Beranda / Rumah Tangga / BUKAN MENANTU KAMPUNGAN / Bab 59. Siapa Pemilik Restoran

Share

Bab 59. Siapa Pemilik Restoran

Penulis: Jielmom
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-29 10:00:59

“Jadi maksud ibu, pelayan kami yang ceroboh hingga harus dipecat?” tanya Evan kepada Erika.

“Tentu saja! Bukankah kalau ada yang merugikan harus segera disingkirkan?” Erika balik bertanya.

“Maksud kamu apa? Apa perlu kita buka CCTV disini?” tanyaku langsung kepada Erika. Pertanyaanku membuat Erika tertawa.

“Hahaha, lihat, pelayanmu ini! Bahkan tidak ada sopan santunnya kepada pelanggan. Kenapa sih tidak dipecat saja? tanya Erika ngotot.

“Tentu saja saya tidak bisa memecatnya,” ucap Evan.

“Kenapa? Emangnya dia yang punya restoran ini?” ejek Erika.

“Tentu saja!” jawab Evan kemudian melipat tangan di depan dadanya.

“Cih! Mana ada tukang cuci piring pemilik restoran ini?” Kembali Erika menyerang.

“Kata siapa mbak Alea ini tukang cuci piring? Dia penanggung jawab dan pemilik restoran ini!” jawab Evan dengan tegas.

Seketika itu pula, para pengunjung mulai berbisik-bisik, ada yang mulai merekam kejadian ini de
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 60. Kedatangan Mantan Mertua

    “Dek, mas minta maaf, mas janji gak akan ngeluarin kata-kata yang gak pantas,” mohon mas Farhan.“Untuk apa mas minta maaf? Apa karena aku pemilik restoran ini, jadi mas Farhan berubah menjadi baik? Maaf mas Farhan, hubungan kita sudah berakhir sejak mas Farhan sendiri berkata cerai, aku hanya bisa berkata, ‘alhamdulilah’,” ucapku meninggalkan mas Farhan. Pak Daman pun sudah melihat ke arahku untuk mengantarkan aku pulang kembali ke rumah.“Dek, Dek!! Mas minta maaf, Dek!” teriak mas Farhan sambil menangis mengejar mobilku.“Itu gak apa-apa dibiarkan, Non?” tanya pak Daman.“Dia sudah mantan pak. Ingin balikan karena tahu saya yang punya restoran ini. Kalau saya hanya cuma tukang cuci piring, dia dan keluarganya menginjak-injak saya, pak. Makanya biarkan saja dia seperti itu,” ucapku acuh.“Oh, gitu ceritanya.” Pak Daman tidak lagi berani bertanya apapun, mungkin terlalu sensitif untuk dibicarakan. Berbeda jika dia adalah bagian dari

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 61. Kedatangan Pelakor

    “Kak! Aku masih dalam proses perceraian, kakak malah jodoh-jodohin! Hatiku saja sedang galau tidak menentu.”“Kamu benar, urus dulu saja perceraian kamu dengan si Farhan itu. Setidaknya buat dirimu sendiri bahagia.”“Yah benar, hatiku sendiri harus bahagia. Baru bisa membuka hatiku untuk orang lain,” keluhku.“Hahaha, Alea, ingat ketika kamu sedang bermasalah, jangan selesaikan dengan caramu sendiri, Kamu tidak akan kuat, tapi, serahkan seluruh masalahmu kepada Tuhan, maka pada saat kamu sujud, kamu diberikan ketenangan, jalan pikiran yang tadinya buntu pasti akan menemukan jalannya.” “Bener yang kamu bilang kak! Aku bodoh sekali, aku terus-terusan bersedih. Karena aku pikir bisa melegakan aku, tapi malah justru ingin berdiam diri terus dan gak mau ngapa-ngapain.”“Bersedih boleh, tapi harus melihat masa depan. Yuk bangkit! Oh yah, mengenai orang yang menguntitmu setiap hari, aku sudah mendapatkan orang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 62. Selamat Tinggal

