Share

Terdesak

Penulis: Rosa Rasyidin
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-03 14:08:07

Mereka berempat menunggu beberapa waktu lamanya, Kenanga bergerak cepat terlebih dahulu hingga membuat jantung para pemuda pesisir itu nyaris copot. Gadis itu kembali dengan satu buah senapan panjang. Matanya sedikit memerah terkena sisa-sisa asap yang belum mereda.

“Ayo, kita pergi dari sini. Aku khawatir marsose lain akan menemukan kita,” perintah Alif sambil menerima senapan dari Kenanga. Sang pangeran risau luar biasa, gadis itu baru saja sembuh dari demamnya dan sudah terkena racun lagi.

***

Wakil Daalen yang diperintahkan untuk membunuh sisa-sisa gerilyawan yang masih berjuang tiba di tepi sungai. Ia bersama puluhan serdadunya menemukan bawahannya mati terbujur kaku begitu saja tanpa sebab yang jelas.

“Cari terus di sekitar hutan ini. Aku yakin ini bukan perbuatan binatang berbisa.” Sersan itu mengobrak-abrik tumpukan daun yang telah mengering. Ada sedikit bau yang membuatnya sesak napas.

Serdadu yang berjumlah puluhan nyaris ratusan mulai bergerak, mereka menyiagakan masin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • BUKIT TENGKORAK    Permintaan Kedua

    Adrian Van Mook---lelaki dengan satu pangkat lebih rendah daripada Daalen, berdiri di hadapan dua laki-laki dan satu orang perempuan yang membawa senjata masing-masing di tangannya. Lelaki dengan bekas luka di pipi kanannnya membuka peti kecil yang berisikan lembaran gulden dan beberapa keping emas hasil jarahan dari Kerajaan Pesisir Aceh. Ia membuka sebuah gulungan kertas yang bergambarkan wajah keturunan raja terakhir yang masih hidup dan berkeliaran. “Bawa kepala lelaki keturunan bangsawan ini ke hadapanku. Setelah itu berlembar-lembar gulden dan puluhan keping emas akan menjadi milik kalian.” Adrian mengembuskan asap cerutunya. “Namanya Teuku Alif Muda, lelaki yang merusak wajahku.” Tiga orang pembunuh bayaran itu pergi setelah menerima uang panjar dari Adrian. Mereka melacak jejak demi jejak yang ditinggalkan Alif berserta gerilyawan yang ia pimpin. Salah satu dari pembunuh bayaran itu adalah seorang wanita yang kerap memikat lawan dengan pesonanya. Tiga orang itu kini telah b

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-03
  • BUKIT TENGKORAK    Menuruti Perasaan

    “Kau berurusan dengan yang gaib, bukan? Pusaran angin tadi, apa kau yang memanggilnya?” Alif menahan tangan Kenanga yang berusaha menghindari pembicaraan. Enggan berdebat, gadis itu mengempas genggaman di tangannya dan berusaha lari. Namun, terlebih dahulu bahunya ditahan oleh Alif. “Kau tak boleh pergi sampai semuanya jelas!” Sang pangeran mendesak.Kenanga mendorong Alif, tetapi lelaki itu bergeming. Ia tahu gadis bisu itu pasti tak akan memberi penjelasan sedikit pun. Tabib muda itu mengepalkan tangannya, ia mengarahkan tepat ke dada Alif, tetapi terlebih dahulu berhasil diempaskan oleh sang pangeran. “Aku tak mau mencari keributan denganmu. Aku hanya minta kau menjelaskan semuanya. Mengapa kau tak terluka saat tertembak? Mengapa selama kita berjalan bersama kau juga tak pernah terluka walau hanya sedikit?” tanya Alif sekali lagi.Gadis itu tahu apa yang ingin Alif cari tahu darinya. Hanya saja ia sedang tak ingin membahas perihal perjanjian gaibnya dengan Datok Panglima. Namun,

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-03
  • BUKIT TENGKORAK    Sandiwara Cempaka

