Irish, mengembungkan pipinya dan terus saja menatap ponsel yang tidak ada pergerakan sama sekali. Seminggu, sudah seminggu Galen menghilang.
Cowok yang telah Irish pacari selama 5 tahun itu menghilangan tanpa kabar. Irish tentu saja gelisah, biasanya sehari satu kali, Galen mengabarinya.
Cewek berambut panjang lurus itu, duduk di bangku fakultas kampus. Irish tidak populer, tidak juga seorang nerd. Irish hanya seorang gadis normal, seperti mahasiswa kebanyakan. Kuliah-pulang.
Perbedaan waktu begitu menyiksa, perbedaan 13 jam membuat Irish tidak bebas berkomunikasi dengan kekasihnya. Sekarang pukul 09.09 pagi, dan di tempat Galen sudah malam. Apa Galen kuliah sampai selarut itu?
Irish jelas tidak tahu, bagaimana sistem perkuliahan di luar negri. Kebanyakan membaca novel-novel luar, mempengaruhi pikiran buruk Irish. Remaja disana suka party, setelah itu mereka mabuk-mabukan dan one night stand. Irish tak sanggup membayangkan, jika Galen terikut arus.
Apa benar Galen melupakannya? Pikiran buruk, menghantui Irish.
"Alen, semoga cepat ada kabar. Ai, risau. Ai takut, Alen kenapa-napa." Gadis itu berbicara menatap ponselnya yang menampilkan sang kekasih yang tersenyum. Hanya Galen yang meluluhkan hati Irish.
Teringat kejadian dulu, masa-masa cinta monyet.
Irish yang begitu antusias memasuki masa SMA. Konon, masa yang takkan pernah terlupakan adalah, masa SMA. Masa dimana, bisa mengenal lawan jenis, bisa mencari teman sebanyak mungkin. Membentuk koloni sesuai minat masing-masing. Irish bersama Maira, teman satu SMP memasuki sekolah yang sama. Saat itu, Irish yang polos pulang sekolah sedang menunggu angkutan umum dan duduk di halte sekolah. Ia melihat 4 orang laki-laki yang juga memakai seragam SMP, berjalan dan tertawa bersama. Namun, cowok paling tinggi itu yang menarik perhatian Irish.
"Ganteng." Guman Irish, memuji ciptaan Tuhan, yang begitu indah. Senyumnya begitu manis. Sejak penampakan itu, Irish selalu berusaha untuk melihat Galen saat sekolah. Apalagi, Galen termasuk cowok populer dan termasuk jejeram cowok-cowok tampan di sekolah.
Pagi sekali, Irish sudah pergi ke sekolah, setelah itu Irish akan berdiri di pos satpam melihat Galen membawa motornya. Irish selalu mengkhayal bisa dibonceng Galen suatu hari.
Ketika Galen memasuki gerbang sekolah, Irish akan mengikuti dari belakang. Dengan berpura-pura berdiri di ujung kelas X.1. Menunggu Galen keluar dari parkiran. Ketika Galen lewat, Irish akan mengikuti dari belakang, minimal gadis itu mencium wangi parfum Galen yang membuatnya merasa nyaman.
Saat istirahat, Irish akan mengintip ke kelas Galen, apa cowok itu ke kantin atau hanya nongkrong bersama teman satu gengnya. Irish sangat hafal apa yang Galen lakukan di sekolah.
Seperti, jam pelajaran olahraga Galen pada hari kamis jam ke 2. Kebetulan kelas X.6 dekat lapangan, Irish akan mengintip apa saja cowok tampan itu lakukan. Irish suka melihat Galen tertawa, Galen berbicara, Galen berlari, Galen berjalan, bahkan Galen boker.
Jika, ada jam kosong. Galen dan teman-temannya akan nongkrong di kantin, atau para cowok-cowok tampan itu akan duduk berjejer di koridor sekolah sambil bermain gitar. Irish akan tersenyum ketika melihat jari-jari Galen dengan lincah memainkan senar gitar.
