Irish bahagia bukan main, Galen tidak melupakannya. Hari-hari Irish, berubah jadi bahagia dan kembali bersemangat. Gadis itu, tersenyum sepanjang hari, hanya karena pesan sederhana itu.
Irish bahkan, terlalu rajin mengerjakan tugas yang deadline minggu depan. Semua karena Galen. Rasanya Irish secepatnya menyelesaikan kuliahnya dan menyusul Galen kesana. Minimal Irish bekerja, mengumpulkan uang, dan bisa ke negara asing tersebut.
Irish mempunyai satu teman--Monica. Gadis itu tak terlalu tahu masalah pribadi Irish seperti apa, karena Irish itu begitu tetutup. Tapi Monica ingat, Irish pernah bilang ia punya kekasih, hanya saja tidak tahu itu siapa.
Irish dan Monica sedang berada di kantin. Mereka membunuh waktu untuk masuk ke mata kuliah selanjutnya. Irish selalu memikirkan Galen, apa yang lelaki itu lakukan, apa Galen sedang tidur, apa Galen belajar, apa Galen makan, semua hal kecil ia pikirkan. Perbedaan waktu memang bukan hal yang mudah, tapi Irish yakin, jika cinta keduanya telah mengakar, maka, keduanya bisa bersatu kembali.
Irish hanya mengaduk-ngaduk, roti prata-- roti khas india yang dicampur bersama kari ayam. Gadis itu bukannya makan, malah ia tersenyum. Monica yang mentraktir Irish, Monica tahu, hidup Irish pas-pasan, beruntung gadis itu bisa mengenyam bangku kuliah.
"Kenapa? Apa Irish semalam minum obat senyum?" Irish melihat ke arah temannya. Sebenarnya, Monica type sebelas-dua belas sama Irish. Yang akhirnya membuat Mereka berdua bisa berkahir menjadi teman, karena tidak ada yang mau berteman dengan keduanya. Kedua gadis itu dianggap cupu di kelas, dan banyak yang tak ingin satu kelompok bersama keduanya.
"Ah, enggak." Irish memang tak bisa menahan senyumannya. Ia kelewat bahagia. Bayangan wajah tampan Galen yang memberi pesan cinta padanya, membuat Irish seperti tak bisa memijak bumi.
"Um... Monic ada tahu lowongan kerja nggak?"
"Loh kenapa?"
"Um... aku mau coba kerja." Irish rasa, ia bisa menabung sedikit demi sedikit, lama-lama ia bisa menyelesaikan target menabung untuk menyusul Galen di America.
"Nanti aku kabarin ya. Aku sering cari di grup Facebook." Ujar Monica. Hanya ini, pembahasan serius mereka. Biasanya mereka hanya diam-diam. Kecuali, bertanya-tanya masalah kuliah, tugas, dan ujian. Hanya seputar itu.
"Makasih." Monica mengangguk. Monica tahu, semester semakin tinggi, kebutuhan untuk kuliah juga semakin banyak. Ia juga tak bisa banyak membantu untuk masalah keuangan, keluarganya juga pas-pasan, hanya saja lebih baik dari Irish.
"Atau, kita bisa nyari langsung pas pulang? Biasanya di depan toko-toko ada ditulis di depan." Usul Monica.
"Boleh."
Harapan Irish untuk segera menyusul Galen, sudah di depan mata. Irish yakin, menabung dua tahun, ia bisa menyusul kekasihnya. Bahkan, Irish bisa beri kejutan pada Galen di hari wisuda lelaki itu. Membayangkan saja, wajah Irish begitu memanas sekarang.
Irish sudah rindu, ingin mencium parfum Galen, apa masih sama? Apa lelaki itu mengganti parfum. Bagaimana model rambut Galen sekarang, apa lelaki itu makin tinggi, apa Galen masih sereceh dulu.
Irish meremas tangannya kuat. Tak sabar, menantikan hari itu. Ia yakin, cinta mereka takkan pudar.
-
--Galen risih tentu saja. Sedari tadi, Emery terus bergelayut di tubuhnya seperti anak monyet.
"Babe! C'mon, we have much time, have fun."
"Take off of me." Perintah Galen.
"Nope!" Emery menggeleng. Gadis ini begitu keras kepala. Ia senang sekali menganggu Galen. Kemana saja Galen pergi, ia akan mengintil dari belakang.
Bahkan di kampus juga Emery nekat. Gadis itu, mengikuti Galen ke kelas, yang bukan ada dirinya di absen. Emery akan duduk di samping Galen sambil menganggu lelaki itu. Bahkan, Galen yang mengambil kelas yoga diganggu Emery. Galen yang sedang melakukan gerakan di atas matras, tanpa malu, Emery langsung menubruk tubuh Galen di bawah. Emery langsung menindihkan semua berat tubuhnya di atas Galen. Galen hanya menahan malu dari teman-temannya.
