Home / Rumah Tangga / BUKAN MENANTU KAMPUNGAN / Bab 35. Terjebak di Toilet

Share

Bab 35. Terjebak di Toilet

Author: Jielmom
last update Huling Na-update: 2025-01-17 10:00:38

Lelaki tua bangka itu masih saja mendekatiku sambil tersenyum sinis. Dia membuka jas hitamnya dan menaruhnya di pinggiran wastafel yang kering. Aku mundur berusaha untuk menjaga jarak dengannya.

“Apa yang Bapak inginkan?” tanyaku dengan sedikit emosi.

“Tentu saja kita bersenang-senang sebentar, Cantik,” ujarnya sambil membuka ikat pinggang yang melingkar di perutnya dan menurunkan celana kainnya.

“Ini namanya pelecehan! Aku bisa saja memanggil satpam untuk membawamu keluar!” Aku keluarkan ponsel untuk menelepon Evan. Baru saja aku pegang ponsel. Si tua bangka itu merebutnya dan membanting ponselku. Seketika aku melihat wajahnya yang seakan-akan ingin memangsaku. Tanganku dicengkramnya dan tangan lainnya membuka kancing kemejanya.

“Jangan kurang ajar yah!” ancamku.

Bukannya berhenti, lelaki itu malah tertawa. “Sudah kuduga, semakin marah, kamu semakin cantik, Sayang. Layani aku, selagi tidak ada suamimu. Ingat ini hanya rahasia kita berdua
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 36. Maaf, Saya sudah Menikah

    Aku melihat, si preman itu hanya dengan kaos dalam, celana dalam dengan luka lebam di mukanya terlempar keluar dari toilet. Kemudian muncul Calvin sambil membawa pakaian si Joko itu dan melemparkan ke mukanya.“Menyingkir dari sini sebelum satpam yang mengusirmu!” ucap Calvin dengan lantang.Preman itu jatuh tengkurap tak berdaya, dan dari pintu gedung resepsi, Ratih berlari menghampiri preman itu. “Om! Om! Om gak apa-apa?” teriaknya dengan panik.“Papa!” panggil Natasha kepada Calvin, dan segera Calvin menggendong Natasha menggantikan aku.“Terimakasih,” ucapku dengan canggung.“Sama-sama, kamu gak apa-apa, kan?” tanya Calvin. Aku menggeleng. “Aku tidak apa-apa. Nyaris saja, terima kasih, pak Calvin!” ucapku dengan tulus.“Awas kamu yah, Mbak! Sudah buat om aku menjadi seperti ini! Apa kamu tidak tahu siapa om aku ini?” gertak Ratih sambil memapah si Joko yang sudah tidak berdaya karena babak belur berjalan mengitari g

    Huling Na-update : 2025-01-17
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 37. Akan Aku Datangi!

    “Kamu bisa jaga rahasia?” tanyaku pada Evan.Evan memperlambat laju motornya dan berhenti dipinggir jalan, di depan minimarket yang buka 24 jam.“Rahasia apa mbak?”“Aku rasa mas Farhan membohongiku. Dia mengatakan pergi ke Bandung, tapi aku memasang GPS di mobilnya dan mbak cek posisi mobilnya berada di rumah kontrakan mbak yang lama. Mbak mau cek apakah benar mas Farhan ke Bandung, ataukah ke rumah kontrakan yang lama.”“Oh. Oke! Kita mampir kesana biar gak penasaran.” Evan kembali melajukan motornya menuju kontrakanku yang lama. Ketika hampir mendekati kompleks perumahan kontrakanku, jantung ini berdetak lebih kencang. Entah apa hasilnya jika aku melihat mobil mas Farhan di rumah itu. Apakah aku akan menangis? Marah? Dan apakah aku berani untuk menghadapi mas Farhan dan ibunya? Ketakutan-ketakutan akan pikiran-pikiran negatif itu terus bermunculan, hingga Evan berhenti tepat di depan rumah kontrakan aku dan benar, mobil mas Farhan ada

    Huling Na-update : 2025-01-18
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 38. Sidang Keluarga

