Ia menatap ke ujung kakinya, melihat Reva yang berusaha naik ke atas tempat tidur untuk memijit kakinya."Reva, Mami enggak papa Sayang. Reva jaga adik aja, Mami istirahat sedikit juga nanti sudah baik-baik saja."Riska berusaha untuk membujuk sang anak, agar tidak cemas dengan dirinya, namun Reva tetap memijit kaki sang ibu dengan serius."Adik tidul. Ada Tante Aoi jaga, aku mau pijit Mami dulu baru kembali ke kamal...."Bocah yang sekarang sudah sekolah di SD itu meyakinkan ibunya pula bahwa adik-adiknya baik-baik saja, hingga sang ibu tidak perlu khawatir tentang hal itu."Terimakasih, ya, tapi enggak perlu lama, Mami cuma capek sedikit mau istirahat sebentar nanti juga baik-baik aja."Kembali Riska meyakinkan."Iya, Mi. Pijit sedikit lagi, balu aku pelgi."Reva menyahut dengan huruf R yang masih sulit untuk ia sebut.Riska terpaksa menyerah. Dibiarkannya sang anak melakukan apa yang ingin ia lakukan. Jemari kecil itu terus bergerak lincah di permukaan kulit kaki sang ibu. Meskipu
"Ronan tidak pernah ke kantor? Mungkin tugas perjalanan bisnis?""Akhir-akhir ini perusahaan sedang bekerja keras untuk bisa stabil, tidak ada perjalanan bisnis yang dilakukan, kalaupun ada, aku pasti tahu untuk Kak, ini memang tidak ada."Riska terdiam. Ia melihat Rifky terlihat sangat serius, tidak mungkin adiknya itu berbohong karena ia tahu Rifky tidak pernah berbohong.Namun, jika tidak pernah ke kantor, ke mana suaminya belakangan ini?Ketika mereka sedang dalam situasi yang serius, tiba-tiba saja sebuah klakson mobil terdengar.Suara mobil Ronan. Buru-buru Riska beranjak dari tempatnya untuk ke depan agar bisa memastikan apakah benar yang datang adalah sang suami?Sementara Rifky dan sang istri saling pandang, dan akhirnya, Aoi memilih untuk ke kamar anak-anak Riska untuk memastikan mereka bersiap untuk tidur karena makan malam sudah dilakukan sejak tadi oleh mereka.Ketika Riska kembali, ia sudah bersama dengan Ronan yang menatap dingin ke arah Rifky.Pria itu meminta sang ist
"Pi, jangan kasar dengan anak, tolonglah, jangan bersikap seperti itu, mereka semua kangen sama kamu, ingin kamu bersikap lembut terhadap mereka."Riska mencoba untuk menengahi, tidak mau terjadi pertengkaran antara suami dan anaknya."Aku capek, Riska! Aku tidak ada waktu untuk berbasa-basi dengan anak kecil, sudahlah suruh anak kamu itu masuk kamar!"Ronan tetap tidak mau disalahkan. Pria itu tetap pada pendiriannya untuk tidak mau menanggapi perkataan sang anak, hingga mau tidak mau Riska mengalah lalu ia menghampiri Reva dan membujuknya untuk masuk kamar."Papi selalu begitu, enggak pulang, tapi pulang malah-malah."Reva menanggapi perintah sang ibu yang mengatakan, ayahnya sudah jarang pulang, sekali pulang marah-marah."Sabar, ya. Papi lagi capek, jadi emosi, enggak lama kok, nanti juga baik lagi, Reva ke kamar ya, tidur, nanti kalau adik nangis ngomong sama Mami."Reva terpaksa menurut, meskipun sebenarnya ia tidak mau menurut karena sebal dengan perilaku sang ayah.Namun, kare
