"Pi, jangan kasar dengan anak, tolonglah, jangan bersikap seperti itu, mereka semua kangen sama kamu, ingin kamu bersikap lembut terhadap mereka."Riska mencoba untuk menengahi, tidak mau terjadi pertengkaran antara suami dan anaknya."Aku capek, Riska! Aku tidak ada waktu untuk berbasa-basi dengan anak kecil, sudahlah suruh anak kamu itu masuk kamar!"Ronan tetap tidak mau disalahkan. Pria itu tetap pada pendiriannya untuk tidak mau menanggapi perkataan sang anak, hingga mau tidak mau Riska mengalah lalu ia menghampiri Reva dan membujuknya untuk masuk kamar."Papi selalu begitu, enggak pulang, tapi pulang malah-malah."Reva menanggapi perintah sang ibu yang mengatakan, ayahnya sudah jarang pulang, sekali pulang marah-marah."Sabar, ya. Papi lagi capek, jadi emosi, enggak lama kok, nanti juga baik lagi, Reva ke kamar ya, tidur, nanti kalau adik nangis ngomong sama Mami."Reva terpaksa menurut, meskipun sebenarnya ia tidak mau menurut karena sebal dengan perilaku sang ayah.Namun, kare
"Bagaimana, Rif? Apakah keuntungan yang didapat sudah bisa menutupi modal yang membuat perusahaan terhutang?""Gue masih menyelidikinya, karena bukan gue yang mendapatkan wewenang itu semenjak Kak Ronan yang megang perusahaan, keuangan juga yang tahu dia doang."Akhirnya, Rifky memilih untuk bicara demikian saja daripada ia mengatakan bahwa uang itu tidak ada karena ia sendiri masih melakukan penyelidikan terkait kemana keuntungan yang didapat dari perusahaan hingga perusahaan tidak memiliki uang kas sama sekali. "Ya, lu harus menyelidiki kemana uang itu mengalir, karena menurut gue dengan keuntungan sebesar itu setidaknya ada 50 persen hutang yang bisa dibayarkan.""Kami bukannya ikut campur dalam masalah perusahaan lu, Rif, apalagi kita sebenarnya bukan rekan bisnis, tapi karena lu teman adik gue, dan gue pernah salah sangka sama lu, ya gue melakukan ini karena kita mungkin bisa jadi teman, itu kalo emang lu kagak terlibat dalam masalah itu, kalo terlibat beda lagi masalahnya, gue
Apa yang dilakukan oleh Kevin membuat Jee berang. Ia segera memperbaiki posisi dan maju ke arah Kevin lalu melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Kevin padanya tadi. Kevin yang dibalas oleh Jee tidak mau kalah, ia melakukan hal yang sama dengan wajah yang sangat dibuat sangar hingga mengundang kemarahan Jee makin tersulut. Ketika aksi balas membalas mereka semakin ekstrim, tiba-tiba saja.... "Hentikan! Kalian apa-apaan? Kenapa masih pada berantem? Masih macam dulu aja kalian?"Seorang pria tergopoh-gopoh menghampiri mereka sambil bicara demikian pada Jee dan juga Kevin. Membuat keduanya sama-sama berpaling menatap pria yang baru datang tersebut. "Andy, darimana aja? Kita yang mau ketemu kenapa dia yang datang, bikin gue langsung badmood aja!"Kevin langsung melancarkan aksi protes pada pria yang baru datang dengan kata-kata demikian. Jee yang mendengar ucapan Kevin tidak mau kalah untuk melancarkan aksi protes pada Andy pria yang juga member Rifky di Comic Boyz dan
Jee mengiyakan, dan Andy segera meninggalkan kakak kembar Taky itu segera.Andy kembali bergabung dengan teman-temannya yang terlihat mulai membahas apa yang membuat mereka berkumpul di taman tersebut."Hari ini juga gue akan pulang ke Jogja, urusan gue di sini ngecek cabang yang akan dibangun bokap gue udah kelar, jadi kalau ada yang mau dikatakan sebelum kita pisah lagi dengan kesibukan masing-masing, ngomong aja, mumpung kita ketemu gini."Rifky bicara demikian setelah Andy duduk kembali di antara mereka."Masalah kematian kakak lu, itu masih kagak masuk akal, lu emang udah menjelaskan semua sama kami tapi tetap aja terlalu konyol. Bagaimana kalo semua orang jadi memandang Comic Boyz buruk karena masalah itu?"Kevin yang pertama kali bicara, membahas masalah tindakan Rifky yang nekat membenarkan aksi Gill pada saat itu yang menyamar jadi almarhum kakaknya."Ya, udah diakhiri, gue akan tanggung jawab untuk masalah ini kalau menimbulkan masalah, gue juga kagak nyaman melakukan itu s
