Share

Bab 4

Author: Rose Marberry
last update Last Updated: 2020-09-07 16:06:57

Sore, Irish sudah mulai berkerja. Posisi kasir. Setelah diberi training selama seminggu, Irish sudah bisa memegang sendiri. Dari awal juga, Irish sudah mengerti cara mengoperasikan komputer khusus tersebut. Kita, hanya perlu memasukan menu makanan apa yang dipesan pelangan, dan menghafal kode agar cepat dimasukan.

Irish, sudah mulai masuk kerja dari jam 4 sore. Dan pulang jam 11, lelah sudah pasti. Tapi, bayangan wajah Galen yang tersenyum manis, langsung terbayar. Sesederhana itu. Irish akan mengusahakan segalanya, agar ia bisa melihat wajah Galen. Apalagi, sekarang mereka sudah jarang bertukar kabar. Irish sibuk kerja, Galen sibuk dengan dunianya di luar negri.

Irish betah bekerja di Top Cafe. Semua karyawan ramah dan saling menerima. Bahkan, sang pemilik restoran begitu baik, dan menganggap Irish anak sendiri.

Seperti sekarang, Irish memperhatikan pelanggan yang mulai ramai. Ada yang datang bekerluarga, sepasang kekasih, ada teman tongkorangan. Irish sudah hafal, jika yang datang muda-mudi dan ramai, biasanya mereka hanya memesan minuman.

Jari-jari Irish mulai menari diatas keyboard, menulis menu apa saja yang dipesan, dan memeriksa kembali, agar tak salah isi. Gaji Irish hanya 2 juta. Tapi baginya, itu sudah lebih dari cukup. Irish akan menabung 1 juta, dan 1 juta untuk membantu ibunya. Berbelanja kebutuhan sehari-hari.

Gadis itu terus saja tersenyum, sepanjang ia bekerja. Irish begitu bersemangat. Kadang tanpa sadar, sudah waktunya ia pulang. Benar-benar cinta memang bisa mengalahkan semuanya.

"Hayo, senyum terus." Tegur, Brata. Ia juga karyawan baru. Cowok itu baru lulus sekolah, dan memilih bekerja disana, sebagai waitress.

"Nggak ada." Irish tersenyum, sambil menggeleng. Gadis itu malu ketahuan, senyum terus, karena kebanyakan melamunkan kekasihnya.

"Kak Irish udah punya pacar?" Wajah Irish makin memanas. Tak pernah ada yang tahu statusnya. Apa ia harus bilang? Tapi pasti tak ada yang percaya, Irish seorang yang pemalu memiliki kekasih yang sedang menimba ilmu di negri ujung.

"Ada. Tapi, jangan bilang yang lain." Bisik Irish pelan. Takut yang lain kedengaran.

Brata mengangguk. "Keren kak. Mungkin kapan-kapan, kakak bisa cerita pacar kakak." Irish hanya tersenyum malu-malu. Para pelanggan sudah longgar sekarang. Sehingga mereka bisa bisik-bisik.

"Oh iya. Nanti pulang sama aku aja kak. Kasian kakak cewek pulang sendiri." Tawar Brata.

"Nggak papa ya?" Tanya Irish segan.

"Nggak papa kak serius. Aku kan bawa motor." Irish tersenyum malu lagi. Masih banyak orang baik di dunia ini. Ia bersyukur bisa bekerja disini.  Semua karyawan memiliki rasa toleransi yang tinggi.

"Rumah kakak dimana?"

"Jalan, Sirih-Pinang."

"Rumah aku di kampung sebelahnya." Irish hanya tersenyum. Sungguh, berteman bersama Irish hanya senyumam yang terus ia berikan.

"Makasih ya."

"Belum juga diantar kak." Brata lumayan dekat ke Irish. Mungkin merasa sama-sama karyawan baru. Yang lain sudah senior, walau usia mereka tak jauh beda.

"Yaudah, beres-beres sana. Bentar lagi selesai. Aku juga mau hitung dulu duitnya." Brata mengangguk dan berjalan ke belakang, dan mulai mengambil kain lap dan membersihkan seluruh meja, memasukan tisu ke tempatnya.

Irish juga baru menyadari jika ia dan Brata memakai pakaian yang sama. Mereka memakai pakaian berwarna merah terang. Tapi, Irish tak mikir apa-apa. Janji setianya pada Galen takkan pudar. Galen cinta pertama Irish, walau mereka harus berpisah berjauh-jauh mil, dibatasi oleh benua dan lautan yang luas.

Irish sudah merancang mengurus pasport terlebih dahulu, saat gajian pertama, dan mengurus visa. Ya, pengorbananya bukan main, tapi Irish yakin semua pengorbanan ini akan membuahkan hasil.

