"Apa maksud kamu? Memangnya kamu kenal dengan Ronan?" tanya Gill tidak paham dengan Etha, mengapa seperti tahu banyak tentang ipar Rifky tersebut.Etha mengulum senyum. Ia melihat raut Gill berubah, artinya pembahasan yang dilakukannya tepat sasaran."Tidak sulit bagiku untuk menyelidiki seseorang seperti aku menyelidiki kamu, memangnya ada yang lebih hebat daripada kekuatan uang? Tidak ada, bukan? Gill, sebelum aku berubah pikiran lebih baik kau menerima tawaran dariku, kalau kau tidak suka padaku, kau bisa pura-pura suka, aku hanya butuh kamu beberapa waktu saja tidak lebih.""Maksud kamu, kita berhubungan sebentar agar kamu bisa merasakan sensasi seperti sedang berhubungan dengan almarhum?"Etha mengangguk."Tidak!" jawab Gill cepat. Dan itu membuat Etha tersenyum kecut."Cepat sekali kamu menolak? Kamu tidak ingin tahu apa yang bisa aku katakan tentang Ronan padamu?""Untuk apa kamu menyelidiki aku, Etha, kalau kamu terobsesi untuk menjadikan aku sebagai almarhum Rizky, aku tidak
"Apa maksud kamu dengan Riska yang tidak bisa hamil lagi? Dia masih muda, masih segar, tidak mungkin tidak bisa hamil lagi!"Ronan akhirnya menceritakan apa yang belakangan ini dialami oleh sang istri. Tentang apa yang dikatakan sang dokter, bahwa dirinya tidak boleh memaksa istrinya untuk hamil lagi karena alasan kesehatan, dan wajah sang ibu benar-benar terlihat terkejut setelah mendengar penuturan Ronan. "Kenapa kamu tidak cerita sama Mami? Ini penting, Ronan! Kamu ini!!""Maaf, Mi. Aku cuma tidak mau semua jadi kepikiran, aku dan Riska tidak cerita karena aku yakin kami bisa mengatasi, tapi ternyata, tidak. Kondisi Riska memang tidak bisa diharapkan lagi.""Ya, sudah! Ceraikan saja dia, kenapa kamu masih bertahan dengan istri yang tidak bisa memberikan kamu anak laki-laki?""Tidak bisa sekarang, Mi. Aku perlu waktu, ada beberapa hal di perusahaan yang harus aku selesaikan dulu agar aku tidak rugi baru aku melakukan tindakan, untuk sekarang, aku harus sabar tetap bersama Riska, ka
Beberapa saat kemudian, orang tua Riska datang setelah Ronan memberitahu bahwa Riska masuk rumah sakit karena keguguran.Saat orang tuanya datang, Riska berkali-kali meminta maaf pada kedua orang tuanya karena tidak bisa menjaga janinnya hingga keguguran.Namun dengan lembut baik ayah ataupun ibunya mengatakan bahwa yang penting dirinya selamat dan perkara janin yang tidak bisa diselamatkan adalah takdir Tuhan yang harus diterima.Berbeda dengan reaksi kedua mertua Riska yang sangat kecewa dengan apa yang dialami Riska, kedua orang tua Riska tidak menyalahkan Riska sama sekali bahkan mereka mendesak Riska untuk menjalani pengobatan intensif dan tidak boleh berpikir macam-macam dahulu sampai akhirnya ia sembuh termasuk memikirkan hamil kembali.Riska terharu dengan reaksi yang diperlihatkan oleh kedua orang tuanya pada dirinya. Rasa sakit saat dimaki oleh Ronan dan juga kedua orang tua Ronan terobati, hingga Riska merasa sedikit lebih mendapatkan kekuatan di antara perasaan sedih ya
