Beranda / Rumah Tangga / BUKAN MENANTU KAMPUNGAN / Bab 70. Jangan Salahkan Ratih!

Share

Bab 70. Jangan Salahkan Ratih!

Penulis: Jielmom
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-03 17:00:26

“Syaratnya mudah, bekerjalah padaku sebagai tukang cuci piring. Sebulan aku beri gaji UMR Jakarta, 3,5 juta ditambah transport dan uang makan. Total 5 juta, jadi selama 10 bulan, kamu akan mendapatkan total 50 juta,” ucapku.

“Apa? Mbak ini mau memerasku apa?”

“Apa memerasmu? Hahaha, jika kamu ingin uang, tidak ada jalan pintas selain bekerja. Aku memberikan keringanan kepadamu karena kamu sedang hamil dan kamu adalah mantan adik Iparku. Aku akan memberikanmu waktu selama 5 bulan lamanya, dengan ketentuan mendapatkan gaji sebulan 10 juta. Apakah kamu bersedia?”

“Cih! Nyesel aku datang kemari karena ibu! Gak sudi aku bekerja sebagai pencuci piring!” Ratih kembali ke mejanya dan mengambil tas dan kacamata hitamnya lalu pergi begitu saja dari restoran.

Evan yang melihat Ratih pergi, lalu berlari menghampiriku. “Gimana, mbak?”

“Dia ingin uang, tapi dia tidak mau bekerja. Dimana-mana? Tidak bekerja tidak akan dapat uang, bukan? Enak saja.”
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 71. Ratih Keguguran

    “Kok bisa salahnya aku?” tanyaku tidak terima dituduh seperti itu.“Kamu sebaiknya ikut, Dek! Biar tahu kesalahan kamu! Bu, ayo cepat Ratih sudah harus mau dikuret. Tadi pendarahannya banyak banget!” ujar mas Farhan sambil menyeret aku dan ibunya masuk ke dalam mobil.Terpaksa, aku ikut ke dalam mobil mas Farhan walau duduk di kursi belakang. Sepanjang perjalanan ke rumah sakit, mas Farhan nyetir bagai kesetanan, mengklakson setiap mobil agar menyingkir. Ibunya, terus menerus menangisi Ratih. Sedangkan aku, aku hanya berpegangan dan berdoa, agar kita semua tidak masuk ke IGD karena cara nyetirnya mas Farhan.Dalam waktu 15 menit, mas Farhan tiba di rumah sakit Pelita Harapan, langsung membuka pintu diikuti oleh aku dan ibu, lalu mempercepat langkahnya menuju ruang IGD.“Suster, bagaimana dengan adik saya?” tanya mas Farhan pada salah satu suster yang sedang duduk di meja informasi IGD.“Atas nama?”“Ratih.”“Oh seda

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 72. Kenapa Jadi Begini?

    Ratih berteriak histeris, membuat kaget 2 pasien yang diujung. Menangis dan berteriak. Bu Aminah mencoba menenangkannya dan mas Farhan pun datang sambil membawa kantong kresek.“Hei, hei hei! Ratih! Kenapa?” tanya mas Farhan.“Kenapa orang ini ada disini mas! Suruh dia pergi!” usir Ratih menunjuk kepadaku.“Jika masalah ini tidak mau diselesaikan, ya sudah. Aku pergi saja!” ucapku tidak masalah.“Tunggu!” cegah mas Farhan. “Aku ingin tahu apa yang terjadi hingga Ratih berbuat demikian!” ancam Farhan dengan tatapan tajamnya.“Tanyakan pada adikmu, untuk apa meminta uang 50 juta dariku?” tanyaku kepada Ratih yang tampak ketakutan sambil memeluk ibu Aminah.“Jawab Ratih! Untuk apa uang 50 juta itu!!” gertak mas Farhan. “Ratih bilang, dia mau bayar jaminan Joko agar bisa keluar dari penjara! Dia butuh uang itu, tapi si Alea ini hanya menghinanya dengan menyuruhnya menjadi tukang cuci piring!” ucap Bu Aminah.“