Galen melihat ke arah instruktur yang geleng-geleng melihat tingkah Emery yang terlalu agresif.
"Babe... I miss you." Karena tak tahan, Galen keluar dari kelas diekori Emery. Bahkan, masuk ke toilet lelaki, cewek itu nekat mengikut masuk ke dalam.
Sebenarnya ada penyesalan dari Galen, kenapa ia curhat dan menerima tawaran professornya yang ujungnya membuat ia harus terjebak dengan cewek gila.
Sekarang weekend. Galen yang merasa dirinya numpang, berinisiatif membereskan aprtemen kecil ini. Dan Emery terus saja menganggunya. Seperti tadi, Emery memeluk Galen dari belakang. Cowok itu sedang mencuci piring.
"Ayo babe. Kamu harus ikut aku ke pesta Lily. Nanti, aku yang akan mencegah mereka untuk beri kau minuman. Bagaimana?" Setiap hari Emery membujuk Galen, agar pergi ke pesta. Jika tidak, Gadis itu akan terus menganggu Galen. Dan sejauh ini, belum berhasil, bujuk rayuan Emery. Galen tetap pada pendirian.
"Bisakah kau menyingkir?" Tanya Galen risih. Kadang Galen berkata pedas, tapi seolah tak ada penawar untuk tingkah agresif Emery.
"Aku ingin dapat jawaban yes. Sebelum aku melepaskan."
"How many times, I have to tell you, I don't want go to that stupid party or whatever."
"We just have fun. Bahkan bukan party yang seperti kamu bayangkan. It's just birthday party. C'mon babe. I'm sure, tidak ada alkohol disana." Pinta Emery meyakinkan.
Galen berbalik dan mengelap tangannya, ia menatap Emery. Ia heran, kenapa gadis ini begitu gigih untuk menggajaknya pergi. Padahal, Galen nyaman berada flat kecil mereka. Galen akan belajar, ia akan menggambar. Bahkan, Galen akan memilih nonton atau membaca, daripada pergi ke keramaian. Ia bukan makhluk anti sosial, dulu saat SMA Galen juga sering nongkrong bersama teman-temannya. Tapi, semenjak mengenal Irish lebih dalam, Galen bisa menemukan kebahagiaan, kalau menjadi seorang introvert itu begitu menyenangkan.
"Aku janji. Terakhir kalinya, aku mengajakmu pergi. Selanjutnya, aku bisa pergi sendiri." Emery memelas lagi.
"Bagaimana, kalau kamu tidak bisa memenuhi janjimu?"
"No. I'm serious. Kamu bisa menghukumku, tapi kali ini saja, temani aku, Lily itu teman dekatku. Dan kau tentu tahu, kita wajib menghadiri pesta teman."
"Jam berapa dimulai?"
"At 9."
"I'll be ready." Emery tentu kegirangan. Baru kali ini, Galen mengiyakan ajakannya. Bahagia bukan main. Emery sampai meloncat-loncat dan mencium pipi Galen.
"Thank you babe. I'm promise, I won't bother you again." Emery memeluk Galen, yang hanya diam seperti patung.
-
--Emery sedang bersiap-siap, gadis itu memakai tanktop, walau kemungkinan udara malam terasa dingin, dipadukan dengan ripped jeans, entah fashion seperti apa yang Emery kenakan sekarang.Gadis itu berdandan sangat menor, dan sangat belum pantas untuk remaja seusianya. Dengan smokey eyes yang terlalu tebal, bulu mata palsu yang tertalu tebal, mascara yang terlalu hitam. Semuanya tampak menyeramkan, di mata Galen. Padahal, rambut Emery brunette.
"Kenapa tidak pakai dress?" Tanya Galen penasaran. Setahunya, jika dress dan pesta, kedua hal yang tak bisa dipisahkan dari para wanita. Tapi, dandanan Emery sepertin ingin jalan-jalan ke mall. OOTD, yang tidak nyambung bagi Galen.
Galen hanya memakai jeans belel dan sebuh jaket hitam, sudah pas untuk dirinya.
"Aku sedang nyaman seperti ini. Ayo." Emery menggaet tangan Galen, dan mereka keluar dari flat.
Galen hanya perlu jadi patung disana, dan biarkan Emery bersenang-senang. Karena tujuan Galen hanya menemani Emery dan memastikan gadis itu tidak mabuk. Walau Emery bilang hanya pesta ulang tahun, Galen tak bisa menjanjikan pesta itu tanpa alkohol. Layaknya, makan tanpa minum.
