di rumah tangganya."Mas, sepertinya dia depresi berat!""Iya, dia butuh penanganan pada bidang yang tepat!""Dia pasti butuh seseorang untuk mendengarkan, alangkah lebih baiknya dibawa ke psikiater, Mas."Arkan hanya mengangguk, kemudian setelah itu keduanya diam seraya menatap Dila yang kembali berbaring, keluarganya tidak ada satu pun yang datang, ia yakin bila permasalahan terbesar dalam hidup Sera adalah keluarganya sendiri.Sebagai rasa kemanusiaan, Sera pun akan mendampingi Dila semampunya, ia akan dijadwalkan untuk bertemu dengan psikiater dan ditangani perlahan kesehatan mentalnya.Dila pun dirawat beberapa hari di rumah sakit dan ditunggu bergantian oleh beberapa karyawan Arkan.Sementara Sera dan Arkan sibuk menyiapkan persiapan lama

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 44

    Waktu seolah bergerak lambat ketika mobil yang Sera tumpangi melewati mobil suaminya."Bu ...," ucap sang supir pelan, ia menyadari bila yang baru saja di lihat adalah majikannya. Sang supir yang bernama Arman itu memelankan laju mobilnya."Lanjut saja dan cepat bawa mobilnya! Katya harus segera dibawa ke rumah sakit!" ucap Sera dengan suara yang tertahan, jelas sekali ia menahan segala macam perasaan yang selama ini bergelayut."Baik, Bu!" jawab supirnya, kemudian ia melajukan mobilnya lebih cepat dan sekitar 15 menit kemudian keduanya sampai di rumah sakit, Katya terlihat kejang dan langsung ditangani oleh dokter. Sementara Arkan hanya mengantarkan karyawannya itu sampai ke depan penginapan. "Sekali lagi terimakasih banyak, Pak!" ucap Dila dengan bibir bergetar.Arkan hanya mengangguk, tak banyak bicara ia pun berlalu meninggalkan Dila. Sesampainya di rumah, ia tidak mendapati Sera di sana, ketika membuka ponselnya, panggilan telepon dan pesan beruntun.[Mas pulang kapan? Katya de

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 43

    "Apa-apaan kamu, Ren?"Renata masih berdiri di tempatnya dan biasa saja, ia tak berusaha menutupi diri atau pun melakukan hal lainnya."Aku kenapa? Aku sedang berada di kamar dan mengenakan pakaian tidur. Aku tidak keluar kamar dengan pakaian seperti ini, Mas?""Kamu tahu aku akan datang kan?""Lampu mati seketika, aku panik jadi aku tidak berpikir apa pun."Tak ingin berdebat panjang, Arkan segera keluar dari kamar ini, tak menyangka bila dirinya akan melihat hal seperti ini dari Renata. Sementara wanita itu hanya diam dan berdiri di tempat yang sama tanpa melakukan pergerakan apa pun.Arkan meraih gagang pintu hendak keluar kamar, tapi dalam waktu sekejap Renata mengambil gagang pintu itu dan menatap Arkan penuh makna. Jarak mereka kini sangatlah dekat, bahkan nyaris tak berjarak ketika Renata menempelkan tubuhnya."Aku tidak berniat menggodamu, Mas. Tapi sepertinya aku sangat kesepian."Arkan melepaskan Renata, menjauhkan wanita itu dari dekatnya, tapi tidak disangka bila wanita ya

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 42

    "Detak jantung janin tidak terdengar, Dok!" ucap salah satu bidan yang sedang memeriksa."Coba periksa sekali lagi," ujar Gading.Sera nampak menahan sakit, seketika mulas semakin terasa, ia tak banyak bersuara, mulutnya tak henti berzikir, peluh bercucuran di kening, wajahnya memucat. Bidan kembali memeriksa, sudah ada pembukaan lima.Gading mendekat pada mantan istrinya itu lalu berbisik. "Zikir aja jangan putus, insyaallah bisa melahirkan normal."Sera mengangguk pelan, kemudian Gading pun keluar menghampiri Arkan yang juga terlihat cemas berada di dalam. "Detak jantung janin tidak terdengar," ucap Gading mendekat."Lalu? Maksudnya? Anak saya baik-baik saja kan?""Berdoa saja, Bang! Semoga Allah memberikan kelancaran dan keselamatan untuk keduanya."Arkan masih tidak karuan, kemudian ia diizinkan masuk ke dalam ruangan untuk menemani Sera. Istrinya itu tak banyak mengaduh, bila sakit terasa maka ia memegang tangan Arkan dengan kencang.Rasa mulas yang dirasakan Sera semakin menjad

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 41

    Rambut basah dan dada bidang itu seketika tidak lagi mempesona ketika pesan terakhir Sera baca di ponsel milik suaminya. Sementara Arkan di ujung sana tersenyum penuh makna, menatap istrinya yang begitu cantik dan seksi di sisi ranjang. Pakaian kebangsaan warna hitam selalu menjadi kesukaannya, Sera berkali lipat jauh lebih cantik dari itu.Ia mendekat dan langsung berhambur memeluk istrinya, tapi seketika Sera menghindar dengan raut wajah yang tidak semanis tadi."Kenapa sayang?" Arkan mengernyitkan dahi."Ada pesan dari Renata? Kalian saling bertemu?""Astaghfirullah ... aku lupa ngabarin. Kemarin saat masih di Bandung Renata ngabarin kalau bapaknya meninggal dunia, jadi aku menyempatkan untuk takziah.""Inalillahi wa inalillahi rajiun," ucap Sera. "Tapi kenapa Mba Renata bisa tahu nomor, Mas? Apa sebelumnya kalian sempet tukeran nomor?""Ya Allah, Sayang ... kamu ini sedang cemburu kah?"Sera diam sejenak, menatapnya dengan tatapan tajam. "Apa perlu yang kaya gitu ditanyain, Mas?"

