*bapak dipecat, pulang saja ke rumah. Kuliah bisa dilanjutkan kapan saja, tapi kamu tidak bisa di tanah asing tanpa uang.*
Terlanjur kecewa, terlanjur takut, terlanjur gagal, terlanjur sayang. Galen hanya membiarkan pesan itu, dua tahun ia berjuang jungkir-balik, dan mendapat pesan sialan ini? Galen putus asa, tapi ia tak mau menyerah, sudah setengah jalan. Jika ia menyerah, sia-sia tenaga yang ia habiskan, rugi materi, rugi waktu, rugia usia. Galen tak mau rugi, Galen ingin mengejar mimpinya. Sedari dulu, ia ingin mendapatkan pendidikan terbaik.
Untuk sementara Galen termasuk mahasiswa Internasional yang tinggal di asrama. Galen boleh bekerja, karena ia sudah dua tahun disini. Ya, biaya hidup di negara orang sangat mahal.
California State University. Bukan hal gampang, agar bisa di kampus bergengsi di dunia ini, dan sekarang menyerah? Lelucon apa ini?
Galen mengingat saat ia jungkir-balik mengurus dan berbagai macam tes sebelum ia lulus dan menginjakkan kaki di negri Paman Sam. Galen yang rela berpisah dengan kekasihnya, dan merindukan si cewek polos itu setiap saat. Galen harus sukses sebelum pulang, harus membuktikan agar ia bisa dibanggakan, setidaknya penantian Irish selama ini tak sia-sia.
Kalut karena tak bisa mengambil keputusan, Galen duduk di bawah bangku di bawah pohon yang ia tak tahu pasti. Tapi daunnya sejenis daun maple. Sekarang musim semi, waktu yang sangat pas untuk berjemur dibawah matahari. Banyak yang seperti piknik.
Jujur, selama Galen termasuk tidak banyak teman. Ia hanya fokus belajar. Galen mempunyai beberapa teman internasional. Ada dari Pakistan, India, Turki, Jepang, dan teman Asia lainnya.
Ingin meminta tolong, Galen sadar anak rantau sama-sama mempunyai uang yang terbatas.
Galen ingat, ia cukup dekat professor Thomas. Ya, ini yang membuat Galen betah sekolah di luar. Tidak ada batasan antara Professor dan murid. Professor Galen begitu dekat, dan bisa berbagi apa saja, apalagi diskusi masalah sosial yang terjadi di sekitar. Professor Thomas memiliki pandangan yang luas, terhadap isu-isu sosial yang terjadi di masyarakat.
Rencananya, Galen mau bertemu dengan professor ketika jam makan siang. Fokus Galen sekarang bertahan sesulit apapun situasinya. Pantang sukses sebelum pulang.
Galen melihat banyak sekali pesan yang masuk ke ponselnya. Namun, ia sedang tidak fokus sekarang. Daripada berkahir pertengkaran, dan membuat hubungannya merenggang, Galen mengabaikan semua pesan dari Irish.
***
Irish bangun dalam keadaan yang tidak bugar. Gadis itu menangis hinga tengah malam, sungguh Irish rindu Galen. Kenapa Galen mengabaikan semua pesannya? Hati Irish tak tenang, ia yakin Galen sedang dalam masalah. Pesan yang ia kirim sama sekali tak Galen gubris.
Irish ingin Galen mengabarinya, entah hanya kata 'ya' atau sekedar 'ok' . Namun anggan yang sederhana itu, terlalu sulit digapai. Galen mengabaikan semua pesan Irish.
Irish hanya melamun dan tidak bersemangat bersiap kuliah. Namun, pendidikan utama. Segalau apapun, pendidikan tak bisa diabaikan.
Galen dan Irish begitu berambisi, untuk mendapatkan ilmu dan pendidikan terbaik. Dan Irish berakhir di dalam negri. Namun, Irish bersyukur setidaknya ia masih bisa mengenyam pendidikan.
Irish langsung bergegas mandi. Dan masih memikirkan keadaan Galen. Sebenarnya ada apa dengan lelaki itu?
Irish sendirian sekarang. Irish mempunyai dua orang adik laki-laki, semuanya masih kecil duduk di bangku sekolah dasar.
