"Apa? Memakai nama lu? Perlu dicari tahu ini, apa niatnya melakukan itu.""Udah, tapi, dia bilang karena gue anak pemilik perusahaan, dan posisi dia sekarang cadangan dari Kak Riska untuk mengambil alih kekuasaan, dia perlu melakukan itu, hanya aja, gue rasa itu kagak baik untuk gue, kalo emang dia yang bertanggung jawab di perusahaan bokap, harusnya ya, nama dia yang dipakai, dan perusahaan pesaing taunya gue yang punya kuasa, tapi gue kagak bisa jadi pemimpin, gitu.""Dengan kata lain, lu dianggap bodoh karena lu anak pemilik perusahaan tapi kagak bisa memimpin perusahaan sampai ipar lu melakukan hal itu?""Begitu kira-kira.""Lu harus protes, dia juga jangan jadikan nama lu tameng, kalau dia berbuat seenaknya, terus orang taunya lu yang melakukan hal itu? Apa kagak berabe di elo?""Apa yang harus gue lakukan sekarang? Gue pernah membicarakan masalah ini ke ipar gue itu, tapi dia mengancam akan berbuat seenaknya, dan bokap gue akan di stop biaya perawatannya.""Kagak bener ini, ipa
Mitha dan suaminya saling pandang. "Dia, bukan almarhum.""Jangan sembarangan! Apa buktinya kalau bukan Rizky?" bantah Bastian sambil menatap wajah Mitha dengan sorot mata yang tajam."Tian, ini bukan almarhum, aku kenal dia, namanya Gill, dia salah satu member GSB komunitas persahabatan di dunia maya yang aku dan temanku bangun, jadi kamu benar-benar salah orang, dia bukan almarhum Rizky.""Apa buktinya?""Kamu bisa temui dia langsung, dan dia pasti akan menjelaskan semuanya lalu kamu akan percaya kalau dia bukan almarhum!""Aku minta nomor pribadinya.""Aku izin orangnya dulu.""Kenapa harus izin? Aku hanya ingin bicara dengan dia dan mengajak bertemu, kalau memang kamu tidak berbohong, buat apa kamu minta izin segala?""Ada peraturan dari komunitas, bahwa, kami dilarang membeberkan hal pribadi member tanpa izin, dan itu tanpa terkecuali, tunggu sebentar."Mitha berbalik untuk masuk ke dalam rumah kontrakannya. Kini, di ruang tamu hanya ada Bastian dan Roger yang saat itu sama-sama
Setelah bicara demikian, Ronan mengakhiri percakapan. Wajahnya terlihat marah. Kedua telapak tangannya mengepal erat."Lihat saja, perusahaan ini akan menjadi milikku, kalaupun aku tidak bisa memilikinya, akan aku buat perusahaan ini hancur rata dengan tanah!"Pria itu bicara demikian dengan luapan rasa kesal yang amat sangat karena tidak suka Bella lebih cenderung mendukung Rifky menjadi pemimpin dibandingkan dengan dirinya.***"Rifky, alhamdulillah, sudah lama kamu tidak ke sini, sangat sibuk sampai lupa menengok orang tua, mana istrimu?"Ibunya Rifky langsung mengatakan hal demikian, ketika Rifky bertandang ke rumah. Perempuan itu mengusap puncak kepala sang anak ketika Rifky mencium telapak tangannya."Aku lembur terus, Mi. Mau ke sini, aku khawatir mengganggu karena malam benar baru pulang, terus akhir pekan, aku juga banyak pekerjaan dari kantor, maaf tapi aku selalu menyempatkan cek keadaan kalian, aku telpon papi, kadang ke rumah ini bibik yang angkat, tapi mendengar kalian b