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 40

    "Ren ...," sapa Arkan ramah. Ini adalah pertemuan pertama setelah waktu itu pernikahannya batal, sudah bertahun-tahun dan lama sekali."Mas Arkan sedang apa di sini?""Istriku dapat musibah dan dirawat di sini, sekarang sedang mengurus administrasi untuk pulang."Renata mengernyitkan dahi. "Sudah nikah, Mas?"Arkan mengangguk. Renata tersenyum tipis, sudah sembilan tahun berlalu, ternyata masih ada perasaan sesak, tapi ia yakin bila ini bukan perasaan yang dulu, hanya sisa dari kenangannya saja."Menikah dengan orang mana, Mas? Selamat ya, meski terlambat,"jawab Renata mengembangkan senyumnya yang masih tetap cantik seperti dulu. Ia pun tak nampak menua, semakin cantik di usia yang semakin matang "Dengan Sera, Ren."Waktu kemudian hening sejenak, ia tertegun beberapa saat. Enam tahun yang lalu dirinya pernah tak sengaja' bertemu Renata saat di Jogja, mereka berbincang sejenak dan saat itu Renata mengetahui bila Sera sudah menikah dan bukan dengan Arkan."Jodoh tidak kemana ya, Mas!"

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 39

    "Stok darah kosong dok!" ujar salah satu asisten dokter.Suasana di ruangan ini semakin panik dan tidak terkendali, sementara Sera terbaring di sana berjuang antara hidup dan mati.Gading berusaha tenang, yang saat ini ia lakukan adalah bagaimana caranya memberikan yang terbaik, menyelamatkan keduanya.Sementara Arkan di luar ruangan nampak tak bisa bersikap tenang, ia duduk di sebuah kursi tunggu, kemudian beranjak mencoba melihat situasi di dalam, kemudian membawa langkahnya ke tempat lain, ia benar-benar tidak tenang, peluh bercucuran, tangannya dingin juga basah."Tenang, Nak. Jangan kaya gini. Sera pasti baik-baik saja!" ucap ibunya menghampiri."Gimana aku bisa tenang, Bu? Di sana Istriku sedang berjuang antara hidup dan mati, tidak hanya Sera, ada anakku juga di sana!"Arkan seperti sedang mengulang mimpi buruk ketika ia mendampingi Shanum 10 tahun yang lalu. Ia tak ingin mengulang kesakitan yang sama harus berpisah ruang dan waktu, ia ingin bersama Sera lebih lama, kemudian me

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 38

    Semenjak akta cerai ada di tangannya, Sera dan Gading sama sekali tidak pernah lagi berkomunikasi, bahkan Sera memblokir nomornya semenjak kejadian tempo hari ketika Gading mengembalikan barang-barangnya."Usia kehamilan sudah 12 Minggu," ucap Gading menatap layar USG. Mau tidak mau ia harus menyampaikan semua informasi ini, walau tangannya masih bergetar. Saat mereka masih bersama dan rutin mengunjungi dokter untuk melakukan program kehamilan, nyaris semua pemeriksaan mengarah pada Sera yang bermasalah, sementara keadaan dirinya bisa dikatakan normal. Tapi hari ini, Tuhan seolah sedang menunjukkan sesuatu, wanita yang pernah ia abaikan kini tengah menangis bahagia karena seorang nyawa hadir di rahimnya, yang berbeda bukan tangannya yang kali ini ia pegang, melainkan tangan orang lain.Sementara saat bersamanya, tangis itu adalah kesedihan karena merasa tak mampu sempurna menjadi seorang istri yang diharapkan."Mas aku betul hamil?" tanya Sera. Arkan mengangguk, seraya mengecup keni

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 37

    Hujan rintik-rintik terasa syahdu dan romantis menemani malam ini, dua insan memadu kasih menumpahkan kerinduan yang setelah bertahun-tahun dipendam. Hasrat laki-laki Arkan membara tak terjeda, sekian lama menahan diri dari godaan yang datang menghantam luar biasa akhirnya kini mendapatkan tempatnya. Gelora mengangkasa, keduanya dideru perasaan tak terkira, sampai akhirnya sebuah lenguhan panjang terdengar, Sera dibawa ke puncak surgawi dan keduanya terjatuh dalam pelukan dengan keringat yang bercucuran."Aku sayang kamu, Mas!" ucap Sera lirih, napasnya masih terengah-engah."Aku juga!" Arkan membenamkan dirinya dalam pelukan yang sangat dalam, kemudian setelahnya mereka membersihkan diri dan beranjak untuk tidur tanpa melepaskan pelukan masing-masing.Sera bangun lebih dulu ketika sayup-sayup adzan subuh terdengar, ia langsung beranjak ke kamar mandi untuk mencuci muka, kemudian setelah itu membangunkan Arkan."Mas bangun, salat subuh dulu!"Arkan terlihat mengerjap dan masih sangat

DMCA.com Protection Status