Cinta pertama membawa Irish pada titik sejauh ini. Cinta pertama membuat Irish mengorbankan semuanya. Semoga ia tak merasakan kecewaan. Selama ini, Galen tak pernah mengecawakan Irish, kecuali membuat pikiran wanita itu tidak tenang, karena terus memikirkan Galen.

Setelah pulang, mungkin Irish bisa menelpon Galen. Mendengar suara lelaki itu, bagai obat mujarab yang tak bisa Irish beli dimana pun.

Irish masih berkutat pekerjaannya menghitung uang, jangan sampai kurang dan jangan sampai lebih. Lebih, biasanya akan ada duit penyimpanan khusus, untuk mengganti ketika menghitung uangnya kurang. Sebenarnya Irish was-was ketika menghitung uang. Ia takut, kalau uangnya kurang, Irish belum gajian untuk mengganti uangnya. Dengan perasaan was-was dan keringat dingin, hari berjalan lancar, belum lagi besok. Tapi, Irish lakukan semuanya demi Galen. Demi bertemu Galen.

Irish tak sadar, ketika Brata berdiri depannya. Cowok itu sudah memakai helm lengkap sekalian dengan jaket parasut.

"Udah selesai?" Irish tak sadar. Ia keasyikan menghitung uang, dan melihat jumlah pemasukan malam ini.

"Bentar, aku kasih uangnya ke Pak Manaf." Irish membawa tas berisi uang hasil malam ini ke manager. Orang tua itu sedang berada di dapur, meninjau apa yang orang dapur lakukan. Semuanya harus bersih sebelum meninggalkan cafe. Jangan ada kotoran sedikit pun, walau hanya sehelai rambut.

"Ini uangnya pak. Udah saya hitung, duit modal sudah saya pisahkan. Uang untuk belanja juga sudah saya pisahkan."

"Oh, terima kasih."

"Pak, saya pamit dulu."

"Pulang sama siapa?"

"Tadi ditawarin Brata." Irish berkata dengan wajah malu.

Dan terdengar kata cieee yang koor berjamaah dari orang dapur. Mereka kerap memasangkan Irish sama Brata. Padahal, Brata masih bocah. Dan Irish sudah punya kekasih. Lagian, dari semuanya Irish tahu, Brata yang paling tulus berteman dengannya.

Ada yang bersiul-siul. Irish hanya menutup wajahnya malu. Konon, ada sepasang suami-istri yang dulunya karyawan disini, berasal dari ejekan seperti ini, dan keduanya saling suka dan mejadi suami-istri hingga sekarang. Irish tak punya ekspektasi apa-apa. Fokusnya mengumpulkan uang sebanyak mungkin, dan menabung dan menyusul Galen kesana. Irish ingin memberi Galen suprise. Jadi, Galen juga tak boleh tahu Irish bekerja sekarang.

Karena disiul-siul dan diejek-ejek, Irish akhirnya berlari ke depan di meja kasir dan mengambil tasnya. Wajahnya masih memanas sekarang. Ia yang introvert, harus bersosialisasi dengan banyak orang. Irish berusaha keras, agar ia bisa menguasai panggungnya. Agar Irish bisa bersikap ramah pada pelanggan ketika mereka membayar, atau ketika ada komplain dari pelanggan.

Walau Brata sudah menunggu di atas motornya. Irish harus berjalan ke arah gelap. Ia masih malu, ditambah banyak yang mengintip dari arah dapur.

Irish menunggu Brata sekitar 50 meter dan menunggu di tempat gelap. Ia yakin, besok ia akan jadi bulan-bulanan ejekan oleh senior disana.

Hal-hal seperti ini, yang membuat pekerjaan Irish tak terasa. Apalagi mengingat Galen, semua capek dan tulang remuk, hilang dalam detik itu juga.

Brata datang. Irish naik ke atas motor dan melihat semua teman kerjanya keluar dan melihat mereka. Ya ampun, memalukan. Irish tak tahu lagi seperti apa wajahnya sekarang.

"Besok pasti diejek." Ucap Irish ketika motor melaju meninggakkan orang-orang yang memandang mereka. Dasar teman kerja resek!

"Anggap aja nggak ada apa-apa kak. Lagian mereka ejek biar nggak stress aja. Kerja kan capek."

"I-iya."

"Nanti kakak bilang ya, kalau udah masuk gang." Irish berencana turun di depan gang. Ia malu, jika diantar sampai depan rumah. Apalagi ibunya yang akan membukakan pintu, pasti akan direcoki banyak pertanyaan. Padahal, hanya teman kerja yang kebetulan menawarkan untuk mengantar pulang.

"Makasih ya." Benar. Irish hanya turun di depan gang. Gadis itu harus terus berjalan melewati 5 rumah, agar ia sampai di rumahnya.

Penat. Pasti terasa. Tapi Irish sudah berjanji untuk menelpon Galen. Irish berencana melakukan video call. Semoga, Galen mengangkat demi rasa penatnya terbayar.