    “Kaphe Ulanda. Cuih! Sampai mati pun aku tak akan pernah mengakui kemenangan kalian.” Snouck Hurgronje mengembuskan asap cerutunya ketika mengingat makian dari Cut Nyak Dien yang ditujukan padanya. Wanita pejuang sekaligus ulama itu telah ditangkap dan diasingkan ke Sumedang. Lelaki itu lanjut menorehkan dawatnya, memanipulasi banyak catatan sejarah Islam di bumi nusantara. Pintu ruang kerjanya diketuk ketika ia menyalin catatan dua ulama penting yang sangat disegani. Gegas lelaki yang mendapat kepercayaan besar dari Pemerintah Hindia Belanda itu berdiri dan membuka pintu. Dua orang yang ia perintah telah hadir, Van Daalen dan Ivan. “Bagaimana perkembangan genosida warga Gayo Alas?” Tanpa berbasa basi Snouck lansung membuka perbincangan. Ia mempersilakan dua bawahannya duduk dan menuangkan sendiri minuman beraroma pekat ke gelas kristal mewah. “Aku sudah banyak membunuh warga Gayo. Lucu sekali melihat mereka berjuang hanya dengan pisau, pedang, dan tombak, terlalu sombong dan akh

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-04
  • BUKIT TENGKORAK    Bara Api

    Siang ba’da dzuhur, Liam mengajak Cempaka untuk berkeliling dengan kereta tentu dengan pengawalan beberapa marsose bersenjata lengkap. Lelaki berkebangsaan Inggris itu menunjukkan rute perjalanan yang akan mereka tempuh ke pelabuhan. Ketatnya penjagaan di rumah Daalen membuat dua orang itu akan pergi dengan waktu yang berbeda.“Supaya tak menimbulkan kecurigaan, aku akan pergi sore hari setelah menyelesaikan tugasku di rumah sakit. Kau bisa pergi pada malam hari saat pertukaran penjaga. Manfaatkan kekosongan waktu selama setengah jam. Kau gadis pemberani dan pintar, aku yakin kau bisa,” bisik Liam perlahan agar tak didengar para penjaga. “Baik, demi kebebasanku, aku bisa lakukan apa saja.” Senyum palsu terkembang dari bibir Cempaka. Ia memberi seikat dusta pada William agar bisa keluar dari rumah Daalen. Dua hari lagi lelaki itu akan sampai di rumahnya. “Jalan belok ke kiri menuju pelabuhan, ke kanan menuju wilayah perbukitan. Kau bisa menunggang kuda, bukan?” “Bisa,” jawab Cempaka

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-08
  • BUKIT TENGKORAK    Buronan

    “Susah payah aku membunuh ribuan orang demi mendapatkan semua harta ini. Sekarang semuanya hangus jadi abu!” Terpaku Daalen di tempatnya berdiri melihat tragedi yang dibuat oleh Cempaka. Lelaki berkumis tebal itu menyuruh para marsose yang bertanggung jawab tadi malam untuk berbaris. Mereka ditanyai satu per satu termasuk juga para babu yang berhasil menyelamatkan diri dari kobaran api. Salah satu babu berhasil memergoki Cempaka berjalan mengendap-endap memasuki ruang kerjanya dengan pakaian hitam, tetapi ia tak berani menegur karena takut mati di tangan gadis yang bergerak sangat cepat dan tenang itu. Daalen murka, semua kebanggaannya dalam istana itu musnah hanya karena kehadiran seorang wanita. Ia tak pernah berpikir jika gadis Gayo yang ia culik akan melakukan perlawanan, sebab dia hanya seorang diri.“Kau dipermalukan oleh sekuntum bunga, Meneer?” ejek Adrian yang baru sampai di rumah Daalen. “Soldaten!” panggil Daalen, “buat lukisan gadis itu, masukkan dalam daftar buronan

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-08
  • BUKIT TENGKORAK    Bimbang

    Kenanga menelisik penampilan wanita yang terluka di hadapannya. Wanita itu memiliki beberapa luka bekas di pipinya, meski samar gadis bisu itu tahu itu bekas goresan senjata tajam. Wanita berbaju merah tersebut terus menerus mengaduh, bahkan kini menggenggam jemari Alif walau pemuda itu terlihat enggan. Sang tabib menggulung kain bajunya, mencoba memeriksa tangan wanita itu, ia mencari asal bau racun itu. Namun, gadis bisu tersebut menemukan satu tanda di kulitnya, sebuah huruf yang tak ia kenali dengan lambang tengkorak di atasnya.“Cepatlah, Ken. Kau tak lihat darahnya terus mengucur?” perintah Alif padanya. Gadis bisu itu beranjak, ia tak menjawab dengan bahasa isyarat sama sekali. Kenanga menarik tangan Akbar agak menjauh dari tempat wanita tersebut terluka. Ia mengambil ranting kayu dan menuliskan beberapa pesan dengan huruf Arab Melayu di tanah. “Hati-hati, sepertinya dia bukan orang biasa.” Kenanga kemudian terus berjalan tanpa tahu ke mana arah yang akan ia tuju. Akbar me

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-08
  • BUKIT TENGKORAK    Menggenggam Angin