Irish sangat hafal suara Galen, jika mendengar suara Galen, jantung cewek cantik itu mau copot. Irish hanya bisa mengangumi dari jauh, dan melihat tingkah Galen. Irish tak berani mendekat, atau menunjukan dirinya. Ia sadar diri, Galen terkenal dan tampan. Sedangkan dirinya, hanya satu dari ribuan anak SMA Jantung Pisang.
Satu bulan Irish hanya mengangumi dari jauh. Dan Tuhan membalas doa-doa Irish.
Saat itu hari Jumat, Irish menunggu Galen, namun saat bel pertanda masuk, Galen tak kunjung datang. Irish gelisah, apa Galen tidak masuk? Sudah 20 menit lebih, tapi Galen tak kunjung datang. Irish akhirnya menyerah, Irish siap dihukum karena terlambat.
"Dek, oi, dek." Deg! Jantung Irish nyaris copot. Ia sangat mengenal suara itu luar dalam.
Irish berbalik dan melihat sang pujaan begitu tampan dengan baju seragam khas SMA dan memakai hoodie berwarna maroon. Kadar ketampanan Galen meningkat 200 derajat, begitu tampan.
"Oi dek!" Secepatnya Irish sadar dan menggeleng.
"Bukain pagar. Satpam nggak ada kan?" Irish memeriksa sekeliling. Ya, satpam sempat pergi setelah bel dibunyikan. Dengan cepat Irish membuka pagar yang gemboknya sengaja tidak dikunci.
"Hei, siapa suruh masuk?" Itu suara satpam. Wajah Irish langsung pucat, Galen begitu santai. Ia dengan kurang ajarnya memarkirkan motornya di samping pos satpam. Irish hanya menelan ludah ketika melihat Galen memainkan rambutnyam gaya khasnya begitu keren. Irish makin mengangumi lelaki ini.
"Kalian telatnya lama. Lapor piket sana." Akhirnya Irish dan Galen dibawa ke guru piket. Keduanya mendapat hukuman memungut sampah non organik satu tong sampah penuh.
"Baru datang juga ya?" Galen bertanya pada Irish. Irish jadi gugup dan serba salah, apalagi posisi kedunya bersebrangan memegang tong sampah. Ini hal romantis mode menyedihkan, yang tidak akan pernah dilupakan Irish maupun Galen.
"I-iya."
"Aku tahu, dimana sampah banyak." Irish hanya mengikuti Galen. Dan hebatnya, cowok itu mengajak Irish ke kantin.
"Makan dulu, lapar." Jawab Galen santai, mengambil sepiring nasi goreng yang telah disiapkan.
"A-anu. Nanti dicari guru piket." Sungguh, bukan guru piket yang Irish pikirkan. Tapi keberadaan Galen di dekatnya membuat Irish was-was. Irish belum siap, untuk berdekatan dengan Galen. Irish lebih senang memandang cowok itu dari jauh. Dari dekat, wajah Galen begitu tampan. Irish penasaran, semasa hamil Ibu Galen mengidam Brad Pitt, makannya anaknya setampan ini.
"Udah, tenang aja." Galen memasukan nasi goreng sesendok penuh dalam mulutnya.
"Mau makan juga?" Tawar Galen setelah nasi goreng itu sisa dua sendok. Irish akhirnya menggeleng. Dari tadi detak jantungnya berirama tak sehat. Irish takut Galen mendengarnya.
"Bude, milo panas dua." Teriak Galen. Baru kali ini, Irish melanggar sekolah. Tidak masuk dan sekarang ia ke kantin, di saat yang lain sedang belajar. Pelajaran pertama Bahasa Inggris. Hari Jumat, kelas Galen pelajaran Matematika, kebetulan guru yang sama dengan Irish. Bu Nia, guru cantik yang begitu cerewet.
Buda kantin membawa milo panas dua, Irish hanya meringgis Galen seperti orang kelaparan tidak makan seminggu.
"Kelas berapa?"