Emery mengemudikan mobilnya, menuju rumah temannya.
Mereka tiba di sebuah rumah yang memang besar, dan sudah ramai orang, para remaja tentu saja.
"Aku akan mengenalkan ke mereka sebagai pacarku. Agar tidak ada yang menganggumu."
"Ya-ya, terserah." Pekarangan rumah Lily begitu luas walau sudah malam, penerangan yang terang, membuat kita bisa melihat sekeliling. Bahkan, kecoak insecure jika berada di rumput-rumput tersebut, saking terangnya lampu.
Terbiasa hidup sendiri, dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Membuat kepala Galen pusing. Begitu banyak orang. Semuanya memang membawa pasangan, tak heran, segitunya Emery sampai membujuk Galen. Dan harusnya Galen ingat janjinya pada Professor Thomas agar menjaga putrinya. Walau gadis itu menyebalkan, sebenarnya Emery gadis yang manis.
Emery menggaet lengan Galen, seperti sepasang kekasih. Gadis itu menyapa teman-temannya dan memamerkan ke semua orang. "We have to find Lily soon." Emery dan Galen masuk ke rumah Lily yang memang luas dan besar. Disana, banyak orang-orang yang berkumpul dan bermain games.
Dan ada Lily disana, berada di kerumunan paling ramai. Rambut gadis itu digulung ke atas, dan wajahnya diberi glitter, agar kelihatan beda, dan memang cantik, tapi menurut Galen lebih cantik Emery. Lily memakai gaun berwarna ungu muda, yang disesuaikan dengan warna glitter di wajahnya. Hm... gadis glitter.
"Happy belated birthday my Lily."
"Thank you." Lily melihat ke arah Galen yang hanya diam dan mempelajari keadaan sekitar.
"Who's this?"
"Oh. He's Galen. Galen it's Lily. Lily this is Galen my boyfriend."
Galen menyodorkan tangannya ke Lily. "Happy birthday."
"Thank you."
"You look like Asian people." Tegur Lily.
"I am." Ia memandang Galen beda. Bosan melihat orang yang berkulit terlalu putih dan berambut pirang setiap saat, dan orang bekulit hitam. Lily ingin melihat orang yang unik. Yang tidak terlalu bekulit putih, dan berkulit hitam. Perpaduan yang tepat. Untuk orang Chinese, Lily kurang suka. Karena ia juga punya banyak teman. Tapi, melihat Galen ia merasa beda.
"Where are you from exactly?"
"Indonesia."
"Oh aku pernah dengar. Sorry for harash words, orang tuaku pernah kesana, tapi katanya disana negara miskin." Sialan! Galen mengepalkan tangannya. Segitu hinanya, negaranya di mata orang asing?
"Tentu tidak. Mungkin orang tuamu pernah nyasar, di tempat lain."
"Mungkin saja. Atau mungkin, kau bisa menggajakku kesana."
"Tentu saja." Emery mendongak tak suka, Galen mengiyakan saja gurauan Lily. Padahal jika ia yang menggajak, Galen menolak berkali-kali.
"Oh iya, mungkin kalian mau gabung bermain games." Ajak Lily.
Emery dan Galen mengikuti Lily yang berjalan ke arah kerumunan. Mereka bermain beer pong. Jika kalian tidak tahu, bagaimana permainan itu, silahkan cek Google.
"Ok, sebenarnya kita bermain beer pong. Tapi, kita ganti permainan itu dengan ciuman saja." Galen hanya menelam ludahnya. Ia sadar, ia sudah terjebak. Harusnya, ia sudah menolak dengan keras pesta sialan seperti ini, karena akan membuatnya celaka.
Emery dan Galen bergabung. Bola itu dilemparkan ke dalam gelas, jika berhasil masuk, maka mereka harus memilih secara random ingin mencium siapa.
Semua mendapat giliran. Saatnya giliran Lily. Gadis itu melempar bola pingpong pada gelas yang telah disusun.
Hap! Langsung masuk, tepat sasaran.
Lily melihat satu-satu persatu manusia itu yang bisa ia cium.
"Aku mau dia." Lily menunjuk tepat pada Emery. Tubuh Galen mendadak merinding. Gila nih cewek! Bagaimana mungkin, matanya yang suci harus melihat cewek dam cewek berciuman. Rasanya menjijikan.
"No!" Tolak Emery keras.
"C'mon ini hanya sebuah permainan. It's just a kiss."
"Ok, ganti. aku mau mencium dia." Lily menunjuk Galen. Mendadak air liur cowok itu kering. Bagaimana ini? Cowok itu sampai keringatan. Sejujurnya, Galen tak pernah berciuman, gadisnya terlalu polos, hingga ia tak pernah merasakan apa yang para remaja lakukan.