    Aku bermimpi di sebuah taman yang sangat indah. Banyak pohon yang rindang dan bunga-bunga berwarna-warni harum semerbak. Di samping sisiku ada sungai yang airnya jernih sekali, meminumnya pasti akan terasa segar kembali. Tempat itu sungguh menyenangkan. Tidak ada kesedihan, kesakitan, membuatku ingin tersenyum dan tertawa. Bahagia sekali. Aku mencoba berjalan mengikuti aliran sungai hingga tiba-tiba aku mendengar seorang bayi menangis. Aku menghentikan sejenak langkahku dan berusaha untuk mencari dimana sumber suara itu. Aku melihat sebuah keranjang dari rotan mengapung diatas air, dan sumber bayi menangis itu berasal dari atas keranjang rotan itu. Aku berusaha mencari ranting untuk menggapai keranjang rotan itu. Aku merasa kasihan dengan bayi yang menangis itu. Siapa yang tega membuangnya.Aku berusaha untuk menggapainya, tapi terlalu sulit. Aku mencoba masuk tapi aku merasakan sesuatu yang aneh. Aku tidak bisa menginjak dasar sungai wala

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 63. Dikuret

    “Apa maksud pak Calvin mengerlingkan mata? Apa dia mulai menjadi pria mes*um?” Tak habis pikir diriku. Tindakannya membuat aku menjadi salah tingkah, ada rasa senang diperhatikan, tapi kalau terlalu berlebih? Hah! Sudahlah, sebaiknya aku tidak perlu memikirkan pak Calvin.“Tante!!!” teriak Shasha yang di gendong pak Calvin masuk ke ruang perawatan.“Astaga! Aku sudah berpikir aneh-aneh, ternyata pak Calvin datang membawa Shasha! Betapa geernya aku!” batinku.“Tante sudah sembuh? Tadi Shasha lihat Tante penuh dengan darah. Shasha nangis takut Tante kenapa-napa. Sekarang Tante sudah sembuh?” tanya Shasha memastikan.Aku tersenyum dan mengangguk. “Tante sudah sembuh, sayang!” ucapku sambil merenggangkan tanganku untuk memeluk gadis kecil di depanku ini. Langsung saja Shasha melepaskan diri dari gendongannya papanya dan menghambur ke pelukanku.“Terima kasih, Sayang. Karena Shasha yang sudah menemukan Tante sakit di rumah. Andai jika Sha

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 64. Evan Si Lambe Turah

    “Hei, ini rumah sakit Van! Gak boleh berisik!” hardikku ketika melihat Evan masuk dengan tergopoh-gopoh.“Gimana mbak Alea gak bikin panik? Sopirmu datang-datang ke resto cariin kamu, mbak. Aku kira mantanmu itu udah nyulik mbak, apalagi malam kemarin mereka dipermalukan. Ditambah aku dapat info kalau mbak keguguran, ya Allah.” Evan menghampiriku, membawakan berbagai macam buah-buahan. “Tadinya aku mau datang lebih awal setelah tahu mbak masuk rumah sakit. Aku jadi ikutan panik. Mana ini hari Sabtu, hari kedua acara event kita ini. Jadi aku selesaikan dulu urusan resto, aku minta bantuan Amanda buat nanganin, setelah semua beres, baru aku bisa kemari.”“Maafin mbak ya, udah bikin kamu panik,” sesalku. Tadinya aku pun berniat untuk pergi ke restoran. Aku ingin melihat perkembangan event ini.“Mbak, gak cuma aku kali, semua tim kita pada panik mbak masuk rumah sakit! Huff! Kenapa sih mbak bisa seperti ini?” Evan menarik kursi, membawanya dekat

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 65. Aku Jatuh Cinta?

    “Siapa ini?” tanyaku pada orang yang mengirimkan pesan kepadaku.“Maaf, aku Calvin. Kita memang belum sempat bertukar nomor telepon. Jadi aku meminta nomor telepon kamu dari Leo.”“Oh ternyata pak Calvin.” Tanganku sampai bergetar karena dikirimi pesan, tapi aku harus menjaga imageku di depannya bukan?“Maaf pak. Saya tidak tahu, karena saya tidak sembarangan memberikan nomor telepon saya pada orang lain,” jawabku. Tahu kan, sekarang ini banyak banget penipuan yang memakai nomor telepon, tahu-tahu di hack dan dikuras rekening mobile kita.“Tidak apa-apa, kamu siap-siap saja dulu. Aku sedang menunggu Shasha selesai diikat rambutnya.”Aku geli mendengar pak Calvin yang selalu bercerita mengenai anaknya. Sekarang aku membayangkan rambut Shasha diikat, tapi sampai rumah sakit pasti dilepas semua oleh tangan jahil Shasha.“Tapi saya ada sopir, pak Daman,” balasku, tapi tidak dijawab lagi. Mungkin mereka sudah dalam perjalanan ke rumah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 66. Aku Pelakor?