Ibu Irish bekerja dari pagi sampai malam. Bisa dibilang, keluarga Irish pas-pasan, hanya cukup untuk makan. Beruntung, Irish mendapat beasiswa, dari kalangan tak mampu. Irish juga tidak banyak menuntut, untuk hidup hedon seperti yang lain. Memaksa untuk hidup mewah dan dibilang waoh, padahal isi dompet tidak sesuai gaya. Jangan memaksakan untuk dipuji orang, jika kita tidak bahagia sama sekali.
Irish berpakaian seadanya. Hanya memakai kemeja warna pink soft, yang Irish beli diskonan di online shop. Tapi, Irish bahagia dengan hidupnya, ia tak pernah mengeluh. Irish bersyukur dengan apa yang telah ia capai.
Sebelum berangkat, Irish harus makan terlebih dahulu, menghemat pengeluaran. Walau Ibu Irish selalu berpesan, jangan pelit untuk diri sendiri. Namun, Irish tahu bagaimana perjuangan Ibunya untuk menghidupi keluarganya. Ayah, Irish meninggal ketika Irish masih SMP.
Irish membuka tudung saji, dan hanya menemukan telur dadar. Akhirnya Irish makan, mengganjal perutnya sampai sore. Sebelum Ibu Irish berangkat, beliau selalu memasakkan untuk anak-anaknya. Hanya makanan sederhana, seperti telur dadar atau mie goreng.
***
Kesekian kali, Irish memeriksa ponselnya. Dan Galen mengabaikan pesan itu.
"Alen sendiri yang berjanji, buat Ai nunggu dan sekarang Alen lupa sama Ai?"
"Alen punya cewek baru disana? Pasti ceweknya cantik kan? Ceweknya pasti kaya, nggak kaya Ai, orang susah. Alen juga pulang, nggak ingat Ai ini siapa." Irish jadi pesimis dengan hubungannya. Menyerah? Belum saatnya, Irish belum mendapat kabar yang pasti. Irish akan tetap bertahan, Galen sudah berjanji banyak hal manis padanya.
"Dua tahun, nggak jumpa Alen. Pasti, Alen berubah. Alen nggak ingat, dulu pulang sekolah kita ke tepi laut, jajan sampai duit Galen habis, sampai Galen ngutang air mineral." Irish tersenyum. Mengingat masa-masa remaja yang sangat terkenang, Galen cinta pertama Irish.
"Sampai ada bapak-bapak yang marah sama kita, gara-gara kita nggak pulang ke rumah dan masih pakai seragam. Alen selalu membuat Ai tertawa, sambil kita memandang luasnya lautan, dan Alen selalu bilang ingin ke luar negri, sekarang impian Alen terwujud dan Ai rindu disini." Tanpa sadar, sebutir air mata lolos lagi. Entah sudah berapa liter air mata Irish yang ia keluarkan untuk mengingat kekasihnya.
"Apa disana musim salju? Apa Alen kedinginan? Apa Alen suka makan keju? Suka makan burger? Minum soda terus? Ai pingin sekali, diajak kesana. Sehari aja nggak papa, asal sama Alen." Irish tersenyum, sambil mengkhayal sesuatu yang rasanya mustahil. Irish ingin Galen mengajaknya liburan disana. Irish ingin merasakan, bagaimana rasanya musim salju, musim semi, musim gugur.
"Semoga malam ini, Alen udah hubungi Ai. Ai rindu, I love you
Alen." Irish tersenyum manis. Gadis cantik dan kalem itu, berusaha menepis pikiran buruk dan berusaha positif. Karena pikiran yang buruk, akan menghasilkan sesuatu yang buruk, begitu sebaliknya.***
Galen menemui professor Thomas Mclan. Di ruangannya, terdapat figura professor yang berfoto bersama anaknya. Galen memperhatikan anak professor yang cantik dan tersenyum.
"I'm sorry to disturb your time Mr. Mclan."
"No need."
"Thank you."
Galen menceritakan permasalahannya sekarang.
"Don't worry, you can live with my daugther Emery."
"Sorry Mr?" Galen masih tak percaya, Professor Thomas menyuruh Galen tinggal bersama anaknya.
"Emery tinggal di flat sendirian. Di asrama berbayar, kamu tidak perlu memikirkan uang bulanan, kamu bisa bekerja paruh waktu, jika tinggal di flat. Emery juga kadang berkerja, tapi di lebih banyak meghabiskan uangnya dengan pesta." Galen hanya mengangguk, tidak heran, disini setiap hari jumat, pasti salah satu mengadakan pesta, dan berakhir mabuk-mabukan.
