#BUKAN_MENANTU_BODOH
SEASON 2
#18
"Ren," ucap Mas Galih yang terlihat sangat gugup.
Aku hanya tersenyum menyambutnya, kemudian segera menerobos masuk dan melihat semua isi kamar hotel ini. Namun, tak ada siapapun di kamar ini, entah bagaimana bisa aku salah melihatnya.
Dimana Mas Galih menyembunyikan wanita itu? Rasanya tidak mungkin wanita itu melompat dari jendela karena lantai tiga hotel ini saja sudah cukup tinggi dan bisa membuat siapa saja cidera jika nekat melompat.
Mas Galih terlihat kebingungan melihat tingkahku, mungkin ia masih berusaha menyembunyikan apa yang baru saja aku lihat. Namun, aku tidak bodoh! Akan aku temukan di manapun ia menyembunyikan wanita murahan itu.
Tring!
Dering ponsel Mas Galih berbunyi tepat saat aku melihat ke arah toilet. Ponselnya yang tergeletak di atas meja pun segera ia raih, ta
#BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#19"Kayaknya aku salah kamar Mas!"Aku segera menyambar tas yang ada di atas meja dan pergi meninggalkan kamar hotel itu. Mas Galih nampak heran, ia bahkan berusaha menghentikan langkahku.Namun, aku tidak perduli dan tetap pergi meninggalkan kamar tersebut."Ren, tunggu. Aku benar-benar tidak melakukan hal aneh seperti apa yang kamu pikirkan, aku hanya berusaha untuk memberikan kejutan buat kamu.Kamu tahu kan, rumah tangga kita akhir-akhir ini sering bermasalah. Jadi, aku tidak mungkin meminta kamu langsung ke sini. Aku meminta Dinda untuk menghasut kamu, seolah aku pergi dengan wanita lain. Namun, sungguh aku hanya ingin rumah tangga kita baik-baik saja."Jika apa yang di katakan Mas Galih adalah sebuah rayuan, mungkin aku telah luluh dengan ucapannya. Aku benar-benar tenggelam karena rasa cinta yang masih tersisa di dalam hati ini."Ren, percayalah. Aku benar-benar tidak ingin menikahi Anisa seperti apa yang ibu inginkan. Aku juga tidak ingin berpisa
#BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#20[Memangnya mau kirim pesan ke siapa Mas?]Aku kirim balasan pesan untuk suamiku, tapi ia tak membalas hingga beberapa menit berlalu. Padahal, ia terlihat online.[Ada temen minta tolong transfer, Sayang.] Balas suamiku.Sesungguhnya aku tidak ingin berburuk sangka pada suamiku, akan tetapi aku merasa jika semua ini memang harus di curigai.Aku biarkan anganku melayang, memikirkan semuanya tanpa ada sebuah jawaban. Otak mengatakan mungkin memang apa yang di katakan suamiku sebuah kejujuran, meskipun hatiku mengatakan jika semua hanya omong kosong.Aku terus memutar otak agar aku bisa mengetahui rekapan data rekening milik Mas Galih. Bagaimanapun, aku harus tahu, siapa yang ia berikan yang itu.Firasat ku sebagai seorang istri sulit untuk di bohongi. Ada perasaan mengganjal yang membuatku tak mampu untuk tetap bersikap baik-baik saja.Hingga akhirnya pagi menyapa dan aku berpura-pura memakai pakaian pergi, aku ingin membuat sebuah sandiwara agar aku bis
#BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#21Setelah memastikan anak-anak sudah tertidur, aku segera mengajak Mas Galih untuk duduk di ruang televisi. Di sana aku ingin mengajaknya bicara."Mas, aku mau tanya sesuatu."Aku pasang wajah serius dan berusaha untuk tetap menatap Mas Galih dengan tatapan yang benar-benar ingin menghakiminya.Aku tahan perasaan sakit karena di khianati olehnya. Apa yang sudah aku ketahui, seketika harus aku pendam kadang tak ingin membuat suara gaduh."Tanya apa? Kok serius banget," tanya Mas Galih.Aku keluarkan bukti cetak buku rekening milik Mas Galih. Di sana tertera jelas jika selama ini ia sudah mentransfer sejumlah uang untuk nomor rekening yang sama selama beberapa bulan terakhir."Apa ini?" tanya Mas Galih seraya mengambil kertas di atas meja.Ia terkejut saat minat isi kertas itu, kemudian menatap wajahku dengan penuh harap jika aku akan memaafkannya."Ini klien kok," ucap Mas Galih."Udah deh Mas, kamu nggak capek apa bohong terus sama aku. Buktinya udah je
