#BUKAN_MENANTU_BODOH
SEASON 2
#5
"Sorry, yang harus keluar itu bukan saya! Tapi kamu!" sentakku.
Aku benar-benar sudah tak bisa lagi menahan rasa kecewa pada suamiku. Apa-apaan ini, mengapa ia bisa begitu lancang ada di kursi direktur?
Anisa menatapku, ia meminta karyawan yang memang tengah berada di dekatnya untuk keluar terlebih dahulu. Entah apa yang ingin ia katakan padaku.
Wanita itu benar-benar menatapku dengan tatapan tajam, seolah ingin mengintimidasi ku.
"Duduklah, kita memang harus bicara," ucap Anisa ketika tak ada lagi orang di ruangan ini.
Aku terus membalas tatapan sinis itu, saat ini aku masih terlalu kalut dan sulit berpikir jernih. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, hanya bersikap tenang. Itulah yang mampu aku lakukan saat ini.
"Ren, aku jauh-jauh pulang dari Australia ke Indonesia itu bukan kemauan aku sendiri. Galih dan keluarga angkat aku yang minta aku datang, mereka bahkan meminta aku untuk me
#BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#6Tok tok tok!"Ren! Keluar! Kamu nggak bisa begini terus, kamu jangan kayak anak kecil!"Mas Galih terus berteriak dari balik pintu. Entah apa yang ia pikir saat ini, semua yang aku punya justru ia berikan pada wanita yang ia akui sebagai saudara angkat.Lupakah dia bahwa aku yang nantinya akan mendampingi hidup di masa tuanya? Dengan tidak memberitahuku tentang semua ini saja sudah menandakan bahwa ia tidak mengharagai aku.Namun, sekarang ia datang seolah ingin aku mengerti tentangnya, memaklumi semua kesahan yang telah ia buat."Reni! Kalau kamu tidak buka, akan aku dobrak pintu ini!" bentak Mas Galih lagi.Aku tetap diam di atas ranjang seraya memeluk putriku yang terlihat ketakutan. Dengan sekuat tenaga aku berusaha menenangkan bayi dalam pelukanku.Braaaagh!Mas Galih benar-benar mendobrak pintu kamar, ia sama sekali tidak memikirkan tentang perasaanku. Sedikit saja ia
#BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#7Seusai bertemu dengan Mas Aksa di taman, aku segera membuat janji untuk bertemu notaris yang aku percaya di sebuah restoran.Aku berniat untuk membicarakan semuanya. Tepat pukul satu siang, aku sampai di restoran tersebut. Namun, notaris yang membuat janji denganku belum tiba.Aku masih terus menunggu hingga saat aku melihat ke arah pintu tiba-tiba aku melihat Mas Galih Anisa dan ibunya tengah berjalan masuk.Aku berusaha tetap tenang dan berharap mereka duduk di kursi belakang tempatku. Aku hanya ingin tahu apa yang ingin mereka bicarakan apakah mungkin mereka akan merencanakan sebuah kejahatan untukku?Dan benar saja yang tiba-tiba mereka duduk di kursi belakang tempat ku kini duduk. Kami terhalang sebuah sekat hingga mungkin mereka tidak menyadari bahwa ada aku disini.Saat pertama mereka duduk mereka hanya sibuk saling memesan makanan tidak ada obrolan yang berarti di antara mereka.S
#BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#8Aku mengemudikan mobil menuju tempat dimana Mas Galih meminta aku untuk menemuinya. Sekitar tiga puluh menit dari restoran yang baru saja aku datangi.Sebelum itu, di tengah perjalanan aku meminta notaris untuk memberitahukan bahwa aku sudah pergi dari restoran tersebut. Aku tidak ingin ia datang dan bertemu dengan ibu mertua serta Anisa.Tiga puluh menit berlalu dan kini aku sudah ada di samping pria yang masih sah menjadi suamiku. Entah apa yang ia pikirkan, ia menatapku dengan tatapan tajam.Bahkan, ia terus menatapku tanpa berkedip. Dari tatapan itu, aku seolah melihat tentang dirinya yang berada dalam keadaan tertekan. Ingin rasanya aku memeluknya dan mengatakan bahwa aku akan selalu bersamanya, apapun yang terjadi.Namun, aku tidak ingin terlihat lemah. Apapun yang akan ia katakan, aku harap semua adalah keputusan yang terbaik.Aku tak ingin lagi gagal dalam membina sebuah rumah tangga. Ak
#BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#9"Masuklah Ren, diluar hujan, tunggu reda saja dulu," ucap Mas Aksa.Mantan suamiku itu nampak ramah menyambutku, ia bahkan membuatkan aku secangkir teh dan mengeluarkan beberapa cemilan.Rumahnya besar, bahkan aku tidak menyangka ia bisa menjadi sukses seperti saat ini setelah kami berpisah dulu.Di ruang tamu yang cukup luas ini, masih terpajang foto Dinda. Keluarga mereka terlihat bahagia setelah aku benar-benar melepaskan Mas Aksa.Hanya saja, sangat di sayangkan karena Dinda harus lebih dulu pergi menghadap Sang Maha Pencipta. Namun, mungkin semua memang sudah menjadi jalan yang terbaik.Aku yakin, Mas Aksa benar-benar memohon ampun dan memperbaiki dirinya sehingga Allah memberinya keberkahan yang berlimpah hingga ia bisa bangkit seperti sekarang ini."Ren, aku tahu kamu lagi ada masalah. Kalau kamu berkenan, aku bisa dengerin cerita kamu," ucap Mas Aksa.Aku tersenyum, lalu me
#BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#10"Reni! Keluar kamu!"Aku terkejut saat mendengar suara teriakan yang begitu keras. Padahal, aku baru saja memejamkan kedua mataku.Suara hujan pun masih terdengar menetes di atas genting rumah Mas Aksa. Ada apa ini? Mengapa berisik sekali di luar?"Reni! Aksa! Keluar kalian."Aku segera bangkit dari tempat tidur. Kemudian segera mengambil ponsel untuk menghubungi nomor Mas Aksa."Halo Mas, gimana ini?" tanyaku."Nggak tahu Ren, mereka tiba-tiba datang. Aku juga nggak tahu, kamu jangan keluar dulu, jaga anak-anak biar aku yang hadapi mereka semua," jelas Mas Aksa.Aku pun segera pergi ke kamar dimana anak-anak tidur. Kemudian memeluk mereka agar mereka tidak terbangun karena teriakan warga diluar sana.Namun, suara gaduh terus terdengar hingga asisten rumah tangga Mas Aksa datang menghampiriku."Gimana itu Bu, saya takut," ucapnya."Saya titip anak-anak ya Mba,
#BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#11Malam ini, aku semakin tak bisa memejamkan kedua mataku. Apalagi, aku memilih untuk tidur bersama Aira dan Mayang.Ada juga asisten rumah tangga Mas Aksa bersamaku karena aku benar-benar takut jika sesuatu yang jauh lebih buruk bisa saja terjadi."Bu, nggak bisa tidur?" tanya asisten rumah tangga yang sepertinya juga tak bisa terlelap.Aku menoleh ke arahnya kemudian bangun dari posisi tidurku, bersandar di sandaran tepat tidur."Iya nih, saya nggak bisa tidur. Nggak tahu kenapa rasanya saya kok merasa aneh sama warga-warga itu ya Mbak," jelasku.Wanita yang terlihat masih berumur dua puluh lima tahun itu pun bangun dari posisi tidurnya. Ia duduk dan menatapku."Iya Bu, kok aneh ya? Padahal kan, ibu ini juga mantan istri Pak Aksa. Lagipula, ada Aira di antara kalian berdua," jelas wanita tersebut.Entah mengapa, terlintas dalam pikiranku untuk mencari tahu tentang Dinda. Apakah mu
#BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#12"Mas ... aku ...."Aku benar-benar gugup saat melihat Mas Aksa sudah berdiri tepat di hadapanku. Apalagi, mata Mas Aksa menatapku tajam seolah ingin menegaskan tentang dirinya."Aku cuma nyari jepit rambut aku, cuma nggak tahu kemana. Udah aku cari karet aja," jawabku sekenanya.Segera, Mas Aksa menutup pintu kamar dan memintaku untuk segera pergi dari kamar itu jika aku tidak ingin menempatinya."Yaudah, kamu tidur di belakang kan? Kamu bisa ke belakang sekarang," ucap Mas Aksa.Entah mengapa, aku merasa jika sikapnya mulai dingin dan berubah. Apa mungkin ia tahu jika aku tengah mencari tahu tentang Dinda?"Tunggu apalagi?" tanya Mas Aksa.Aku sempat terdiam dalam lamunan, hingga Mas Aksa mungkin merasa tidak nyaman denganku. Gegas, aku pergi ke kamar belakang. Kembali berkumpul dengan putriku dan asisten rumah tangga Mas Aksa.Untunglah Mas Aksa tidak tahu jika aku telah
#BUKAN_MENANTU_BODOH SEASON 2 #13 "Kalau.begitu, lebih baik kamu kembali pada mantan suami kamu. Lagipula, saya sudah menyiapkan calon istri untuk Galih." "Apakah Anisa? Calon yang ibu maksud?" tanyaku. "Bagus kalau kamu sudah tahu. Harusnya saya tidak perlu lah ya kasih tahu kamu apa kelebihan Anisa di bandingkan kamu. Dia jauh di atas kamu Ren," ungkap wanita yang masih sah menjadi ibu mertuaku. Kata-kata itu sungguh menusuk ke dalam hatiku yang paling dalam. Bagaimana bisa wanita yang seharusnya menjadi panutan malah mengatakan hal sampah seperti itu? "Kelebihan Anisa? Mengancam maksud ibu?" Wanita paruh baya itu nampak terkejut ketika aku mengatakan hal itu. Mungkin dia tidak menyangka jika aku mampu mengungkap apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka berdua. "Lancang kamu! Ancam apa maksud kamu? Anisa adalah wanita baik-baik yang tidak mungkin mengancam saya!" teriak ibu penuh emosi. Aku s