"Gue melakukan itu karena menghargai Kak Ronan, dia yang memberikan dana, jadi gue serahkan semua tampuk kekuasaan sama dia, kalau sekarang gue jadi berpikir apakah dia tulus atau kagak, itu karena gue merasa, ada yang kagak beres dari sikap dia.""Itu karena dia belum punya anak laki-laki, mungkin kalau entar udah punya, ceritanya akan jadi beda.""Bagaimana kalau anak yang dikandung Kak Riska bukan anak laki-laki?""Kak Riska masih bisa punya anak lagi.""Tetap aja itu kagak bisa dibiarkan, Rico! Apakah ada pernikahan yang memiliki syarat? Kagak ada, kalau udah ada syarat, itu udah kagak sehat!""Mereka menikah juga karena syarat, Kak Ronan punya syarat tipis soal anak yang dia mau anggap aja itu wajar, asalkan nanti begitu anak laki-laki mereka lahir, mereka udah baik-baik aja, perusahaan harusnya juga baik-baik aja, kan?""Entahlah, gue tetap kagak suka apa yang dilakukan Kak Ronan yang begitu menuntut sama Kak Riska, anak masih kecil, Kak Riska hamil lagi, apa itu kagak kelewatan
Bastian bicara demikian sembari terus memperhatikan Gill yang perlahan melangkah mendekati pria berdasi yang terlihat melambaikan tangan ke arah Gill tersebut.Pria itu memperhatikan Gill dan Ronan dari tempatnya, seakan-akan tidak mau melepaskan satu detik pun pergerakan yang dilakukan oleh keduanya terutama Gill.Sementara itu, Gill....Laki-laki tersebut perlahan duduk di hadapan Ronan yang sudah sejak tadi menunggunya.Seorang waiters menghampiri mereka dan Ronan mempersilahkan Gill untuk memesan. Gill menolak ketika Ronan menawarinya untuk makan, agar menghargai, pria yang memiliki wajah mirip dengan almarhum Rizky itu akhirnya, Gill memesan minuman."Gill, aku sudah menyelidiki tentangmu, dan aku tahu segalanya latar belakangmu, jadi kita bicara terbuka saja di sini, apakah kau bersedia bekerjasama denganku?"Ronan membuka percakapan, dengan nada yang sangat serius membuat Gill seolah-olah terpantek di tempatnya."Soal itu, saya tidak bisa.""Kenapa?""Karena memalsukan identita
"Apa yang kau katakan? Kau ini aneh! Aku benar-benar tidak paham dengan ucapanmu itu, tolong, jangan bicara sembarangan, apalagi tentang identitas seseorang yang sudah meninggal tidak baik untuk didengar, apalagi kalau pihak keluarga mendengar, permisi, aku benar-benar harus pergi."Gill menyingkirkan Bastian dengan satu tangannya tapi, pria itu benar-benar tidak mau menyingkir hingga Gill terpaksa melakukan sesuatu yang di luar dugaan. Ia mengerahkan tenaga, dan Bastian dibuat terkejut lagi dengan hal itu.Dengan mudahnya, Bastian disingkirkan oleh Gill, padahal ia sudah berusaha untuk mengerahkan tenaga agar ia juga tidak mudah untuk disingkirkan, tetapi dengan hanya sekali sentakan, Gill mampu membuat dirinya bergeser ke samping dan pria itu langsung melangkah keluar cafe.Tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh Gill, Bastian berlari mengejar hingga kini mereka sama-sama di luar cafe.Penasaran dengan kemampuan Gill yang dianggapnya almarhum Rizky itu, Bastian menyerang.Tepat
Rifky terkejut membaca pesan yang ditulis oleh Gill.Pikirannya langsung menyimpulkan apa yang diceritakan Ahmad dengan apa yang dikatakan oleh Gill lewat pesan, sampai akhirnya....[Apa yang dia katakan sama lu, Gill? Bisakah lu bicara detail? Lu member GSB, bagian dari komunitas kita, jadi gue percaya dengan lu, insya Allah bandingkan non member, apalagi kakak ipar gue itu]Rifky memilih untuk bicara saja, tidak mau menyembunyikan persoalan antara ia dan Ronan. Tujuannya adalah, ia bisa membuat Gill yakin untuk bicara, sebab, siapa tahu, ia menemukan sesuatu yang bisa membuat ia melawan Ronan tanpa membahayakan perusahaan dan sang kakak apalagi ayahnya.[Katanya, perusahaan kalian sedang menghadapi masalah, aku diminta untuk jadi almarhum kakak kamu, agar aku bisa ikut dengannya menemui perusahaan pesaing, memangnya apa hubungannya? Perusahaan pesaing juga pasti sudah tahu kakak kamu sudah meninggal, bukan?]Gill benar-benar tidak paham dengan apa yang sekarang dihadapannya hingga i