"Uhm.. X.6."
"Kok nggak pernah nampak ya?" Irish hanya tersenyum simpul. Galen tidak mengetahui keberadannya, yang selalu memperhatikan cowok itu setiap saat.
"Nih buat kamu." Galen menyodorkan segelas milo encer itu pada Irish.
"Terima kasih."
"Ah, kenyang." Galen berdiri dan membayar. Irish hanya memperhatikan detail bagaimana jari-jari tangan cowok itu bekerja. Irish menatap Galen lekat, saat Galen berbalik mata Irish dan Galen langsung bersiboborok. Seketika Irish menurunkan pandangannya, dirinya begitu buriq jika dibandingkan Galen. Apa daya, ia mempunyai selera pasangan yang begitu tinggi.
Irish melihat Galen menukar sampah milik kantin, dan tong sampah kosong yang mereka bawa.
"Ayo." Irish menatap sayang pada milo yang baru ia seruput sekali. Padahal itu pemberian sang pujaan hati, yang takkan pernah Irish lupakan.
Akhirnya Irish dan Galen jalan berdampingan, dengan tong sampah diantara mereka.
Keduanya sampai di ruang piket, mengisi nama kelas agar mendapat surat ijin masuk kelas.
Irish menulis namanya.
Irish Mauren, kelas X.6
"Irish bawang." Guman Galen begitu melihat nama cewek yang terlihat malu-malu. Irish hanya tersenyum.
"Siapa namanya?" Tanya Irish pura-pura, padahal ia sudah stalking seluk-beluk Galen.
"Shawn Mendes." Gurau Galen sambil memainkan rambutnya. Irish tertawa kecil, dia begitu tampan. Tuhan... jadikan aku miliknya.
"Kalian udah telat banyak." Tegur guru piket. Kedua orang itu, keluar dari ruang piket dengan membawa kertas ijin masing-masing.
"Sampai jumpa Irish bawang." Goda Galen, sebelum berlanjut ke kelasnya. Irish hanya memandang punggung tegap Galen. Ingin, Irish memeluk tubuh itu.
Sejak kejadian itu, setiap melihat Irish, Galen selalu menggoda Irish, memanggilnya iris bawang.
Jika Irish berani, ingin saja ia memanggil Galen, galon isi ulang.
Dan keduanya tanpa sadar, semakin akrab. Irish tidak lagi malu dan merasa minder setiap bersama Galen.
Hingga Galen mengutarakan perasaannya pada Irish di kantin sekolah. Saat itu, Irish sedang istirahat dan mengidam ingin makan sate.
"Bawang di rumahku habis." Ujar Galen tiba-tiba dan merampas sate milik Irish.
"Beli lah." Jawab Irish polos. Galen terkekeh. Irish begitu mengemaskan, dengan rambut kucir ke atas.
"Mau jadi pacarku nggak?" Galen menatap Irish. Ini maksudnya bagaimana?
"Galen nggak punya pacar?" Tanya Irish, sebelum ia memasukan kuah kacang dalam mulutnya.
"Nggak ada, jika kamu jadi pacarku, kamu akan jadi terakhir dan satu-satunya."
"Mau." Ujar Irish semangat, detik kemudian ia menunduk dan menggigit bibirnya gugup. Kenapa ia begitu agresif?
"Ok, bye cantik. Jumpa nanti." Setelah itu, Galen pergi meninggalkan Irish yang terbang dan masih shock. Galen bertingkah begitu ajaib.
***
Tanpa sadar, Irish mentikkan air mata. Ia rindu masa-masa konyol itu. Irish rindu Galen.
"Ai rindu." Irish masih melihat foto-foto saat remaja. Wajah Galen makin tampan makin hari.
Irish membuka kembali ruang chat mereka. Galen masih receh seperti dulu, tapi kenapa seminggu ia menghilang? Apa Galen stress disana banyak tugas? Apa Galen kena masalah? Apa Galen sakit?