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 73. Alea Patah Hati

    Mendengar pak Calvin mau melamar seseorang, terus terang ada rasa cemburu terutama ketika Shasha yang sudah membuat aku menyayanginya tiba-tiba harus berpisah. “Ah, kenapa rasa sakitnya seperti kehilangan janin sendiri?” gumamku.“Jadi?” tanya Bu Kemala.“Eh? Astagfirullah aku malah melamun!” batinku. “Iya, Bu. Rencananya gimana?” Aku belajar untuk fokus mendengarkan ibu Kemala ini.“Jadi, acaranya hari Sabtu depan, Ibu booking tempat ini satu tempat. Ibu ingin, acaranya di taman, jadi seperti party garden itu. Acaranya jam 6 malam. Yang datang tidak terlalu banyak, hanya pihak keluarga dan teman dekat saja. Ibu ingin ada dekorasinya sedikit, trus ada lampu-lampu agar sedikit romantis. Lalu makanannya, ibu serahkan kepada nak Alea saja. Yang terpenting, menu lengkap ada makanan utama, kue-kue, dessert, dan buah. Perkiraan yang datang sekitar 20-30 orang maksimalnya. Soal biaya, tidak usah dipikirkan, nanti ibu akan transfer. Bagaimana?”Aku m

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 74. Ajakan Nikah

    “Apa nikah sama kamu, Van! Jangan bercanda!” tolakku sambil terkekeh. “Gak kok mbak, aku serius! Kita memang sepupuan, tapi apa salah? Lagian kita sepupuan dari jalur ibu. Jadi bukan incest kan? Apa mbak gak pernah berpikir kalau aku selalu mengikuti mbak dari mulai SMK yang sama, ambil jurusan yang sama di Paris, trus sekarang kerja ditempat yang sama? Aku bahkan menangis semalaman hanya karena mbak Alea menikah dengan mas Farhan. Aku bisa ikhlas, move on ketika aku lihat mbak bahagia dengan pernikahan mbak. Tapi jangan harap setelah perceraian dengan mas Farhan itu membuatku bahagia. Gak mbak! Aku ikut sakit. Aku gak ingin mbak kecewa dan patah hati. Jika mbak gak menemukan pria yang lebih baik, aku mau menikah dengan mbak! Aku sudah ngerti watak mbak. Mbak juga sudah tahu watak aku seperti apa. Jadi, jangan bersedih untuk orang yang belum tentu sayang sama mbak!” Jelas Evan panjang lebar yang membuat aku terbengong-bengong.Evan bangkit dari temp

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 75 Kehebohan Ibu Kemala

    “Aku, baik-baik saja, kak!” ucapku. Aku tidak ingin kakakku mengetahui apa yang menjadi kegalauan hatiku.“Tadinya aku berharap kalau Calvin bisa dekat denganmu, tapi ternyata dia sudah punya pilihan sendiri.”“Apa sih maksudnya kak Leo? Ingin menjodohkan aku dengan pak Calvin?”“Tadinya …,” candanya sambil tertawa terbahak-bahak.Ah nyesek deh. Lagian walaupun aku suka, tentu saja namanya laki-laki harus ngejar perempuan kan? Apalagi seorang janda, punya masa Iddah. Tapi dibalik itu semua, memang tidak berjodoh saja, dan aku belajar untuk ikhlas. Aku turut bahagia untuk pak Calvin dan Shasha.“Ya sudah, besok kita ketemu. Pak Daman bisa jemput gak ya? Mungkin aku datang langsung ke restoran.”“Bisa, aku besok bakalan sibuk seharian di restoran, jadi pak Daman bisa jemput kak Leo di bandara.”“Ok. Aku akan telepon pak Daman besok,” tutupnya.“Sampai jumpa besok, kak!”Walaupun aku patah hati, aku h

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 76. Kejutan

    Aku segera memakai baju kebaya dengan bantuan lampu dari ponsel. Kulihat jam sudah hampir jam 6 malam, lampu taman pasti gelap karena mati lampu. Yang aku pikirkan, apakah Evan sudah mengurus genset? Aku harus mencari Evan sekarang! Jangan sampai Bu Kemala kecewa masalah ini.“Mbak! Mbak!” Suara Evan mengetuk dari luar.“Mati lampu, Van?” tanyaku panik.“Iya, mbak! Dan maaf, aku gak perhatian sama genset. Jadi bahan bakar gensetnya habis,” ucap Evan ikutan panik.“Astagfirullah! Ya sudah, panggil pak Daman untuk membeli bahan bakar sekarang! Kita undur waktunya 30 menit. Aku akan membicarakan dengan Bu Kemala,” ujarku menenangkan Evan, walau aku sendiri sekarang ikut panik, tapi biar bagaimanapun, aku harus profesional dan tetap bertanggung jawab untuk masalah ini.“Baik mbak. Ibu Kemala dan pak Calvin sudah menunggu mbak Alea di depan sana. Mbak jalan lewat lorong itu saja, biar bisa langsung ke depan dan gak lewat tamu,” tunjuk Eva

