Share

Bab 58. Debat

Author: Jielmom
last update Last Updated: 2025-01-28 17:00:23

“Apa yang kalian inginkan?” tanyaku acuh untuk tetap bersikap profesional. Memegang notes dan mulai mencatat.

“Kulihat restoran ini penuh dan ternyata untuk masuk sini saja harus booking dulu. Beruntung aku dan mas Farhan lihat spanduk dan mencoba untuk mencicipi makanan disini. Aku ingin tahu, apa rekomendasi makanan untukku dan suamiku ini,” tanya Erika sambil melihat menu yang cuma ada selembar.

“Kami menyediakan makanan dari menu pembuka, menu utama dan menu dessert. Menu pembuka bisa kalian pilih, soup atau salad. Sedangkan di menu utama steak dengan berbagai saus. Sedangkan dessert kami sediakan puding, creme brulee dan waffle ice cream.” Aku yang membuat menu, tentu saja aku tahu dan bisa menjelaskan pada makhluk yang sedang duduk dengan sombongnya di hadapanku ini.

“Sayang, kamu mau makan apa?” tanya Erika pada mas Farhan dengan manjanya. Sedangkan mas Farhan sedari tadi hanya menatapku. Entahlah apa yang sedang dipikirkann
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 59. Siapa Pemilik Restoran

    “Jadi maksud ibu, pelayan kami yang ceroboh hingga harus dipecat?” tanya Evan kepada Erika.“Tentu saja! Bukankah kalau ada yang merugikan harus segera disingkirkan?” Erika balik bertanya.“Maksud kamu apa? Apa perlu kita buka CCTV disini?” tanyaku langsung kepada Erika. Pertanyaanku membuat Erika tertawa.“Hahaha, lihat, pelayanmu ini! Bahkan tidak ada sopan santunnya kepada pelanggan. Kenapa sih tidak dipecat saja? tanya Erika ngotot.“Tentu saja saya tidak bisa memecatnya,” ucap Evan.“Kenapa? Emangnya dia yang punya restoran ini?” ejek Erika.“Tentu saja!” jawab Evan kemudian melipat tangan di depan dadanya.“Cih! Mana ada tukang cuci piring pemilik restoran ini?” Kembali Erika menyerang.“Kata siapa mbak Alea ini tukang cuci piring? Dia penanggung jawab dan pemilik restoran ini!” jawab Evan dengan tegas.Seketika itu pula, para pengunjung mulai berbisik-bisik, ada yang mulai merekam kejadian ini de

    Last Updated : 2025-01-29
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 60. Kedatangan Mantan Mertua

    “Dek, mas minta maaf, mas janji gak akan ngeluarin kata-kata yang gak pantas,” mohon mas Farhan.“Untuk apa mas minta maaf? Apa karena aku pemilik restoran ini, jadi mas Farhan berubah menjadi baik? Maaf mas Farhan, hubungan kita sudah berakhir sejak mas Farhan sendiri berkata cerai, aku hanya bisa berkata, ‘alhamdulilah’,” ucapku meninggalkan mas Farhan. Pak Daman pun sudah melihat ke arahku untuk mengantarkan aku pulang kembali ke rumah.“Dek, Dek!! Mas minta maaf, Dek!” teriak mas Farhan sambil menangis mengejar mobilku.“Itu gak apa-apa dibiarkan, Non?” tanya pak Daman.“Dia sudah mantan pak. Ingin balikan karena tahu saya yang punya restoran ini. Kalau saya hanya cuma tukang cuci piring, dia dan keluarganya menginjak-injak saya, pak. Makanya biarkan saja dia seperti itu,” ucapku acuh.“Oh, gitu ceritanya.” Pak Daman tidak lagi berani bertanya apapun, mungkin terlalu sensitif untuk dibicarakan. Berbeda jika dia adalah bagian dari

    Last Updated : 2025-01-29
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 61. Kedatangan Pelakor

