Beberapa saat kemudian, orang tua Riska datang setelah Ronan memberitahu bahwa Riska masuk rumah sakit karena keguguran.Saat orang tuanya datang, Riska berkali-kali meminta maaf pada kedua orang tuanya karena tidak bisa menjaga janinnya hingga keguguran.Namun dengan lembut baik ayah ataupun ibunya mengatakan bahwa yang penting dirinya selamat dan perkara janin yang tidak bisa diselamatkan adalah takdir Tuhan yang harus diterima.Berbeda dengan reaksi kedua mertua Riska yang sangat kecewa dengan apa yang dialami Riska, kedua orang tua Riska tidak menyalahkan Riska sama sekali bahkan mereka mendesak Riska untuk menjalani pengobatan intensif dan tidak boleh berpikir macam-macam dahulu sampai akhirnya ia sembuh termasuk memikirkan hamil kembali.Riska terharu dengan reaksi yang diperlihatkan oleh kedua orang tuanya pada dirinya. Rasa sakit saat dimaki oleh Ronan dan juga kedua orang tua Ronan terobati, hingga Riska merasa sedikit lebih mendapatkan kekuatan di antara perasaan sedih ya
"Aku, tidak mau tanda tangan!" kata Riska sambil melemparkan kertas itu pada sang suami."Kenapa? Kau tidak mau tanda tangan padahal kau tidak bisa memberikan apa yang aku inginkan!" bentak Ronan murka. Sial! Andai saja saham miliknya sudah menjadi milikku, aku buang saja dia dan akan aku gantikan dengan Bella, kalau begini caranya bagaimana bisa aku bersama dengan Bella?Hati Ronan bicara setelah ia membentak sang istri dengan kata-kata demikian."Aku sakit, Ronan! Aku sedang berjuang untuk sembuh, kamu mempergunakan kesempatan itu untuk mencari keuntungan kamu sendiri? Keterlaluan kamu!""Sembuh? Setelah sembuh kamu tetap tidak bisa hamil, apakah kamu tetap ingin melarang aku untuk menikah lagi?""Aku tidak mau dipoligami, titik!!"Riska beranjak dari hadapan Ronan setelah bicara seperti itu tanpa mempedulikan teriakan Ronan yang sangat marah dengan reaksi kerasnya tersebut.Riska ke kamar anak-anaknya, meskipun sekujur tubuhnya terasa sakit karena diperlakukan kasar oleh sang suam
Riska mengakhiri pembicaraan itu ketika ia merasa hatinya semakin terasa sesak mendengar apa yang diucapkan oleh Ronan. Meskipun ia tahu poligami dibolehkan dalam agama yang dianutnya, namun tetap saja, Riska tidak mau dimadu. Perempuan itu beranjak dari tempatnya dan melangkah untuk bertemu dengan ayahnya, karena ada sesuatu yang ingin ia bicarakan pada sang ayah. Sesuatu yang tidak pernah ingin dilakukan oleh Riska, tapi sekarang harus ia lakukan karena Riska sudah tidak tahan lagi. Di beranda belakang ia bertemu dengan sang ayah yang terlihat sedang memperhatikan kolam ikan miliknya setelah beberapa saat yang lalu, pria itu bermain sejenak dengan cucunya, dan sekarang sang cucu sedang bersama ibunya Riska yang mengajak mereka untuk makan."Pi, bagaimana keadaan Papi?" tanya Riska setelah berada di samping sang ayah. "Alhamdulillah, Papi baik-baik saja, cuma tidak bisa terlalu lelah seperti dulu, ada saja yang dirasakan kalau kelelahan, Papi sangat rindu masuk perusahaan rasanya
Percakapan diakhiri, nihil. Riska tidak bisa membujuk Ronan untuk menemui orang tuanya agar mereka bisa membicarakan masalah mereka dengan baik.Perasaan Riska menjadi tidak menentu. Bagaimana caranya ia menyelesaikan kekacauan yang terjadi dalam pernikahannya dengan Ronan?Sementara itu, Ronan yang sedang kesal memaki tiada henti. Saat itu ia sedang berada di ruangannya, percakapannya dengan Riska membuat dirinya jadi tidak nyaman untuk bekerja. Hingga Bella sang sektretaris masuk ke dalam ruangannya dan melihat kekesalan itu terpancar di wajah Ronan."Setiap kali abis nelpon istri, pasti muka kamu kayak gitu, ngapain sih, istri udah enggak ada gunanya terus dipertahankan? Buang waktu tahu, bukannya beberapa persen aset perusahaan sudah atas nama kamu, apalagi yang ditunggu?"Perempuan itu bicara demikian sambil melangkah ke arah Ronan, dan Ronan langsung mengarahkan pandangan pada sang sekretaris."Masih ada yang harus aku alihkan, saham yang ada di tangan Riska itu penting, kalau