Dan benar saja. Galen mengangkat panggilan video itu.

-

-

-

Semenjak insiden ciuman itu, Galen tak risau lagi dengan sikap agresif Emery. Bahkan, cowok itu merasa, suara renggekan Emery bagaikan sebuah suplemen penyemangat, demi bertahan di negara orang.

Sekarang semua orang bisa tahu, bahwa dimana ada Galen disitu ada suara cempreng Emery. Yang ada saja tingkahnya menganggu hari-hari Galen. Awal-awal Galen merasa risih, makin kesini Galen tahu, ia butuh Emery.

Sekarang Galen sedang berdiri melihat buku-buku di locker, tentu saja diracau Emery. Gadis itu terus saja bergelayut di lengan Galen. Galen heran, entah beneran kuliah atau tidak Emery. Gadis itu tak pernah masuk kelas, kecuali menganggu dirinya.

"Kau tahu, aku lapar babe. Bisakah kita mampir ke cafetaria. Untuk mendapatkan segelas cafein dan mufin."

"Baiklah kita kesana." Galen pasrah. Ia tahu, Emery takkan menyerah sebelum mendapatkan apa yang ia mau.

Sekarang jam 09.17. Dan keduanya memang belum sarapan. Dan Emery sangat cerewet ketika gadis itu kelaparan.

Galen akhirnya membawa buku yang akan ia baca nanti dan berjalan menuju cafetaria didampingi Emery yang terus bergelayut manja.

Ting!

Keduanya memasuki cafetaria yang berada bersebarangan dengan kampus. Keduanya masuk ke dalam, dan keadaan cukup sepi. Emery memesan minuman dan kue yang ia mau.

Emery duduk di depan Galen yang sedang memilih membaca buku, daripada terus direcoki oleh Emery, karena mengeluh dengan teman-temannya. Biasanya Galen hanya diam, karena tiap hari Emery mengoceh pasal yang sama.

Emery merobek-robek mufin rasa coklat dan memasukan dalam mulutnya. "Aku bahkan, lupa memesankan untukmu." Cibir Emery.

"No need." Cegat Galen. Emery tetaplah Emery, gadis itu berdiri dan memesan untuk Galen. Galen biarkan saja, apa yang Emery lakukan selagi itu masih batas wajar dan bisa ditoleransi.

Emery membawa segelas kopi dan mufin rasa keju. Galen melanjutkan membaca buku.

"Semua teman-temanku berganti pasangan setiap minggu. Dan sekarang, aku sama sekali tidak berminat untuk melakukan hal itu."

"Bagus." Jawab Galen, tanpa mengalihkan padangannya dari buku yang ia baca. Buku itu, buku yang berisi tentang teknologi sekarang yang makin canggih.

"Kurasa. Aku akan mencari pasangan satu untuk seumur hidupku. Hey, minum kopimu." Tegur Emery. Galen menurunkan bukunya, dan menyeruput pelan-pelan kopi yang masih panas tersebut.

Padangan Galen tepat pada Emery. Gadis ini cantik, seperti gaya khas remaja California kebanyakan. Emery gemar berdandan. Jadi, make up menyamarkan wajahnya terlihat lebih dewasa dari usianya. Jika Emery tak berdandan, akan terlihat wajah gadis itu, benar-benar masih remaja.

"Terima kasih, sudah mau menampungku." Ujar Galen tulus. Emery mengangguk.

"Tentu. Kau orang baik, mungkin kita bisa merayakan kebersamaan kita dengan berlibur bersama ketika musim panas tiba."

"Berlibur kemana?"

"Malibu."

"Boleh." Jawab Galen. Beberapa kali, Galen ke Malibu. Malibu itu tempat yang cantik. Malibu terkenal akan pantainya yang indah. Dan musim panas, memang waktu yang tepat untuk berjemur dibawah matahari, seperti kebanyakan masyarakat disini.

"Dan kapan-kapan, kau bisa mengajakku ke negaramu."

"Siapkan uang banyak."

"Tentu. Aku punya banyak tabungan, dan daddy punya banyak uang, untuk bisa berlibur kesana." Galen menyeruput kopinya lagi dan memakan mufin yang telah dipesan Emery. Galen tak pernah berniat mengajak Emery ke kampung halaman. Tapi, jika gadis itu ingin ikut, Galen tak bisa melarang. Hitung-hitung balas budi, atau memberi gadis itu kesanangan. Walau Emery agresif, hati gadis itu mulia. Buktinya, ia mau menampung dirinya, walau berawal dari ayahnya.

"Mungkin, kita bisa merencanakan musim panas tahun depan." Ya, liburan musim panas di Amerika begitu lama, berlaku dari pertengahan Juni hingga September. Tentu waktu yang pas untuk berpergian ke luar negri.