"Alen, apa yang harus Ai lakukan disini? Nggak mungkin Ai nyusul kesana." Irish mencium sosok berharga di hidupnya.
"Ai tidur dulu ya. Besok Alen udah hubungin Ai ya. Ai kangen bangat, dua tahun juga Alen nggak pernah balik. Apa Alen nggak kangen Ai?" Irish menutup matanya, berusaha berpikir positif. Nyatanya, hatinya berdenyut sakit dan merasakan sesuatu kekosongan.
I truly love you Galen, jangan berpaling dariku.
*bapak dipecat, pulang saja ke rumah. Kuliah bisa dilanjutkan kapan saja, tapi kamu tidak bisa di tanah asing tanpa uang.* Terlanjur kecewa, terlanjur takut, terlanjur gagal, terlanjur sayang. Galen hanya membiarkan pesan itu, dua tahun ia berjuang jungkir-balik, dan mendapat pesan sialan ini? Galen putus asa, tapi ia tak mau menyerah, sudah setengah jalan. Jika ia menyerah, sia-sia tenaga yang ia habiskan, rugi materi, rugi waktu, rugia usia. Galen tak mau rugi, Galen ingin mengejar mimpinya. Sedari dulu, ia ingin mendapatkan pendidikan terbaik.Untuk sementara Galen termasuk mahasiswa Internasional yang tinggal di asrama. Galen boleh bekerja, karena ia sudah dua tahun disini. Ya, biaya hidup di negara orang sangat mahal.California State University. Bukan hal gampang, agar bisa di kampus bergengsi di dunia ini, dan sekarang menyerah? Lelucon apa ini?Galen mengingat saat ia jungkir-balik mengur
Irish bahagia bukan main, Galen tidak melupakannya. Hari-hari Irish, berubah jadi bahagia dan kembali bersemangat. Gadis itu, tersenyum sepanjang hari, hanya karena pesan sederhana itu.Irish bahkan, terlalu rajin mengerjakan tugas yang deadline minggu depan. Semua karena Galen. Rasanya Irish secepatnya menyelesaikan kuliahnya dan menyusul Galen kesana. Minimal Irish bekerja, mengumpulkan uang, dan bisa ke negara asing tersebut.Irish mempunyai satu teman--Monica. Gadis itu tak terlalu tahu masalah pribadi Irish seperti apa, karena Irish itu begitu tetutup. Tapi Monica ingat, Irish pernah bilang ia punya kekasih, hanya saja tidak tahu itu siapa.Irish dan Monica sedang berada di kantin. Mereka membunuh waktu untuk masuk ke mata kuliah selanjutnya. Irish selalu memikirkan Galen, apa yang lelaki itu lakukan, apa Galen sedang tidur, apa Galen belajar, apa Galen makan, semua hal kecil ia pikirkan. Perbedaan waktu memang bukan
Sore, Irish sudah mulai berkerja. Posisi kasir. Setelah diberi training selama seminggu, Irish sudah bisa memegang sendiri. Dari awal juga, Irish sudah mengerti cara mengoperasikan komputer khusus tersebut. Kita, hanya perlu memasukan menu makanan apa yang dipesan pelangan, dan menghafal kode agar cepat dimasukan.Irish, sudah mulai masuk kerja dari jam 4 sore. Dan pulang jam 11, lelah sudah pasti. Tapi, bayangan wajah Galen yang tersenyum manis, langsung terbayar. Sesederhana itu. Irish akan mengusahakan segalanya, agar ia bisa melihat wajah Galen. Apalagi, sekarang mereka sudah jarang bertukar kabar. Irish sibuk kerja, Galen sibuk dengan dunianya di luar negri.Irish betah bekerja di Top Cafe. Semua karyawan ramah dan saling menerima. Bahkan, sang pemilik restoran begitu baik, dan menganggap Irish anak sendiri.Seperti sekarang, Irish memperhatikan pelanggan yang mulai ramai. Ada yang datang bekerluarga, sepasang kekasih