#BUKAN_MENANTU_BODOH"Mas, apa kamu tidak bisa sedikit saja memikirkan perasaanku dan berkata tidak pada ibumu?" ucapku terus memohon pada Mas Aksa, suamiku."Dek, Ibu terus meminta aku menikahi Dinda, kamu tahu sendiri kan Dek, umur Ibu sudah tidak panjang lagi?" terang Mas Aksa.Aku terus menangis dalam pilu. Suami yang begitu aku cintai tiba-tiba harus memenuhi keinginan ibunya yang tengah sekarat di rumah sakit, dengan menikahi gadis yang dulu begitu di idam-idamkan menjadi menantunya.Aku menikah dua tahun lalu dengan Mas Aksa. Pernikahan kami memang terhalang restu oleh orang tua Mas Aksa tapi, aku sangat bahagia menjalani semuanya. Meski terkadang aku harus mengalah menghadapi keluarganya yang selalu saja membandingkan aku dengan Dinda."Coba dulu nikah sama Dinda, pasti udah punya anak kamu Sa," cetus Ibu.Kata-kata seperti itu sudah menjadi makanan sehari-hari bag
#BUKAN_MENANTU_BODOH#PART_2Aku berpura-pura semua baik-baik saja. Akan aku ikuti sampai mana mereka akan mempermainkan aku. Mundur untuk melompat lebih tinggi, ya, begitulah yang akan aku lakukan.Aku hanya akan mengikuti setiap alur yang mereka suguhkan hingga saatnya nanti mereka akan tahu, siapa aku sebenarnya.Mas Aksa pulang setelah azan subuh, ia memang sesekali menginap di rumah sakit. Begitulah alasannya setiap kali tidak pulang ke rumah. Awalnya aku percaya karena aku pikir Ibu mertuaku memang sakit tapi, sekarang aku paham mengapa ia lebih senang menghabiskan waktu di luar sana.Usai mandi, dan melaksanakan salat subuh berjamaah Mas Aksa menggenggam jemariku. Tak ada lagi getar cinta saat tangannya menyentuh telapak tanganku. Hanya ada desir kecewa yang terus mengalir dalam hatiku."Dek, mungkin Ibu besok sudah bisa pulang, kamu jangan terlalu ban
#BUKAN_MENANTU_BODOH#PART_3Hari ini, Mas Aksa rencananya akan membawa Ibu pulang dari rumah sakit. Ia memintaku memasak makanan kesukaan ibu, yakni soto ayam.Sesungguhnya sakit dalam hatiku membuat aku sedikit ragu memberikan masakan untuk beliau tapi, sudahlah, aku harus bisa melewati ini semua.Suara deru mesin memasuki halaman rumah sesaat setelah aku selesai memasak dan menyiapkan semuanya."Assalamualaikum," sapa Mas Aksa dari balik pintu."Waalaikumsalam," jawabku seraya berjalan ke arah pintu depan."Mas ...!" ucapku tak percaya.Bukan hanya Mas Aksa dan ibu yang ada di balik pintu tapi, ada seorang wanita cantik pula bersama mereka. Aku yakin, wanita itu yang bernama Dinda. Hatiku terasa perih melihat pemandangan itu. Dinda menggandeng tangan Ibu dengan hati-hati. Matanya sinis menatapku dengan wajah cantik
#BUKAN_MENANTU_BODOH#part_4Sore hari, aku merasa lelah mengerjakan pekerjaan rumah seorang diri. Jenuh rasanya apalagi Ibu dan Dinda hanya tidur di kamarnya.Rumah ini memang cukup besar tapi, Mas Aksa melarangku mempekerjakan seseorang. Bisa lebih berhemat katanya, apalagi aku memang tidak bekerja jadi aku tak memiliki kesibukan apapun.Sebelumnya, aku tak pernah mengeluh mengerjakan semua seorang diri tapi, semenjak ibu bersikeras meminta Mas Aksa menikah lagi dengan Dinda membuat hatiku sakit dan akhirnya tak rela jika harus mengerjakan semuanya."Kamu masak buat makan malam Ren?" tanya Ibu setengah berteriak."Reni capek Bu, gak masak!" jawabku."Terus Dinda makan apa?" sentak Ibu.Lho! apa-apaan ini? mengapa aku yang harus pusing memikirkan perut Dinda? tidak cukupkah ia mengambil semuanya dari ku dan kini ingi
#BUKAN_MENANTU_BODOH#PART_5"Pasti ini cuma akal-akalan kamu aja kan!" sentak Ibu mertuaku."Maksud Ibu?" tanyaku tak percaya.Selama ini, aku selalu mengalah pada seorang wanita yang aku pikir bisa menjadi pengganti sosok Ibu kandungku. Ternyata Ia tak lebih dari seekor ular yang hanya menginginkan orang di sekelilingnya mati."Kamu sakit hati kan, karena Aksa akan saya jodohkan dengan Dinda!" jelas Ibu mertuaku."Kalau itu, iya, jelas saya sakit hati Bu!" ucapku mantap.Aku tatap kedua netra Mas Aksa. Ia tampak ketakutan karena apa yang selama ini ia sembunyikan terbongkar sudah."Dinda, tenang saja, rumah ini akan menjadi milik kamu dan Aksa!" seru ibu mertuaku.Aku hanya tertawa sinis mendengar pembicaraan Ibu dan Dinda. Aaah, memang Dinda hanya mengincar harta Mas Aksa saja."Tidak Bu, rumah ini hadiah pernikahan dari orangtua Reni"Suara Mas Aksa membuat Ibu dan Dinda tercekat. Mereka berdua hanya me