"Kurasa belum. Aku ingin menyelesaikan studyku dulu. Sekitar 2 tahun lagi."

"Tentu tidak masalah. Apa disana negara tropis?" Tanya Emery antusias. Gadis itu sangat suka pantai, dengan begitu, koleksi bikini seksi yang telah ia kumpulkan, tak sia-sia.

"Ya. Negara tropis, dan lumayan panas."

"Aku suka panas. Aku bisa seharian berjemur di bawah matahari dengan bikiniku." Galen diam. Ia tak bisa membayangkan, jika Emery berbikini ria di kampungnya. Akan menjadi omongan satu negara. Walau mereka maklum, gadis itu turis asing.

"Bikini Bottom." Jawab Galen asal. Hanya jawaban sederhana, tapi Emery tergelak tertawa begitu keras.

"Aku akan berbikini seperti Sandy." Galen tersenyum. Tanpa sadar, hubungan keduanya makin akrab. Dan tanpa mereka sadari lagi, kelak mereka takkan bisa hidup tanpa salah satunya.

Emery dan Galen sedang sibuk dengan pikiran masing-masing. Ponsel Galen berdering. Galen melihat caller id dan tersenyum.

"Siapa yang menelpon?" Tanya Emery. Yang ia tahu, Galen jarang sekali memainkan ponselnya dan mendapatkan panggilan telpon. Cowok tinggi itu lebih suka berpacaran dengan buku.

"Temanku." Jawab Galen dan mengangangkat panggilan itu.

"Hai Ai." Galen tersenyum dan melambai ke depan kamera.

Irish yang berada di sebrang lautan, memanas matanya. Air mata gadis meluruh karena rindu. Ia rindu Galen, sangat rindu.

"Alen. Apa kabar?"

"Baik. Gimana kamu? Kuliahnya gimana?"

"Ai juga baik. Kuliah lancar. Ai rindu." Terdengar isak tangis Irish di sebrang telpon.

"Iya, aku juga rindu. Tapi ini ujian buat kita. Semoga kamu kuat, aku kuat." Galen tak pernah memberitahu, kalau ia menumpang hidup dengan Emery sekarang. Galen tak ingin, Irish banyak pikiran.

"Iya Alen. Semoga kita cepat ketemu."

"Amin. Secepatnya kita ketemu." Jawab Galen mantap. Dua tahun. Jika ia menjalankan semua dengan senang, Galen rasa menunggu dua tahun itu pasti sebentar.

"Baik-baik disana ya Alen."

"Iya. Kamu juga." Galen tersenyum. Kita melihat bulir-bulir air mata Irish tak berhenti mengalir.

"Babe, who's that?" Tanya Emery penasaran. Jarang sekali, Galen berbicara begitu lembut dan senyum sepanjang berbicara. Pasti gadis itu spesial.

Emery beranjak dan berdiri di belakang Galen. Gadis itu penasaran. Emery menunduk dan memeluk leher Galen sambil melihat siapa yang menelpon.

"Is that your friend? Why she's crying?" Irish menyadari suara cewek. Gadis itu menatap layar, dan napasnya tercekat. Ada seorang gadis cantik, memeluk leher kekasihnya dari belakang, begitu akrab. Irish bahkan tak pernah berani seperti itu.

"Hi, I'm Emery. I'm Galen's girlfriend." Emery cekikikan seperti kuda. Dan Irish langsung mematikan ponsel itu. Ia masih shock dengan kata-kata gadis bule itu.

Apa iya? Apa ini alasan Galen jarang memberinya pesan, karena ada yang lebih asyik?

Hancur sudah semua impian Irish!

____________________________________

Related chapters

  • [BUKAN] PELAKOR   Bab 5

    Kosong!Irish merasa kosong dengan hati dan jiwanya. Setelah pengakuan gadis cantik itu, Irish mematikan sambungan telpon. Tapi, ia tak merasakan apa-apa. Ia merasakan kekosongan. Lebih tepatnya, ia mati rasa!Irish termenung. Bahkan di tempat kerja pun, gadis itu tak bergeming. Irish terus saja memikirkan Galen dan gadis bule itu, apalagi pengakuan yang keluar dari mulut gadis itu membuat Irish berpikir macam-macam. Jika gadis itu mengaku teman, tentu Irish masih merasa tenang. Galen butuh teman disana. Tapi, kekasih? Apa Galen harus butuh kekasih disana? Galen... nama itu benar-benar menyita semua perhatian Irish."Melamun terus kak." Tegur Brata. Irish hanya tersenyum tipis. Bahkan ia beberapa kali salah memasukan nama menu, hingga para pelanggan komplain. Berurung boss Irish begitu baik, hingga Irish tak dipecat segera."Kakak mau nggak, pulang kita ngopi bentar di Bread Bruh. Ada menu baru katanya." I