    “Kak! Aku masih dalam proses perceraian, kakak malah jodoh-jodohin! Hatiku saja sedang galau tidak menentu.”“Kamu benar, urus dulu saja perceraian kamu dengan si Farhan itu. Setidaknya buat dirimu sendiri bahagia.”“Yah benar, hatiku sendiri harus bahagia. Baru bisa membuka hatiku untuk orang lain,” keluhku.“Hahaha, Alea, ingat ketika kamu sedang bermasalah, jangan selesaikan dengan caramu sendiri, Kamu tidak akan kuat, tapi, serahkan seluruh masalahmu kepada Tuhan, maka pada saat kamu sujud, kamu diberikan ketenangan, jalan pikiran yang tadinya buntu pasti akan menemukan jalannya.” “Bener yang kamu bilang kak! Aku bodoh sekali, aku terus-terusan bersedih. Karena aku pikir bisa melegakan aku, tapi malah justru ingin berdiam diri terus dan gak mau ngapa-ngapain.”“Bersedih boleh, tapi harus melihat masa depan. Yuk bangkit! Oh yah, mengenai orang yang menguntitmu setiap hari, aku sudah mendapatkan orang

    Last Updated : 2025-01-30
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 62. Selamat Tinggal

    Aku bermimpi di sebuah taman yang sangat indah. Banyak pohon yang rindang dan bunga-bunga berwarna-warni harum semerbak. Di samping sisiku ada sungai yang airnya jernih sekali, meminumnya pasti akan terasa segar kembali. Tempat itu sungguh menyenangkan. Tidak ada kesedihan, kesakitan, membuatku ingin tersenyum dan tertawa. Bahagia sekali. Aku mencoba berjalan mengikuti aliran sungai hingga tiba-tiba aku mendengar seorang bayi menangis. Aku menghentikan sejenak langkahku dan berusaha untuk mencari dimana sumber suara itu. Aku melihat sebuah keranjang dari rotan mengapung diatas air, dan sumber bayi menangis itu berasal dari atas keranjang rotan itu. Aku berusaha mencari ranting untuk menggapai keranjang rotan itu. Aku merasa kasihan dengan bayi yang menangis itu. Siapa yang tega membuangnya.Aku berusaha untuk menggapainya, tapi terlalu sulit. Aku mencoba masuk tapi aku merasakan sesuatu yang aneh. Aku tidak bisa menginjak dasar sungai wala

    Last Updated : 2025-01-30
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 63. Dikuret

    “Apa maksud pak Calvin mengerlingkan mata? Apa dia mulai menjadi pria mes*um?” Tak habis pikir diriku. Tindakannya membuat aku menjadi salah tingkah, ada rasa senang diperhatikan, tapi kalau terlalu berlebih? Hah! Sudahlah, sebaiknya aku tidak perlu memikirkan pak Calvin.“Tante!!!” teriak Shasha yang di gendong pak Calvin masuk ke ruang perawatan.“Astaga! Aku sudah berpikir aneh-aneh, ternyata pak Calvin datang membawa Shasha! Betapa geernya aku!” batinku.“Tante sudah sembuh? Tadi Shasha lihat Tante penuh dengan darah. Shasha nangis takut Tante kenapa-napa. Sekarang Tante sudah sembuh?” tanya Shasha memastikan.Aku tersenyum dan mengangguk. “Tante sudah sembuh, sayang!” ucapku sambil merenggangkan tanganku untuk memeluk gadis kecil di depanku ini. Langsung saja Shasha melepaskan diri dari gendongannya papanya dan menghambur ke pelukanku.“Terima kasih, Sayang. Karena Shasha yang sudah menemukan Tante sakit di rumah. Andai jika Sha

    Last Updated : 2025-01-31
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 64. Evan Si Lambe Turah

    “Hei, ini rumah sakit Van! Gak boleh berisik!” hardikku ketika melihat Evan masuk dengan tergopoh-gopoh.“Gimana mbak Alea gak bikin panik? Sopirmu datang-datang ke resto cariin kamu, mbak. Aku kira mantanmu itu udah nyulik mbak, apalagi malam kemarin mereka dipermalukan. Ditambah aku dapat info kalau mbak keguguran, ya Allah.” Evan menghampiriku, membawakan berbagai macam buah-buahan. “Tadinya aku mau datang lebih awal setelah tahu mbak masuk rumah sakit. Aku jadi ikutan panik. Mana ini hari Sabtu, hari kedua acara event kita ini. Jadi aku selesaikan dulu urusan resto, aku minta bantuan Amanda buat nanganin, setelah semua beres, baru aku bisa kemari.”“Maafin mbak ya, udah bikin kamu panik,” sesalku. Tadinya aku pun berniat untuk pergi ke restoran. Aku ingin melihat perkembangan event ini.“Mbak, gak cuma aku kali, semua tim kita pada panik mbak masuk rumah sakit! Huff! Kenapa sih mbak bisa seperti ini?” Evan menarik kursi, membawanya dekat

    Last Updated : 2025-01-31
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 65. Aku Jatuh Cinta?