Kosong!Irish merasa kosong dengan hati dan jiwanya. Setelah pengakuan gadis cantik itu, Irish mematikan sambungan telpon. Tapi, ia tak merasakan apa-apa. Ia merasakan kekosongan. Lebih tepatnya, ia mati rasa!Irish termenung. Bahkan di tempat kerja pun, gadis itu tak bergeming. Irish terus saja memikirkan Galen dan gadis bule itu, apalagi pengakuan yang keluar dari mulut gadis itu membuat Irish berpikir macam-macam. Jika gadis itu mengaku teman, tentu Irish masih merasa tenang. Galen butuh teman disana. Tapi, kekasih? Apa Galen harus butuh kekasih disana? Galen... nama itu benar-benar menyita semua perhatian Irish."Melamun terus kak." Tegur Brata. Irish hanya tersenyum tipis. Bahkan ia beberapa kali salah memasukan nama menu, hingga para pelanggan komplain. Berurung boss Irish begitu baik, hingga Irish tak dipecat segera."Kakak mau nggak, pulang kita ngopi bentar di Bread Bruh. Ada menu baru katanya." I
Dengan tangan gemetar, dan napas yang memburu serta keringat dingin yang menjalar di tubuh gadis itu. Tubuh yang sedikit gemetar. Musim dingin, tak menyurutkan semangat gadis itu, untuk menginjakan kakinya di negri orang.Dengan modal nekat Irish pergi menyusul Galen. Dua tahun berlalu hubungan mereka tak ada hasil, akhirnya Irish menyusul Galen dan berjumpa langsung dengan cowok itu.Desember kelabu dengan musim dingin yang begitu menusuk. Berkali-kali Irish membenarkan scraf yang melingkar di lehernya. Katakanlah ia norak, tapi Irish tak nyaman dengan semua pakaian yang berlapis-lapis yang membungkus tubuhnya."Udah mending?" Tanya seorang cowok di samping Irish. Sekarang mereka berada dalam bus menuju kampus Galen. Modal nekat dan hanya berbekal nama kampus Galen, Irish akan mencari di segala sudut kampus sampai ia menemukan cowok itu.Irish yang tubuhnya berkeringat dingin sekarang hanya menggosok-gosok tangannya walau sudah me
"Udah tahu, anak akuntan publik yang baru?" Tanya Welly. Pagi hari semua orang dihebohkan, dengan kehadiran sosok Galen dan istrinya--Emery Mclan. Sosok pirang yang menari perhatian siapa saja, karena berpenampilan unik sendiri.Hati Irish sudah kebal menerima semuanya. Kabar apalagi yang tak lebih mengenaskan dari nasibnya? Ia rela menabung selama 4 tahun dan berhemat demi menemui sang kekasih yang nyatanya tak membuahkan hasil sama sekali, dua bulan berikutnya Irish mendengar kabar, Galen kembali ke tanah memboyong istri. Demi biji-bijian yang ada di muka bumi ini, otak Irish mau pecah seorang Galendra Raksa telah menikah. Meni fucking kah. Dengan gadis pirang yang ia tak kenal sama sekali, Irish mengira keduanya akan berakhir bersama, nyatanya ia hanya jadi masa lalu.Galen tiba-tiba membuat kabar lebih mengejutkan lagi, ia kerja di kantor yang sama, bagian akuntan publik, walau mereka berbeda divisi. Irish hanya diam.