Emery langsung duduk di pangkuan Galen, dan menutup wajah cowok itu.
"Aku tidak mengijinkan siapapun menyetuhnya."
"Ok, tantangan diganti. Silahkan, kalian masuk ke kamar, 10 menit keluar, sudah harus ada hickey. You guys can make out at room."
Galen tahu, hal ini tak bisa ditolak. Ini namanya menurunkan harga diri. Dan harga seorang lelaki, tak boleh diremehkan, apalagi menyangkut hal-hal seperti ini.
Semua orang bersorak. Emery menggeleng, dia tahu, Galen keberatan dengan semua ini. Karena tak tahan dengan semua sorakan, Galen berdiri. Terpaksa Emery ikut berdiri.
Galen menarik tangan Emery dan benar-benar masuk ke dalam kamar tersebut. Emery senang, tapi juga gugup.
Semua orang yang ikut bermain, berkumpul di depan pintu, agar bisa mendengar apa yang dua sejoli itu lakukan di dalam.
Galen dan Emery jadi canggung di dalam kamar. Galen dengan enteng, duduk di ranjang. Emery bolak-balik seperti gurita tersiram garam.
"Bagaimana? Aku sudah berjanji. Dan jika keluar tak ada tanda, mereka pasti akan menertawakan kita. Kita sudah dewasa. Akan sangat memalukan, jika kita tak berbuat apa-apa." Galen masih kalem. Tak ingin memikirkan apa-apa juga.
"Bantu aku, bagaimana caranya?" Desak Emery. Lagi-lagi, Galen hanya diam.
Waktu hanya tersisa dua menit. Emery bisa mendengar banyak suara orang di luar. Mereka krasak-krusuk.
"Kenapa mereka diam? Kenapa tidak ada suara desahan?" Emery bisa mendengar semuanya. Ia semakin gelisah. Ia akan diejek, di lingkungan pertemanan mereka, jika untuk sekedar berciuman ia tak bisa.
"C'mon babe. Tapi tidak apa-apa. Aku bisa memutuskan untuk berhenti dengan mereka."
"Jangan!" Cegat Galen. Cowok jakun itu berdiri dan mendekati Emery. Ia merangkap tubuh Emery ke tembok. Emery mundur, cewek agresif itu mundur. Entah kenapa ia jadi gugup. Padahal bukan kali pertama ia berciuman.
"Aku akan beri itu padamu." Bisik Galen. Tepat di leher Emery. Tubuh gadis itu meremang. Semua bulu romanya berdiri.
Galen menghisap leher Emery. Gadis itu mengepalkan tangannya dari rasa geli. Gelen menghisap kuat, seperti vampire haus darah. Walau tak pernah berbuat seperti ini, tapi seperti naluri.
Emery hanya mendesah, dan menutup matanya.
Sekarang tanda merah itu, berpindah ke leher sebelah kanan. Emery menutup matanya, dan menikmati semua itu. Karena rasanya merasuk dalam jiwanya. Entah kenapa, Emery merasakan sebuah rasa yang aneh di dalam sana."May I kiss you?" Tanya Galen. Emery mendongak. Ia menelan salivanya gugup.
"I... I--"
Galen menyumpal bibir itu, sebelum sang empu menjawab iya atau tidak.
-
--Irish dan Monica mencari langsung, dan mereka menemukan satu cafe yang membuka lowongan untuk posisi jadi kasir. Irish tak pernah kerja, tapi ia bisa belajar bukan?
Irish sudah memberi sekalian surat lamaran kerja. Ia hanya perlu menunggu panggilan, dan dirinya diterima. Demi, menabung dan bertemu Galen--kekasihnya. Irish tak sabar menabung selama 2 tahun.
*selamat malam, selamat ya kamu diterima bekerja di Top Cafe dengan posisi kasir. Untuk masalah gaji, silahkan temui bos besok. Ttd. Manager.*
Irish memeluk ponselnya. Sambil terus membayangkan wajah Galen yang terkejut karena kejutan yang takkan pernah ia duga.
Alen, tunggu Ai.