    Last Updated : 2020-09-07
  • [BUKAN] PELAKOR   Bab 6

    Dengan tangan gemetar, dan napas yang memburu serta keringat dingin yang menjalar di tubuh gadis itu. Tubuh yang sedikit gemetar. Musim dingin, tak menyurutkan semangat gadis itu, untuk menginjakan kakinya di negri orang.Dengan modal nekat Irish pergi menyusul Galen. Dua tahun berlalu hubungan mereka tak ada hasil, akhirnya Irish menyusul Galen dan berjumpa langsung dengan cowok itu.Desember kelabu dengan musim dingin yang begitu menusuk. Berkali-kali Irish membenarkan scraf yang melingkar di lehernya. Katakanlah ia norak, tapi Irish tak nyaman dengan semua pakaian yang berlapis-lapis yang membungkus tubuhnya."Udah mending?" Tanya seorang cowok di samping Irish. Sekarang mereka berada dalam bus menuju kampus Galen. Modal nekat dan hanya berbekal nama kampus Galen, Irish akan mencari di segala sudut kampus sampai ia menemukan cowok itu.Irish yang tubuhnya berkeringat dingin sekarang hanya menggosok-gosok tangannya walau sudah me

    Last Updated : 2020-09-07
  • [BUKAN] PELAKOR   Bab 7

    "Udah tahu, anak akuntan publik yang baru?" Tanya Welly. Pagi hari semua orang dihebohkan, dengan kehadiran sosok Galen dan istrinya--Emery Mclan. Sosok pirang yang menari perhatian siapa saja, karena berpenampilan unik sendiri.Hati Irish sudah kebal menerima semuanya. Kabar apalagi yang tak lebih mengenaskan dari nasibnya? Ia rela menabung selama 4 tahun dan berhemat demi menemui sang kekasih yang nyatanya tak membuahkan hasil sama sekali, dua bulan berikutnya Irish mendengar kabar, Galen kembali ke tanah memboyong istri. Demi biji-bijian yang ada di muka bumi ini, otak Irish mau pecah seorang Galendra Raksa telah menikah. Meni fucking kah. Dengan gadis pirang yang ia tak kenal sama sekali, Irish mengira keduanya akan berakhir bersama, nyatanya ia hanya jadi masa lalu.Galen tiba-tiba membuat kabar lebih mengejutkan lagi, ia kerja di kantor yang sama, bagian akuntan publik, walau mereka berbeda divisi. Irish hanya diam.

    Last Updated : 2020-09-07
  • [BUKAN] PELAKOR   Bab 8

    "Ai." tegur Galen pada Irish yang sudah terduduk sambil terisak. Ia tak sanggup berhadapan dengan Galen. Bahkan, selama 4 tahun berpisah pertama kalinya mereka bisa sedekat ini.Galen sengaja menghidupkan air di dalam toilet dan membiarkan air itu mengalir jika melubar akan membasahi baju Irish. Dan ia tak ingin orang lain mendengar mereka masuk ke dalam toilet dan ada skandal yang lain. Galen tak peduli pada reputasinya, ia bisa mencari pekerjaan lain, tapi ia tak mau gadis pendiam dan tulus itu mendapat masalah.Galen memandangi Irish, napasnya memburu."Ai." panggil cowok itu pelan. Irish terus saja menggeleng. Suara yang selalu ia mimpikan, memanggilnya dengan suara selembut ini, dengan penuh cinta. Tapi semuanya berubah sekarang, Galen milik gadis pirang. Salah jika ia bersikap seperti ini? Salah jika ia marah pada Galen? Salah jika Irish overact? Semesta tak pernah memihak pada mereka. Irish sudah tahu, perpisahan mereka akan terjad

    Last Updated : 2020-09-07
  • [BUKAN] PELAKOR   Bab 9

    "Makan Irish." perintah Declan. Irish hanya memegang sendoknya dengan malu-malu dan memasukan nasi merah dalam mulutnya. Ia malu. Dan Declan benar-benar mendeklarasikan ucapannya, pulang bersamanya.Saat Irish sedang menunggu angkutan umum, mobil Range Rover warna hitam sudah berdiri gagah di depannya dan Declan dengan wajah tanpa dosa menyuruh Irish masuk. Irish memastikan terlebih dahulu sebelumnya, ia melihat sekelilingnya jangan ada karyawan yang lain, atau ada CCTV di sekitarnya.Irish hanya diam, dan Declan tidak berbicara sepanjang perjalanan, membuat gadis itu makin gugup. Dan tiba-tiba Declan sudah membawanya ke warung makan. Bahkan Declan yang memesan nasi merah, bebek goreng dan jus tomat. Padahal, Irish tak suka makan tomat. Karena merasa tak enak, Irish harus meminum jus yang rasanya tak karuan tersebut."Papah, suapin." pinta Nayjla manja. Bocah itu tidak ceria sekarang. Declan menjemput Nayjla di tempat les,