"Ai." tegur Galen pada Irish yang sudah terduduk sambil terisak. Ia tak sanggup berhadapan dengan Galen. Bahkan, selama 4 tahun berpisah pertama kalinya mereka bisa sedekat ini.Galen sengaja menghidupkan air di dalam toilet dan membiarkan air itu mengalir jika melubar akan membasahi baju Irish. Dan ia tak ingin orang lain mendengar mereka masuk ke dalam toilet dan ada skandal yang lain. Galen tak peduli pada reputasinya, ia bisa mencari pekerjaan lain, tapi ia tak mau gadis pendiam dan tulus itu mendapat masalah.Galen memandangi Irish, napasnya memburu."Ai." panggil cowok itu pelan. Irish terus saja menggeleng. Suara yang selalu ia mimpikan, memanggilnya dengan suara selembut ini, dengan penuh cinta. Tapi semuanya berubah sekarang, Galen milik gadis pirang. Salah jika ia bersikap seperti ini? Salah jika ia marah pada Galen? Salah jika Irish overact? Semesta tak pernah memihak pada mereka. Irish sudah tahu, perpisahan mereka akan terjad
"Makan Irish." perintah Declan. Irish hanya memegang sendoknya dengan malu-malu dan memasukan nasi merah dalam mulutnya. Ia malu. Dan Declan benar-benar mendeklarasikan ucapannya, pulang bersamanya.Saat Irish sedang menunggu angkutan umum, mobil Range Rover warna hitam sudah berdiri gagah di depannya dan Declan dengan wajah tanpa dosa menyuruh Irish masuk. Irish memastikan terlebih dahulu sebelumnya, ia melihat sekelilingnya jangan ada karyawan yang lain, atau ada CCTV di sekitarnya.Irish hanya diam, dan Declan tidak berbicara sepanjang perjalanan, membuat gadis itu makin gugup. Dan tiba-tiba Declan sudah membawanya ke warung makan. Bahkan Declan yang memesan nasi merah, bebek goreng dan jus tomat. Padahal, Irish tak suka makan tomat. Karena merasa tak enak, Irish harus meminum jus yang rasanya tak karuan tersebut."Papah, suapin." pinta Nayjla manja. Bocah itu tidak ceria sekarang. Declan menjemput Nayjla di tempat les,
Kita adalah teman tumbuh bersama, kita adalah saksi hidup bagaimana terus berjuang melawan takdir dan hidup yang kadang terasa tak adil sama sekali, tapi selalu bersama bergandengan tangan dan tersenyum melewati semua hal.Galen tersenyum hidupnya mungkin penuh lika-liku atau bisa saja terlihat berjalan begitu mulus tergantung siapa yang mengambil sudut pandang, orang bijak akan mengambilnya sebagai pembelajaran yang harus dijadikan guru terbaik dan saat seseorang yang suka mengeluh melihat hidupnya terus saja mengeluh dan merasa dunia begitu kejam dan Tuhan begitu kejam.Galen akan menutup buku kisah hidupnya dan Irish dan membuka lembaran baru bersama Emery dan calon buah hati mereka yang seperti Tuhan kabulkan karena berjenis kelamin perempuan dan akan dinamai Emerald. Emery dan Emerald merupakan ratu di hidup Galen dan laki-laki itu akan terus mensyukuri hidupnya.Laki-laki itu sedang memperhatikan istrinya yang berolahraga menyambut detik-
"Tante Mama! Nay mau pake seragam yang mana?" teriak Nayjla menghebohkan seluruh penghuni rumah seperti biasa.Irish sedang menyusui Baby Saxon yang baru tidur subuh tadi karena malam tadi mengajak begadang. Benar-benar luar biasa rasanya jadi ibu."Tante Mama!" Nayjla masuk ke kamar dan melihat ibu sambungnya yang suruh diam karena adiknya baru saja terlelap. Bayi berusia 4 bulan yang membuat Irish merasa satu hari 24 jam itu kurang, kalau boleh Irish mau minta sampai 36 jam. Agar ia bisa mengurus baby Saxon dengan leluasa lagi."Bentar. Tunggu adiknya berhenti nyusu dulu." Nayjla putar badan dan akhirnya ia mengurus dirinya sendiri. Terkadang ada kecemburuan, kenapa orang tuanya lebih peduli pada bayi itu tapi saat melihat bayi merah itu Nayjla sadar adiknya memang belum bisa apa-apa dan kepolosannya membuat Nayjla belajar mandiri. Bocah itu akhirnya ke meja makan dan sarapan sendiri.Irish mengelus-elus rambut putranya yang masih me
