#BUKAN_MENANTU_BODOH
#PART_18
Kenyataan terkadang jauh lebih menyakitkan, bukan hanya sebuah rencana yang telah di siapkan dengan matang tapi, juga impian yang harus kandas karena tak sesuai dengan harapan.
____
Pandanganku masih semu, antara percaya atau tidak dengan kenyataan ini. Semua terasa seperti mimpi. Baru saja aku hendak melepaskan beban, adalagi beban baru yang harus aku tanggung.
Mas Aksa masih di luar, menunggu keputusanku. Perceraian akan tetap lanjut atau berhenti demi anak dalam kandunganku.
Dilema, antara hatiku dan pikiranku. Apakah aku tidak terlalu egois?. Keputusan yang akan aku ambil jelas akan mempengaruhi masadepanku dan anak ku nantinya.
Aku tidak boleh gegabah, aku harus memikirkannya dengan matang. Berserah diri pada Sang Pencipta adalah jalan yang pasti terbaik
Vira mendekat ke arahku
#BUKAN_MENANTU_BODOH#PART_19Sesuatu yang pergi, biarlah pergi. Jangan menahan hanya karena hatimu belum sepenuhnya sembuh dari luka.____Menunggu beberapa menit, sampai akhirnya Dinda dan Mas Aksa keluar. Aku berusaha bersembunyi di balik sebuah majalah ibu hamil yang aku temukan di antara rak buku yang memang di siapkan untuk ibu hamil yang menunggu antrean."Renita Salsabila Hendarso!"Pengeras suara menyebut namaku, "Yuk Ren!" ajak Vira, sembari meraih tanganku.Aku lipat majalah yang masih menutupi sebagian wajahku."Ren ...!"Mas Aksa terpaku melihatku, wajahnya begitu heran saat aku ada di tempat yang sama. Ia melirik perutku yang sama-sama membuncit seperti Dinda.Pertemuan ini menjadi pertemuan pertama semenjak kejadian di rumah sakit kala itu. Kar
#BUKAN_MENANTU_BODOH#PART_20Setiap luka pasti memiliki obat agar ia bisa pulih sempurna. Tak ada yang tidak mungkin jika Sang Maha pencipta sudah menakdirkan. Jangan risau tentang hati yang hancur, akan ada masanya ia kembali utuh, bahkan jauh lebih kokoh._____"Istrinya gak apa-apa kok," ucap Dokter Grace sembari melirik wajahku.Aku menelan saliva, tak mengerti harus menjelaskan atau tetap diam."Tapi, lebamnya Dok?" tanya Galih dengan wajah penuh kecemasan."Ga apa-apa, nanti di kompres juga sembuh."Dokter Grace tersenyum simpul, wajahnya begitu teduh saat menyambut kami berdua. Meski aku melihat ada sorot mata heran, selama lima bulan ia menangani kehamilanku baru kali ini aku datang bersama seorang pria.Maklum saja jika dokter Grace mengira Galih adalah suamiku. Perlakuan Galih dan rasa
#BUKAN_MENANTU_BODOH#PART_21#AKSA"Ada apa nih Pak?" tanyaku pada seseorang yang tengah berlari mendekati sebuah kerumunan.Entah apa yang akan mereka lihat. Sepertinya tengah terjadi sesuatu di depan sana."Ada orang mau bunuh diri Pak!" jelas seseorang tersebut, yang hanya berhenti sejenak kemudian kembali berlari.Karena rasa penasaran, akhirnya aku turut mendatangi tempat mereka berkumpul. Lagipula, aku tak ada kegiatan apapun di rumah. Belum lagi, aku memang tak ingin kembali ke rumah karena frustasi dengan keputusan Reni.Aku benar-benar merasa kecewa, saat Reni tetap memutuskan untuk bercerai di saat aku pikir ada harapan untuk kembali bersatu setelah ia dinyatakan hamil."Wah itu, perempuan yang mau lompat!" bisik seorang, sembari menunjuk ke arah gedung."Astaghfirullah! Dinda!" teriakk
