#BUKAN_MENANTU_BODOH
#PART_32
"Hallo sayang ..." ucapku manja saat tiba di rumah dan menemui Aira.
Meski baru meninggalkannya beberapa jam, rasa rindu sudah sangat melekat dalam hatiku. Tak terbayang jika harus berpisah berhari-hari tanpa putri kecilku.
Setelah berganti pakaian, aku segera menyusui Aira sembari terus mengajaknya bicara. Ia adalah kekuatanku satu-satunya. Sungguh aku mungkin akan tumbang jika ia tak ada di sini bersamaku.
"Udah tidur?" bisik Galih yang baru saja masuk ke dalam kamar.
Setelah menyadari kedatangan Galih, aku berhenti menyusui Aira. Kami berdua menatap wajah mungil Aira yang terlelap.
"Jadi anak pinter ya Nak, Papa akan selalu ada buat kamu," ucap Galih sembari mengelus lembut pipi Aira.
"Makasih ya Lih," ucapku lirih.
Galih mendongak, ia menatap lekat wajahku h
#BUKAN_MENANTU_BODOH#PART_33"Sekarang, aku mesti bantu apa?"Galih menatapku, tatapan itu begitu teduh dan menenangkan hatiku."Engga Lih, sudah cukup. Aku ingin hanya ingin mengikhlaskan semuanya."Aku balas tatapan penuh arti itu, kami semakin tak berjarak. Dalam mobil dan untuk pertama kalinya, Galih mencium keningku."Ijinkan aku secepatnya menikahi kamu Ren," ungkap Galih.Aku mengangguk, semua masalah demi masalah yang aku hadapi rasanya membuatku terlalu menutup diri. Hingga akhirnya aku bisa membuka kembali hatiku.Bagi janda seperti aku, bukan kenyamanan hati yang aku kejar. Namun, rasa cintanya pada putriku.____Pagi ini, Galih menggendong Aira setelah aku selesai mandi. Ia mengajak putri kecilku berbicara meski putri kecilku belum mengerti apa yang Galih bi
#BUKAN_MENANTU_BODOH #EXTRA_PART #VIRA "Aku akan menikahi kamu, menjadi ayah untuk bayi yang ada dalam kandunganmu." Kata-kata itu begitu menusuk jauh kedalam jantungku. Sakit, bagaikan tertusuk belati tajam yang berkarat. Sungguh aku benar-benar tak menyangka, Galih, lelaki yang selama ini aku puja-puja telah melabuhkan hatinya pada sahabatku, Reni. Bukan hanya itu, yang membuat hatiku jauh lebih sakit adalah, Galih sempat menyatakan perasaannya padaku. Namun, belakangan aku tahu. Aku hanya dijadikan batu loncatan agar Galih bisa lebih dekat dengan Reni. Betapa hancur hatiku saat ini, harus bersikap baik-baik saja disaat hatiku sebenarnya terluka. "Maaf Vir, aku menjadikan kamu pelampiasan," ucap Galih di ruang tunggu saat kami berdua menunggu persalinan Reni. Aku tersenyum sinis, meski sesungguhnya h
#BUKAN_MENANTU_BODOH SEASON 2 #1 Kehidupan ini terkadang seperti air yang mengalir, mungkin ia akan berada di sungai berbatu atau pun di lautan lepas. Akan tetapi, kehidupan tetaplah sebuah waktu yang tak akan pernah terulang lagi. Semua yang telah berlalu, biarlah tetap berada disana dan tenang tanpa mengusik sebuah masa depan. Satu tahun setelah Mas Galih menikahi aku, kini aku benar-benar merasa menjadi seorang ratu. Perusahaan kami berkembang pesat dan kami pun menjadi pasangan paling sempurna. Apa lagi yang bisa aku minta dari Sang Maha Pencipta. Semua sudah lengkap dalam kehidupanku. Suami yang sangat pengertian, mertua yang sangat baik serta putri yang sangat cantik. Aku telah memiliki banyak hal yang bahkan menjadi impian banyak orang. Tak ada kata lain selain rasa syukur yang selalu aku ucapkan setiap hari.
#BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#2Senja telah berganti dengan gelapnya malam, mataku masih saja terjaga. Hatiku pun tak bisa beranjak dari rasa curiga.Sampai waktu telah menunjukan pukul sembilan malam, pria yang selalu aku sebut namanya dalam doa tak juga terlihat batang hidungnya.Aku masih menunggu, dan terus menunggu sampai kapan ia akan kembali ke rumah yang menjadi tempat tinggal untuk kami selama satu tahun pernikahan.Apakah ia lupa bahwa hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang pertama? Bahkan, ia sama sekali tidak memberikan hadiah untukku.Namun, saat ini hal yang paling aku tunggu adalah penjelasannya tentang wanita yang baru saja aku temui di kantornya.Senyum wanita itu bahkan masih terbayang dalam ingatanku, entah mengapa aku merasa kehadirannya akan membawa pengaruh buruk untuk pernikahank
#BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#3"Kamu nggak marah kan sama aku Ren?" tanya Anisa.Aku tersenyum lembut, "Ya engga dong Mbak, kenapa harus marah. Masa sama Kaka ipar marah, iya kan Mas," ketusku pada Mas Galih.Mas Galih tersenyum balik padaku, kemudian ia bersiap untuk pergi ke kantor. Aku pikir hanya Mas Galih yang akan pergi, nyatanya aku salah. Anisa memilih untuk ikut serta.Aku benar-benar kesal dengan tingkah manjanya, akan tetapi aku masih belum memiliki alasan untuk tidak menyukai wanita itu.Bagaimanapun, ia hadir jauh lebih dahulu dari pada aku. Bahkan, Anisa juga ada di masa kecil Mas Galih. Tidak ada satupun alasan yang membuat aku harus membencinya.Meski banyak firasat buruk dalam hatiku, akan tetapi harus aku telan sendiri semua kepahitan itu.Sebelum Mas Galih melangkah, aku mende
#BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#4Waktu semakin berputar, tapi mataku tak juga bisa terpejam. Pikiranku masih melayang membayangkan tentang apa yang tengah suamiku lakukan disana.Bayangan hal buruk pun semakin menguasai pikiranku, aku memutuskan untuk beranjak dari peraduan. Membasuh wajah dan tubuhku dengan air wudhu.Malam ini aku berniat mengadukan semua keluh kesah dalam hatiku kepada sang Maha Pencipta. Aku pikir hanya kuasa-Nya lah yang mampu memberikan aku kekuatan untuk menghadapi segala macam cobaan yang aku hadapi saat ini.Isak tangis mengiringi setiap doa yang aku lantunkan, rasanya sulit untuk tidak menitikkan air mata ketika aku memanjatkan doa kepada sang pemilik kehidupan ini.Aku meringkuk merasakan sakit di dalam hatiku bertanya-tanya dalam keheningan malam apakah semua masa laluku akan kembali terulang?Apakah aku harus kembali merasakan pahitnya kehancuran rumah tangga? Selama ini aku pikir Mas Galih adalah
#BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#5"Sorry, yang harus keluar itu bukan saya! Tapi kamu!" sentakku.Aku benar-benar sudah tak bisa lagi menahan rasa kecewa pada suamiku. Apa-apaan ini, mengapa ia bisa begitu lancang ada di kursi direktur?Anisa menatapku, ia meminta karyawan yang memang tengah berada di dekatnya untuk keluar terlebih dahulu. Entah apa yang ingin ia katakan padaku.Wanita itu benar-benar menatapku dengan tatapan tajam, seolah ingin mengintimidasi ku."Duduklah, kita memang harus bicara," ucap Anisa ketika tak ada lagi orang di ruangan ini.Aku terus membalas tatapan sinis itu, saat ini aku masih terlalu kalut dan sulit berpikir jernih. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, hanya bersikap tenang. Itulah yang mampu aku lakukan saat ini."Ren, aku jauh-jauh pulang dari Australia ke Indonesia itu bukan kemauan aku sendiri. Galih dan keluarga angkat aku yang minta aku datang, mereka bahkan meminta aku untuk me
#BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#6Tok tok tok!"Ren! Keluar! Kamu nggak bisa begini terus, kamu jangan kayak anak kecil!"Mas Galih terus berteriak dari balik pintu. Entah apa yang ia pikir saat ini, semua yang aku punya justru ia berikan pada wanita yang ia akui sebagai saudara angkat.Lupakah dia bahwa aku yang nantinya akan mendampingi hidup di masa tuanya? Dengan tidak memberitahuku tentang semua ini saja sudah menandakan bahwa ia tidak mengharagai aku.Namun, sekarang ia datang seolah ingin aku mengerti tentangnya, memaklumi semua kesahan yang telah ia buat."Reni! Kalau kamu tidak buka, akan aku dobrak pintu ini!" bentak Mas Galih lagi.Aku tetap diam di atas ranjang seraya memeluk putriku yang terlihat ketakutan. Dengan sekuat tenaga aku berusaha menenangkan bayi dalam pelukanku.Braaaagh!Mas Galih benar-benar mendobrak pintu kamar, ia sama sekali tidak memikirkan tentang perasaanku. Sedikit saja ia