    Last Updated : 2020-09-07
  • [BUKAN] PELAKOR   Bab 10

    Gosip.Menurut Wikipedia, Gosip, gibah, atau gunjing adalah sebuah obrolan atau rumor kosong, yang biasanya berkaitan tentang urusan pribadi atau orang lain.Masyarakat Indonesia merupakan salah satu negara dengan gemar bergosip. Apabila membicarakan keburukan orang lain. Dan biasanya kaum hawa yang paling banyak didominasi tentang masalah gosip, walau tak menutup kemungkinan kaum adam juga saat berkumpul bisa megunjing.Dan pagi ini, kantor Sehat Sentosa, mendapat gosip yang sangat baru seperti daging segar yang bisa dibagikan ke yang lain. Dan objek yang dibicarakan adalah manusia pemalu luar biasa. Irish Mauren menjadi centre topic karena ia ketahuan pulang bersama boss besar saat pulang kemarin. Dan hanya menunduk malu, saat satu kantor mencie-ciekan dirinya.Irish terus menunduk di kubikel miliknya, dan mengambil buku miliknya dan mulai mencoret-coret. Ia malu, kepalang malu dan tak berani bertatatapan dengan makhluk di kantor.&nb

    Last Updated : 2020-09-09
  • [BUKAN] PELAKOR   Bab 11

    Dunia tak selalu ramah. Kadang kita bisa tertawa, kita bisa menangis. Bahkan, kita bisa merasakan dua hal itu dalam waktu bersamaan. Irish berada di tengah, ingin menangis dan tertawa sekarang. Setan menyuruhnya bahagia, dan malaikat hanya bisa menggeleng.Separuh hati Irish berontak, agar mendorong Galen segera, tapi ia sudah berjanji, dan tak ingin melakukan semua ini dengan setengah hati. Harus totalitas, jadi pelakor. Karena bagi Irish, ia melakukan hal yang benar. Mengambil kembali, apa yang menjadi miliknya.Dengan banyak pikiran yang bercabang, Irish melepaskan tautan keduanya dan hanya bisa menunduk. Tanpa sadar, sebutir air mata lolos. Tubuh gadis itu bergetar. Apa yang akan dikatakan orang-orang padanya, jika ia telah berubah jadi jalang sekarang? Ini bukan Irish yang orang kenal. Irish gadis polos, gadis pemalu, bukan gadis murahan! Bagaimana ibunya tahu ini?Irish menunduk, dan bisa merasakan napas Galen tepat di depan wajahnya. Galen

    Last Updated : 2020-09-09
  • [BUKAN] PELAKOR   Bab 12

    Warning!!! Plus-plus, not for virgin eyes. __________________________________Irish hanya mampu tersenyum, setiap melihat wajah Declan. Boss besar itu walau hanya menampilkan wajah kaku, tapi entah kenapa menggelitik perasaan Irish. "Kenapa senyum-senyum?" tanya Declan membuka suara, setelah ia melihat bawahannya tak berhenti senyum dan ditanggapi Irish dengan gelengan. Melihat tingkah konyol Irish membuat Declan akhirnya ikut tersenyum. Tak ada hal lain yang bisa Declan ajak kecuali makan. Dan berakhir lagi mereka di pasar loak. Sekarang masih sore hari, Declan sengaja tak membawa putri cerewetnya, karena akan menganggu saja. Declan sedang melihat keadaan sekeliling. "Lihat pasar loak begini, saya ingat Jerman. Disana sama juga seperti ini, tapi lebih rapi dan bersih, yang menariknya mereka jualan di sepanjang pesisir sungai." Irish hanya tersenyum, karena ia tida mempunyai gambaran Jerm

    Last Updated : 2020-09-09

Latest chapter

  • [BUKAN] PELAKOR   LAST

    Kita adalah teman tumbuh bersama, kita adalah saksi hidup bagaimana terus berjuang melawan takdir dan hidup yang kadang terasa tak adil sama sekali, tapi selalu bersama bergandengan tangan dan tersenyum melewati semua hal.Galen tersenyum hidupnya mungkin penuh lika-liku atau bisa saja terlihat berjalan begitu mulus tergantung siapa yang mengambil sudut pandang, orang bijak akan mengambilnya sebagai pembelajaran yang harus dijadikan guru terbaik dan saat seseorang yang suka mengeluh melihat hidupnya terus saja mengeluh dan merasa dunia begitu kejam dan Tuhan begitu kejam.Galen akan menutup buku kisah hidupnya dan Irish dan membuka lembaran baru bersama Emery dan calon buah hati mereka yang seperti Tuhan kabulkan karena berjenis kelamin perempuan dan akan dinamai Emerald. Emery dan Emerald merupakan ratu di hidup Galen dan laki-laki itu akan terus mensyukuri hidupnya.Laki-laki itu sedang memperhatikan istrinya yang berolahraga menyambut detik-