#BUKAN_MENANTU_BODOH#PART_22"Ren, ada Galih, dia mau jengukin kamu," ucap Vira yang datang menghampiriku di kamar.Setelah seharian dirumah, aku memang hanya menghabiskan waktu di kamar.Aku mengangguk seraya menatap netranya. Ia begitu tulus, bahkan ia tak mementingkan hatinya. Tuhan, bagaimana bisa aku tak pernah melihat ketulusannya?."Kenapa? kamu sakit?" tanyanya khawatir."Engga. Oh iya Vir, tadi aku ambil laptop di kamar kamu, maaf gak ijin dulu," ucapku."Diih, ini kan rumah kamu. Ambil aja, lagian aku yang salah lupa gak balikin ke kamu," jawabnya.Aku tersenyum simpul, sembari bangkit dan melipat selimut yang baru aku kenakan."Yaudah yuk ke depan!" ajakku."Kamu duluan aja, aku ganti baju sekalian bikin minum," perintahnya.____
#BUKAN_MENANTU_BODOH#PART_23Malam ini, aku berniat membicarakan tentang Galih. Aku rasa, tak baik jika hanya terus menebak-nebak perasaan yang sesungguhnya Vira rasakan.Aku juga tak ingin, terlihat tak tahu diri. Disaat Vira menyerahkan seluruh hidupnya untukku. Aku justru diam seakan menutup mata atas perasaannya.Setelah menghabiskan makan malam, aku menghampiri Vira di kamarnya. Seperti biasa, ia masih sibuk di depan laptop, mengisi data pengeluaran hari ini."Vir, mau ngomong bentar," ucapku."Iya Ren, masuk aja. Aku cuma bikin rekapan kok," ijinnya.Aku mengangguk sembari melangkah masuk. Kamar dengan cat tembok berwana coklat muda ini terlihat elegan seperti penghuninya.Aku duduk di tepi ranjang, menunggunya menyelesaikan semua yang tengah ia kerjakan."Ya, akhirnya selesai. Gimana
#BUKAN_MENANTU_BODOH#PART_24#AKSA"Pergi kamu dari sini, semua masalah berasal dari kamu!" teriak ibu."Enak aja, yang ngajak aku kesini siapa? lupa ya, kalau dulu ibu mohon-mohon supaya saya mau nikah sama Mas Aksa!" seru DindaSuara mereka begitu lantang, bahkan terdengar hingga halaman rumah. Aku yang baru saja pulang dari kantor polisi semakin emosi mendengar perdebatan mereka."Cukup!" teriakku, sembari mendobrak pintu depan.Mereka berdua terdiam, menatapku dengan penuh tanya."Kalian menyesal? semua sudah hancur!" murka ku.Ibu dan Dinda sama-sama tertunduk. Mereka hanya diam mendengar semua omelanku yang di penuhi dengan emosi."Ibu yang bersikeras menjadikan Dinda menantu, susah Aksa bilang Aksa tidak ingin menceraikan Reni, dan kamu Dinda, kamu juga yang sela
#BUKAN_MENANTU_BODOH#PART_25Aira Faidah Hendarso. Nama yang kemudian aku sematkan untuk putri kecil di pelukanku.Wajahnya begitu menggemaskan. Aku menyusuinya dengan penuh kasih sayang, tak ada hal yang jauh lebih indah dari pada saat menatap wajah kecilnya."Kamu makan dulu, biar Aira sama aku," ucap Vira saat aku masih menatap wajah mungil Aira."Aku titip ya," pintaku saat hendak beranjak ke ruang makan.Menyusui membuatku lebih sering makan, aku bahkan tidak perduli saat beberapa teman kantor yang menjenguk meledek bentuk tubuhku yang semakin berisi.Bagiku saat ini, yang terpenting hanya limpahan ASI untuk Aira. Masalah badan yang indah akan aku dapatkan setelah gizi Aira terpenuhi."Assalamualaikum," sapa seseorang dari balik pintu."Biar aku aja Ren," cegah Vira sembari menggendong Aira.