    Aku melihat ke belakang ke arah sumber suara dan melihat Putri sedang menenteng tas belanjaan keluar dari mall dan menghardik kami yang sedang duduk membelakanginya.Pak Calvin berdiri untuk mencegah amukan Putri untuk mengangguku. Segera saja dia menyeret putri agak jauh ke tempat parkir mobil untuk berbicara berdua dengan pak Calvin. Aku hanya bisa memandanginya, aku tidak tahu apa yang dibicarakan mereka, tapi aku tahu raut muka Putri yang tidak suka denganku. Mungkin sekarang dia semakin membenciku karena aku kedapatan duduk berdekatan dengan pak Calvin.“Astagfirullah … astaghfirullah …” Aku hanya bisa beristighfar, sepertinya kejadian tiba-tiba begini bisa membuat jantungku lemah.Setelah cukup lama aku memperhatikan pak Calvin dan Putri, akhirnya Putri pergi meninggalkan pak Calvin dengan tergesa-gesa. Sedangkan pak Calvin hanya menyugar rambutnya dan dengan lesu kembali ke restoran.Sesampainya pak Calvin di mejaku ini, menu makanan pun su

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 67. Harta Gono Gini

    “Apa? Harta gono gini? Apa mas gak tahu apa itu harga gono gini?” tanyaku dengan emosi.“Tentu saja! Apa yang menjadi kekayaan setelah kita menikah akan menjadi milik kita berdua! Jadi, akan mas gugat restoran itu untuk dibagi 2 sebagai harta gono gini! Tidak hanya restoran! Tapi rumah yang kamu tempati sekarang ini, Alea! Aku tahu, ini bukan rumah kontrakan, tapi rumahmu … atau rumah simpanan dari lelaki yang menolongmu di restoran?” tanya mas Farhan dengan sinis dan mengejek.Entah kenapa pertanyaannya mas Farhan membuatku semakin emosi, tiba-tiba saja tangan ini sudah melayang di pipi mas Farhan. “Jaga ucapanmu, mas Farhan!”Mas Farhan kaget, aku berani menamparnya. Dengan mata melotot dan menunjuk kepadaku terlihat dirinya mempunyai rasa dendam padaku. “Ingat Alea, aku akan mencatatnya hal ini! Kamu sudah melakukan kdrt pada suamimu ini! Aku akan membuat laporan!” ucap mas Farhan dan dia pergi begitu saja menggunakan mobilnya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02

Bab terbaru

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 106. Putri Lagi

    Tanganku gemetar saat mengetik balasan. Aku tahu, kalau aku diam saja, maka Putri akan memutarbalikkan segalanya.“Aku di kafe, barusan bertemu Chef Hengki. Dia pamit mau pindah ke Jepang.”Tidak sampai satu menit, mas Calvin langsung membalas.“Kenapa nggak kasih tahu aku dari awal? Kenapa kamu nggak bilang mau ketemu dia?”Aku menggigit bibir. Memang aku salah karena tidak bilang sebelumnya. Tapi aku benar-benar tidak menyangka akan bertemu Chef Hengki hari ini.“Aku juga nggak rencana ketemu, dia tiba-tiba hubungi aku dan ingin pamit…”Pesan mas Calvin tidak langsung dibalas. Hatiku semakin gelisah. Aku menatap layar, menunggu hingga akhirnya ponselku bergetar.“Oke, aku percaya kamu. Pulang sekarang, jangan berlama-lama di luar.”Aku menarik napas lega.Ya Tuhan... aku bersyukur Calvin masih mempercayaiku.Aku berusaha menenangkan diriku setelah membalas pesan Calvin. Baru saja aku hendak berdir

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 105. Pertemuan Terakhir

    Setelah beberapa detik hening, Evan akhirnya berkata, "Kalau itu keputusanmu, semoga beruntung."Nada suaranya datar. Aku bisa merasakan ada sesuatu yang ditahannya, tapi Amanda terlalu tenggelam dalam obsesinya untuk menyadarinya."Terima kasih, Evan! Aku janji akan menghubungi kalian setelah sampai di sana!" katanya dengan senyum lebar, lalu melambaikan tangan dan keluar ruangan.Aku hanya bisa membalas senyumnya samar. Di dalam hatiku, aku tahu ini bukan keputusan yang baik. Tapi ini hidup Amanda, dan aku tidak bisa menghentikannya.Aku baru saja selesai berbincang dengan Evan ketika ponselku bergetar di dalam saku. Aku mengambilnya dan melihat nama yang muncul di layar—Chef Hengki.Alisku berkerut. Kenapa dia menghubungiku? Dengan ragu, aku membuka pesan darinya.“Alea, aku ingin bertemu. Bisa kita bicara berdua?”Aku menelan ludah. Setelah semua yang terjadi, aku tidak menyangka dia masih ingin bertemu denganku.