_____________________________________
Sore, Irish sudah mulai berkerja. Posisi kasir. Setelah diberi training selama seminggu, Irish sudah bisa memegang sendiri. Dari awal juga, Irish sudah mengerti cara mengoperasikan komputer khusus tersebut. Kita, hanya perlu memasukan menu makanan apa yang dipesan pelangan, dan menghafal kode agar cepat dimasukan.Irish, sudah mulai masuk kerja dari jam 4 sore. Dan pulang jam 11, lelah sudah pasti. Tapi, bayangan wajah Galen yang tersenyum manis, langsung terbayar. Sesederhana itu. Irish akan mengusahakan segalanya, agar ia bisa melihat wajah Galen. Apalagi, sekarang mereka sudah jarang bertukar kabar. Irish sibuk kerja, Galen sibuk dengan dunianya di luar negri.Irish betah bekerja di Top Cafe. Semua karyawan ramah dan saling menerima. Bahkan, sang pemilik restoran begitu baik, dan menganggap Irish anak sendiri.Seperti sekarang, Irish memperhatikan pelanggan yang mulai ramai. Ada yang datang bekerluarga, sepasang kekasih
Kosong!Irish merasa kosong dengan hati dan jiwanya. Setelah pengakuan gadis cantik itu, Irish mematikan sambungan telpon. Tapi, ia tak merasakan apa-apa. Ia merasakan kekosongan. Lebih tepatnya, ia mati rasa!Irish termenung. Bahkan di tempat kerja pun, gadis itu tak bergeming. Irish terus saja memikirkan Galen dan gadis bule itu, apalagi pengakuan yang keluar dari mulut gadis itu membuat Irish berpikir macam-macam. Jika gadis itu mengaku teman, tentu Irish masih merasa tenang. Galen butuh teman disana. Tapi, kekasih? Apa Galen harus butuh kekasih disana? Galen... nama itu benar-benar menyita semua perhatian Irish."Melamun terus kak." Tegur Brata. Irish hanya tersenyum tipis. Bahkan ia beberapa kali salah memasukan nama menu, hingga para pelanggan komplain. Berurung boss Irish begitu baik, hingga Irish tak dipecat segera."Kakak mau nggak, pulang kita ngopi bentar di Bread Bruh. Ada menu baru katanya." I
Dengan tangan gemetar, dan napas yang memburu serta keringat dingin yang menjalar di tubuh gadis itu. Tubuh yang sedikit gemetar. Musim dingin, tak menyurutkan semangat gadis itu, untuk menginjakan kakinya di negri orang.Dengan modal nekat Irish pergi menyusul Galen. Dua tahun berlalu hubungan mereka tak ada hasil, akhirnya Irish menyusul Galen dan berjumpa langsung dengan cowok itu.Desember kelabu dengan musim dingin yang begitu menusuk. Berkali-kali Irish membenarkan scraf yang melingkar di lehernya. Katakanlah ia norak, tapi Irish tak nyaman dengan semua pakaian yang berlapis-lapis yang membungkus tubuhnya."Udah mending?" Tanya seorang cowok di samping Irish. Sekarang mereka berada dalam bus menuju kampus Galen. Modal nekat dan hanya berbekal nama kampus Galen, Irish akan mencari di segala sudut kampus sampai ia menemukan cowok itu.Irish yang tubuhnya berkeringat dingin sekarang hanya menggosok-gosok tangannya walau sudah me
"Udah tahu, anak akuntan publik yang baru?" Tanya Welly. Pagi hari semua orang dihebohkan, dengan kehadiran sosok Galen dan istrinya--Emery Mclan. Sosok pirang yang menari perhatian siapa saja, karena berpenampilan unik sendiri.Hati Irish sudah kebal menerima semuanya. Kabar apalagi yang tak lebih mengenaskan dari nasibnya? Ia rela menabung selama 4 tahun dan berhemat demi menemui sang kekasih yang nyatanya tak membuahkan hasil sama sekali, dua bulan berikutnya Irish mendengar kabar, Galen kembali ke tanah memboyong istri. Demi biji-bijian yang ada di muka bumi ini, otak Irish mau pecah seorang Galendra Raksa telah menikah. Meni fucking kah. Dengan gadis pirang yang ia tak kenal sama sekali, Irish mengira keduanya akan berakhir bersama, nyatanya ia hanya jadi masa lalu.Galen tiba-tiba membuat kabar lebih mengejutkan lagi, ia kerja di kantor yang sama, bagian akuntan publik, walau mereka berbeda divisi. Irish hanya diam.