  • [BUKAN] PELAKOR   Bab 40

    "Tante Mama! Nay mau pake seragam yang mana?" teriak Nayjla menghebohkan seluruh penghuni rumah seperti biasa.Irish sedang menyusui Baby Saxon yang baru tidur subuh tadi karena malam tadi mengajak begadang. Benar-benar luar biasa rasanya jadi ibu."Tante Mama!" Nayjla masuk ke kamar dan melihat ibu sambungnya yang suruh diam karena adiknya baru saja terlelap. Bayi berusia 4 bulan yang membuat Irish merasa satu hari 24 jam itu kurang, kalau boleh Irish mau minta sampai 36 jam. Agar ia bisa mengurus baby Saxon dengan leluasa lagi."Bentar. Tunggu adiknya berhenti nyusu dulu." Nayjla putar badan dan akhirnya ia mengurus dirinya sendiri. Terkadang ada kecemburuan, kenapa orang tuanya lebih peduli pada bayi itu tapi saat melihat bayi merah itu Nayjla sadar adiknya memang belum bisa apa-apa dan kepolosannya membuat Nayjla belajar mandiri. Bocah itu akhirnya ke meja makan dan sarapan sendiri.Irish mengelus-elus rambut putranya yang masih me

  • [BUKAN] PELAKOR   Bab 39

    "Aku udah nyiapin nama anaknya. Enakan Carrgil atau Saxon?""Kenapa namanya aneh begitu?""Nggak aneh!" Irish mengotot. Suaminya hanya bisa menggeleng, kenapa para wanita bisa bersikap begitu ajaib di saat bersamaan? Lihat bagaimana wajah Irish yang meringis menahan mulas dan masih ngotot tentang nama anak yang belum pernah mereka diskusi sebelumnya."Carrgil. Kenapa namanya seperti orgil? Orang gila?" tanya Declan."Papa jahat! Anak sendiri dikatain gila!" Declan tertawa. Apa yang ia bicarakan benar adanya. Bagaimana mungkin istrinya bisa menamai anak seunik itu? Trus apa katanya tadi? Saxon? Nama aneh dari mana lagi?"Saxon bukannya nama alat musik?""Nggak tahu! Ikutin aja, anak sendiri yang mau namain Saxon.""Namanya tidak elit!" Irish mencibir. Memangnya nama elit itu seperti apa? Harus ada kemewahan seperti emas dan mobil? Kenapa tidak dinamai emas bin berlian saja?"Masih mules?"&

  • [BUKAN] PELAKOR   Bab 38

    "Jangan bilang pada siapapun, kalau itu adalah anak kandung aku. Cukup kita berdua yang tahu." bisik Galen.Tubuh Irish langsung merinding. Wanita hamil itu merasa seluruh tubuhnya menggigil. Gila!"Jangan ngomong sembarangan!" sergah Irish sambil mencubit perut Galen. Laki-laki ini gila! Bagaimana ada yang mendengarnya dan salah paham?"Ampun kakak ipar, aduh galak bangat." adu Galen sambil memegang perutnya. Rasanya sakit beneran, lebih tepatnya pedas dan panas. Benar-benar cubitan maut."Jangan gitu. Kalau ada yang salah paham gimana?""Gurau aja aelah. Jangan tegang-tegang amat, nanti anak di perut susah keluarnya." Irish memukul dada Galen dengan membabi buat. Benar-benar mantan kekasihnya ini. Mulutnya tak bisa dijaga."Ini ada reunian atau apa?" Irish berbalik dan melihat Declan, yang tak senang melihat pemandangan Irish dan Galen akrab. Bukan apa-apa, kedua manusia ini pernah memiliki kisah bersama. Baga

  • [BUKAN] PELAKOR   Bab 37

    Andai manusia punya sayap dan bebas menjelajahi angkasa, dan terbang kesana-kemari tanpa merasa lelah. Maka, Galen dengan senang hati terbang menjelajahi angkasa, atau meminjam sayap elang untuk terbang.Senyum itu tak pernah lepas dari bibirnya, bahkan ia rela bibirnya robek karena terlalu senang, apa yang ia anggap telah hilang dan tak kembali kini kembali karena menemukan kembali jalan pulang."Aku memang tak bisa memprediksi masa depan, tapi hanya kamu yang akan terus bersamaku di masa depan." Laki-laki itu mencium punggung tangan istrinya sebagai bentuk syukur dan bahagia, ia mendapatkan kembali Emery di sisinya."Jikapun kamu mau kita tinggal di California, aku akan ikut. Aku akan pergi kemanapun kamu pergi."Emery langsung memeluk pinggang Galen, begitu juga laki-laki itu.Keduanya saling tersenyum. Sekarang pukul 09.48. Keduanya mendarat di bandara dengan selamat."Mungkin kita harus merayakan ini. Denga

