"Aku tahu, aku juga sudah memikirkan itu, hanya saja Pak Ronan tidak melakukan apapun ketika kejadian di kantor itu usai, sampai sekarang....""Kamu percaya dia tidak melakukan apa-apa? Dia merasa kecewa tapi dia tidak melakukan apapun?""Entahlah, sepertinya juga aneh, tapi mau bagaimana? Memang seperti itu yang aku rasakan, dia tidak melakukan pergerakan sedikit pun sampai sekarang.""Orang seperti dia pasti tidak akan mudah untuk mengalah begitu saja, Gill, dia pasti melakukan sesuatu dan kau bersiap saja untuk menghadapi.""Aku tahu.""Tapi, kuperingatkan sekali lagi, jangan melakukan penyamaran itu kembali, aku orang pertama yang tidak setuju dengan apa yang kamu lakukan itu apapun alasannya!""Aku paham, aku juga tidak akan melakukan hal itu karena merasa tidak nyaman dengan situasinya, aku menghormati almarhum, jadi aku tidak mau membuat sesuatu yang sekiranya akan menyinggung banyak perasaan orang yang sayang dengannya.""Bagus, aku pegang kata-kata kamu, kalau kamu berani mel
"Ari!" Sachi menyebut nama seseorang yang baru bicara menanggapi perkataan Etha itu dengan wajah yang terkejut luar biasa. Bagaimana tidak terkejut? Sachi tidak mengatakan kalau ia akan menemui Gill, tapi ingin berkunjung ke tempat keluarganya di Manado dengan anak yang ia titipkan di rumah keluarganya hingga ia bebas mencari Gill setelah sebelumnya ia mencari informasi dari orang-orang yang pernah terhubung dengan Gill. Mengapa sang suami justru tahu sekarang ia sedang menemui siapa?Sementara itu, pria yang memang Ari itu tersenyum kecut melihat keterkejutan sang istri ketika melihat dirinya memergoki apa yang dilakukan sang istri. Namun, karena sekarang ada Etha, Ari yang juga kenal dengan Etha lebih mengurus perempuan itu dulu baru istrinya.Lalu, Etha? Melihat siapa yang sekarang hadir di antara dirinya dan Sachi, ia tertawa kecil karena tidak menyangka bisa dipertemukan dengan orang-orang yang sebenarnya tidak ingin ia temui karena hubungan mereka tidak begitu baik di masa l
Suara Ari yang meninggi membuat Sachi langsung menutup mulut sang suami dengan spontan karena beberapa pengunjung melihat ke arah mereka. "Jangan kenceng-kenceng ngomongnya, kamu enggak malu apa diliat orang lewat?"Ari mendelik ke arah sang istri meskipun telapak tangan sang istri masih menekap mulutnya seperti tadi. "Makanya, jangan bikin masalah coba! Jadi istri yang patuh, lu kalo gue ngomong jangan iya di mulut di hati ogah! Ngerti kagak lu?"Ari mengomeli istrinya masih dengan wajah yang sangat terlihat kesal. Sachi mau tidak mau kagok juga melihat kemarahan sang suami. Tadinya, ia menyepelekan, sejauh mana sang suami marah.Selama ini mereka memang pasangan yang sangat mudah bertengkar, tapi mereka juga mudah untuk berbaikan, hal ini membuat Sachi sedikit menyepelekan suaminya, merasa kemarahan sang suami tidak menyeramkan sama sekali buatnya, tapi sekarang, ia sadar, Ari bisa membuat ia takut juga."Ya, maaf deh, aku janji enggak akan pergi tanpa kamu lagi, ya? Enggak akan
"Aku tahu, tapi kau tidak perlu khawatir, aku tidak akan mudah untuk dikelabui lagi apalagi jika ada hubungannya dengan percintaan, tidak akan semudah itu, kau tidak perlu khawatir tentang hal itu."Gill berusaha untuk meyakinkan Ari, agar pria itu tidak mengkhawatirkan apapun apalagi dirinya yang diburu oleh wanita bernama Etha itu, namun Ari masih saja tidak yakin karena ia sangat mengenal Etha wanita seperti apa, hingga tetap saja masih ada kekhawatiran yang ia rasakan karena sadar Gill sudah dijadikan target oleh Etha. "Kalo dia agresif sama lu, gimana?" tanyanya pada Gill, dengan tatapan mata serius. "Insya Allah, aku bukan Gill yang dulu yang mudah untuk digoda.""Lu yakin?""Insya Allah.""Kalo lu diberi obat lalu lu teler?""Astaghfirullah, tidak, aku tidak akan terjebak!""Tapi, lu udah kejebak sama si Ronan itu, kan? Ahmad bilang lu teler karena lu minum obat tidur, atau apa itu gue lupa tapi yang pasti lu teler, benar kagak?""Iya, aku tahu, itu kesalahanku, tapi aku bis