    “Minggir!” Kudorong Erika agar aku bisa masuk ke dalam rumah. Kulihat furniture di dalam rumah tidak ada yang berubah. Ruang tamu, masih memakai sofa yang aku beli. Bahkan dekorasinya pun tidak diganti. Ruang tamu, ruang keluarga dan ruang makan menjadi satu hingga membuat rumah minimalis ini terlihat lapang. Yang berbeda adalah foto keluarga yang ada di tengah-tengah dinding. Foto mas Farhan dengan Erika yang saling berpelukan. Ada rasa marah di dalam dada ini. Walau bukan memakai baju pengantin, tapi bukankah bisa dikatakan foto prewedding? Kulihat buket bunga yang ditaruh di meja kecil samping sofa ruang tamu yang masih tercium harumnya. Dan tidak lupa, dekorasi bunga di atas pintu kamar tidur utama, ditambah tirai kain berwarna kuning emas. Aku mengerti sekarang, itu adalah kamar pengantin.“Bangunkan mas Farhan sekarang juga!!” gertakku pada Erika. Erika yang salah tingkah pun masuk ke dalam kamarnya untuk membangunkan mas Farhan, sedangkan ibu mertua yang su

    Huling Na-update : 2025-01-18
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 39. Niatan Poligami

    “Tidak usah menolongku,” ucapku sambil berdiri.“Aku tidak ingin menceraikanmu, Alea. Mas masih cinta. Mas hanya membantu Erika untuk menemani disaat-saat sulit ini,” ucapnya.“Oh, ini namanya cinta, mas? Cinta tapi menyakitiku? Cinta apa yang kamu berikan kepadaku?” tantangku.“Alea, bukankah agama kita mengijinkan untuk berpoligami? Mas janji, kalau mas akan berlaku adil kepada kalian,” ucap mas Farhan sebagai bentuk solusi dia menawarkan poligami. Enak sekali, setelah berselingkuh, tiba-tiba saja solusinya dengan berpoligami.“Jika prinsip mas seperti itu, aku tidak melarang–.”“Benar, Dek?” tanyanya lagi dengan menyematkan panggilan Dek kepadaku dan menggenggam tanganku dan tersenyum tidak percaya.“Tapi maaf, itu bukan prinsipku. Kita akan bertemu di pengadilan, mas!’ ujarku sambil melangkahkan kakiku keluar.“Dek!!” panggil mas Farhan.“Mas!” Aku mendengar suara Erika mencegah Farhan untuk keluar rumah.

    Huling Na-update : 2025-01-19
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 40. Keluar Dari Rumah

    Evan keluar dari mobil sambil tersenyum karena ada mas Farhan di muka pintu.“Masuk, Van! Buka pintu bagasi dan antar mbak sekarang juga!”“Eh? I, iya mbak!” Evan yang tadinya mau berbasa basi ngobrol dengan mas Farhan, melihatku menangis dan memerintah, ada perasaan tidak enak terlihat di matanya. Segera saja dia diam dan membantuku menaruh koper.Mungkin terlihat aneh bagi mas Farhan yang tiba-tiba ada mobil yang lebih mahal dari miliknya menjemput aku. Aku sendiri duduk di depan, samping pengemudi. Sedangkan Evan yang membantu mengangkut barang-barang milikku ke bagasi.“Dek, ini mobil siapa?” tanya mas Farhan.“Emangnya kenapa mas?”Mata mas Farhan sekilas memandang ke dalam. “Ini taksi online kan? Kok bisa mobil semahal ini dijadiin taksi?”“Ini bukan taksi online mas. Ini mobil punya mbak Alea!” Celetuk Evan dari kursi kemudi.“Apa?”“Jalan, Van!” perintahku.Segera saja Evan melajukan mo

    Huling Na-update : 2025-01-19
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 41. Bertemu Dengan Dokter

    Bisa-bisanya mas Farhan telepon ayahku dan mengatakan bahwa aku kabur dari rumah.“Aku gak kabur, yah ….”“Lalu? Farhan bilang, kamu kabur dari rumah bersama dengan seorang pria. Katanya kamu selingkuh darinya. Apa benar, Alea?! Ayah malu punya anak kaya kamu, Alea, jika kamu benar-benar berselingkuh dari Farhan! Ayah tadinya terbawa pikiran Leo, menganggap kalau Farhan itu anak yang tidak baik! Tapi nyatanya anak ayah sendiri yang berselingkuh!”“Astaghfirullah, yah … mas Farhan fitnah, yah! Dia bahkan sudah menikah lagi, yah!” ucapku sambil bercucuran air mata.“Apa?”“Apa ayah sudah tidak percaya lagi dengan putri ayah?”“Sebaiknya kamu pulang, Alea. Jelaskan pada kami ….”“Baik, ayah. Hari ini juga Alea pulang ke Solo,” isakku. Kututup ponselnya dan melihat Evan yang turut bersedih mendengarku bercakap-cakap dengan ayahku.“Jahat banget sih mas Farhan? Tapi memang sebaiknya mbak Alea pulang ke Solo, sambil m