"Aku udah nyiapin nama anaknya. Enakan Carrgil atau Saxon?""Kenapa namanya aneh begitu?""Nggak aneh!" Irish mengotot. Suaminya hanya bisa menggeleng, kenapa para wanita bisa bersikap begitu ajaib di saat bersamaan? Lihat bagaimana wajah Irish yang meringis menahan mulas dan masih ngotot tentang nama anak yang belum pernah mereka diskusi sebelumnya."Carrgil. Kenapa namanya seperti orgil? Orang gila?" tanya Declan."Papa jahat! Anak sendiri dikatain gila!" Declan tertawa. Apa yang ia bicarakan benar adanya. Bagaimana mungkin istrinya bisa menamai anak seunik itu? Trus apa katanya tadi? Saxon? Nama aneh dari mana lagi?"Saxon bukannya nama alat musik?""Nggak tahu! Ikutin aja, anak sendiri yang mau namain Saxon.""Namanya tidak elit!" Irish mencibir. Memangnya nama elit itu seperti apa? Harus ada kemewahan seperti emas dan mobil? Kenapa tidak dinamai emas bin berlian saja?"Masih mules?"&
"Jangan bilang pada siapapun, kalau itu adalah anak kandung aku. Cukup kita berdua yang tahu." bisik Galen.Tubuh Irish langsung merinding. Wanita hamil itu merasa seluruh tubuhnya menggigil. Gila!"Jangan ngomong sembarangan!" sergah Irish sambil mencubit perut Galen. Laki-laki ini gila! Bagaimana ada yang mendengarnya dan salah paham?"Ampun kakak ipar, aduh galak bangat." adu Galen sambil memegang perutnya. Rasanya sakit beneran, lebih tepatnya pedas dan panas. Benar-benar cubitan maut."Jangan gitu. Kalau ada yang salah paham gimana?""Gurau aja aelah. Jangan tegang-tegang amat, nanti anak di perut susah keluarnya." Irish memukul dada Galen dengan membabi buat. Benar-benar mantan kekasihnya ini. Mulutnya tak bisa dijaga."Ini ada reunian atau apa?" Irish berbalik dan melihat Declan, yang tak senang melihat pemandangan Irish dan Galen akrab. Bukan apa-apa, kedua manusia ini pernah memiliki kisah bersama. Baga
Andai manusia punya sayap dan bebas menjelajahi angkasa, dan terbang kesana-kemari tanpa merasa lelah. Maka, Galen dengan senang hati terbang menjelajahi angkasa, atau meminjam sayap elang untuk terbang.Senyum itu tak pernah lepas dari bibirnya, bahkan ia rela bibirnya robek karena terlalu senang, apa yang ia anggap telah hilang dan tak kembali kini kembali karena menemukan kembali jalan pulang."Aku memang tak bisa memprediksi masa depan, tapi hanya kamu yang akan terus bersamaku di masa depan." Laki-laki itu mencium punggung tangan istrinya sebagai bentuk syukur dan bahagia, ia mendapatkan kembali Emery di sisinya."Jikapun kamu mau kita tinggal di California, aku akan ikut. Aku akan pergi kemanapun kamu pergi."Emery langsung memeluk pinggang Galen, begitu juga laki-laki itu.Keduanya saling tersenyum. Sekarang pukul 09.48. Keduanya mendarat di bandara dengan selamat."Mungkin kita harus merayakan ini. Denga