"Bagaimana, Rif? Apakah keuntungan yang didapat sudah bisa menutupi modal yang membuat perusahaan terhutang?""Gue masih menyelidikinya, karena bukan gue yang mendapatkan wewenang itu semenjak Kak Ronan yang megang perusahaan, keuangan juga yang tahu dia doang."Akhirnya, Rifky memilih untuk bicara demikian saja daripada ia mengatakan bahwa uang itu tidak ada karena ia sendiri masih melakukan penyelidikan terkait kemana keuntungan yang didapat dari perusahaan hingga perusahaan tidak memiliki uang kas sama sekali. "Ya, lu harus menyelidiki kemana uang itu mengalir, karena menurut gue dengan keuntungan sebesar itu setidaknya ada 50 persen hutang yang bisa dibayarkan.""Kami bukannya ikut campur dalam masalah perusahaan lu, Rif, apalagi kita sebenarnya bukan rekan bisnis, tapi karena lu teman adik gue, dan gue pernah salah sangka sama lu, ya gue melakukan ini karena kita mungkin bisa jadi teman, itu kalo emang lu kagak terlibat dalam masalah itu, kalo terlibat beda lagi masalahnya, gue
Apa yang dilakukan oleh Kevin membuat Jee berang. Ia segera memperbaiki posisi dan maju ke arah Kevin lalu melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Kevin padanya tadi. Kevin yang dibalas oleh Jee tidak mau kalah, ia melakukan hal yang sama dengan wajah yang sangat dibuat sangar hingga mengundang kemarahan Jee makin tersulut. Ketika aksi balas membalas mereka semakin ekstrim, tiba-tiba saja.... "Hentikan! Kalian apa-apaan? Kenapa masih pada berantem? Masih macam dulu aja kalian?"Seorang pria tergopoh-gopoh menghampiri mereka sambil bicara demikian pada Jee dan juga Kevin. Membuat keduanya sama-sama berpaling menatap pria yang baru datang tersebut. "Andy, darimana aja? Kita yang mau ketemu kenapa dia yang datang, bikin gue langsung badmood aja!"Kevin langsung melancarkan aksi protes pada pria yang baru datang dengan kata-kata demikian. Jee yang mendengar ucapan Kevin tidak mau kalah untuk melancarkan aksi protes pada Andy pria yang juga member Rifky di Comic Boyz dan
Jee mengiyakan, dan Andy segera meninggalkan kakak kembar Taky itu segera.Andy kembali bergabung dengan teman-temannya yang terlihat mulai membahas apa yang membuat mereka berkumpul di taman tersebut."Hari ini juga gue akan pulang ke Jogja, urusan gue di sini ngecek cabang yang akan dibangun bokap gue udah kelar, jadi kalau ada yang mau dikatakan sebelum kita pisah lagi dengan kesibukan masing-masing, ngomong aja, mumpung kita ketemu gini."Rifky bicara demikian setelah Andy duduk kembali di antara mereka."Masalah kematian kakak lu, itu masih kagak masuk akal, lu emang udah menjelaskan semua sama kami tapi tetap aja terlalu konyol. Bagaimana kalo semua orang jadi memandang Comic Boyz buruk karena masalah itu?"Kevin yang pertama kali bicara, membahas masalah tindakan Rifky yang nekat membenarkan aksi Gill pada saat itu yang menyamar jadi almarhum kakaknya."Ya, udah diakhiri, gue akan tanggung jawab untuk masalah ini kalau menimbulkan masalah, gue juga kagak nyaman melakukan itu s
"Kenapa lu kagak share sama sodara lu?"Jee langsung bicara demikian pada Rifky tanpa mempedulikan perkataan Billy tadi. "Dia kagak enak, Jee-""Diem lu! Gue kagak ngomong sama lu!" semprot Jee pada Andy yang mencoba menjawab pertanyaan Jee pada Rifky dan Jee tidak suka hal demikian. Baginya, siapa yang ditanya, orang itulah yang harus menjawab bukan diwakili.Andy garuk-garuk kepala didamprat Jee."Apa yang dikatakan Andy itu benar, gue kagak enak, karena-""Bukan kagak enak, lu kagak berani!" potong Jee dengan suara tegas, dan Rifky mengepalkan telapak tangannya karena merasa apa yang dikatakan Jee sangat menohok perasaannya."Jee, lu kagak boleh seenaknya ngomong macam itu, lu kagak paham perasaan orang, itu kagak mudah tau!"Pasha berusaha untuk membela Rifky setelah dilihatnya Jee begitu menyudutkan adik Riska tersebut."Yang bilang mudah siapa? Gue cuma bilang dia kagak berani, bisa bedain kagak berani sama mudah kagak?" sindir Jee pada Pasha. "Sekarang lu sadar, kan manusia s