"Tapi, Mi-""Mami mengatakan ini bukan ingin bertukar pikiran sama kamu, Riska, tapi memberitahukan, jadi kamu tidak bisa mengatakan pendapatmu, karena Mami tidak mau mendengar kata tidak!"Sang ibu mertua memotong ucapan Riska. Membuat Riska tidak bisa bicara lagi, ia hanya bisa berharap, itu tidak akan terjadi mau anak perempuan atau laki-laki, Riska ingin menanganinya sendiri bukan justru merepotkan mertua atau orang tua.Namun, Riska memilih untuk tidak membahas itu lagi, bagaimana nanti biar nanti, semoga rencana yang sudah dibeberkan, akan berubah agar ia tidak harus berdebat terus menerus dengan sang ibu mertua.***Kabar tentang Gill yang menyamar jadi almarhum Rizky dibeberkan oleh Rifky pada beberapa member GSB dan Comic Boyz yang bisa ia percaya. Itu bertujuan agar Gill tidak diserang teman-temannya nanti ketika kabar itu terkuak. Semua yang dihubungi Rifky bisa paham dengan alasan itu, dan mendoakan semoga hal yang sekarang dilakukan Rifky memang mampu membuat niat asli R
"Tidak! Apa maksudmu?" Wajah Ronan terlihat tidak senang ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Bella."Hanya ingin membuktikan apakah aku ini bermasalah atau tidak!""Aku tidak mau!""Ya, sudah! Aku tidak tahan jika didesak ayah dan ibu kamu, lalu aku yang disalahkan, kita periksa bersama, kita buktikan bahwa kita memang benar-benar sehat.""Jika memang kita sehat, lalu kenapa kau tidak bisa hamil?""Berarti Tuhan ingin kamu istighfar, introspeksi diri, kamu sudah punya anak tiga perempuan dahulu tapi kau menelantarkan mereka, mungkin dengan minta maaf, dan mereka mau memaafkan kamu, kita bisa mendapatkan keturunan.""Kau percaya hal semacam itu? Yang benar saja. Itu hanya mitos. Tidak perlu dipermasalahkan. Lagipula, mereka selalu bilang kalau mereka sudah memaafkan aku, apalagi?""Mungkin memaafkan tapi masih sakit hati.""Sudahlah, kalau memang kamu tidak percaya aku tidak bermasalah, ayo kita periksa, aku berani menjamin, aku itu tidak bermasalah, aku berani bertaruh akan hal
"Bicara apa? Masalah kehamilan itu takdir dari Tuhan, kalau kita belum dikasih, artinya ada sesuatu yang indah dipersiapkan Allah untuk kita."Dengan bijak Rifky mengatakan hal itu pada sang istri dan ini membuat Aoi terenyuh. Meskipun mereka menikah bukan karena saling cinta, tapi hari demi hari Aoi merasa perlakuan Rifky semakin lembut dan perhatian. Tanpa kata-kata saja, Aoi sudah merasa perlahan tapi pasti hati sang suami mulai melunak. Aoi berdoa semoga saja ketika hati mereka sudah semakin bertaut erat, anugrah itu akan mereka dapatkan. Begitu doa Aoi setiap hari.***Kabar kelahiran anak Riska dengan Mark yang berjenis kelamin laki-laki membuat Ronan kesal dan marah. Berulang kali ia memastikan bahwa kabar itu tidak benar, namun bagaimana mungkin itu bisa ditampik, karena anak Riska dan Mark memang laki-laki.Sekarang, Ronan sedang menunggu Reva pulang dari sekolah, ketika ia habis bertengkar dengan Bella karena masalah sang istri yang belum hamil juga. Pertengkaran yang sa