"Kenapa lu kagak share sama sodara lu?"Jee langsung bicara demikian pada Rifky tanpa mempedulikan perkataan Billy tadi. "Dia kagak enak, Jee-""Diem lu! Gue kagak ngomong sama lu!" semprot Jee pada Andy yang mencoba menjawab pertanyaan Jee pada Rifky dan Jee tidak suka hal demikian. Baginya, siapa yang ditanya, orang itulah yang harus menjawab bukan diwakili.Andy garuk-garuk kepala didamprat Jee."Apa yang dikatakan Andy itu benar, gue kagak enak, karena-""Bukan kagak enak, lu kagak berani!" potong Jee dengan suara tegas, dan Rifky mengepalkan telapak tangannya karena merasa apa yang dikatakan Jee sangat menohok perasaannya."Jee, lu kagak boleh seenaknya ngomong macam itu, lu kagak paham perasaan orang, itu kagak mudah tau!"Pasha berusaha untuk membela Rifky setelah dilihatnya Jee begitu menyudutkan adik Riska tersebut."Yang bilang mudah siapa? Gue cuma bilang dia kagak berani, bisa bedain kagak berani sama mudah kagak?" sindir Jee pada Pasha. "Sekarang lu sadar, kan manusia s
Kevin mengingatkan tentang apa yang ia lihat di apartemen waktu ia di Yogyakarta pada saat itu, dan Rifky mengangguk pertanda bagian tersebut juga tidak akan ia lupakan untuk diselesaikan.Akhirnya, pembicaraan itu diakhiri dengan pembicaraan yang lebih santai sekedar mengingat mereka dahulu pernah seperti tanpa beban saat menetap di Samarinda sebelum akhirnya mereka berpisah untuk menjalani aktivitas dan tanggung jawab mereka masing-masing dalam hidup mereka. Rifky kembali ke Yogyakarta pada esok harinya. Nasihat Jee dan teman-temannya yang lain cukup membuat dirinya mendapatkan kekuatan. Meskipun ia tahu akan sulit untuk memulai apa yang sudah ia rencanakan, tapi ia tidak boleh membuang waktu lagi karena nasib perusahaan ayahnya beserta kakaknya menjadi taruhannya."Bagaimana keadaan Kak Riska?" tanya Rifky setelah sampai di rumah pada istrinya. "Aku, tidak bisa lagi bebas menemui Kak Riska, terakhir saat aku ke sana, aku melihat ada seorang wanita yang bekerja, kurasa Kak Ronan
"Aku tahu, aku juga sudah memikirkan itu, hanya saja Pak Ronan tidak melakukan apapun ketika kejadian di kantor itu usai, sampai sekarang....""Kamu percaya dia tidak melakukan apa-apa? Dia merasa kecewa tapi dia tidak melakukan apapun?""Entahlah, sepertinya juga aneh, tapi mau bagaimana? Memang seperti itu yang aku rasakan, dia tidak melakukan pergerakan sedikit pun sampai sekarang.""Orang seperti dia pasti tidak akan mudah untuk mengalah begitu saja, Gill, dia pasti melakukan sesuatu dan kau bersiap saja untuk menghadapi.""Aku tahu.""Tapi, kuperingatkan sekali lagi, jangan melakukan penyamaran itu kembali, aku orang pertama yang tidak setuju dengan apa yang kamu lakukan itu apapun alasannya!""Aku paham, aku juga tidak akan melakukan hal itu karena merasa tidak nyaman dengan situasinya, aku menghormati almarhum, jadi aku tidak mau membuat sesuatu yang sekiranya akan menyinggung banyak perasaan orang yang sayang dengannya.""Bagus, aku pegang kata-kata kamu, kalau kamu berani mel
"Ari!" Sachi menyebut nama seseorang yang baru bicara menanggapi perkataan Etha itu dengan wajah yang terkejut luar biasa. Bagaimana tidak terkejut? Sachi tidak mengatakan kalau ia akan menemui Gill, tapi ingin berkunjung ke tempat keluarganya di Manado dengan anak yang ia titipkan di rumah keluarganya hingga ia bebas mencari Gill setelah sebelumnya ia mencari informasi dari orang-orang yang pernah terhubung dengan Gill. Mengapa sang suami justru tahu sekarang ia sedang menemui siapa?Sementara itu, pria yang memang Ari itu tersenyum kecut melihat keterkejutan sang istri ketika melihat dirinya memergoki apa yang dilakukan sang istri. Namun, karena sekarang ada Etha, Ari yang juga kenal dengan Etha lebih mengurus perempuan itu dulu baru istrinya.Lalu, Etha? Melihat siapa yang sekarang hadir di antara dirinya dan Sachi, ia tertawa kecil karena tidak menyangka bisa dipertemukan dengan orang-orang yang sebenarnya tidak ingin ia temui karena hubungan mereka tidak begitu baik di masa l