"Aku, tidak mau tanda tangan!" kata Riska sambil melemparkan kertas itu pada sang suami."Kenapa? Kau tidak mau tanda tangan padahal kau tidak bisa memberikan apa yang aku inginkan!" bentak Ronan murka. Sial! Andai saja saham miliknya sudah menjadi milikku, aku buang saja dia dan akan aku gantikan dengan Bella, kalau begini caranya bagaimana bisa aku bersama dengan Bella?Hati Ronan bicara setelah ia membentak sang istri dengan kata-kata demikian."Aku sakit, Ronan! Aku sedang berjuang untuk sembuh, kamu mempergunakan kesempatan itu untuk mencari keuntungan kamu sendiri? Keterlaluan kamu!""Sembuh? Setelah sembuh kamu tetap tidak bisa hamil, apakah kamu tetap ingin melarang aku untuk menikah lagi?""Aku tidak mau dipoligami, titik!!"Riska beranjak dari hadapan Ronan setelah bicara seperti itu tanpa mempedulikan teriakan Ronan yang sangat marah dengan reaksi kerasnya tersebut.Riska ke kamar anak-anaknya, meskipun sekujur tubuhnya terasa sakit karena diperlakukan kasar oleh sang suam
Riska mengakhiri pembicaraan itu ketika ia merasa hatinya semakin terasa sesak mendengar apa yang diucapkan oleh Ronan. Meskipun ia tahu poligami dibolehkan dalam agama yang dianutnya, namun tetap saja, Riska tidak mau dimadu. Perempuan itu beranjak dari tempatnya dan melangkah untuk bertemu dengan ayahnya, karena ada sesuatu yang ingin ia bicarakan pada sang ayah. Sesuatu yang tidak pernah ingin dilakukan oleh Riska, tapi sekarang harus ia lakukan karena Riska sudah tidak tahan lagi. Di beranda belakang ia bertemu dengan sang ayah yang terlihat sedang memperhatikan kolam ikan miliknya setelah beberapa saat yang lalu, pria itu bermain sejenak dengan cucunya, dan sekarang sang cucu sedang bersama ibunya Riska yang mengajak mereka untuk makan."Pi, bagaimana keadaan Papi?" tanya Riska setelah berada di samping sang ayah. "Alhamdulillah, Papi baik-baik saja, cuma tidak bisa terlalu lelah seperti dulu, ada saja yang dirasakan kalau kelelahan, Papi sangat rindu masuk perusahaan rasanya
Percakapan diakhiri, nihil. Riska tidak bisa membujuk Ronan untuk menemui orang tuanya agar mereka bisa membicarakan masalah mereka dengan baik.Perasaan Riska menjadi tidak menentu. Bagaimana caranya ia menyelesaikan kekacauan yang terjadi dalam pernikahannya dengan Ronan?Sementara itu, Ronan yang sedang kesal memaki tiada henti. Saat itu ia sedang berada di ruangannya, percakapannya dengan Riska membuat dirinya jadi tidak nyaman untuk bekerja. Hingga Bella sang sektretaris masuk ke dalam ruangannya dan melihat kekesalan itu terpancar di wajah Ronan."Setiap kali abis nelpon istri, pasti muka kamu kayak gitu, ngapain sih, istri udah enggak ada gunanya terus dipertahankan? Buang waktu tahu, bukannya beberapa persen aset perusahaan sudah atas nama kamu, apalagi yang ditunggu?"Perempuan itu bicara demikian sambil melangkah ke arah Ronan, dan Ronan langsung mengarahkan pandangan pada sang sekretaris."Masih ada yang harus aku alihkan, saham yang ada di tangan Riska itu penting, kalau
"Saya akan duduk diam jika Bapak mau memperlakukan kakak saya dengan baik!"Kesal karena Ronan bukannya sadar dengan apa yang sudah ia perbuat, Rifky akhirnya mau tidak mau membahas masalah itu di hadapan sang kakak ipar. Ronan mendelik ke arah Rifky, tidak suka Rifky mengatakan masalah itu di hadapannya, namun Rifky tidak peduli, sudah terlanjur kesal, hingga ia membahas masalah yang selama ini tidak pernah ia bahas namun sebenarnya sangat ingin ia bahas dengan sang kakak ipar. "Jangan kurang ajar kamu! Kalau kamu ikut campur dalam masalah rumah tanggaku dengan Riska, kamu akan tahu akibatnya!""Apa yang akan Bapak lakukan?" tantang Rifky sambil menatap tajam wajah sang kakak ipar. "Aku akan melakukan hal yang tidak pernah terpikir olehmu!""Contohnya? Membuat isu bahwa kakak saya masih hidup?"Ronan tersenyum miring, ingin sekali ia mengultimatum Rifky, tapi ia sadar jika ia melakukan hal itu, maka rencananya bisa saja tidak akan berjalan lancar."Apapun bisa saja terjadi jika k