Dan selama dua tahun disini, Galen memecahkan rekor, tidak pernah mabuk, pesta-pesta yang tak ada faedah. Yeah, he act like an innocent girl, and that he was.
"If you want, you can babysit Emery. Maybe like, acompany her to party, or when she bring random guy to her flat."
"I thought, that's not my authority sir."
"Don't worry, I command you."
"I'll try sir." Sebenarnya berat, Galen harus tinggal sama perempuan di flat yang sama. Walau ini negara bebas, hanya Galen sudah terbiasa dengan budaya yang dibawa lahir. Dan Galen juga punya kekasih, walau ia tak mengkhianati Irish. Tapi, siapa tahu ke depan?
"Don't worry, Emery a good girl. Sometimes she act so annoying and became spoiled brat." Galen tersenyum. Demi cita-cita, Galen harus bertekad, apapun yang terjadi ke depan akan Galen arungi, demi masa depan, demi cita-cita, demi janji, akan sebuah kesuksesan.
"I call Emery, she can fetch you. Dia akan menunjukan flat dimana, kamu bisa berkemas dan tinggal sama dia mulai hari ini."
"Thank you for you kindness sir. I don't know, I can't survive without your help." Professor Thomas menelpon putrinya.
"Yo, sup bro." Galen hanya menganga, jika putri, Professor Thomas tidak menghormati orang tuanya, dia menganggap orang tuanya seperti temannya. Walau sudah dua tahun disini, tapi Galen sering melihat, anak-anak disini tetap menghormati orang tua mereka, walau hanya dengan memanggil nama.
"Jemput kawanmu. Dia akan tinggal bersamamu. He will babysit you."
"Are you fucking serious Dad? No! go to the hell, mind your fucking business! I am not a baby, fuck you Dad!" Pekik suara cewek di ujung telpon. Galen merasa tak enak hati, bagaimana ia akan menyerah begini saja? Padahal ia belum berjuang.
"Emery, listen to me. This is for you future, I can control you, when you move."
"Fine! Fuck fine!" Telpon dimatikan. Galen menatap serba salah, pada professornya. Ia berniat membatalkan saja, dan memilih pulang kampung, dengan predikat gagal sebelum finish. Tapi, Galen tak ingin menyerah secepat ini. Ia harus berjuang, seperih apapun itu, walau ia haru terluka-luka dan berdarah-darah.
"Tidak apa-apa. Tempernya kadang jelek, tapi dia anak yang manis." Galen hanya tersenyum serba salah.
"Jika susah cari kerja paruh waktu, bisa hubungi saya. Saya akan membantu, Emery juga banyak uang." Galen meremas tangannya. Kenapa dia harus menyusahkan orang asing ini?
"Dia masih labil, masih 17 tahun. Jadinya, tahu senang-senang aja. Tapi, weekend dia kerja paruh waktu."
"Baik sir."
"Dad! Who the hell, fucking babysit me. I'm adult!" Emery mengamuk, cewek berambut pirang itu berang, karena perlakuan semena-mena sang ayah.
Galen salah fokus pada pakaian Emery, hanya tanktop abu-abu yang menutupi sebagian perutnya. Dan celana super pendek sebatas paha, tapi ada satu yang lebih menarik perhatian Galen, tato milik Emery. Sebuah tato Winnie The Pooh. Di bawah perutnya, kenapa dia tidak tato Larva saja?
"Oh, that's ma boy. You look so cute, ok come home." Emery langsung duduk di pangkuan Galen.
"Fine dad. Chalenge accepted. He will be my boyfriend. Right baby?" Emery berbalik ke arah Galen dan memegang wajah Galen yang sudah pucat. Keringa dingin, menyucur dari tubuhnya. Mau menepis Emery, ia sudah berhutang banyak sama wanita ini nanti.
"Ok, go get room."
"Bye daddy. Love you." Emery, kiss jauh ayahnya. Dan menarik Galen. Galen ingin kabur dari sana, tapi ia sudah jatuh dalam perangkap iblis betina.
***
Galen melihat flat kecil, yang hanya 1 kamar. Tidak ada sekatnya, bahkan bathtub saja di luar, dan mandi sambil melihat pemandangan keluar.
"I can sleep in the couch."
"You can sleep with me, I don't rape you." Galen tertawa kecil. Sebenarnya Emery orangnya asik, jika kita sudah mengenal dirinya.
"It's ok."
"You have to sleep with me, and no buts." Galen akhirnya mengangguk. Ia harus banyak mengalah, demi masa depan, sekarang Galen bergantung hidup pada perempuan ini, jadi Galen harus menuruti apa keinginan Emery.