"Ai." tegur Galen pada Irish yang sudah terduduk sambil terisak. Ia tak sanggup berhadapan dengan Galen. Bahkan, selama 4 tahun berpisah pertama kalinya mereka bisa sedekat ini.Galen sengaja menghidupkan air di dalam toilet dan membiarkan air itu mengalir jika melubar akan membasahi baju Irish. Dan ia tak ingin orang lain mendengar mereka masuk ke dalam toilet dan ada skandal yang lain. Galen tak peduli pada reputasinya, ia bisa mencari pekerjaan lain, tapi ia tak mau gadis pendiam dan tulus itu mendapat masalah.Galen memandangi Irish, napasnya memburu."Ai." panggil cowok itu pelan. Irish terus saja menggeleng. Suara yang selalu ia mimpikan, memanggilnya dengan suara selembut ini, dengan penuh cinta. Tapi semuanya berubah sekarang, Galen milik gadis pirang. Salah jika ia bersikap seperti ini? Salah jika ia marah pada Galen? Salah jika Irish overact? Semesta tak pernah memihak pada mereka. Irish sudah tahu, perpisahan mereka akan terjad
"Makan Irish." perintah Declan. Irish hanya memegang sendoknya dengan malu-malu dan memasukan nasi merah dalam mulutnya. Ia malu. Dan Declan benar-benar mendeklarasikan ucapannya, pulang bersamanya.Saat Irish sedang menunggu angkutan umum, mobil Range Rover warna hitam sudah berdiri gagah di depannya dan Declan dengan wajah tanpa dosa menyuruh Irish masuk. Irish memastikan terlebih dahulu sebelumnya, ia melihat sekelilingnya jangan ada karyawan yang lain, atau ada CCTV di sekitarnya.Irish hanya diam, dan Declan tidak berbicara sepanjang perjalanan, membuat gadis itu makin gugup. Dan tiba-tiba Declan sudah membawanya ke warung makan. Bahkan Declan yang memesan nasi merah, bebek goreng dan jus tomat. Padahal, Irish tak suka makan tomat. Karena merasa tak enak, Irish harus meminum jus yang rasanya tak karuan tersebut."Papah, suapin." pinta Nayjla manja. Bocah itu tidak ceria sekarang. Declan menjemput Nayjla di tempat les,
Gosip.Menurut Wikipedia, Gosip, gibah, atau gunjing adalah sebuah obrolan atau rumor kosong, yang biasanya berkaitan tentang urusan pribadi atau orang lain.Masyarakat Indonesia merupakan salah satu negara dengan gemar bergosip. Apabila membicarakan keburukan orang lain. Dan biasanya kaum hawa yang paling banyak didominasi tentang masalah gosip, walau tak menutup kemungkinan kaum adam juga saat berkumpul bisa megunjing.Dan pagi ini, kantor Sehat Sentosa, mendapat gosip yang sangat baru seperti daging segar yang bisa dibagikan ke yang lain. Dan objek yang dibicarakan adalah manusia pemalu luar biasa. Irish Mauren menjadi centre topic karena ia ketahuan pulang bersama boss besar saat pulang kemarin. Dan hanya menunduk malu, saat satu kantor mencie-ciekan dirinya.Irish terus menunduk di kubikel miliknya, dan mengambil buku miliknya dan mulai mencoret-coret. Ia malu, kepalang malu dan tak berani bertatatapan dengan makhluk di kantor.&nb
Dunia tak selalu ramah. Kadang kita bisa tertawa, kita bisa menangis. Bahkan, kita bisa merasakan dua hal itu dalam waktu bersamaan. Irish berada di tengah, ingin menangis dan tertawa sekarang. Setan menyuruhnya bahagia, dan malaikat hanya bisa menggeleng.Separuh hati Irish berontak, agar mendorong Galen segera, tapi ia sudah berjanji, dan tak ingin melakukan semua ini dengan setengah hati. Harus totalitas, jadi pelakor. Karena bagi Irish, ia melakukan hal yang benar. Mengambil kembali, apa yang menjadi miliknya.Dengan banyak pikiran yang bercabang, Irish melepaskan tautan keduanya dan hanya bisa menunduk. Tanpa sadar, sebutir air mata lolos. Tubuh gadis itu bergetar. Apa yang akan dikatakan orang-orang padanya, jika ia telah berubah jadi jalang sekarang? Ini bukan Irish yang orang kenal. Irish gadis polos, gadis pemalu, bukan gadis murahan! Bagaimana ibunya tahu ini?Irish menunduk, dan bisa merasakan napas Galen tepat di depan wajahnya. Galen