    Satu batang jarum beracun menancap tepat di leher Mantili. Wanita itu terdiam, ia meraba bagian tubuhnya yang terasa perih sampai ke mata, tangannya mencabut jarum beracun yang melukai dirinya sendiri. Alif melihat ke arah Kenanga terus berlari, ia mengabaikan lawannya yang sekarang duduk bersimpuh di tanah. Pembunuh bayaran itu meraba pinggangnya, membuka batang bambu lain berusaha meminum penangkal dari jarum beracun tersebut. Gemetar tangannya memegang benda hijau itu, Mantili tak mau mati terlalu cepat, ia masih ingin menagih janji Adrian yang akan menjadikannya salah satu nyonya di dalam istananya. Batang bambu itu ia arahkan ke mulutnya dengan tangan gemetar. Namun, penawar itu tumpah dan sesaat kemudian tubuhnya roboh, terbaring di tanah. Perlahan-lahan bibirnya membiru dan kantong matanya berubah warna menjadi hitam pekat, ia mati dengan mata tak terpejam. ***Alif membantu Ridwan yang terlihat kesusahan melumpuhkan lawannya. Lelaki ulebalang itu mengambil pisau Mantili yan

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-09
  • BUKIT TENGKORAK    Rawa Berhantu

    Dua pemuda pesisir itu hanya diam melihat bahasa isyarat Kenanga. Mereka paham jika situasi yang ditempuh sekarang sangat berat, tetapi hal itu bukanlah keinginan Alif dan Ridwan. “Kita tetap jalan bertiga. Bersama saja kita mati satu per satu, apalagi jika kami meninggalkanmu seorang diri,” jawab Alif. Tak ada perubahan air muka gadis bisu itu, ia mengambil langkah ke arah kanan tetap pada pendiriannya. Akbar dan Alif hanya mengikuti dari belakang. Bagi dua pemuda pesisir tersebut, membiarkan seorang wanita berjalan seorang diri dalam keadaan perang seperti sekarang bukanlah tindakan seorang lelaki sejati.Kenanga tahu jika ia diikuti, meski dua lelaki itu menjaga jarak beberapa puluh langkah darinya. Namun, ia tak ingin melarang, gadis itu hanya mencoba mencari jalan sendiri, sebab telah banyak purnama yang ia lewati dan Cempaka tak kunjung ia temukan. Gadis itu terdiam beberapa saat, telapak kakinya perih tertusuk duri. Sejak benda pusaka pemberian Datok Panglima dimusnahkan Ali

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-09

Bab terbaru

  • BUKIT TENGKORAK    92

    Pergolakan berdarah yang mengatas namakan agresi militer Belanda kedua usai sudah. Yang tersisa hanyalah membangun ulang kembali daerah-daerah yang hancur akibat perlawanan yang sengit. Angkasa dan Bulan juga masih belum tahu akan bagaimana ke depannya. Mereka tak punya tempat tinggal seperti halnya pengungsi yang lain. Meski sebelumnya mereka berdua adalah pejuang, tapi tak semua pejuang juga nasibnya baik. Bahkan banyak yang jatuh miskin pasca perang. Keduanya telah meninggalkan tenda karena Angkasa sudah bisa berjalan tanpa tongkat. Tidak hanya mereka berdua saja tapi yang lain juga. Lalu karena ketiadaan tempat tinggal mereka ditempatkan dahulu di bangunan luas tanpa sekat dan bergabung bersama orang lain sembari menunggu bantuan tiba, mungkin saja ada yang berbaik hati. “Sampai kapan kita akan begini terus, Bang? Aku tidak terlalu nyaman berbaur dengan orang ramai terlalu lama.” Bulan menghela napas panjang. Cobaan hidupnya belum juga berakhir. “Bersabarlah, Sayang. Abang j

  • BUKIT TENGKORAK    91

    Agresi militer Belanda belum benar-benar berakhir. Tapi perlawanannya masih bisa ditekan. Angkasa mendapat perawatan yang baik selama di dalam tenda. Bulan tak selalu bisa menemani, sebab ia harus bantu-bantu yang lain apa saja yang wanita itu bisa. Angkasa mencoba turun dari ranjang besi itu. Ia ingin tahu apakah kakinya masih bisa digunakan berjalan atau tidak. Jika ia benar cacat maka Angkasa akan meminta Bulan menjalani hidup sendirian daripada ia jadi beban saja. Satu kakinya berhasil ia turunkan. Terasa sakit, berat dan kaku sekali untuk melangkah. Selama ini urusan buang air diurus oleh Bulan sepenuhnya. Satu kaki lagi Angkasa turunkan. Agak oleng dan hampir jatuh, tapi lelaki yang kini rambutnya sudah panjang itu memegang pinggiran kasur untuk bertahan. “Bismillah, aku harus kuat, aku laki-laki. Aku seorang pemimpin.” Berpeluh tubuh Angkasa mencoba untuk melangkah. Hampir ia jatuh karena tak bisa menjaga keseimbangan, kemudian … “Abang!” Bulan datang masuk ke dalam tenda.