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 77. Kemeriahan Pesta

    Shasha jalan perlahan membawa nampan berisi cake ulang tahun sambil didampingi seorang waiters agar tidak terjatuh.Aku terharu, ingin menangis, tapi aku sadar, make-upnya sendiri aku belum lihat, jadi jangan sampai karena air mata, riasan Madam Gun hilang.“Ini adalah Natasha Putri Syailendra, putri dari Calvin Syailendra!!” Semua orang bertepuk tangan ketika Shasha naik ke atas panggung, dan seseorang membantu membawakan meja kecil untuk menaruh cake ulang tahun.“Apa yang kamu bawa Sha?” tanya Ahmad Raffi menyodorkan mic-nya untuk Shasha.“Aku bawain kue ulang tahun lamaran buat Tante Alea. Aku ingin Tante Alea jadi mama aku,” ucap Shasha dengan polosnya langsung ditepuk tangan penonton dan riuh gelak tawa.“Nah nah nah! Jangan mau di sogok sama anak kecil! Tetapi penuhi keinginan tulus dari anak kecil ini ya kak Alea?” sindir Ahmad Raffi. Aku hanya bisa tersenyum.“Sebelum acara lamaran, kita nyanyi dulu untuk yang berul

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 78. Kena Prank

    “Kamu sudah mau menjadi milikku, Sayang,” kembali pak Calvin berbisik sambil tersenyum.“Astaga, pak, baru calon,” ucapku terkekeh.“Aku sudah nunggu cukup lama loh, dan kita berdua disini, apa kamu gak mau manggil aku dengan ucapan Sayang?” pancing pak Calvin.Sontak wajahku memerah, pak Calvin hanya tersenyum tertawa. “Panggil mas saja kalau masih terasa berat. Aku gak ingin jalan dengan sekretaris atau seorang murid,” ucapnya lirih.“Baiklah. Aku panggil mas Calvin ….”“Terima kasih, Sayang.” Kembali tanganku digenggamnya dan dilepaskan ketika menerima salam dari orang-orang yang memberikan ucapan selamat.“Ayah, ibu, kalian menginap di rumahku kan?” tanyaku ketika ayah dan ibu menyalamiku dan hendak berpamitan untuk pulang.“Rumahmu tidak cukup sayang. Leo sudah memesankan hotel yang cukup dekat dari rumahmu, jadi tenang saja. Yang terpenting, ibu sudah melihat kamu dilamar, buat ibu senang banget. Besok kita ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07

Bab terbaru

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 116. Akhir Sebuah Kisah

    Aku duduk di ruanganku di restoran sambil menggulir layar ponsel. Berita tentang penangkapan Joko Supriono terus muncul di berbagai platform berita online. Ini menjadi pembicaraan hangat di media sosial, dan aku bisa membayangkan betapa kacaunya situasi di pihak Erika dan keluarganya saat ini. Evan baru saja kembali dari honeymoon-nya di Bali. Begitu masuk ke restoran, dia tampak lebih segar dengan senyum santainya yang khas. Aku melihatnya melangkah ke arahku sambil melepaskan kacamata hitam yang masih menggantung di wajahnya. "Hei, bos! Aku kembali," katanya dengan nada riang. "Kau merindukanku?" Aku tersenyum kecil dan mengangkat alis. "Kau hanya pergi seminggu, Evan." "Tapi tetap saja, restoran tanpa aku pasti terasa sepi, kan?" Dia tertawa, lalu menarik kursi di depanku. Namun, senyumnya sedikit memudar saat melihat aku masih sibuk menatap layar ponsel. "Kau kenapa sih? Dari tadi main ponsel terus," tany