Emery Mclan, wanita cantik bermata hijau, sedikit bar-bar dan berhati mulia. Tanpa sadar, Galen tersenyum, ia yakin hari-harinya tak lagi kesepian dan penuh warna jika bersama Emery. Tapi, Galen harus tahu batasnya, bahwa ia punya kekasih dan Irish menunggunya disana.
"Kau bisa mandi dulu." Galen melirik pada bathtub yang terbuka lebar, tak mungkin ia menampakkan auratnya disini.
"Kita bisa memesan pizza setelah ini." Galen hanya diam, dan mengangguk apapun kata Emery.
Galen sudah selesai mandi, dan melihat Emery duduk di sofa, sedang serius dengan ponselnya.
"Oh, Pizza sudah datang. Kau bisa menemaniku, duduk dan makan disini."
"Thank you." Ucap Galen sopan. Ia pun duduk di samping Emery dan mengambil sekeping pizza.
"Kau mau tahu, kau bisa melepas pakaianmu dan itu akan terlihat sexi." Emery menarik kerah kaos oblong Galen berwarna abu-abu.
"Disini dingin." Alibi Galen.
"You're so cute." Emery meloncat ke pangkuan Galen dan mencium bibir tipis lelaki itu. Wajah Galen yang memerah, ia dan Irish tidak pernah berciuman, karena gadisnya begitu polos. Dan sekarang, ada wanita yang menyosor duluan.
"Can you take off from me?" Galen mendorong Emery dan cepat berlari mengambil ponselnya, pura-pura ada yang menelpon. Bagaimana nasibnya ke depan, jika terus seperti ini?
Galen melihat banyak pesan dari Irish. Galen menarik napas panjang, dan membaca satu per satu.
"Hey! Boy, come to mama. C'mon eat pizza with me." Galen dengan berat hati, duduk di samping Emery.
"Kau menelpon siapa?"
"Temanku."
"Temanku sedang mengadakan pesta. Kau bisa ikut bersamaku nanti."
"I'll stay. I rather reading or studying."
"You fucking kidding me?! How on earth, you choose studying over party. Where planet are you from?"
"No, I'm serious. I rather sleep."
"C'mon, we just have fun." Galen mengabaikan ocehan Emery dan menatap ponselnya lagi.
Banyak sekali pesan Irish.
*hi Ai. Aku lagi sibuk bangat, jangan khawatir ya sayang. Aku baik-baik aja. Aku juga rindu kamu, dua tahun lagi. Sabar ya, akhir kita pasti bahagia.*
Galen mengirim pesan itu dan menjanjikan suatu kebahagiaan untuk kekasihnya, tanpa tahu bagaimana nasib mereka ke depan.
Akhir kita pasti bahagia. Bahagia seperti apa yang Galen maksud? Jika ia mengetik pesan saja, diganggu Emery yang bergelayut manja di pangkuannya.
Irish bahagia bukan main, Galen tidak melupakannya. Hari-hari Irish, berubah jadi bahagia dan kembali bersemangat. Gadis itu, tersenyum sepanjang hari, hanya karena pesan sederhana itu.Irish bahkan, terlalu rajin mengerjakan tugas yang deadline minggu depan. Semua karena Galen. Rasanya Irish secepatnya menyelesaikan kuliahnya dan menyusul Galen kesana. Minimal Irish bekerja, mengumpulkan uang, dan bisa ke negara asing tersebut.Irish mempunyai satu teman--Monica. Gadis itu tak terlalu tahu masalah pribadi Irish seperti apa, karena Irish itu begitu tetutup. Tapi Monica ingat, Irish pernah bilang ia punya kekasih, hanya saja tidak tahu itu siapa.Irish dan Monica sedang berada di kantin. Mereka membunuh waktu untuk masuk ke mata kuliah selanjutnya. Irish selalu memikirkan Galen, apa yang lelaki itu lakukan, apa Galen sedang tidur, apa Galen belajar, apa Galen makan, semua hal kecil ia pikirkan. Perbedaan waktu memang bukan