Galen tak percaya kesempatan, atau peluang menurut ilmu fisika. Kesempatan yang ia impikan musnah begitu saja. Mungkin alam bersekongkol agar ia tak mendapat kesempatan.Hari terakhir di Maldives. Pulau terindah di dunia bagi sebagian orang, namun bagi Galen ini seperti berlibur ke ujung neraka. Hatinya nelangsa, seperti ABG baru putus cinta.Laki-laki itu terduduk di pantai, sambil melihat jernihnya air yang dibilang seperti cermin. Bahkan, ikan mau muncul saja harus pakai baju takut ketahuan ia bugil saking jernihnya air."Huh!" Tarik napas, buang napas. Nyatanya tidak membuat Galen merasa lega, tapi semakin merasa tersiksa kenapa dengan hidupnya.Laki-laki itu terdiam dan merenungi nasibnya, sejuknya angin pantai tak membuat Galen merasa segar.Emery. Pikiran tentang wanita ini terus menganggunya. Galen yakin itu Emery, tapi kenapa kenyataan yang ia dapati seperti itu? Bukankah Emery ingin kembali bersamanya? Emery gadis ceria
Dulu, saat Irish menjadi beban terus keluarga, ia tak pernah menikmati betul waktunya saat bangun tidur. Saat bangun tidur, Irish selalu merenungi nasibnya. Apa yang harus ia lakukan? Atau bagaimana ia keluar dari lingkaran kemiskinan. Walau yang ia pikirkan satu-satunya adalah kerja dan terus bekerja.Saat ia memilih resign dari kantor, Irish merasa ia benar-benar tak punya masa depan yang cerah atau masa depan yang menjajikan.Tapi lihatlah sekarang, ia tersenyum saat melihat punggung telanjang yang sedang mendengkur halus, sambil memeluk bantal dengan selimut sebatas perut. Irish tersenyum, mungkin tersenyum bangga atau tersenyum haru. Diam-diam air mata Irish menetes atas semua berkat yang ia rasakan, padahal ia tak banyak punya expectasi yang tinggi.Irish mengelus rambut suaminya dengan sayang dan memperhatikan laki-laki itu tak ada kata bosan. Seolah Declan adalah pusat tata surya bagi Irish.Sekarang sudah pukul 9.37 pagi. Wakt
"Harusnya saya melamar kamu di sini." Irish hanya tersenyum malu-malu, saat Declan memeluk dirinya dari belakang. Melihat jembatan Golden Gate yang menjadi ikon negara bagian California.Dulu, Irish hanya bisa melihat di TV, saat menonton film Hollywood bagaimana jembatan itu hancur karena bencana alam, atau ada makhluk asing yang ingin menghancurkan jembatan tersebut.Tapi sekarang terbentang luas di hadapannya, bagaimana jembatan sepanjang 2.747 m. Ilene melihat dirinya seperti debu sekarang. Bagaimana luar biasa manusia bisa membangun jembatan raksasa seperti ini. Atau mungkin lebih sederhananya, ia yang anak orang susah bisa melihat negara lain yang rasanya seperti mustahil dicapai.Musim panas, terlihat begitu terik di cuaca California sekarang.Declan membawa Irish honeymoon kesini, seperti yang telah ia janjikan pada dirinya sendiri, ia akan kembali membawa Irish kesini dengan alasan yang berbeda. Dulu, mereka kesini saat musim
Hampa.Pulang dalam kehampaan yang luar biasa. Cintanya kandas, sebelum ia memperjuangkan apa yang sudah ia rasakan selama ini.Dua kali, dua kali Galen gagal dua wanita yang berharga dalam hidupnya pergi dan sekarang hanya kekosongan yang mengisi hatinya. Galen pulang tanpa Emery, itu yang membuat Galen terus melihat ke awan di bawah. Perjalanan selama 30 jam membuatnya makin merana.Laki-laki itu menoleh ke samping, bukan Emery tapi seorang bapak tua yang tengah tertidur dengan mulut menganga yang lebar. Emery tak ada di sini, Emery memilih untuk bebas. Galen memang tak bisa memaksa jika memang itu keputusan yang telah Emery buat karena Galen juga tak punya alasan agar wanita itu tetap di sisinya. Bertahan karena cinta? Jangan bicara cinta, jika cinta juga yang menghancurkan kita.Pertemuan terakhir bersama Emery hanya begitu saja."Kau benar-benar tidak ingin pulang bersamaku?" Emery menggeleng. Galen menggengam tan