  • BUKIT TENGKORAK    90

    Agresi militer Belanda jilid kedua memang menimbulkan banyak pertentangan dan perlawanan di tanah air. Tak hanya jalan peperangan saja yang ditempuh tapi jalan diplomasi juga. Berbagai macam kongres perdamaian terus diupayakan agar Belanda angkat kaki dari Indonesia.Nyatanya tidak mudah, negara itu terus saja merongrong kemerdekaan Indonesia. Aceh merupakan salah satu bentuk perlawanan yang paling sengit sejak dulu. Bisa dikatakan daerah paling istimewa merupakan yang paling tidak pernah istirahat tenang sejak didatangi Portugis, sampai Belanda kalah, datang Jepang lalu kalah lagi dan Belanda kembali merampas semuanya. Satu dari sekian banyak pejuang yang ada yaitu Angkasa dan Bulan. Sepasang suami istri yang harus terpisahkan karena keadaan. Bulan menjalani berbagai macam pelarian dari satu tempat ke tempat lain. Tidak, dia bukan pengecut yang tak pandai berjuang. Hanya saja dia tak akan sanggup sendirian melawan tentara Belanda yang membawa perlengkapan sangat banyak. Bulan tak

  • BUKIT TENGKORAK    89

    Natali mendatangi salah satu tentara Inggris yang akan memimpin pasukan bergabung dalam agresi militer Belanda II di Indonesia. Tentara itu tahu siapa yang datang. Lalu ia bangkit dan mempersilakan tuan putri duduk di kursinya dan sesegera mungkin memberi hormat. Siapa yang tidak kenal bagaimana Natali bertangan dingin. “Ada yang bisa aku bantu, Madam?” tanyanya dengan sikap tegak. “Duduklah. Pembicaraan ini tidak resmi, tapi aku memberikan tugas ini tidak main-main untukmu, tentu saja aku akan memberikanmu upah.” Natali mengeluarkan beberapa lembar uang miliknya. Jumlah yang membuat tentara itu membelalakkan mata. “Siap. Sebutkan saja apa tugasnya, Madam.” “Kalau sampai gagal, kau yang akan aku tembak.” Wanita berambut pirang itu mengeluarkan lukisan wajah Bulan yang dibuat oleh Smith.Diam-diam ia mengulik barang pribadi milik suaminya ketika lelaki itu tidak sedang di rumah. Dari mana Natali tahu keberadaan Bulan? Dari suaminya yang sering mengigau dan meracau nama yang sama b

  • BUKIT TENGKORAK    88

    Anak Smith telah lahir. Ia merupakan seorang putri yang amat sangat cantik dan memiliki mata seindah dirinya. Amora, begitu princess itu diberi nama, dan keluarga kerajaan menyambut dengan penuh suka cita. Juga sejak kelahiran Amora, Smith tak lagi memikirkan tentang Bulan. Baginya harapan itu terlalu usang untuk dikejar. Lebih baik hidup dengan apa yang ada di depan mata saja. Natali menjadi pengusaha berlian yang amat kaya raya. Sudah tak terhitung berapa banyak korban yang berjatuhan di tangannya. Ia tak segan-segan menurunkan militer dan membayar menggunakan uang pribadinya. Anaknya pun lebih sering diurus oleh baby sitter. Lain hal dengan Smith yang sejak tidak bekerja lagi di rumah sakit kini menjadi salah satu agen PBB dalam organisasi baru yang dibentuk dan berurusan dengan kehidupan manusia. Perang di Aceh telah mengubah cara pandangnya menjadi lebih dermawan. Smith dan istrinya memiliki perbedaan yang terlalu mencolok. Lelaki bermata biru itu sangat aktif membela hak-hak