    Huling Na-update : 2025-01-20
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 42. Kembali ke Rumah

    “Loh? Anda wanita bersuami, bukan?” tanya dokter Setiawan. “Untuk mengecek kebenarannya, saya bawa tespek, silahkan untuk dicoba.”“Eh, iya, Dok. Saya kaget karena hamil, sedangkan saya harus naik pesawat. Saya takut terjadi sesuatu dengan janin saya nanti,” kilahku sambil menerima kemasan plastik pipih panjang yang berisi tespek.“Oh begitu, saya ada vitamin yang saya bawa, tapi saya akan buatkan resep untuk diminum. Usahakan makan agar ada asupan gizi, baru minum vitaminnya. Nanti setelah tiba, segera ke dokter untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, yah?”“Baik, Dok,” jawabku.Dokter Setiawan berpamitan terlebih dahulu karena pesawatnya akan lepas landas. Aku memegang tespek yang diberikan dokter tapi ragu untuk memakainya. “Apakah aku benar-benar hamil?”Aku berjalan kembali ke meja dan mau tidak mau, aku menghabiskan makanannya sebelum aku ke toilet. Yang aku pikirkan sekarang, jangan sampai karena keputusan yang aku buat, aku harus me

    Huling Na-update : 2025-01-20
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 43. Surga Yang Kuplih

    “Kamu hamil, Alea?” tanya ibu memastikan pertanyaannya.“Iya Bu, aku pun baru tahu ketika perjalanan kemari. Aku bertemu dengan dokter kandungan di Bandara, kebetulan aku mual ketika hendak makan. Aku pikir karena seharian aku belum makan, membuat asam lambungku naik. Namun setelah di tespek, hasilnya positif. Aku hamil, Bu.”Ibu terlihat terkejut, memegang tangan ayah yang ada di sampingnya. Aku tahu, sama halnya dengan ibu. Keputusan ini sangat sulit aku buat. Bercerai berarti aku harus menanggung hidup aku dan anakku sendirian, jika aku tetap bersama dengan mas Farhan, ada seorang bapak bagi anakku, tetapi aku harus mau menerima mas Farhan dengan istri barunya.“Apa yang kamu cari, Alea?” tanya ayah dengan kening yang berkerut. Aku tahu. Dia sedang memikirkan juga nasib kelak jika aku melahirkan nanti.“Ayah, tidak ada lagi yang harus aku kejar dan aku cari. Aku sudah mendapatkan apa yang aku mau. Aku sudah mendapatkan keluarga yang hangat di r

    Huling Na-update : 2025-01-21

Pinakabagong kabanata

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 116. Akhir Sebuah Kisah

    Aku duduk di ruanganku di restoran sambil menggulir layar ponsel. Berita tentang penangkapan Joko Supriono terus muncul di berbagai platform berita online. Ini menjadi pembicaraan hangat di media sosial, dan aku bisa membayangkan betapa kacaunya situasi di pihak Erika dan keluarganya saat ini. Evan baru saja kembali dari honeymoon-nya di Bali. Begitu masuk ke restoran, dia tampak lebih segar dengan senyum santainya yang khas. Aku melihatnya melangkah ke arahku sambil melepaskan kacamata hitam yang masih menggantung di wajahnya. "Hei, bos! Aku kembali," katanya dengan nada riang. "Kau merindukanku?" Aku tersenyum kecil dan mengangkat alis. "Kau hanya pergi seminggu, Evan." "Tapi tetap saja, restoran tanpa aku pasti terasa sepi, kan?" Dia tertawa, lalu menarik kursi di depanku. Namun, senyumnya sedikit memudar saat melihat aku masih sibuk menatap layar ponsel. "Kau kenapa sih? Dari tadi main ponsel terus," tany