"Aku tahu, Rif, tapi aku enggak mau diam aja, perusahaan akan mendapatkan masalah serius, kalau kita membiarkan ini berlarut-larut, aku sudah menyelidiki semua di rumah, ada beberapa yang aku rasa sedikit janggal, tapi enggak cukup hanya di rumah, aku perlu ngecek semua langsung di perusahaan, agar aku bisa mendapatkan bukti."Riska bicara dengan nada yang serius. Rifky menghela napas panjang, dilema untuk melarang sang kakak karena apa yang dikatakan oleh wanita itu benar. Begitu banyak keanehan selama Ronan yang memegang kendali. Memang seolah tidak terjadi apa-apa tidak banyak yang bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang terjadi dalam perusahaan, tapi Rifky sudah mendapatkan sedikit demi sedikit bukti bahwa Ronan memang melakukan sesuatu yang tidak baik pada perusahaan sang ayah."Terus kondisi Kakak gimana?""Insya Allah, aku akan menjaga diri dengan baik.""Tapi, Kakak enggak boleh forsir, kalau emang mau balik ke perusahaan, jangan forsir ingat kondisi. Terus, apakah Kakak juga
"Tidak! Apa maksudmu?" Wajah Ronan terlihat tidak senang ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Bella."Hanya ingin membuktikan apakah aku ini bermasalah atau tidak!""Aku tidak mau!""Ya, sudah! Aku tidak tahan jika didesak ayah dan ibu kamu, lalu aku yang disalahkan, kita periksa bersama, kita buktikan bahwa kita memang benar-benar sehat.""Jika memang kita sehat, lalu kenapa kau tidak bisa hamil?""Berarti Tuhan ingin kamu istighfar, introspeksi diri, kamu sudah punya anak tiga perempuan dahulu tapi kau menelantarkan mereka, mungkin dengan minta maaf, dan mereka mau memaafkan kamu, kita bisa mendapatkan keturunan.""Kau percaya hal semacam itu? Yang benar saja. Itu hanya mitos. Tidak perlu dipermasalahkan. Lagipula, mereka selalu bilang kalau mereka sudah memaafkan aku, apalagi?""Mungkin memaafkan tapi masih sakit hati.""Sudahlah, kalau memang kamu tidak percaya aku tidak bermasalah, ayo kita periksa, aku berani menjamin, aku itu tidak bermasalah, aku berani bertaruh akan hal
"Bicara apa? Masalah kehamilan itu takdir dari Tuhan, kalau kita belum dikasih, artinya ada sesuatu yang indah dipersiapkan Allah untuk kita."Dengan bijak Rifky mengatakan hal itu pada sang istri dan ini membuat Aoi terenyuh. Meskipun mereka menikah bukan karena saling cinta, tapi hari demi hari Aoi merasa perlakuan Rifky semakin lembut dan perhatian. Tanpa kata-kata saja, Aoi sudah merasa perlahan tapi pasti hati sang suami mulai melunak. Aoi berdoa semoga saja ketika hati mereka sudah semakin bertaut erat, anugrah itu akan mereka dapatkan. Begitu doa Aoi setiap hari.***Kabar kelahiran anak Riska dengan Mark yang berjenis kelamin laki-laki membuat Ronan kesal dan marah. Berulang kali ia memastikan bahwa kabar itu tidak benar, namun bagaimana mungkin itu bisa ditampik, karena anak Riska dan Mark memang laki-laki.Sekarang, Ronan sedang menunggu Reva pulang dari sekolah, ketika ia habis bertengkar dengan Bella karena masalah sang istri yang belum hamil juga. Pertengkaran yang sa