"Saya akan duduk diam jika Bapak mau memperlakukan kakak saya dengan baik!"Kesal karena Ronan bukannya sadar dengan apa yang sudah ia perbuat, Rifky akhirnya mau tidak mau membahas masalah itu di hadapan sang kakak ipar. Ronan mendelik ke arah Rifky, tidak suka Rifky mengatakan masalah itu di hadapannya, namun Rifky tidak peduli, sudah terlanjur kesal, hingga ia membahas masalah yang selama ini tidak pernah ia bahas namun sebenarnya sangat ingin ia bahas dengan sang kakak ipar. "Jangan kurang ajar kamu! Kalau kamu ikut campur dalam masalah rumah tanggaku dengan Riska, kamu akan tahu akibatnya!""Apa yang akan Bapak lakukan?" tantang Rifky sambil menatap tajam wajah sang kakak ipar. "Aku akan melakukan hal yang tidak pernah terpikir olehmu!""Contohnya? Membuat isu bahwa kakak saya masih hidup?"Ronan tersenyum miring, ingin sekali ia mengultimatum Rifky, tapi ia sadar jika ia melakukan hal itu, maka rencananya bisa saja tidak akan berjalan lancar."Apapun bisa saja terjadi jika k
"Aku tahu, Rif, tapi aku enggak mau diam aja, perusahaan akan mendapatkan masalah serius, kalau kita membiarkan ini berlarut-larut, aku sudah menyelidiki semua di rumah, ada beberapa yang aku rasa sedikit janggal, tapi enggak cukup hanya di rumah, aku perlu ngecek semua langsung di perusahaan, agar aku bisa mendapatkan bukti."Riska bicara dengan nada yang serius. Rifky menghela napas panjang, dilema untuk melarang sang kakak karena apa yang dikatakan oleh wanita itu benar. Begitu banyak keanehan selama Ronan yang memegang kendali. Memang seolah tidak terjadi apa-apa tidak banyak yang bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang terjadi dalam perusahaan, tapi Rifky sudah mendapatkan sedikit demi sedikit bukti bahwa Ronan memang melakukan sesuatu yang tidak baik pada perusahaan sang ayah."Terus kondisi Kakak gimana?""Insya Allah, aku akan menjaga diri dengan baik.""Tapi, Kakak enggak boleh forsir, kalau emang mau balik ke perusahaan, jangan forsir ingat kondisi. Terus, apakah Kakak juga
"Aku mungkin punya pikiran begitu, tapi aku masih enggak yakin, karena Gill sudah berjanji untuk tidak melakukan hal itu lagi dengan alasan apapun, rasanya sulit untuk dipercaya.""Aku sebenarnya begitu juga, tapi kamu tahu Ronan itu enggak akan menyerah kalau dia melakukan sesuatu harus dapat, kalau belum dapat dia akan terus melakukan sampai dapat, bisa aja Gill jadi tidak bisa menolak karena situasi?""Entahlah, tapi aku tetap berharap semoga aja enggak, aku terus berusaha untuk menghubungi dia, semoga secepatnya bisa di-"Ponsel Rifky berbunyi, sebuah pesan masuk ke ponselnya dan Rifky meminta izin pada sang kakak untuk memeriksa. Riska mempersilahkan.Segera Rifky memeriksa siapa yang sedang berkirim pesan padanya. "Ini dari Gill," katanya dan Riska langsung memperhatikan Rifky dengan tatapan mata yang sangat berharap bahwa pesan dari Gill bisa memberikan mereka penjelasan tentang kecurigaan mereka bahwa Gill terlibat dalam isu yang sekarang beredar lagi.[Aku tidak melakukan i
"Ronan tahu orang tua kandung kamu?" tanya Riska dengan wajah yang benar-benar terkejut."Iya.""Lu udah ketemu dengan mereka?""Ada syaratnya.""Dia sengaja memanfaatkan lu buat mendapatkan dukungan.""Ya, tapi di satu sisi gue cukup penasaran dengan siapa orang tua gue.""Jadi?""Bagaimana kalau gue mengikuti permainan dia?""Lu mau patuh sama dia demi tau orang tua lu?"Rico mengangguk. Dan itu membuat Riska dan Rifky saling pandang."Itu hak kamu, karena bagaimanapun aku tahu seorang anak pasti ingin tahu siapa orang tuanya.""Tapi, apakah lu yakin kagak akan terjebak dengan permainan lu sendiri?" tanya Rifky dengan wajah serius."Insya Allah.""Ya, udah. Rencana lu apa?"Rico menarik napas sesaat sebelum akhirnya menceritakan apa yang akan ia lakukan terkait rencananya yang ingin mengetahui siapa sebenarnya orang tua kandungnya.Riska dan Rifky mendengarkan baik-baik agar mereka bisa memberikan masukan jika ternyata rencana itu tidak sepenuhnya baik untuk dilakukan."Baiklah, ha