    “Siapa ini?” tanyaku pada orang yang mengirimkan pesan kepadaku.“Maaf, aku Calvin. Kita memang belum sempat bertukar nomor telepon. Jadi aku meminta nomor telepon kamu dari Leo.”“Oh ternyata pak Calvin.” Tanganku sampai bergetar karena dikirimi pesan, tapi aku harus menjaga imageku di depannya bukan?“Maaf pak. Saya tidak tahu, karena saya tidak sembarangan memberikan nomor telepon saya pada orang lain,” jawabku. Tahu kan, sekarang ini banyak banget penipuan yang memakai nomor telepon, tahu-tahu di hack dan dikuras rekening mobile kita.“Tidak apa-apa, kamu siap-siap saja dulu. Aku sedang menunggu Shasha selesai diikat rambutnya.”Aku geli mendengar pak Calvin yang selalu bercerita mengenai anaknya. Sekarang aku membayangkan rambut Shasha diikat, tapi sampai rumah sakit pasti dilepas semua oleh tangan jahil Shasha.“Tapi saya ada sopir, pak Daman,” balasku, tapi tidak dijawab lagi. Mungkin mereka sudah dalam perjalanan ke rumah

    Last Updated : 2025-02-01
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 66. Aku Pelakor?

    Aku melihat ke belakang ke arah sumber suara dan melihat Putri sedang menenteng tas belanjaan keluar dari mall dan menghardik kami yang sedang duduk membelakanginya.Pak Calvin berdiri untuk mencegah amukan Putri untuk mengangguku. Segera saja dia menyeret putri agak jauh ke tempat parkir mobil untuk berbicara berdua dengan pak Calvin. Aku hanya bisa memandanginya, aku tidak tahu apa yang dibicarakan mereka, tapi aku tahu raut muka Putri yang tidak suka denganku. Mungkin sekarang dia semakin membenciku karena aku kedapatan duduk berdekatan dengan pak Calvin.“Astagfirullah … astaghfirullah …” Aku hanya bisa beristighfar, sepertinya kejadian tiba-tiba begini bisa membuat jantungku lemah.Setelah cukup lama aku memperhatikan pak Calvin dan Putri, akhirnya Putri pergi meninggalkan pak Calvin dengan tergesa-gesa. Sedangkan pak Calvin hanya menyugar rambutnya dan dengan lesu kembali ke restoran.Sesampainya pak Calvin di mejaku ini, menu makanan pun su

    Last Updated : 2025-02-01

Latest chapter

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 116. Akhir Sebuah Kisah

    Aku duduk di ruanganku di restoran sambil menggulir layar ponsel. Berita tentang penangkapan Joko Supriono terus muncul di berbagai platform berita online. Ini menjadi pembicaraan hangat di media sosial, dan aku bisa membayangkan betapa kacaunya situasi di pihak Erika dan keluarganya saat ini. Evan baru saja kembali dari honeymoon-nya di Bali. Begitu masuk ke restoran, dia tampak lebih segar dengan senyum santainya yang khas. Aku melihatnya melangkah ke arahku sambil melepaskan kacamata hitam yang masih menggantung di wajahnya. "Hei, bos! Aku kembali," katanya dengan nada riang. "Kau merindukanku?" Aku tersenyum kecil dan mengangkat alis. "Kau hanya pergi seminggu, Evan." "Tapi tetap saja, restoran tanpa aku pasti terasa sepi, kan?" Dia tertawa, lalu menarik kursi di depanku. Namun, senyumnya sedikit memudar saat melihat aku masih sibuk menatap layar ponsel. "Kau kenapa sih? Dari tadi main ponsel terus," tany

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 115 Kisah Yang Berulang

    Aku menggeleng, mencoba tetap tenang. “Tunggu sebentar, Ratih. Maksudmu, Mas Calvin sudah tahu semua ini sejak awal?” Ratih menatapku dengan ekspresi datar, tapi aku bisa melihat ada sedikit ketegangan di sana. “Aku tidak tahu sejak kapan tepatnya. Tapi beberapa waktu lalu, suamimu menemui Mas Farhan dan menunjukkan bukti bahwa perusahaan yang dikelola mbak Erika sebenarnya mendapat suntikan dana dari seseorang yang mencurigakan. Mas Farhan tidak percaya pada awalnya, tapi setelah diselidiki lebih jauh, ternyata perusahaan Erika hampir bangkrut dan di saat itulah nama mas Joko muncul.” Aku menahan napas. “Jadi, Joko yang menyelamatkan perusahaan Erika?” Ratih mengangguk. “Iya. Dan Mbak tahu sendiri siapa mas Joko, bukan?” Tubuhku membeku. Joko bukan orang baik. Aku tahu itu. Tapi yang lebih mengejutkan adalah keterlibatan Mas Calvin dalam semua ini. Kenapa dia menyelidikinya? “Mbak Alea,” panggil Ratih pelan,