Kevin mengingatkan tentang apa yang ia lihat di apartemen waktu ia di Yogyakarta pada saat itu, dan Rifky mengangguk pertanda bagian tersebut juga tidak akan ia lupakan untuk diselesaikan.Akhirnya, pembicaraan itu diakhiri dengan pembicaraan yang lebih santai sekedar mengingat mereka dahulu pernah seperti tanpa beban saat menetap di Samarinda sebelum akhirnya mereka berpisah untuk menjalani aktivitas dan tanggung jawab mereka masing-masing dalam hidup mereka. Rifky kembali ke Yogyakarta pada esok harinya. Nasihat Jee dan teman-temannya yang lain cukup membuat dirinya mendapatkan kekuatan. Meskipun ia tahu akan sulit untuk memulai apa yang sudah ia rencanakan, tapi ia tidak boleh membuang waktu lagi karena nasib perusahaan ayahnya beserta kakaknya menjadi taruhannya."Bagaimana keadaan Kak Riska?" tanya Rifky setelah sampai di rumah pada istrinya. "Aku, tidak bisa lagi bebas menemui Kak Riska, terakhir saat aku ke sana, aku melihat ada seorang wanita yang bekerja, kurasa Kak Ronan
"Tidak! Apa maksudmu?" Wajah Ronan terlihat tidak senang ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Bella."Hanya ingin membuktikan apakah aku ini bermasalah atau tidak!""Aku tidak mau!""Ya, sudah! Aku tidak tahan jika didesak ayah dan ibu kamu, lalu aku yang disalahkan, kita periksa bersama, kita buktikan bahwa kita memang benar-benar sehat.""Jika memang kita sehat, lalu kenapa kau tidak bisa hamil?""Berarti Tuhan ingin kamu istighfar, introspeksi diri, kamu sudah punya anak tiga perempuan dahulu tapi kau menelantarkan mereka, mungkin dengan minta maaf, dan mereka mau memaafkan kamu, kita bisa mendapatkan keturunan.""Kau percaya hal semacam itu? Yang benar saja. Itu hanya mitos. Tidak perlu dipermasalahkan. Lagipula, mereka selalu bilang kalau mereka sudah memaafkan aku, apalagi?""Mungkin memaafkan tapi masih sakit hati.""Sudahlah, kalau memang kamu tidak percaya aku tidak bermasalah, ayo kita periksa, aku berani menjamin, aku itu tidak bermasalah, aku berani bertaruh akan hal
"Bicara apa? Masalah kehamilan itu takdir dari Tuhan, kalau kita belum dikasih, artinya ada sesuatu yang indah dipersiapkan Allah untuk kita."Dengan bijak Rifky mengatakan hal itu pada sang istri dan ini membuat Aoi terenyuh. Meskipun mereka menikah bukan karena saling cinta, tapi hari demi hari Aoi merasa perlakuan Rifky semakin lembut dan perhatian. Tanpa kata-kata saja, Aoi sudah merasa perlahan tapi pasti hati sang suami mulai melunak. Aoi berdoa semoga saja ketika hati mereka sudah semakin bertaut erat, anugrah itu akan mereka dapatkan. Begitu doa Aoi setiap hari.***Kabar kelahiran anak Riska dengan Mark yang berjenis kelamin laki-laki membuat Ronan kesal dan marah. Berulang kali ia memastikan bahwa kabar itu tidak benar, namun bagaimana mungkin itu bisa ditampik, karena anak Riska dan Mark memang laki-laki.Sekarang, Ronan sedang menunggu Reva pulang dari sekolah, ketika ia habis bertengkar dengan Bella karena masalah sang istri yang belum hamil juga. Pertengkaran yang sa