Sore, Irish sudah mulai berkerja. Posisi kasir. Setelah diberi training selama seminggu, Irish sudah bisa memegang sendiri. Dari awal juga, Irish sudah mengerti cara mengoperasikan komputer khusus tersebut. Kita, hanya perlu memasukan menu makanan apa yang dipesan pelangan, dan menghafal kode agar cepat dimasukan.Irish, sudah mulai masuk kerja dari jam 4 sore. Dan pulang jam 11, lelah sudah pasti. Tapi, bayangan wajah Galen yang tersenyum manis, langsung terbayar. Sesederhana itu. Irish akan mengusahakan segalanya, agar ia bisa melihat wajah Galen. Apalagi, sekarang mereka sudah jarang bertukar kabar. Irish sibuk kerja, Galen sibuk dengan dunianya di luar negri.Irish betah bekerja di Top Cafe. Semua karyawan ramah dan saling menerima. Bahkan, sang pemilik restoran begitu baik, dan menganggap Irish anak sendiri.Seperti sekarang, Irish memperhatikan pelanggan yang mulai ramai. Ada yang datang bekerluarga, sepasang kekasih
Kosong!Irish merasa kosong dengan hati dan jiwanya. Setelah pengakuan gadis cantik itu, Irish mematikan sambungan telpon. Tapi, ia tak merasakan apa-apa. Ia merasakan kekosongan. Lebih tepatnya, ia mati rasa!Irish termenung. Bahkan di tempat kerja pun, gadis itu tak bergeming. Irish terus saja memikirkan Galen dan gadis bule itu, apalagi pengakuan yang keluar dari mulut gadis itu membuat Irish berpikir macam-macam. Jika gadis itu mengaku teman, tentu Irish masih merasa tenang. Galen butuh teman disana. Tapi, kekasih? Apa Galen harus butuh kekasih disana? Galen... nama itu benar-benar menyita semua perhatian Irish."Melamun terus kak." Tegur Brata. Irish hanya tersenyum tipis. Bahkan ia beberapa kali salah memasukan nama menu, hingga para pelanggan komplain. Berurung boss Irish begitu baik, hingga Irish tak dipecat segera."Kakak mau nggak, pulang kita ngopi bentar di Bread Bruh. Ada menu baru katanya." I
Dengan tangan gemetar, dan napas yang memburu serta keringat dingin yang menjalar di tubuh gadis itu. Tubuh yang sedikit gemetar. Musim dingin, tak menyurutkan semangat gadis itu, untuk menginjakan kakinya di negri orang.Dengan modal nekat Irish pergi menyusul Galen. Dua tahun berlalu hubungan mereka tak ada hasil, akhirnya Irish menyusul Galen dan berjumpa langsung dengan cowok itu.Desember kelabu dengan musim dingin yang begitu menusuk. Berkali-kali Irish membenarkan scraf yang melingkar di lehernya. Katakanlah ia norak, tapi Irish tak nyaman dengan semua pakaian yang berlapis-lapis yang membungkus tubuhnya."Udah mending?" Tanya seorang cowok di samping Irish. Sekarang mereka berada dalam bus menuju kampus Galen. Modal nekat dan hanya berbekal nama kampus Galen, Irish akan mencari di segala sudut kampus sampai ia menemukan cowok itu.Irish yang tubuhnya berkeringat dingin sekarang hanya menggosok-gosok tangannya walau sudah me
"Udah tahu, anak akuntan publik yang baru?" Tanya Welly. Pagi hari semua orang dihebohkan, dengan kehadiran sosok Galen dan istrinya--Emery Mclan. Sosok pirang yang menari perhatian siapa saja, karena berpenampilan unik sendiri.Hati Irish sudah kebal menerima semuanya. Kabar apalagi yang tak lebih mengenaskan dari nasibnya? Ia rela menabung selama 4 tahun dan berhemat demi menemui sang kekasih yang nyatanya tak membuahkan hasil sama sekali, dua bulan berikutnya Irish mendengar kabar, Galen kembali ke tanah memboyong istri. Demi biji-bijian yang ada di muka bumi ini, otak Irish mau pecah seorang Galendra Raksa telah menikah. Meni fucking kah. Dengan gadis pirang yang ia tak kenal sama sekali, Irish mengira keduanya akan berakhir bersama, nyatanya ia hanya jadi masa lalu.Galen tiba-tiba membuat kabar lebih mengejutkan lagi, ia kerja di kantor yang sama, bagian akuntan publik, walau mereka berbeda divisi. Irish hanya diam.