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 115 Kisah Yang Berulang

    Aku menggeleng, mencoba tetap tenang. “Tunggu sebentar, Ratih. Maksudmu, Mas Calvin sudah tahu semua ini sejak awal?” Ratih menatapku dengan ekspresi datar, tapi aku bisa melihat ada sedikit ketegangan di sana. “Aku tidak tahu sejak kapan tepatnya. Tapi beberapa waktu lalu, suamimu menemui Mas Farhan dan menunjukkan bukti bahwa perusahaan yang dikelola mbak Erika sebenarnya mendapat suntikan dana dari seseorang yang mencurigakan. Mas Farhan tidak percaya pada awalnya, tapi setelah diselidiki lebih jauh, ternyata perusahaan Erika hampir bangkrut dan di saat itulah nama mas Joko muncul.” Aku menahan napas. “Jadi, Joko yang menyelamatkan perusahaan Erika?” Ratih mengangguk. “Iya. Dan Mbak tahu sendiri siapa mas Joko, bukan?” Tubuhku membeku. Joko bukan orang baik. Aku tahu itu. Tapi yang lebih mengejutkan adalah keterlibatan Mas Calvin dalam semua ini. Kenapa dia menyelidikinya? “Mbak Alea,” panggil Ratih pelan,

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 114. Hilangnya Joko Supriono

    Aku menghela napas sebelum mengangkatnya."Ada apa?" tanyaku datar."Apa yang kamu lakukan kepada Erika, Alea?!" suara Farhan terdengar penuh amarah di seberang sana.Aku mengernyit. "Apa maksud Mas Farhan?""Erika masuk rumah sakit! Dia tiba-tiba stres dan pingsan! Dia bilang ini semua gara-gara kamu!"Aku menggeleng tak percaya. "Dengar, Mas. Aku bahkan tidak bertemu Erika hari ini. Kalau dia merasa bersalah atau tertekan, itu urusannya, bukan salahku.""Jangan pura-pura tidak tahu! Kamu selalu iri dengan kebahagiaan kami, kan?! Makanya kamu sengaja membuat kekacauan!"Aku tertawa sinis. "Kebahagiaan? Mas serius? Dari awal, aku tidak pernah peduli dengan hubungan kalian. Aku sudah lama melupakan semuanya. Jadi kalau Erika merasa bersalah atau takut rahasianya terbongkar, itu bukan urusanku!""Kamu keterlaluan, Alea!" bentaknya lagi.Aku mendengus. "Mas, aku sudah cukup lelah dengan drama kalian. Kalau

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 113. Gara-Gara Joko

    Setelah pertemuan tak terduga dengan Ibu Aminah, aku menghela napas panjang, mencoba mengabaikan semua yang baru saja terjadi. Aku tidak punya waktu untuk memikirkan hal-hal yang tidak penting bagiku lagi. Fokus utamaku saat ini adalah restoran. Aku segera melanjutkan keperluanku di pasar, bertemu dengan beberapa supplier yang selama ini bekerja sama dengan restoranku. Karena Evan sedang cuti menikah, akulah yang harus memastikan semua bahan baku tetap tersedia dengan kualitas terbaik. “Bu Ningsih, seperti biasa, saya pesan ayam fillet dan daging sapi kualitas premium, ya. Kirim ke restoran sore ini.” Bu Ningsih, seorang pemasok daging yang sudah lama bekerja sama denganku, mengangguk sambil mencatat pesananku. “Siap, Mbak Alea. Stok lagi bagus, jadi tenang saja.” Aku melanjutkan ke lapak sayuran, memastikan semua bahan segar yang aku butuhkan tersedia. Setelah semua pesanan sudah diatur, aku mengec

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 112. Di Pasar

    Aku mengerutkan kening dan menatap karyawan yang berbisik padaku. “Tamu?” tanyaku, memastikan aku tidak salah dengar.Karyawan itu mengangguk. “Ya, seorang pria bernama Joko Supriono. Dia bilang ingin bertemu dengan Mbak Alea secara langsung.”Jantungku berdegup lebih cepat. Nama itu bukanlah nama yang ingin kudengar di malam spesial ini. Dengan perasaan waspada, aku melangkah ke arah pintu masuk restoran.Begitu aku keluar, di sana dia berdiri. Joko Supriono, pria paruh baya dengan perut buncit dan senyum yang selalu terasa menjijikkan di mataku. Dia mengenakan kemeja mewah yang sedikit terbuka di bagian atas, seolah ingin menunjukkan kepercayaan dirinya yang berlebihan.“Lama tidak bertemu, Alea,” ucapnya dengan nada yang terdengar akrab, seolah kami adalah teman lama.Aku mengatur napas dan berusaha tetap tenang. “Pak Joko, ada keperluan apa malam-malam begini?” tanyaku dengan nada datar.Dia terkekeh kecil, melirik ke sekelil