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 115 Kisah Yang Berulang

    Aku menggeleng, mencoba tetap tenang. “Tunggu sebentar, Ratih. Maksudmu, Mas Calvin sudah tahu semua ini sejak awal?” Ratih menatapku dengan ekspresi datar, tapi aku bisa melihat ada sedikit ketegangan di sana. “Aku tidak tahu sejak kapan tepatnya. Tapi beberapa waktu lalu, suamimu menemui Mas Farhan dan menunjukkan bukti bahwa perusahaan yang dikelola mbak Erika sebenarnya mendapat suntikan dana dari seseorang yang mencurigakan. Mas Farhan tidak percaya pada awalnya, tapi setelah diselidiki lebih jauh, ternyata perusahaan Erika hampir bangkrut dan di saat itulah nama mas Joko muncul.” Aku menahan napas. “Jadi, Joko yang menyelamatkan perusahaan Erika?” Ratih mengangguk. “Iya. Dan Mbak tahu sendiri siapa mas Joko, bukan?” Tubuhku membeku. Joko bukan orang baik. Aku tahu itu. Tapi yang lebih mengejutkan adalah keterlibatan Mas Calvin dalam semua ini. Kenapa dia menyelidikinya? “Mbak Alea,” panggil Ratih pelan,

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 114. Hilangnya Joko Supriono

    Aku menghela napas sebelum mengangkatnya."Ada apa?" tanyaku datar."Apa yang kamu lakukan kepada Erika, Alea?!" suara Farhan terdengar penuh amarah di seberang sana.Aku mengernyit. "Apa maksud Mas Farhan?""Erika masuk rumah sakit! Dia tiba-tiba stres dan pingsan! Dia bilang ini semua gara-gara kamu!"Aku menggeleng tak percaya. "Dengar, Mas. Aku bahkan tidak bertemu Erika hari ini. Kalau dia merasa bersalah atau tertekan, itu urusannya, bukan salahku.""Jangan pura-pura tidak tahu! Kamu selalu iri dengan kebahagiaan kami, kan?! Makanya kamu sengaja membuat kekacauan!"Aku tertawa sinis. "Kebahagiaan? Mas serius? Dari awal, aku tidak pernah peduli dengan hubungan kalian. Aku sudah lama melupakan semuanya. Jadi kalau Erika merasa bersalah atau takut rahasianya terbongkar, itu bukan urusanku!""Kamu keterlaluan, Alea!" bentaknya lagi.Aku mendengus. "Mas, aku sudah cukup lelah dengan drama kalian. Kalau

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 113. Gara-Gara Joko

    Setelah pertemuan tak terduga dengan Ibu Aminah, aku menghela napas panjang, mencoba mengabaikan semua yang baru saja terjadi. Aku tidak punya waktu untuk memikirkan hal-hal yang tidak penting bagiku lagi. Fokus utamaku saat ini adalah restoran. Aku segera melanjutkan keperluanku di pasar, bertemu dengan beberapa supplier yang selama ini bekerja sama dengan restoranku. Karena Evan sedang cuti menikah, akulah yang harus memastikan semua bahan baku tetap tersedia dengan kualitas terbaik. “Bu Ningsih, seperti biasa, saya pesan ayam fillet dan daging sapi kualitas premium, ya. Kirim ke restoran sore ini.” Bu Ningsih, seorang pemasok daging yang sudah lama bekerja sama denganku, mengangguk sambil mencatat pesananku. “Siap, Mbak Alea. Stok lagi bagus, jadi tenang saja.” Aku melanjutkan ke lapak sayuran, memastikan semua bahan segar yang aku butuhkan tersedia. Setelah semua pesanan sudah diatur, aku mengec

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 112. Di Pasar

    Aku mengerutkan kening dan menatap karyawan yang berbisik padaku. “Tamu?” tanyaku, memastikan aku tidak salah dengar.Karyawan itu mengangguk. “Ya, seorang pria bernama Joko Supriono. Dia bilang ingin bertemu dengan Mbak Alea secara langsung.”Jantungku berdegup lebih cepat. Nama itu bukanlah nama yang ingin kudengar di malam spesial ini. Dengan perasaan waspada, aku melangkah ke arah pintu masuk restoran.Begitu aku keluar, di sana dia berdiri. Joko Supriono, pria paruh baya dengan perut buncit dan senyum yang selalu terasa menjijikkan di mataku. Dia mengenakan kemeja mewah yang sedikit terbuka di bagian atas, seolah ingin menunjukkan kepercayaan dirinya yang berlebihan.“Lama tidak bertemu, Alea,” ucapnya dengan nada yang terdengar akrab, seolah kami adalah teman lama.Aku mengatur napas dan berusaha tetap tenang. “Pak Joko, ada keperluan apa malam-malam begini?” tanyaku dengan nada datar.Dia terkekeh kecil, melirik ke sekelil