"Ai." tegur Galen pada Irish yang sudah terduduk sambil terisak. Ia tak sanggup berhadapan dengan Galen. Bahkan, selama 4 tahun berpisah pertama kalinya mereka bisa sedekat ini.Galen sengaja menghidupkan air di dalam toilet dan membiarkan air itu mengalir jika melubar akan membasahi baju Irish. Dan ia tak ingin orang lain mendengar mereka masuk ke dalam toilet dan ada skandal yang lain. Galen tak peduli pada reputasinya, ia bisa mencari pekerjaan lain, tapi ia tak mau gadis pendiam dan tulus itu mendapat masalah.Galen memandangi Irish, napasnya memburu."Ai." panggil cowok itu pelan. Irish terus saja menggeleng. Suara yang selalu ia mimpikan, memanggilnya dengan suara selembut ini, dengan penuh cinta. Tapi semuanya berubah sekarang, Galen milik gadis pirang. Salah jika ia bersikap seperti ini? Salah jika ia marah pada Galen? Salah jika Irish overact? Semesta tak pernah memihak pada mereka. Irish sudah tahu, perpisahan mereka akan terjad
"Makan Irish." perintah Declan. Irish hanya memegang sendoknya dengan malu-malu dan memasukan nasi merah dalam mulutnya. Ia malu. Dan Declan benar-benar mendeklarasikan ucapannya, pulang bersamanya.Saat Irish sedang menunggu angkutan umum, mobil Range Rover warna hitam sudah berdiri gagah di depannya dan Declan dengan wajah tanpa dosa menyuruh Irish masuk. Irish memastikan terlebih dahulu sebelumnya, ia melihat sekelilingnya jangan ada karyawan yang lain, atau ada CCTV di sekitarnya.Irish hanya diam, dan Declan tidak berbicara sepanjang perjalanan, membuat gadis itu makin gugup. Dan tiba-tiba Declan sudah membawanya ke warung makan. Bahkan Declan yang memesan nasi merah, bebek goreng dan jus tomat. Padahal, Irish tak suka makan tomat. Karena merasa tak enak, Irish harus meminum jus yang rasanya tak karuan tersebut."Papah, suapin." pinta Nayjla manja. Bocah itu tidak ceria sekarang. Declan menjemput Nayjla di tempat les,
Gosip.Menurut Wikipedia, Gosip, gibah, atau gunjing adalah sebuah obrolan atau rumor kosong, yang biasanya berkaitan tentang urusan pribadi atau orang lain.Masyarakat Indonesia merupakan salah satu negara dengan gemar bergosip. Apabila membicarakan keburukan orang lain. Dan biasanya kaum hawa yang paling banyak didominasi tentang masalah gosip, walau tak menutup kemungkinan kaum adam juga saat berkumpul bisa megunjing.Dan pagi ini, kantor Sehat Sentosa, mendapat gosip yang sangat baru seperti daging segar yang bisa dibagikan ke yang lain. Dan objek yang dibicarakan adalah manusia pemalu luar biasa. Irish Mauren menjadi centre topic karena ia ketahuan pulang bersama boss besar saat pulang kemarin. Dan hanya menunduk malu, saat satu kantor mencie-ciekan dirinya.Irish terus menunduk di kubikel miliknya, dan mengambil buku miliknya dan mulai mencoret-coret. Ia malu, kepalang malu dan tak berani bertatatapan dengan makhluk di kantor.&nb
Kita adalah teman tumbuh bersama, kita adalah saksi hidup bagaimana terus berjuang melawan takdir dan hidup yang kadang terasa tak adil sama sekali, tapi selalu bersama bergandengan tangan dan tersenyum melewati semua hal.Galen tersenyum hidupnya mungkin penuh lika-liku atau bisa saja terlihat berjalan begitu mulus tergantung siapa yang mengambil sudut pandang, orang bijak akan mengambilnya sebagai pembelajaran yang harus dijadikan guru terbaik dan saat seseorang yang suka mengeluh melihat hidupnya terus saja mengeluh dan merasa dunia begitu kejam dan Tuhan begitu kejam.Galen akan menutup buku kisah hidupnya dan Irish dan membuka lembaran baru bersama Emery dan calon buah hati mereka yang seperti Tuhan kabulkan karena berjenis kelamin perempuan dan akan dinamai Emerald. Emery dan Emerald merupakan ratu di hidup Galen dan laki-laki itu akan terus mensyukuri hidupnya.Laki-laki itu sedang memperhatikan istrinya yang berolahraga menyambut detik-