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 111. Lamaran Jadi Nikahan

    Semua orang masih larut dalam kebahagiaan setelah Nadine menerima lamaran Evan. Aku tersenyum puas melihat mereka saling menggenggam tangan dengan mata berbinar. Tapi, kejutan sesungguhnya baru akan dimulai.Aku melirik ke arah mas Calvin yang duduk di sebelahku sambil memangku Shasha. Dia mengangguk kecil, tanda bahwa semuanya sudah siap. Aku pun berdiri dan mengambil mikrofon.“Terima kasih untuk semua yang sudah datang dan menyaksikan lamaran Evan dan Nadine malam ini,” ujarku dengan suara mantap. “Tapi, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan.”Semua mata kini tertuju padaku, termasuk Evan yang menatapku dengan alis berkerut. Aku menarik napas dan melanjutkan, “Setelah berdiskusi dengan keluarga Nadine dan Evan, kami memutuskan untuk mengubah acara malam ini… dari sekadar lamaran menjadi akad nikah.”Ruangan mendadak hening. Aku bisa melihat wajah Evan langsung menegang, matanya melebar karena terkejut. Sementara Nadine, meski tampak terkejut, ti

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 110. Lamaran

    Aku duduk merenung di dalam ruanganku sendiri. Bagaimana bisa Erika bersama dengan si Joko? Apa yang terjadi dengan mas Farhan? Kenapa sampai Erika mengancam untuk tidak memberitahukan kepada mas Farhan? Apakah itu artinya Erika ada main dengan si Joko? Lalu bagaimana nasib dengan Ratih? Ah… semakin dipikir membuatku semakin penasaran, tapi aku tidak ingin terlibat langsung dalam urusan rumah tangga mereka. Bukankah aku harus fokus dengan kehamilanku? Aku tidak ingin kejadian yang sama terulang kembali. Rasanya menyakitkan jika aku harus mengalami keguguran lagi karena terlibat urusan dengan keluarga mas Farhan. “Ya! Masa bodoh dengan keluarga orang lain! Masih banyak hal yang aku harus pikirkan!” Aku mensugesti diri sendiri untuk tidak lagi terlibat dalam urusan orang lain. *** Beberapa hari berlalu, dan pikiranku tentang Erika serta si Joko perlahan mulai terkubur oleh kesibukan sehari-hari. Aku menyibukkan diri dengan pekerjaanku di re

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 109. Erika dan Joko Supriono

    Aku berdiri kaku, menatap Erika yang jelas sama terkejutnya denganku. Namun, tatapan Erika tetap dingin seperti biasanya. Wanita itu berdiri dengan perut besarnya, tetap angkuh seolah tidak ada yang perlu dijelaskan. Tapi yang membuatku jauh lebih terkejut adalah sosok pria yang berdiri di sampingnya. Joko Supriono. Pria yang selama ini ingin aku hindari... mimpi buruk di masa laluku. Mas Calvin melangkah setengah langkah ke depan, berdiri di depanku seolah menjadi pelindung. Aku bisa merasakan ketegangan di tubuhnya, apalagi saat si Joko menyunggingkan senyum licik yang sangat aku kenal. "Alea... lama tidak bertemu." Suaranya membuat bulu kudukku meremang. Aku menguatkan diri, menatap tajam tanpa menunjukkan sedikit pun rasa takut. "Kamu... kenapa ada di sini?" suaraku terdengar bergetar, tapi aku berusaha tetap tegar. Joko melirik Erika dengan senyum samar. "Aku

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 108. Membahas Lamaran

    "Mas, Evan minta kita bantu buat nyiapin lamarannya, kamu ada ide?" tanyaku sambil melirik mas Calvin yang fokus menyetir.Suamiku menoleh sekilas, bibirnya melengkung tipis."Evan minta bantuan kamu... atau kita?" godanya.Aku mendengus pelan, melipat tangan di dada pura-pura kesal."Ya jelas kita lah, Mas! Masa aku sendiri? Kamu kan jago soal beginian."Mas Calvin terkekeh, tapi aku tahu dia memang senang jika dilibatkan."Hmm..." gumamnya sambil mengetuk-ngetuk setir, seolah berpikir."Kita bisa buat acara kecil di restoran kamu. Gak usah mewah, yang penting intimate dan berkesan."Mataku langsung berbinar, ide itu terdengar sempurna."Kayaknya Nadine tipe yang gak suka hal-hal berlebihan, ya?"Mas Calvin mengangguk kecil."Iya... dan Evan pasti pengen suasana yang sederhana tapi bermakna."Aku tersenyum, membayangkan wajah Evan yang pasti akan gugup di hari lamarannya.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status