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 104. Kedatangan Amanda

    Evan menarik napas dalam, lalu berkata, "Restoran baru Chef Hengki yang rencananya akan buka sebentar lagi… tiba-tiba akan dijual.”Aku mengerutkan kening mendengar ucapan Evan."Restoran Chef Hengki akan dijual?" tanyaku, berusaha memastikan aku tidak salah dengar.Evan mengangguk. "Iya, padahal restorannya belum sempat dibuka."Aku menarik napas dalam. Aku tidak ingin lagi ada urusan dengan Chef Hengki, terutama setelah masalah Amanda. Aku sudah bertekad untuk menjauh darinya."Kenapa kamu memberitahuku soal ini?" tanyaku akhirnya.Evan menatapku sejenak sebelum menjawab. "Karena ini kesempatan besar, mbak Alea. Restoran itu lokasinya strategis, dan konsepnya sudah matang. Aku tahu kamu dan mas Calvin punya visi besar untuk bisnis kuliner kalian."Aku menggeleng cepat. "Aku tidak tertarik. Aku tidak ingin terlibat dalam urusan Chef Hengki lagi."Evan tampak terkejut dengan reaksiku. "Tapi ini soal bisnis, buka

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 103. Olahraga

    Shasha berdiri di ambang pintu dengan boneka favoritnya di tangan, matanya berbinar penuh semangat."Sayang, sudah larut malam. Kenapa tiba-tiba mau tidur di sini?" tanyaku, mencoba menenangkan diri."Shasha mau tidur sama adik! Kan adik masih di perut Mama, jadi Shasha harus jagain adik dari sekarang!" katanya polos.Aku dan Calvin saling berpandangan. Aku melihat Calvin berusaha menahan senyum geli."Tapi, sayang, adik masih kecil sekali di dalam perut Mama. Dia belum bisa merasakan kalau kamu tidur di sini," ucap mas Calvin lembut, membujuknya."Tapi Shasha mau nemenin! Kalau nggak, adik kesepian," protesnya, mengerucutkan bibirnya.Aku tertawa kecil dan mengusap rambutnya dengan lembut. "Baiklah, kalau begitu, malam ini kamu bisa tidur di sini."Shasha langsung tersenyum lebar, lalu berbaring di tengah-tengah kami sambil memeluk bonekanya erat-erat. Tapi sebelum dia memejamkan mata,

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 102 Kehebohan di Malam Hari

    Aku bisa merasakan detak jantungku semakin cepat. Mas Calvin menggenggam tanganku dan tersenyum, lalu berkata dengan suara mantap, “Mama, Alea hamil.” Sejenak, tidak ada suara di seberang sana. Lalu, terdengar helaan napas kaget, disusul suara penuh kebahagiaan. “Benarkah? Ya Tuhan, Calvin! Mama senang sekali!” Aku bisa mendengar suara Mama Calvin yang jelas-jelas penuh dengan emosi bahagia. “Alea sayang, selamat ya, Nak! Kamu baik-baik saja? Kamu sehat?” tanyanya padaku. Aku tersenyum dan menjawab, “Iya, Ma. Aku baik-baik saja, hanya sedikit mual-mual.” “Itu wajar, Sayang. Mama senang sekali akhirnya keluarga kecil kalian bertambah. Mama harus segera ke sana! Aku ingin melihat kalian!” Aku melirik mas Calvin, meminta pendapatnya. Dia hanya mengangkat bahu dan tersenyum. “Tentu, Ma. Kami juga ingin Mama di sini.” “Kalau begitu, Mama akan segera mengatur jadwal. Kalian jaga diri baik-baik, terut