"Tante Mama! Nay mau pake seragam yang mana?" teriak Nayjla menghebohkan seluruh penghuni rumah seperti biasa.Irish sedang menyusui Baby Saxon yang baru tidur subuh tadi karena malam tadi mengajak begadang. Benar-benar luar biasa rasanya jadi ibu."Tante Mama!" Nayjla masuk ke kamar dan melihat ibu sambungnya yang suruh diam karena adiknya baru saja terlelap. Bayi berusia 4 bulan yang membuat Irish merasa satu hari 24 jam itu kurang, kalau boleh Irish mau minta sampai 36 jam. Agar ia bisa mengurus baby Saxon dengan leluasa lagi."Bentar. Tunggu adiknya berhenti nyusu dulu." Nayjla putar badan dan akhirnya ia mengurus dirinya sendiri. Terkadang ada kecemburuan, kenapa orang tuanya lebih peduli pada bayi itu tapi saat melihat bayi merah itu Nayjla sadar adiknya memang belum bisa apa-apa dan kepolosannya membuat Nayjla belajar mandiri. Bocah itu akhirnya ke meja makan dan sarapan sendiri.Irish mengelus-elus rambut putranya yang masih me
"Aku udah nyiapin nama anaknya. Enakan Carrgil atau Saxon?""Kenapa namanya aneh begitu?""Nggak aneh!" Irish mengotot. Suaminya hanya bisa menggeleng, kenapa para wanita bisa bersikap begitu ajaib di saat bersamaan? Lihat bagaimana wajah Irish yang meringis menahan mulas dan masih ngotot tentang nama anak yang belum pernah mereka diskusi sebelumnya."Carrgil. Kenapa namanya seperti orgil? Orang gila?" tanya Declan."Papa jahat! Anak sendiri dikatain gila!" Declan tertawa. Apa yang ia bicarakan benar adanya. Bagaimana mungkin istrinya bisa menamai anak seunik itu? Trus apa katanya tadi? Saxon? Nama aneh dari mana lagi?"Saxon bukannya nama alat musik?""Nggak tahu! Ikutin aja, anak sendiri yang mau namain Saxon.""Namanya tidak elit!" Irish mencibir. Memangnya nama elit itu seperti apa? Harus ada kemewahan seperti emas dan mobil? Kenapa tidak dinamai emas bin berlian saja?"Masih mules?"&
"Jangan bilang pada siapapun, kalau itu adalah anak kandung aku. Cukup kita berdua yang tahu." bisik Galen.Tubuh Irish langsung merinding. Wanita hamil itu merasa seluruh tubuhnya menggigil. Gila!"Jangan ngomong sembarangan!" sergah Irish sambil mencubit perut Galen. Laki-laki ini gila! Bagaimana ada yang mendengarnya dan salah paham?"Ampun kakak ipar, aduh galak bangat." adu Galen sambil memegang perutnya. Rasanya sakit beneran, lebih tepatnya pedas dan panas. Benar-benar cubitan maut."Jangan gitu. Kalau ada yang salah paham gimana?""Gurau aja aelah. Jangan tegang-tegang amat, nanti anak di perut susah keluarnya." Irish memukul dada Galen dengan membabi buat. Benar-benar mantan kekasihnya ini. Mulutnya tak bisa dijaga."Ini ada reunian atau apa?" Irish berbalik dan melihat Declan, yang tak senang melihat pemandangan Irish dan Galen akrab. Bukan apa-apa, kedua manusia ini pernah memiliki kisah bersama. Baga
Andai manusia punya sayap dan bebas menjelajahi angkasa, dan terbang kesana-kemari tanpa merasa lelah. Maka, Galen dengan senang hati terbang menjelajahi angkasa, atau meminjam sayap elang untuk terbang.Senyum itu tak pernah lepas dari bibirnya, bahkan ia rela bibirnya robek karena terlalu senang, apa yang ia anggap telah hilang dan tak kembali kini kembali karena menemukan kembali jalan pulang."Aku memang tak bisa memprediksi masa depan, tapi hanya kamu yang akan terus bersamaku di masa depan." Laki-laki itu mencium punggung tangan istrinya sebagai bentuk syukur dan bahagia, ia mendapatkan kembali Emery di sisinya."Jikapun kamu mau kita tinggal di California, aku akan ikut. Aku akan pergi kemanapun kamu pergi."Emery langsung memeluk pinggang Galen, begitu juga laki-laki itu.Keduanya saling tersenyum. Sekarang pukul 09.48. Keduanya mendarat di bandara dengan selamat."Mungkin kita harus merayakan ini. Denga