  • BUKIT TENGKORAK    87

    Tubuh Bulan yang tidak sadarkan diri diseret paksa oleh seorang tentara Belanda dan memasuki rumah kosong. Wanita itu terkena pukulan di bagian kepala hingga mengakibatkannya jatuh pingsan. Tentara Belanda yang melihatnya jadi tergiur. Bentuk tubuh Bulan yang ramping membuatnya gelap mata meski wajah wanita itu rusak. Dengan tangan tergesa-gesa lelaki itu mulai melucuti selendang dan kain panjang yang melilit di pinggang Bulan. Ia sudah tak sabar menikmati tubuh molek dari seorang pejuang yang pasti rasanya luar biasa. Hanya saja ketika kain Bulan mulai disingkap. Sebuah peluru menembus kaca rumah dan tertancap di kepala tentara Belanda tersebut. Mata hijau itu terbelalak dan ia pun roboh di sebelah tubuh Bulan. Peperangan di luar sana masih terus berlanjut ketika Bulan tak sadarkan diri. Hari sudah gelap ketika wanita itu sadar. Ia terkejut dan langsung berdiri ketika kain di pinggangnya terbuka dan roknya tersingkap, ditambah selendangnya yang tersangkut di jendela. Apalagi a

  • BUKIT TENGKORAK    86

    Indonesia tahun 1947 Bulan sedang mendengar radio milik Angkasa yang dibawa masuk ke dalam rumah. Pada dasarnya, wanita yang baru saja menggenapi usia 19 tahun itu memang rajin belajar dan tekun seperti halnya sang kakek dulu. Melalui radio pula ia mencatat beberapa poin penting untuk disampaikan nanti pada Angkasa. Suaminya sibuk mencari nafkah dengan memanfatkan truk miliknya. Tak banyak uang yang didapatkan tapi cukup untuk hidup berdua saja. Mereka juga belum memiliki anak. Pena yang diberikan oleh Smith beberapa tahun lalu akhirnya habis juga isi tintanya, bersamaan dengan rampungnya informasi yang dicatat oleh Bulan di atas kertas usang. Membelinya sangat susah ditambah harganya mahal, jadi kalau basa-basah sedikit kena air lebih baik dijemur saja. Angkasa pulang di sore hari dengan tubuh berpeluh. Seharusnya pengalaman keduanya sebagai pejuang tangguh mampu menghantarkan Angkasa dan Bulan menjadi salah satu tentara resmi dengan seragam khusus. Namun, hal itu tak mereka amb

  • BUKIT TENGKORAK    85

    Sepasang kekasih yang hidup bersama itu menghadiri perjamuan di mana ratu juga datang. Ada orang tua Smith dan Natali juga. Pembicaraan yang sangat serius. Kalau sudah ratu mengambil keputusan maka tidak akan bisa dibantah lagi oleh siapa pun. Keputusan untuk menikahkan Smith dan Natali diambil sudah. Sang jenderal bintang dua hanya bisa pasrah walau tak rela atas pernikahan kedua putrinya. Rumor sudah pasti tersebar dan sulit untuk dibendung. Tadinya Natali ingin mengatakan tentang kehamilannya, tapi Smith memberikan kode padanya agar jangan gegabah. Ia paham bagaimana raut wajah beberapa orang yang kecewa. Tidak dengan William yang senang sekali ketika putranya akan menikah. Ia menepuk bahu putranya dan memberikan sedikit nasehat. “Jalani saja hidupmu di sini dan jangan pernah memikirkan gadis itu lagi. Dia pasti sudah bahagia dengan orang lain seperti halnya Cempaka yang membohongiku.” Smith mengangguk saja. Benar, bisa jadi Bulan telah menikah dan tak memikirkannya lagi. Tap

  • BUKIT TENGKORAK    84

    Antara malu dan mau yang pada akhirnya mengantarkan Bulan dan Angkasa benar-benar menjadi suami istri di malam dingin di wilayah pesisir. Di kamar peninggalan mendiang Kenanga. Sepasang pejuang itu merasakan hal yang berbeda hingga terlelap dalam tidurnya dan bangun ketika hari hampir pagi. Bulan yang mandi belakangan setelah Angkasa, berdiam diri di rumah ketika suaminya memutuskan pergi ke surau terdekat. Wanita bermata abu-abu itu kini mengemas tas milik Angkasa dan membereskan barang-barang miliknya. Secara tak sengaja buku harian dan pena peninggalan Smith jatuh di lantai. “Apa kabar dia, ya? Katanya ingin kembali menemuiku dan melarang menikah dengan Angkasa. Mana ada, penipu! Tapi terima kasih atas pertolongan dan salepmu. Meski wajahku tak secantik dulu, tapi setidaknya lukanya tak terlalu kasar.” Untung saja Bulan tak mudah dirayu oleh Smith. Apalagi mengikuti saran letnan itu untuk tak menikah dengan Angkasa. Satu-satunya alasan yang membuat Smith belum jadi berangkat ke

DMCA.com Protection Status