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 101 Berita Penting

    Tak lama kemudian, mas Calvin kembali dengan sebuah kantong plastik kecil di tangannya. Ia tampak sedikit kehabisan napas, seolah berlari agar bisa cepat kembali ke sisiku. "Aku sudah beli," katanya, menyerahkan test pack kepadaku. Aku mengambilnya dengan tangan sedikit gemetar. Mas Calvin langsung duduk di sampingku, menggenggam jemariku erat. "Aku temani, ya?" tanyanya lembut. Aku mengangguk pelan. "Oke." Dengan langkah hati-hati, aku menuju kamar mandi. Mas Calvin menunggu di depan pintu, sesekali mengetuk pelan untuk memastikan aku baik-baik saja. Setelah beberapa menit yang terasa seperti selamanya, aku keluar dengan test pack di tanganku. Kami duduk di tepi ranjang bersama, menunggu hasilnya. Calvin menggenggam tanganku erat, jempolnya mengusap punggung tanganku dengan lembut. "Apa pun hasilnya, aku ada di sini," bisiknya. Hatiku berdebar kencang. Aku menatap test pack itu

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 100. Sakit

    Saat mobil mas Calvin berhenti di depan restoran, aku menghembuskan napas lega. Aku terlalu lelah untuk berdiri, jadi aku hanya menunggu di bangku lobi sampai mas Calvin turun dan menghampiriku.Begitu melihatku, ekspresi mas Calvin langsung berubah. Matanya menatapku penuh kecemasan, lalu dia berjongkok di hadapanku. “Sayang, kamu kenapa? Mukamu pucat.”Aku mencoba tersenyum tipis. “Aku nggak enak badan, kepala pusing, terus mual.”Mas Calvin langsung menggenggam tanganku, hangat dan menenangkan. “Ayo kita pulang. Kamu harus istirahat.” Dia membantu aku berdiri, tangannya melingkari pinggangku untuk memastikan aku tidak jatuh.Aku bersandar padanya, membiarkan mas Calvin membimbingku menuju mobil. Aku bisa merasakan betapa khawatirnya dia, apalagi saat aku sempat terhuyung sedikit sebelum masuk ke dalam mobil.Begitu kami duduk di dalam, mas Calvin menatapku serius. “Kita ke dokter dulu, ya?”Aku menggeleng lemah. “Nggak usah, a

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 99. Dilabrak Amanda

    "Tapi sebelum kau melakukannya, pikirkan baik-baik. Aku bisa membongkar semua kelakuan kotormu. Termasuk hubunganmu dengan Amanda."Sekilas, aku melihat ekspresi chef Hengki berubah. Sesaat dia tampak terkejut, tapi dengan cepat dia kembali tersenyum licik. "Amanda? Kenapa kau membawa-bawa dia? Itu urusan pribadiku."Mas Calvin tersenyum miring. "Urusan pribadimu? Seorang pria dewasa meniduri wanita yang masih muda, lalu membiarkannya berpikir bahwa itu cinta? Kau yakin ingin membawa ini ke ranah hukum?"“Hei! Kita melakukannya atas dasar suka sama suka! Tidak ada paksaan! Kita sudah sama-sama dewasa!” Aku melihat chef Calvin menggertakkan giginya. Dia jelas tidak menyangka chef Hengki akan membalas seperti itu.Mas Calvin tidak menanggapi lagi. Dia hanya menarik tanganku dan membukakan pintu mobil untukku. "Ayo pulang," bisiknya lembut.Aku menurut, masuk ke dalam mobil dengan perasaan campur aduk. Saat mas Calvin menyalakan mesin dan mu

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 98 Bertemu dengan Chef Hengki

    “Baiklah,” katanya tegas. “Aku akan menemuimu di restoran setelah jam operasional selesai. Kita hadapi dia bersama.”Aku menutup mata, merasa lega karena mas Calvin mau menemani. “Terima kasih, Mas. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpamu.”“Aku tidak akan membiarkanmu menghadapi ini sendirian, Alea,” katanya lembut. “Kita akan menyelesaikan ini bersama.”Aku tersenyum tipis meskipun perasaan gelisah masih menggelayut di hatiku.***Saat jam operasional restoran berakhir, aku masih berdiri di dapur, menatap kosong ke arah meja stainless steel di depanku. Tanganku menggenggam erat kain lap yang sedari tadi kugunakan untuk menyibukkan diri, tetapi pikiranku melayang entah ke mana.Perasaanku tidak tenang. Rasa gelisah semakin kuat seiring waktu berjalan. Bahkan saat restoran mulai sepi dan para staf mulai pulang satu per satu, aku tetap merasa ada sesuatu yang tidak beres.“Mbak Alea, aku pulang dulu, ya,” suara Eva

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status