"Ya, tidak bisa dong, Sayang. Kita menikah memang tujuannya itu, kau paham, kan? Aku bercerai dari Riska, karena aku tidak mendapatkan anak laki-laki dari dia, jadi aku tidak mau kejadian serupa juga terjadi padamu.""Kejadian serupa?""Iya.""Kalo gitu, ayo dong ikut aku periksa! Kita periksa bareng-bareng! Aku sudah menunjukkan hasil pemeriksaan aku, sekarang tinggal kamu, beres, kan?""Aku bilang jangan bahas masalah itu lagi di hadapan aku! Aku sehat, Bella ingat itu! Tidak perlu periksa, kau saja yang harus ketat konsultasi dengan dokter!Kemarahan Ronan kembali terpancing.Ia meninggalkan Bella dan melangkah masuk ke kamar mandi, membanting pintunya membuat Bella hanya mengusap dada. Ronan benar-benar sudah membuat dirinya kesal.***"Mau kopi?" tanya Tedi, teman Ari ketika melihat Ari mampir ke rumahnya."Boleh."Tedi segera masuk ke dalam rumahnya setelah mempersilakan leader fans club GSB itu untuk duduk.Beberapa saat kemudian, Tedi keluar dengan kopi di tangan. Kopi itu i
Ronan bicara demikian dan itu membuat Riska mengerutkan keningnya."Kamu ini bicara apa?" katanya dengan wajah tidak mengerti. "Kamu ke klinik ini agar kamu bisa hamil, kan? Lihat istriku, sudah hamil, anak kami laki-laki, tidak perlu program, karena aku dan dia sama-sama sehat, kamu hanya membuang waktu saja mengikuti program hamil, Riska. Buang uang."Ronan masih mengira Riska datang untuk mengikuti program kehamilan, hingga ia bicara demikian.Riska geleng-geleng kepala. "Aku ke sini untuk cek kandungan sudah jadwal, jadi bukan untuk ikut program kehamilan.""Apa? Kamu hamil?"Ronan seperti tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Riska hingga pria itu bicara demikian sambil menatap ke arah perut Riska yang masih ramping. "Iya, alhamdulillah, baru dua Minggu, bagaimana kandungan istrimu? Sehat? Jangan sering kau tinggalkan, cukup aku yang kamu perlakukan seperti itu Ronan, belajarlah untuk bertanggung jawab dengan anakmu sendiri.""Bohong! Kamu hanya akting bahwa sedang ham
Ia ingin marah, tapi Riska segera menggamit lengan sang anak untuk mengikuti dirinya naik ke atas motor. Riska tidak peduli dengan wajah Ronan yang terlihat marah. Ia tidak mau terpancing kemarahan lagi, meskipun ia sudah dinyatakan sembuh oleh sang dokter setelah beberapa waktu lamanya berjuang melawan penyakit, Riska tetap harus menjaga kesehatannya jangan stress dan banyak pikiran karena dua hal itu akan memicu penyakit yang dideritanya kambuh kembali. Akhirnya, Ronan hanya bisa membiarkan Riska dan Reva meninggalkan dirinya. Kemarahan yang dirasakan oleh Ronan membuat pria itu bertekad akan hidup lebih bahagia bersama Bella, agar ia bisa memamerkan kebahagiaannya itu pada sang mantan istri. ***Beberapa bulan setelah Ronan menikah, Riska akhirnya menikah dengan Mark. Pernikahan mereka digelar tidak besar-besaran karena menurut Riska lantaran sekarang mereka sedang berusaha untuk membuat kehidupan mereka bangkit lagi, uangnya lebih baik digunakan untuk kehidupan mereka setelah
"Aku akan berusaha, kau bisa percaya padaku, Bella."Ronan memberikan janji meskipun ia sendiri tidak yakin apakah ia bisa mengembalikan kehidupan seperti saat sebelum ia masuk penjara pada Bella, namun yang jelas Bella tidak boleh meninggalkan dirinya. Riska sudah tidak menerima dirinya kembali, jadi Ronan tidak boleh kehilangan Bella, jadi meskipun sedikit tidak yakin apakah ia bisa mengabulkan keinginan Bella yang menuntutnya tetap memberikan kehidupan yang mewah, Ronan tetap optimis ia bisa asalkan Bella tidak meninggalkan dirinya.***Pernikahan Ronan akhirnya berlangsung beberapa bulan kemudian semenjak Ronan keluar dari penjara. Meskipun dibantu orang tuanya yang kembali memberikan Ronan kesempatan untuk membangkitkan perusahaan bermodalkan pinjaman dan beberapa harta yang dijual namun, kembali hidup mewah memang belum bisa dilakukan lagi oleh Ronan dan Bella. "Bella, terima kasih, kamu mau menikah dengan Ronan, meskipun Ronan tidak sekaya dulu lagi, tapi kau harus percaya, s