"Apa maksud kamu? Memangnya kamu kenal dengan Ronan?" tanya Gill tidak paham dengan Etha, mengapa seperti tahu banyak tentang ipar Rifky tersebut.Etha mengulum senyum. Ia melihat raut Gill berubah, artinya pembahasan yang dilakukannya tepat sasaran."Tidak sulit bagiku untuk menyelidiki seseorang seperti aku menyelidiki kamu, memangnya ada yang lebih hebat daripada kekuatan uang? Tidak ada, bukan? Gill, sebelum aku berubah pikiran lebih baik kau menerima tawaran dariku, kalau kau tidak suka padaku, kau bisa pura-pura suka, aku hanya butuh kamu beberapa waktu saja tidak lebih.""Maksud kamu, kita berhubungan sebentar agar kamu bisa merasakan sensasi seperti sedang berhubungan dengan almarhum?"Etha mengangguk."Tidak!" jawab Gill cepat. Dan itu membuat Etha tersenyum kecut."Cepat sekali kamu menolak? Kamu tidak ingin tahu apa yang bisa aku katakan tentang Ronan padamu?""Untuk apa kamu menyelidiki aku, Etha, kalau kamu terobsesi untuk menjadikan aku sebagai almarhum Rizky, aku tidak
"Apa maksud kamu dengan Riska yang tidak bisa hamil lagi? Dia masih muda, masih segar, tidak mungkin tidak bisa hamil lagi!"Ronan akhirnya menceritakan apa yang belakangan ini dialami oleh sang istri. Tentang apa yang dikatakan sang dokter, bahwa dirinya tidak boleh memaksa istrinya untuk hamil lagi karena alasan kesehatan, dan wajah sang ibu benar-benar terlihat terkejut setelah mendengar penuturan Ronan. "Kenapa kamu tidak cerita sama Mami? Ini penting, Ronan! Kamu ini!!""Maaf, Mi. Aku cuma tidak mau semua jadi kepikiran, aku dan Riska tidak cerita karena aku yakin kami bisa mengatasi, tapi ternyata, tidak. Kondisi Riska memang tidak bisa diharapkan lagi.""Ya, sudah! Ceraikan saja dia, kenapa kamu masih bertahan dengan istri yang tidak bisa memberikan kamu anak laki-laki?""Tidak bisa sekarang, Mi. Aku perlu waktu, ada beberapa hal di perusahaan yang harus aku selesaikan dulu agar aku tidak rugi baru aku melakukan tindakan, untuk sekarang, aku harus sabar tetap bersama Riska, ka
Beberapa saat kemudian, orang tua Riska datang setelah Ronan memberitahu bahwa Riska masuk rumah sakit karena keguguran.Saat orang tuanya datang, Riska berkali-kali meminta maaf pada kedua orang tuanya karena tidak bisa menjaga janinnya hingga keguguran.Namun dengan lembut baik ayah ataupun ibunya mengatakan bahwa yang penting dirinya selamat dan perkara janin yang tidak bisa diselamatkan adalah takdir Tuhan yang harus diterima.Berbeda dengan reaksi kedua mertua Riska yang sangat kecewa dengan apa yang dialami Riska, kedua orang tua Riska tidak menyalahkan Riska sama sekali bahkan mereka mendesak Riska untuk menjalani pengobatan intensif dan tidak boleh berpikir macam-macam dahulu sampai akhirnya ia sembuh termasuk memikirkan hamil kembali.Riska terharu dengan reaksi yang diperlihatkan oleh kedua orang tuanya pada dirinya. Rasa sakit saat dimaki oleh Ronan dan juga kedua orang tua Ronan terobati, hingga Riska merasa sedikit lebih mendapatkan kekuatan di antara perasaan sedih ya
"Aku, tidak mau tanda tangan!" kata Riska sambil melemparkan kertas itu pada sang suami."Kenapa? Kau tidak mau tanda tangan padahal kau tidak bisa memberikan apa yang aku inginkan!" bentak Ronan murka. Sial! Andai saja saham miliknya sudah menjadi milikku, aku buang saja dia dan akan aku gantikan dengan Bella, kalau begini caranya bagaimana bisa aku bersama dengan Bella?Hati Ronan bicara setelah ia membentak sang istri dengan kata-kata demikian."Aku sakit, Ronan! Aku sedang berjuang untuk sembuh, kamu mempergunakan kesempatan itu untuk mencari keuntungan kamu sendiri? Keterlaluan kamu!""Sembuh? Setelah sembuh kamu tetap tidak bisa hamil, apakah kamu tetap ingin melarang aku untuk menikah lagi?""Aku tidak mau dipoligami, titik!!"Riska beranjak dari hadapan Ronan setelah bicara seperti itu tanpa mempedulikan teriakan Ronan yang sangat marah dengan reaksi kerasnya tersebut.Riska ke kamar anak-anaknya, meskipun sekujur tubuhnya terasa sakit karena diperlakukan kasar oleh sang suam