"Ya, tidak bisa dong, Sayang. Kita menikah memang tujuannya itu, kau paham, kan? Aku bercerai dari Riska, karena aku tidak mendapatkan anak laki-laki dari dia, jadi aku tidak mau kejadian serupa juga terjadi padamu.""Kejadian serupa?""Iya.""Kalo gitu, ayo dong ikut aku periksa! Kita periksa bareng-bareng! Aku sudah menunjukkan hasil pemeriksaan aku, sekarang tinggal kamu, beres, kan?""Aku bilang jangan bahas masalah itu lagi di hadapan aku! Aku sehat, Bella ingat itu! Tidak perlu periksa, kau saja yang harus ketat konsultasi dengan dokter!Kemarahan Ronan kembali terpancing.Ia meninggalkan Bella dan melangkah masuk ke kamar mandi, membanting pintunya membuat Bella hanya mengusap dada. Ronan benar-benar sudah membuat dirinya kesal.***"Mau kopi?" tanya Tedi, teman Ari ketika melihat Ari mampir ke rumahnya."Boleh."Tedi segera masuk ke dalam rumahnya setelah mempersilakan leader fans club GSB itu untuk duduk.Beberapa saat kemudian, Tedi keluar dengan kopi di tangan. Kopi itu i
Ronan bicara demikian dan itu membuat Riska mengerutkan keningnya."Kamu ini bicara apa?" katanya dengan wajah tidak mengerti. "Kamu ke klinik ini agar kamu bisa hamil, kan? Lihat istriku, sudah hamil, anak kami laki-laki, tidak perlu program, karena aku dan dia sama-sama sehat, kamu hanya membuang waktu saja mengikuti program hamil, Riska. Buang uang."Ronan masih mengira Riska datang untuk mengikuti program kehamilan, hingga ia bicara demikian.Riska geleng-geleng kepala. "Aku ke sini untuk cek kandungan sudah jadwal, jadi bukan untuk ikut program kehamilan.""Apa? Kamu hamil?"Ronan seperti tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Riska hingga pria itu bicara demikian sambil menatap ke arah perut Riska yang masih ramping. "Iya, alhamdulillah, baru dua Minggu, bagaimana kandungan istrimu? Sehat? Jangan sering kau tinggalkan, cukup aku yang kamu perlakukan seperti itu Ronan, belajarlah untuk bertanggung jawab dengan anakmu sendiri.""Bohong! Kamu hanya akting bahwa sedang ham
Ia ingin marah, tapi Riska segera menggamit lengan sang anak untuk mengikuti dirinya naik ke atas motor. Riska tidak peduli dengan wajah Ronan yang terlihat marah. Ia tidak mau terpancing kemarahan lagi, meskipun ia sudah dinyatakan sembuh oleh sang dokter setelah beberapa waktu lamanya berjuang melawan penyakit, Riska tetap harus menjaga kesehatannya jangan stress dan banyak pikiran karena dua hal itu akan memicu penyakit yang dideritanya kambuh kembali. Akhirnya, Ronan hanya bisa membiarkan Riska dan Reva meninggalkan dirinya. Kemarahan yang dirasakan oleh Ronan membuat pria itu bertekad akan hidup lebih bahagia bersama Bella, agar ia bisa memamerkan kebahagiaannya itu pada sang mantan istri. ***Beberapa bulan setelah Ronan menikah, Riska akhirnya menikah dengan Mark. Pernikahan mereka digelar tidak besar-besaran karena menurut Riska lantaran sekarang mereka sedang berusaha untuk membuat kehidupan mereka bangkit lagi, uangnya lebih baik digunakan untuk kehidupan mereka setelah
"Aku akan berusaha, kau bisa percaya padaku, Bella."Ronan memberikan janji meskipun ia sendiri tidak yakin apakah ia bisa mengembalikan kehidupan seperti saat sebelum ia masuk penjara pada Bella, namun yang jelas Bella tidak boleh meninggalkan dirinya. Riska sudah tidak menerima dirinya kembali, jadi Ronan tidak boleh kehilangan Bella, jadi meskipun sedikit tidak yakin apakah ia bisa mengabulkan keinginan Bella yang menuntutnya tetap memberikan kehidupan yang mewah, Ronan tetap optimis ia bisa asalkan Bella tidak meninggalkan dirinya.***Pernikahan Ronan akhirnya berlangsung beberapa bulan kemudian semenjak Ronan keluar dari penjara. Meskipun dibantu orang tuanya yang kembali memberikan Ronan kesempatan untuk membangkitkan perusahaan bermodalkan pinjaman dan beberapa harta yang dijual namun, kembali hidup mewah memang belum bisa dilakukan lagi oleh Ronan dan Bella. "Bella, terima kasih, kamu mau menikah dengan Ronan, meskipun Ronan tidak sekaya dulu lagi, tapi kau harus percaya, s