"Ya, tidak bisa dong, Sayang. Kita menikah memang tujuannya itu, kau paham, kan? Aku bercerai dari Riska, karena aku tidak mendapatkan anak laki-laki dari dia, jadi aku tidak mau kejadian serupa juga terjadi padamu.""Kejadian serupa?""Iya.""Kalo gitu, ayo dong ikut aku periksa! Kita periksa bareng-bareng! Aku sudah menunjukkan hasil pemeriksaan aku, sekarang tinggal kamu, beres, kan?""Aku bilang jangan bahas masalah itu lagi di hadapan aku! Aku sehat, Bella ingat itu! Tidak perlu periksa, kau saja yang harus ketat konsultasi dengan dokter!Kemarahan Ronan kembali terpancing.Ia meninggalkan Bella dan melangkah masuk ke kamar mandi, membanting pintunya membuat Bella hanya mengusap dada. Ronan benar-benar sudah membuat dirinya kesal.***"Mau kopi?" tanya Tedi, teman Ari ketika melihat Ari mampir ke rumahnya."Boleh."Tedi segera masuk ke dalam rumahnya setelah mempersilakan leader fans club GSB itu untuk duduk.Beberapa saat kemudian, Tedi keluar dengan kopi di tangan. Kopi itu i
Ronan bicara demikian dan itu membuat Riska mengerutkan keningnya."Kamu ini bicara apa?" katanya dengan wajah tidak mengerti. "Kamu ke klinik ini agar kamu bisa hamil, kan? Lihat istriku, sudah hamil, anak kami laki-laki, tidak perlu program, karena aku dan dia sama-sama sehat, kamu hanya membuang waktu saja mengikuti program hamil, Riska. Buang uang."Ronan masih mengira Riska datang untuk mengikuti program kehamilan, hingga ia bicara demikian.Riska geleng-geleng kepala. "Aku ke sini untuk cek kandungan sudah jadwal, jadi bukan untuk ikut program kehamilan.""Apa? Kamu hamil?"Ronan seperti tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Riska hingga pria itu bicara demikian sambil menatap ke arah perut Riska yang masih ramping. "Iya, alhamdulillah, baru dua Minggu, bagaimana kandungan istrimu? Sehat? Jangan sering kau tinggalkan, cukup aku yang kamu perlakukan seperti itu Ronan, belajarlah untuk bertanggung jawab dengan anakmu sendiri.""Bohong! Kamu hanya akting bahwa sedang ham
Ia ingin marah, tapi Riska segera menggamit lengan sang anak untuk mengikuti dirinya naik ke atas motor. Riska tidak peduli dengan wajah Ronan yang terlihat marah. Ia tidak mau terpancing kemarahan lagi, meskipun ia sudah dinyatakan sembuh oleh sang dokter setelah beberapa waktu lamanya berjuang melawan penyakit, Riska tetap harus menjaga kesehatannya jangan stress dan banyak pikiran karena dua hal itu akan memicu penyakit yang dideritanya kambuh kembali. Akhirnya, Ronan hanya bisa membiarkan Riska dan Reva meninggalkan dirinya. Kemarahan yang dirasakan oleh Ronan membuat pria itu bertekad akan hidup lebih bahagia bersama Bella, agar ia bisa memamerkan kebahagiaannya itu pada sang mantan istri. ***Beberapa bulan setelah Ronan menikah, Riska akhirnya menikah dengan Mark. Pernikahan mereka digelar tidak besar-besaran karena menurut Riska lantaran sekarang mereka sedang berusaha untuk membuat kehidupan mereka bangkit lagi, uangnya lebih baik digunakan untuk kehidupan mereka setelah
"Aku akan berusaha, kau bisa percaya padaku, Bella."Ronan memberikan janji meskipun ia sendiri tidak yakin apakah ia bisa mengembalikan kehidupan seperti saat sebelum ia masuk penjara pada Bella, namun yang jelas Bella tidak boleh meninggalkan dirinya. Riska sudah tidak menerima dirinya kembali, jadi Ronan tidak boleh kehilangan Bella, jadi meskipun sedikit tidak yakin apakah ia bisa mengabulkan keinginan Bella yang menuntutnya tetap memberikan kehidupan yang mewah, Ronan tetap optimis ia bisa asalkan Bella tidak meninggalkan dirinya.***Pernikahan Ronan akhirnya berlangsung beberapa bulan kemudian semenjak Ronan keluar dari penjara. Meskipun dibantu orang tuanya yang kembali memberikan Ronan kesempatan untuk membangkitkan perusahaan bermodalkan pinjaman dan beberapa harta yang dijual namun, kembali hidup mewah memang belum bisa dilakukan lagi oleh Ronan dan Bella. "Bella, terima kasih, kamu mau menikah dengan Ronan, meskipun Ronan tidak sekaya dulu lagi, tapi kau harus percaya, s