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 114. Hilangnya Joko Supriono

    Aku menghela napas sebelum mengangkatnya."Ada apa?" tanyaku datar."Apa yang kamu lakukan kepada Erika, Alea?!" suara Farhan terdengar penuh amarah di seberang sana.Aku mengernyit. "Apa maksud Mas Farhan?""Erika masuk rumah sakit! Dia tiba-tiba stres dan pingsan! Dia bilang ini semua gara-gara kamu!"Aku menggeleng tak percaya. "Dengar, Mas. Aku bahkan tidak bertemu Erika hari ini. Kalau dia merasa bersalah atau tertekan, itu urusannya, bukan salahku.""Jangan pura-pura tidak tahu! Kamu selalu iri dengan kebahagiaan kami, kan?! Makanya kamu sengaja membuat kekacauan!"Aku tertawa sinis. "Kebahagiaan? Mas serius? Dari awal, aku tidak pernah peduli dengan hubungan kalian. Aku sudah lama melupakan semuanya. Jadi kalau Erika merasa bersalah atau takut rahasianya terbongkar, itu bukan urusanku!""Kamu keterlaluan, Alea!" bentaknya lagi.Aku mendengus. "Mas, aku sudah cukup lelah dengan drama kalian. Kalau

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 113. Gara-Gara Joko

    Setelah pertemuan tak terduga dengan Ibu Aminah, aku menghela napas panjang, mencoba mengabaikan semua yang baru saja terjadi. Aku tidak punya waktu untuk memikirkan hal-hal yang tidak penting bagiku lagi. Fokus utamaku saat ini adalah restoran. Aku segera melanjutkan keperluanku di pasar, bertemu dengan beberapa supplier yang selama ini bekerja sama dengan restoranku. Karena Evan sedang cuti menikah, akulah yang harus memastikan semua bahan baku tetap tersedia dengan kualitas terbaik. “Bu Ningsih, seperti biasa, saya pesan ayam fillet dan daging sapi kualitas premium, ya. Kirim ke restoran sore ini.” Bu Ningsih, seorang pemasok daging yang sudah lama bekerja sama denganku, mengangguk sambil mencatat pesananku. “Siap, Mbak Alea. Stok lagi bagus, jadi tenang saja.” Aku melanjutkan ke lapak sayuran, memastikan semua bahan segar yang aku butuhkan tersedia. Setelah semua pesanan sudah diatur, aku mengec

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 112. Di Pasar

    Aku mengerutkan kening dan menatap karyawan yang berbisik padaku. “Tamu?” tanyaku, memastikan aku tidak salah dengar.Karyawan itu mengangguk. “Ya, seorang pria bernama Joko Supriono. Dia bilang ingin bertemu dengan Mbak Alea secara langsung.”Jantungku berdegup lebih cepat. Nama itu bukanlah nama yang ingin kudengar di malam spesial ini. Dengan perasaan waspada, aku melangkah ke arah pintu masuk restoran.Begitu aku keluar, di sana dia berdiri. Joko Supriono, pria paruh baya dengan perut buncit dan senyum yang selalu terasa menjijikkan di mataku. Dia mengenakan kemeja mewah yang sedikit terbuka di bagian atas, seolah ingin menunjukkan kepercayaan dirinya yang berlebihan.“Lama tidak bertemu, Alea,” ucapnya dengan nada yang terdengar akrab, seolah kami adalah teman lama.Aku mengatur napas dan berusaha tetap tenang. “Pak Joko, ada keperluan apa malam-malam begini?” tanyaku dengan nada datar.Dia terkekeh kecil, melirik ke sekelil