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 111. Lamaran Jadi Nikahan

    Semua orang masih larut dalam kebahagiaan setelah Nadine menerima lamaran Evan. Aku tersenyum puas melihat mereka saling menggenggam tangan dengan mata berbinar. Tapi, kejutan sesungguhnya baru akan dimulai.Aku melirik ke arah mas Calvin yang duduk di sebelahku sambil memangku Shasha. Dia mengangguk kecil, tanda bahwa semuanya sudah siap. Aku pun berdiri dan mengambil mikrofon.“Terima kasih untuk semua yang sudah datang dan menyaksikan lamaran Evan dan Nadine malam ini,” ujarku dengan suara mantap. “Tapi, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan.”Semua mata kini tertuju padaku, termasuk Evan yang menatapku dengan alis berkerut. Aku menarik napas dan melanjutkan, “Setelah berdiskusi dengan keluarga Nadine dan Evan, kami memutuskan untuk mengubah acara malam ini… dari sekadar lamaran menjadi akad nikah.”Ruangan mendadak hening. Aku bisa melihat wajah Evan langsung menegang, matanya melebar karena terkejut. Sementara Nadine, meski tampak terkejut, ti

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 110. Lamaran

    Aku duduk merenung di dalam ruanganku sendiri. Bagaimana bisa Erika bersama dengan si Joko? Apa yang terjadi dengan mas Farhan? Kenapa sampai Erika mengancam untuk tidak memberitahukan kepada mas Farhan? Apakah itu artinya Erika ada main dengan si Joko? Lalu bagaimana nasib dengan Ratih? Ah… semakin dipikir membuatku semakin penasaran, tapi aku tidak ingin terlibat langsung dalam urusan rumah tangga mereka. Bukankah aku harus fokus dengan kehamilanku? Aku tidak ingin kejadian yang sama terulang kembali. Rasanya menyakitkan jika aku harus mengalami keguguran lagi karena terlibat urusan dengan keluarga mas Farhan. “Ya! Masa bodoh dengan keluarga orang lain! Masih banyak hal yang aku harus pikirkan!” Aku mensugesti diri sendiri untuk tidak lagi terlibat dalam urusan orang lain. *** Beberapa hari berlalu, dan pikiranku tentang Erika serta si Joko perlahan mulai terkubur oleh kesibukan sehari-hari. Aku menyibukkan diri dengan pekerjaanku di re

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 109. Erika dan Joko Supriono

    Aku berdiri kaku, menatap Erika yang jelas sama terkejutnya denganku. Namun, tatapan Erika tetap dingin seperti biasanya. Wanita itu berdiri dengan perut besarnya, tetap angkuh seolah tidak ada yang perlu dijelaskan. Tapi yang membuatku jauh lebih terkejut adalah sosok pria yang berdiri di sampingnya. Joko Supriono. Pria yang selama ini ingin aku hindari... mimpi buruk di masa laluku. Mas Calvin melangkah setengah langkah ke depan, berdiri di depanku seolah menjadi pelindung. Aku bisa merasakan ketegangan di tubuhnya, apalagi saat si Joko menyunggingkan senyum licik yang sangat aku kenal. "Alea... lama tidak bertemu." Suaranya membuat bulu kudukku meremang. Aku menguatkan diri, menatap tajam tanpa menunjukkan sedikit pun rasa takut. "Kamu... kenapa ada di sini?" suaraku terdengar bergetar, tapi aku berusaha tetap tegar. Joko melirik Erika dengan senyum samar. "Aku

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 108. Membahas Lamaran

    "Mas, Evan minta kita bantu buat nyiapin lamarannya, kamu ada ide?" tanyaku sambil melirik mas Calvin yang fokus menyetir.Suamiku menoleh sekilas, bibirnya melengkung tipis."Evan minta bantuan kamu... atau kita?" godanya.Aku mendengus pelan, melipat tangan di dada pura-pura kesal."Ya jelas kita lah, Mas! Masa aku sendiri? Kamu kan jago soal beginian."Mas Calvin terkekeh, tapi aku tahu dia memang senang jika dilibatkan."Hmm..." gumamnya sambil mengetuk-ngetuk setir, seolah berpikir."Kita bisa buat acara kecil di restoran kamu. Gak usah mewah, yang penting intimate dan berkesan."Mataku langsung berbinar, ide itu terdengar sempurna."Kayaknya Nadine tipe yang gak suka hal-hal berlebihan, ya?"Mas Calvin mengangguk kecil."Iya... dan Evan pasti pengen suasana yang sederhana tapi bermakna."Aku tersenyum, membayangkan wajah Evan yang pasti akan gugup di hari lamarannya.

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status