Kita adalah teman tumbuh bersama, kita adalah saksi hidup bagaimana terus berjuang melawan takdir dan hidup yang kadang terasa tak adil sama sekali, tapi selalu bersama bergandengan tangan dan tersenyum melewati semua hal.Galen tersenyum hidupnya mungkin penuh lika-liku atau bisa saja terlihat berjalan begitu mulus tergantung siapa yang mengambil sudut pandang, orang bijak akan mengambilnya sebagai pembelajaran yang harus dijadikan guru terbaik dan saat seseorang yang suka mengeluh melihat hidupnya terus saja mengeluh dan merasa dunia begitu kejam dan Tuhan begitu kejam.Galen akan menutup buku kisah hidupnya dan Irish dan membuka lembaran baru bersama Emery dan calon buah hati mereka yang seperti Tuhan kabulkan karena berjenis kelamin perempuan dan akan dinamai Emerald. Emery dan Emerald merupakan ratu di hidup Galen dan laki-laki itu akan terus mensyukuri hidupnya.Laki-laki itu sedang memperhatikan istrinya yang berolahraga menyambut detik-
"Tante Mama! Nay mau pake seragam yang mana?" teriak Nayjla menghebohkan seluruh penghuni rumah seperti biasa.Irish sedang menyusui Baby Saxon yang baru tidur subuh tadi karena malam tadi mengajak begadang. Benar-benar luar biasa rasanya jadi ibu."Tante Mama!" Nayjla masuk ke kamar dan melihat ibu sambungnya yang suruh diam karena adiknya baru saja terlelap. Bayi berusia 4 bulan yang membuat Irish merasa satu hari 24 jam itu kurang, kalau boleh Irish mau minta sampai 36 jam. Agar ia bisa mengurus baby Saxon dengan leluasa lagi."Bentar. Tunggu adiknya berhenti nyusu dulu." Nayjla putar badan dan akhirnya ia mengurus dirinya sendiri. Terkadang ada kecemburuan, kenapa orang tuanya lebih peduli pada bayi itu tapi saat melihat bayi merah itu Nayjla sadar adiknya memang belum bisa apa-apa dan kepolosannya membuat Nayjla belajar mandiri. Bocah itu akhirnya ke meja makan dan sarapan sendiri.Irish mengelus-elus rambut putranya yang masih me
"Aku udah nyiapin nama anaknya. Enakan Carrgil atau Saxon?""Kenapa namanya aneh begitu?""Nggak aneh!" Irish mengotot. Suaminya hanya bisa menggeleng, kenapa para wanita bisa bersikap begitu ajaib di saat bersamaan? Lihat bagaimana wajah Irish yang meringis menahan mulas dan masih ngotot tentang nama anak yang belum pernah mereka diskusi sebelumnya."Carrgil. Kenapa namanya seperti orgil? Orang gila?" tanya Declan."Papa jahat! Anak sendiri dikatain gila!" Declan tertawa. Apa yang ia bicarakan benar adanya. Bagaimana mungkin istrinya bisa menamai anak seunik itu? Trus apa katanya tadi? Saxon? Nama aneh dari mana lagi?"Saxon bukannya nama alat musik?""Nggak tahu! Ikutin aja, anak sendiri yang mau namain Saxon.""Namanya tidak elit!" Irish mencibir. Memangnya nama elit itu seperti apa? Harus ada kemewahan seperti emas dan mobil? Kenapa tidak dinamai emas bin berlian saja?"Masih mules?"&
"Jangan bilang pada siapapun, kalau itu adalah anak kandung aku. Cukup kita berdua yang tahu." bisik Galen.Tubuh Irish langsung merinding. Wanita hamil itu merasa seluruh tubuhnya menggigil. Gila!"Jangan ngomong sembarangan!" sergah Irish sambil mencubit perut Galen. Laki-laki ini gila! Bagaimana ada yang mendengarnya dan salah paham?"Ampun kakak ipar, aduh galak bangat." adu Galen sambil memegang perutnya. Rasanya sakit beneran, lebih tepatnya pedas dan panas. Benar-benar cubitan maut."Jangan gitu. Kalau ada yang salah paham gimana?""Gurau aja aelah. Jangan tegang-tegang amat, nanti anak di perut susah keluarnya." Irish memukul dada Galen dengan membabi buat. Benar-benar mantan kekasihnya ini. Mulutnya tak bisa dijaga."Ini ada reunian atau apa?" Irish berbalik dan melihat Declan, yang tak senang melihat pemandangan Irish dan Galen akrab. Bukan apa-apa, kedua manusia ini pernah memiliki kisah bersama. Baga
Andai manusia punya sayap dan bebas menjelajahi angkasa, dan terbang kesana-kemari tanpa merasa lelah. Maka, Galen dengan senang hati terbang menjelajahi angkasa, atau meminjam sayap elang untuk terbang.Senyum itu tak pernah lepas dari bibirnya, bahkan ia rela bibirnya robek karena terlalu senang, apa yang ia anggap telah hilang dan tak kembali kini kembali karena menemukan kembali jalan pulang."Aku memang tak bisa memprediksi masa depan, tapi hanya kamu yang akan terus bersamaku di masa depan." Laki-laki itu mencium punggung tangan istrinya sebagai bentuk syukur dan bahagia, ia mendapatkan kembali Emery di sisinya."Jikapun kamu mau kita tinggal di California, aku akan ikut. Aku akan pergi kemanapun kamu pergi."Emery langsung memeluk pinggang Galen, begitu juga laki-laki itu.Keduanya saling tersenyum. Sekarang pukul 09.48. Keduanya mendarat di bandara dengan selamat."Mungkin kita harus merayakan ini. Denga