  • [BUKAN] PELAKOR   Bab 36

    Galen tak percaya kesempatan, atau peluang menurut ilmu fisika. Kesempatan yang ia impikan musnah begitu saja. Mungkin alam bersekongkol agar ia tak mendapat kesempatan.Hari terakhir di Maldives. Pulau terindah di dunia bagi sebagian orang, namun bagi Galen ini seperti berlibur ke ujung neraka. Hatinya nelangsa, seperti ABG baru putus cinta.Laki-laki itu terduduk di pantai, sambil melihat jernihnya air yang dibilang seperti cermin. Bahkan, ikan mau muncul saja harus pakai baju takut ketahuan ia bugil saking jernihnya air."Huh!" Tarik napas, buang napas. Nyatanya tidak membuat Galen merasa lega, tapi semakin merasa tersiksa kenapa dengan hidupnya.Laki-laki itu terdiam dan merenungi nasibnya, sejuknya angin pantai tak membuat Galen merasa segar.Emery. Pikiran tentang wanita ini terus menganggunya. Galen yakin itu Emery, tapi kenapa kenyataan yang ia dapati seperti itu? Bukankah Emery ingin kembali bersamanya? Emery gadis ceria

  • [BUKAN] PELAKOR   Bab 35

    Dulu, saat Irish menjadi beban terus keluarga, ia tak pernah menikmati betul waktunya saat bangun tidur. Saat bangun tidur, Irish selalu merenungi nasibnya. Apa yang harus ia lakukan? Atau bagaimana ia keluar dari lingkaran kemiskinan. Walau yang ia pikirkan satu-satunya adalah kerja dan terus bekerja.Saat ia memilih resign dari kantor, Irish merasa ia benar-benar tak punya masa depan yang cerah atau masa depan yang menjajikan.Tapi lihatlah sekarang, ia tersenyum saat melihat punggung telanjang yang sedang mendengkur halus, sambil memeluk bantal dengan selimut sebatas perut. Irish tersenyum, mungkin tersenyum bangga atau tersenyum haru. Diam-diam air mata Irish menetes atas semua berkat yang ia rasakan, padahal ia tak banyak punya expectasi yang tinggi.Irish mengelus rambut suaminya dengan sayang dan memperhatikan laki-laki itu tak ada kata bosan. Seolah Declan adalah pusat tata surya bagi Irish.Sekarang sudah pukul 9.37 pagi. Wakt

  • [BUKAN] PELAKOR   Bab 34

    "Harusnya saya melamar kamu di sini." Irish hanya tersenyum malu-malu, saat Declan memeluk dirinya dari belakang. Melihat jembatan Golden Gate yang menjadi ikon negara bagian California.Dulu, Irish hanya bisa melihat di TV, saat menonton film Hollywood bagaimana jembatan itu hancur karena bencana alam, atau ada makhluk asing yang ingin menghancurkan jembatan tersebut.Tapi sekarang terbentang luas di hadapannya, bagaimana jembatan sepanjang 2.747 m. Ilene melihat dirinya seperti debu sekarang. Bagaimana luar biasa manusia bisa membangun jembatan raksasa seperti ini. Atau mungkin lebih sederhananya, ia yang anak orang susah bisa melihat negara lain yang rasanya seperti mustahil dicapai.Musim panas, terlihat begitu terik di cuaca California sekarang.Declan membawa Irish honeymoon kesini, seperti yang telah ia janjikan pada dirinya sendiri, ia akan kembali membawa Irish kesini dengan alasan yang berbeda. Dulu, mereka kesini saat musim

  • [BUKAN] PELAKOR   Bab 33

    Hampa.Pulang dalam kehampaan yang luar biasa. Cintanya kandas, sebelum ia memperjuangkan apa yang sudah ia rasakan selama ini.Dua kali, dua kali Galen gagal dua wanita yang berharga dalam hidupnya pergi dan sekarang hanya kekosongan yang mengisi hatinya. Galen pulang tanpa Emery, itu yang membuat Galen terus melihat ke awan di bawah. Perjalanan selama 30 jam membuatnya makin merana.Laki-laki itu menoleh ke samping, bukan Emery tapi seorang bapak tua yang tengah tertidur dengan mulut menganga yang lebar. Emery tak ada di sini, Emery memilih untuk bebas. Galen memang tak bisa memaksa jika memang itu keputusan yang telah Emery buat karena Galen juga tak punya alasan agar wanita itu tetap di sisinya. Bertahan karena cinta? Jangan bicara cinta, jika cinta juga yang menghancurkan kita.Pertemuan terakhir bersama Emery hanya begitu saja."Kau benar-benar tidak ingin pulang bersamaku?" Emery menggeleng. Galen menggengam tan

DMCA.com Protection Status