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 111. Lamaran Jadi Nikahan

    Semua orang masih larut dalam kebahagiaan setelah Nadine menerima lamaran Evan. Aku tersenyum puas melihat mereka saling menggenggam tangan dengan mata berbinar. Tapi, kejutan sesungguhnya baru akan dimulai.Aku melirik ke arah mas Calvin yang duduk di sebelahku sambil memangku Shasha. Dia mengangguk kecil, tanda bahwa semuanya sudah siap. Aku pun berdiri dan mengambil mikrofon.“Terima kasih untuk semua yang sudah datang dan menyaksikan lamaran Evan dan Nadine malam ini,” ujarku dengan suara mantap. “Tapi, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan.”Semua mata kini tertuju padaku, termasuk Evan yang menatapku dengan alis berkerut. Aku menarik napas dan melanjutkan, “Setelah berdiskusi dengan keluarga Nadine dan Evan, kami memutuskan untuk mengubah acara malam ini… dari sekadar lamaran menjadi akad nikah.”Ruangan mendadak hening. Aku bisa melihat wajah Evan langsung menegang, matanya melebar karena terkejut. Sementara Nadine, meski tampak terkejut, ti

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 110. Lamaran

    Aku duduk merenung di dalam ruanganku sendiri. Bagaimana bisa Erika bersama dengan si Joko? Apa yang terjadi dengan mas Farhan? Kenapa sampai Erika mengancam untuk tidak memberitahukan kepada mas Farhan? Apakah itu artinya Erika ada main dengan si Joko? Lalu bagaimana nasib dengan Ratih? Ah… semakin dipikir membuatku semakin penasaran, tapi aku tidak ingin terlibat langsung dalam urusan rumah tangga mereka. Bukankah aku harus fokus dengan kehamilanku? Aku tidak ingin kejadian yang sama terulang kembali. Rasanya menyakitkan jika aku harus mengalami keguguran lagi karena terlibat urusan dengan keluarga mas Farhan. “Ya! Masa bodoh dengan keluarga orang lain! Masih banyak hal yang aku harus pikirkan!” Aku mensugesti diri sendiri untuk tidak lagi terlibat dalam urusan orang lain. *** Beberapa hari berlalu, dan pikiranku tentang Erika serta si Joko perlahan mulai terkubur oleh kesibukan sehari-hari. Aku menyibukkan diri dengan pekerjaanku di re

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 109. Erika dan Joko Supriono

    Aku berdiri kaku, menatap Erika yang jelas sama terkejutnya denganku. Namun, tatapan Erika tetap dingin seperti biasanya. Wanita itu berdiri dengan perut besarnya, tetap angkuh seolah tidak ada yang perlu dijelaskan. Tapi yang membuatku jauh lebih terkejut adalah sosok pria yang berdiri di sampingnya. Joko Supriono. Pria yang selama ini ingin aku hindari... mimpi buruk di masa laluku. Mas Calvin melangkah setengah langkah ke depan, berdiri di depanku seolah menjadi pelindung. Aku bisa merasakan ketegangan di tubuhnya, apalagi saat si Joko menyunggingkan senyum licik yang sangat aku kenal. "Alea... lama tidak bertemu." Suaranya membuat bulu kudukku meremang. Aku menguatkan diri, menatap tajam tanpa menunjukkan sedikit pun rasa takut. "Kamu... kenapa ada di sini?" suaraku terdengar bergetar, tapi aku berusaha tetap tegar. Joko melirik Erika dengan senyum samar. "Aku

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 108. Membahas Lamaran

    "Mas, Evan minta kita bantu buat nyiapin lamarannya, kamu ada ide?" tanyaku sambil melirik mas Calvin yang fokus menyetir.Suamiku menoleh sekilas, bibirnya melengkung tipis."Evan minta bantuan kamu... atau kita?" godanya.Aku mendengus pelan, melipat tangan di dada pura-pura kesal."Ya jelas kita lah, Mas! Masa aku sendiri? Kamu kan jago soal beginian."Mas Calvin terkekeh, tapi aku tahu dia memang senang jika dilibatkan."Hmm..." gumamnya sambil mengetuk-ngetuk setir, seolah berpikir."Kita bisa buat acara kecil di restoran kamu. Gak usah mewah, yang penting intimate dan berkesan."Mataku langsung berbinar, ide itu terdengar sempurna."Kayaknya Nadine tipe yang gak suka hal-hal berlebihan, ya?"Mas Calvin mengangguk kecil."Iya... dan Evan pasti pengen suasana yang sederhana tapi bermakna."Aku tersenyum, membayangkan wajah Evan yang pasti akan gugup di hari lamarannya.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status