"Aku tahu, aku berjanji jika aku diperkenankan untuk kembali dengan Riska, aku akan berubah.""Sudah terlambat, Riska sudah banyak menderita karena keegoisan kamu, sekarang mending kamu belajar menata hidup lagi, nikah saja dengan selingkuhan kamu itu, Riska tidak bisa aku biarkan untuk kembali bersama dengan kamu, Ronan!"Setelah bicara demikian sang ibu meminta Rico untuk meminta Ronan untuk pergi. Wanita itu berbalik dan tidak mempedulikan lagi Ronan yang memintanya untuk mendengar apa yang dikatakannya.Rico segera meminta Ronan untuk pergi tanpa peduli pria itu bicara apa untuk membujuknya agar Rico mau berpihak padanya.Rico sudah tidak peduli dengan kata-kata mantan kakak iparnya itu karena sekarang yang terpenting baginya adalah mengejar mimpinya bukan lagi tentang yang lain.Dalam rasa kecewanya, Ronan berbalik dan ingin melangkah pergi meninggalkan rumah orang tua Riska, namun motor Mark masuk ke pekarangan rumah itu, dan berhenti tepat di hadapannya.Mark baru saja membawa
Riska menghela napas mendengar apa yang dikatakan oleh Rifky. Perempuan itu mengusap wajahnya perlahan, dan Rifky sangat tahu sekarang sang kakak sangat merasa tertekan."Aku nolak Mark karena aku rasa aku tidak cukup baik untuk dia.""Siapa bilang? Kakak itu sudah sangat baik untuk Kak Mark, dia juga masih sangat mencintai Kakak, dan yang paling penting dia itu tulus sama Kakak, beda sama Ronan yang selalu menuntut Kakak ini dan itu."Rifky merespon perkataan Riska dengan sangat yakin dan tegas."Aku tahu, Mark baik, sejak dulu sampai sekarang, dia enggak pernah menyakiti, justru aku yang menyakiti dia dengan menikah bersama Ronan, tapi, aku benar-benar tidak percaya diri untuk menerima dia kembali, Rifky, kamu tahu sendiri, meskipun sekarang dokter bilang aku sembuh, aku tetap enggak bisa punya anak lagi, bagaimana mungkin aku bisa menikah dengan dia sementara aku enggak bisa memberikan keturunan buat dia?""Emangnya, dia mempermasalahkan hal itu? Aku lihat, dia akrab dengan Reva,
Setelah bicara demikian, Bella berlalu pergi meninggalkan Ronan yang hanya bisa terdiam tanpa bisa mengatakan sepatah katapun karena tidak tahu harus bicara apa.Meskipun marah, tetap saja Ronan harus berterima kasih pada Bella sebab, perempuan itu tidak menuntutnya hingga hukumannya menjadi ringan. Apakah ia bisa hidup di penjara? Mau tidak mau, Ronan harus bisa karena memang tidak ada cara lain untuk membebaskan ia sebab bukti tidak bisa membuat ia lepas dari hukuman.***Riska dan Rifky akhirnya bahu membahu untuk membuat perusahaan ayah mereka bangkit kembali, meskipun harus berhutang banyak untuk menutupi dana yang digelapkan oleh Ronan.Mark adalah orang yang paling banyak membantu Riska untuk dana meskipun ia sendiri bukan orang kaya. Namun, karena Mark seorang pekerja keras, ia bisa meminjamkan tabungannya untuk Riska yang digunakan Riska untuk membiayai perusahaan sang ayah agar bisa kembali beroperasi.Akan tetapi, tentu saja itu tidak mudah. Karena beberapa pemegang saham