Galen tak percaya kesempatan, atau peluang menurut ilmu fisika. Kesempatan yang ia impikan musnah begitu saja. Mungkin alam bersekongkol agar ia tak mendapat kesempatan.Hari terakhir di Maldives. Pulau terindah di dunia bagi sebagian orang, namun bagi Galen ini seperti berlibur ke ujung neraka. Hatinya nelangsa, seperti ABG baru putus cinta.Laki-laki itu terduduk di pantai, sambil melihat jernihnya air yang dibilang seperti cermin. Bahkan, ikan mau muncul saja harus pakai baju takut ketahuan ia bugil saking jernihnya air."Huh!" Tarik napas, buang napas. Nyatanya tidak membuat Galen merasa lega, tapi semakin merasa tersiksa kenapa dengan hidupnya.Laki-laki itu terdiam dan merenungi nasibnya, sejuknya angin pantai tak membuat Galen merasa segar.Emery. Pikiran tentang wanita ini terus menganggunya. Galen yakin itu Emery, tapi kenapa kenyataan yang ia dapati seperti itu? Bukankah Emery ingin kembali bersamanya? Emery gadis ceria
Dulu, saat Irish menjadi beban terus keluarga, ia tak pernah menikmati betul waktunya saat bangun tidur. Saat bangun tidur, Irish selalu merenungi nasibnya. Apa yang harus ia lakukan? Atau bagaimana ia keluar dari lingkaran kemiskinan. Walau yang ia pikirkan satu-satunya adalah kerja dan terus bekerja.Saat ia memilih resign dari kantor, Irish merasa ia benar-benar tak punya masa depan yang cerah atau masa depan yang menjajikan.Tapi lihatlah sekarang, ia tersenyum saat melihat punggung telanjang yang sedang mendengkur halus, sambil memeluk bantal dengan selimut sebatas perut. Irish tersenyum, mungkin tersenyum bangga atau tersenyum haru. Diam-diam air mata Irish menetes atas semua berkat yang ia rasakan, padahal ia tak banyak punya expectasi yang tinggi.Irish mengelus rambut suaminya dengan sayang dan memperhatikan laki-laki itu tak ada kata bosan. Seolah Declan adalah pusat tata surya bagi Irish.Sekarang sudah pukul 9.37 pagi. Wakt
"Harusnya saya melamar kamu di sini." Irish hanya tersenyum malu-malu, saat Declan memeluk dirinya dari belakang. Melihat jembatan Golden Gate yang menjadi ikon negara bagian California.Dulu, Irish hanya bisa melihat di TV, saat menonton film Hollywood bagaimana jembatan itu hancur karena bencana alam, atau ada makhluk asing yang ingin menghancurkan jembatan tersebut.Tapi sekarang terbentang luas di hadapannya, bagaimana jembatan sepanjang 2.747 m. Ilene melihat dirinya seperti debu sekarang. Bagaimana luar biasa manusia bisa membangun jembatan raksasa seperti ini. Atau mungkin lebih sederhananya, ia yang anak orang susah bisa melihat negara lain yang rasanya seperti mustahil dicapai.Musim panas, terlihat begitu terik di cuaca California sekarang.Declan membawa Irish honeymoon kesini, seperti yang telah ia janjikan pada dirinya sendiri, ia akan kembali membawa Irish kesini dengan alasan yang berbeda. Dulu, mereka kesini saat musim
Hampa.Pulang dalam kehampaan yang luar biasa. Cintanya kandas, sebelum ia memperjuangkan apa yang sudah ia rasakan selama ini.Dua kali, dua kali Galen gagal dua wanita yang berharga dalam hidupnya pergi dan sekarang hanya kekosongan yang mengisi hatinya. Galen pulang tanpa Emery, itu yang membuat Galen terus melihat ke awan di bawah. Perjalanan selama 30 jam membuatnya makin merana.Laki-laki itu menoleh ke samping, bukan Emery tapi seorang bapak tua yang tengah tertidur dengan mulut menganga yang lebar. Emery tak ada di sini, Emery memilih untuk bebas. Galen memang tak bisa memaksa jika memang itu keputusan yang telah Emery buat karena Galen juga tak punya alasan agar wanita itu tetap di sisinya. Bertahan karena cinta? Jangan bicara cinta, jika cinta juga yang menghancurkan kita.Pertemuan terakhir bersama Emery hanya begitu saja."Kau benar-benar tidak ingin pulang bersamaku?" Emery menggeleng. Galen menggengam tan