"Aku tahu, aku berjanji jika aku diperkenankan untuk kembali dengan Riska, aku akan berubah.""Sudah terlambat, Riska sudah banyak menderita karena keegoisan kamu, sekarang mending kamu belajar menata hidup lagi, nikah saja dengan selingkuhan kamu itu, Riska tidak bisa aku biarkan untuk kembali bersama dengan kamu, Ronan!"Setelah bicara demikian sang ibu meminta Rico untuk meminta Ronan untuk pergi. Wanita itu berbalik dan tidak mempedulikan lagi Ronan yang memintanya untuk mendengar apa yang dikatakannya.Rico segera meminta Ronan untuk pergi tanpa peduli pria itu bicara apa untuk membujuknya agar Rico mau berpihak padanya.Rico sudah tidak peduli dengan kata-kata mantan kakak iparnya itu karena sekarang yang terpenting baginya adalah mengejar mimpinya bukan lagi tentang yang lain.Dalam rasa kecewanya, Ronan berbalik dan ingin melangkah pergi meninggalkan rumah orang tua Riska, namun motor Mark masuk ke pekarangan rumah itu, dan berhenti tepat di hadapannya.Mark baru saja membawa
Riska menghela napas mendengar apa yang dikatakan oleh Rifky. Perempuan itu mengusap wajahnya perlahan, dan Rifky sangat tahu sekarang sang kakak sangat merasa tertekan."Aku nolak Mark karena aku rasa aku tidak cukup baik untuk dia.""Siapa bilang? Kakak itu sudah sangat baik untuk Kak Mark, dia juga masih sangat mencintai Kakak, dan yang paling penting dia itu tulus sama Kakak, beda sama Ronan yang selalu menuntut Kakak ini dan itu."Rifky merespon perkataan Riska dengan sangat yakin dan tegas."Aku tahu, Mark baik, sejak dulu sampai sekarang, dia enggak pernah menyakiti, justru aku yang menyakiti dia dengan menikah bersama Ronan, tapi, aku benar-benar tidak percaya diri untuk menerima dia kembali, Rifky, kamu tahu sendiri, meskipun sekarang dokter bilang aku sembuh, aku tetap enggak bisa punya anak lagi, bagaimana mungkin aku bisa menikah dengan dia sementara aku enggak bisa memberikan keturunan buat dia?""Emangnya, dia mempermasalahkan hal itu? Aku lihat, dia akrab dengan Reva,
Setelah bicara demikian, Bella berlalu pergi meninggalkan Ronan yang hanya bisa terdiam tanpa bisa mengatakan sepatah katapun karena tidak tahu harus bicara apa.Meskipun marah, tetap saja Ronan harus berterima kasih pada Bella sebab, perempuan itu tidak menuntutnya hingga hukumannya menjadi ringan. Apakah ia bisa hidup di penjara? Mau tidak mau, Ronan harus bisa karena memang tidak ada cara lain untuk membebaskan ia sebab bukti tidak bisa membuat ia lepas dari hukuman.***Riska dan Rifky akhirnya bahu membahu untuk membuat perusahaan ayah mereka bangkit kembali, meskipun harus berhutang banyak untuk menutupi dana yang digelapkan oleh Ronan.Mark adalah orang yang paling banyak membantu Riska untuk dana meskipun ia sendiri bukan orang kaya. Namun, karena Mark seorang pekerja keras, ia bisa meminjamkan tabungannya untuk Riska yang digunakan Riska untuk membiayai perusahaan sang ayah agar bisa kembali beroperasi.Akan tetapi, tentu saja itu tidak mudah. Karena beberapa pemegang saham