"Aku tahu, aku berjanji jika aku diperkenankan untuk kembali dengan Riska, aku akan berubah.""Sudah terlambat, Riska sudah banyak menderita karena keegoisan kamu, sekarang mending kamu belajar menata hidup lagi, nikah saja dengan selingkuhan kamu itu, Riska tidak bisa aku biarkan untuk kembali bersama dengan kamu, Ronan!"Setelah bicara demikian sang ibu meminta Rico untuk meminta Ronan untuk pergi. Wanita itu berbalik dan tidak mempedulikan lagi Ronan yang memintanya untuk mendengar apa yang dikatakannya.Rico segera meminta Ronan untuk pergi tanpa peduli pria itu bicara apa untuk membujuknya agar Rico mau berpihak padanya.Rico sudah tidak peduli dengan kata-kata mantan kakak iparnya itu karena sekarang yang terpenting baginya adalah mengejar mimpinya bukan lagi tentang yang lain.Dalam rasa kecewanya, Ronan berbalik dan ingin melangkah pergi meninggalkan rumah orang tua Riska, namun motor Mark masuk ke pekarangan rumah itu, dan berhenti tepat di hadapannya.Mark baru saja membawa
Riska menghela napas mendengar apa yang dikatakan oleh Rifky. Perempuan itu mengusap wajahnya perlahan, dan Rifky sangat tahu sekarang sang kakak sangat merasa tertekan."Aku nolak Mark karena aku rasa aku tidak cukup baik untuk dia.""Siapa bilang? Kakak itu sudah sangat baik untuk Kak Mark, dia juga masih sangat mencintai Kakak, dan yang paling penting dia itu tulus sama Kakak, beda sama Ronan yang selalu menuntut Kakak ini dan itu."Rifky merespon perkataan Riska dengan sangat yakin dan tegas."Aku tahu, Mark baik, sejak dulu sampai sekarang, dia enggak pernah menyakiti, justru aku yang menyakiti dia dengan menikah bersama Ronan, tapi, aku benar-benar tidak percaya diri untuk menerima dia kembali, Rifky, kamu tahu sendiri, meskipun sekarang dokter bilang aku sembuh, aku tetap enggak bisa punya anak lagi, bagaimana mungkin aku bisa menikah dengan dia sementara aku enggak bisa memberikan keturunan buat dia?""Emangnya, dia mempermasalahkan hal itu? Aku lihat, dia akrab dengan Reva,
Setelah bicara demikian, Bella berlalu pergi meninggalkan Ronan yang hanya bisa terdiam tanpa bisa mengatakan sepatah katapun karena tidak tahu harus bicara apa.Meskipun marah, tetap saja Ronan harus berterima kasih pada Bella sebab, perempuan itu tidak menuntutnya hingga hukumannya menjadi ringan. Apakah ia bisa hidup di penjara? Mau tidak mau, Ronan harus bisa karena memang tidak ada cara lain untuk membebaskan ia sebab bukti tidak bisa membuat ia lepas dari hukuman.***Riska dan Rifky akhirnya bahu membahu untuk membuat perusahaan ayah mereka bangkit kembali, meskipun harus berhutang banyak untuk menutupi dana yang digelapkan oleh Ronan.Mark adalah orang yang paling banyak membantu Riska untuk dana meskipun ia sendiri bukan orang kaya. Namun, karena Mark seorang pekerja keras, ia bisa meminjamkan tabungannya untuk Riska yang digunakan Riska untuk membiayai perusahaan sang ayah agar bisa kembali beroperasi.Akan tetapi, tentu saja itu tidak mudah. Karena beberapa pemegang saham