Galen tak percaya kesempatan, atau peluang menurut ilmu fisika. Kesempatan yang ia impikan musnah begitu saja. Mungkin alam bersekongkol agar ia tak mendapat kesempatan.Hari terakhir di Maldives. Pulau terindah di dunia bagi sebagian orang, namun bagi Galen ini seperti berlibur ke ujung neraka. Hatinya nelangsa, seperti ABG baru putus cinta.Laki-laki itu terduduk di pantai, sambil melihat jernihnya air yang dibilang seperti cermin. Bahkan, ikan mau muncul saja harus pakai baju takut ketahuan ia bugil saking jernihnya air."Huh!" Tarik napas, buang napas. Nyatanya tidak membuat Galen merasa lega, tapi semakin merasa tersiksa kenapa dengan hidupnya.Laki-laki itu terdiam dan merenungi nasibnya, sejuknya angin pantai tak membuat Galen merasa segar.Emery. Pikiran tentang wanita ini terus menganggunya. Galen yakin itu Emery, tapi kenapa kenyataan yang ia dapati seperti itu? Bukankah Emery ingin kembali bersamanya? Emery gadis ceria
Dulu, saat Irish menjadi beban terus keluarga, ia tak pernah menikmati betul waktunya saat bangun tidur. Saat bangun tidur, Irish selalu merenungi nasibnya. Apa yang harus ia lakukan? Atau bagaimana ia keluar dari lingkaran kemiskinan. Walau yang ia pikirkan satu-satunya adalah kerja dan terus bekerja.Saat ia memilih resign dari kantor, Irish merasa ia benar-benar tak punya masa depan yang cerah atau masa depan yang menjajikan.Tapi lihatlah sekarang, ia tersenyum saat melihat punggung telanjang yang sedang mendengkur halus, sambil memeluk bantal dengan selimut sebatas perut. Irish tersenyum, mungkin tersenyum bangga atau tersenyum haru. Diam-diam air mata Irish menetes atas semua berkat yang ia rasakan, padahal ia tak banyak punya expectasi yang tinggi.Irish mengelus rambut suaminya dengan sayang dan memperhatikan laki-laki itu tak ada kata bosan. Seolah Declan adalah pusat tata surya bagi Irish.Sekarang sudah pukul 9.37 pagi. Wakt
"Harusnya saya melamar kamu di sini." Irish hanya tersenyum malu-malu, saat Declan memeluk dirinya dari belakang. Melihat jembatan Golden Gate yang menjadi ikon negara bagian California.Dulu, Irish hanya bisa melihat di TV, saat menonton film Hollywood bagaimana jembatan itu hancur karena bencana alam, atau ada makhluk asing yang ingin menghancurkan jembatan tersebut.Tapi sekarang terbentang luas di hadapannya, bagaimana jembatan sepanjang 2.747 m. Ilene melihat dirinya seperti debu sekarang. Bagaimana luar biasa manusia bisa membangun jembatan raksasa seperti ini. Atau mungkin lebih sederhananya, ia yang anak orang susah bisa melihat negara lain yang rasanya seperti mustahil dicapai.Musim panas, terlihat begitu terik di cuaca California sekarang.Declan membawa Irish honeymoon kesini, seperti yang telah ia janjikan pada dirinya sendiri, ia akan kembali membawa Irish kesini dengan alasan yang berbeda. Dulu, mereka kesini saat musim
Hampa.Pulang dalam kehampaan yang luar biasa. Cintanya kandas, sebelum ia memperjuangkan apa yang sudah ia rasakan selama ini.Dua kali, dua kali Galen gagal dua wanita yang berharga dalam hidupnya pergi dan sekarang hanya kekosongan yang mengisi hatinya. Galen pulang tanpa Emery, itu yang membuat Galen terus melihat ke awan di bawah. Perjalanan selama 30 jam membuatnya makin merana.Laki-laki itu menoleh ke samping, bukan Emery tapi seorang bapak tua yang tengah tertidur dengan mulut menganga yang lebar. Emery tak ada di sini, Emery memilih untuk bebas. Galen memang tak bisa memaksa jika memang itu keputusan yang telah Emery buat karena Galen juga tak punya alasan agar wanita itu tetap di sisinya. Bertahan karena cinta? Jangan bicara cinta, jika cinta juga yang menghancurkan kita.Pertemuan terakhir bersama Emery hanya begitu saja."Kau benar-benar tidak ingin pulang bersamaku?" Emery menggeleng. Galen menggengam tan