#BUKAN_MENANTU_BODOH#PART_26'Renita ...Setelah pergi dari rumahmu, Tuhan banyak menegur Ibu. Hanya saja Ibu masih terlalu larut dalam ego. Maaf jika semua terlambat, Ibu ingin meminta permohonan maaf yang sebesar-besarnya padamu. Ibu tahu, sikap ibu sudah keterlaluan. Ibu sudah mendzolimi kamu. Meski hanya lewat secarik kertas ini, Ibu ingin menyampaikan permohonan maaf yang benar-benar tulus dari dalam hati ibu.Renita, bahagialah selalu, peluk cium untuk cucu yang tak pernah bisa ibu temui. Sekali lagi, ibu ingin memohon keikhlasan hatimu untuk memaafkan semua kesalahan ibu.'Aku terdiam sejenak setelah membaca surat yang ibu tulis. Semenjak beliau pergi dari rumahku, memang tak sekalipun aku bertemu dengan beliau.Sejujurnya, dulu aku sangat berharap beliau bisa bersikap baik karena aku telah menganggap beliau seperti ibu kandungku sendiri. Namun, sebuah ketama
#BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#21Setelah memastikan anak-anak sudah tertidur, aku segera mengajak Mas Galih untuk duduk di ruang televisi. Di sana aku ingin mengajaknya bicara."Mas, aku mau tanya sesuatu."Aku pasang wajah serius dan berusaha untuk tetap menatap Mas Galih dengan tatapan yang benar-benar ingin menghakiminya.Aku tahan perasaan sakit karena di khianati olehnya. Apa yang sudah aku ketahui, seketika harus aku pendam kadang tak ingin membuat suara gaduh."Tanya apa? Kok serius banget," tanya Mas Galih.Aku keluarkan bukti cetak buku rekening milik Mas Galih. Di sana tertera jelas jika selama ini ia sudah mentransfer sejumlah uang untuk nomor rekening yang sama selama beberapa bulan terakhir."Apa ini?" tanya Mas Galih seraya mengambil kertas di atas meja.Ia terkejut saat minat isi kertas itu, kemudian menatap wajahku dengan penuh harap jika aku akan memaafkannya."Ini klien kok," ucap Mas Galih."Udah deh Mas, kamu nggak capek apa bohong terus sama aku. Buktinya udah je
#BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#20[Memangnya mau kirim pesan ke siapa Mas?]Aku kirim balasan pesan untuk suamiku, tapi ia tak membalas hingga beberapa menit berlalu. Padahal, ia terlihat online.[Ada temen minta tolong transfer, Sayang.] Balas suamiku.Sesungguhnya aku tidak ingin berburuk sangka pada suamiku, akan tetapi aku merasa jika semua ini memang harus di curigai.Aku biarkan anganku melayang, memikirkan semuanya tanpa ada sebuah jawaban. Otak mengatakan mungkin memang apa yang di katakan suamiku sebuah kejujuran, meskipun hatiku mengatakan jika semua hanya omong kosong.Aku terus memutar otak agar aku bisa mengetahui rekapan data rekening milik Mas Galih. Bagaimanapun, aku harus tahu, siapa yang ia berikan yang itu.Firasat ku sebagai seorang istri sulit untuk di bohongi. Ada perasaan mengganjal yang membuatku tak mampu untuk tetap bersikap baik-baik saja.Hingga akhirnya pagi menyapa dan aku berpura-pura memakai pakaian pergi, aku ingin membuat sebuah sandiwara agar aku bis
#BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#19"Kayaknya aku salah kamar Mas!"Aku segera menyambar tas yang ada di atas meja dan pergi meninggalkan kamar hotel itu. Mas Galih nampak heran, ia bahkan berusaha menghentikan langkahku.Namun, aku tidak perduli dan tetap pergi meninggalkan kamar tersebut."Ren, tunggu. Aku benar-benar tidak melakukan hal aneh seperti apa yang kamu pikirkan, aku hanya berusaha untuk memberikan kejutan buat kamu.Kamu tahu kan, rumah tangga kita akhir-akhir ini sering bermasalah. Jadi, aku tidak mungkin meminta kamu langsung ke sini. Aku meminta Dinda untuk menghasut kamu, seolah aku pergi dengan wanita lain. Namun, sungguh aku hanya ingin rumah tangga kita baik-baik saja."Jika apa yang di katakan Mas Galih adalah sebuah rayuan, mungkin aku telah luluh dengan ucapannya. Aku benar-benar tenggelam karena rasa cinta yang masih tersisa di dalam hati ini."Ren, percayalah. Aku benar-benar tidak ingin menikahi Anisa seperti apa yang ibu inginkan. Aku juga tidak ingin berpisa
#BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#18"Ren," ucap Mas Galih yang terlihat sangat gugup.Aku hanya tersenyum menyambutnya, kemudian segera menerobos masuk dan melihat semua isi kamar hotel ini. Namun, tak ada siapapun di kamar ini, entah bagaimana bisa aku salah melihatnya.Dimana Mas Galih menyembunyikan wanita itu? Rasanya tidak mungkin wanita itu melompat dari jendela karena lantai tiga hotel ini saja sudah cukup tinggi dan bisa membuat siapa saja cidera jika nekat melompat.Mas Galih terlihat kebingungan melihat tingkahku, mungkin ia masih berusaha menyembunyikan apa yang baru saja aku lihat. Namun, aku tidak bodoh! Akan aku temukan di manapun ia menyembunyikan wanita murahan itu.Tring!Dering ponsel Mas Galih berbunyi tepat saat aku melihat ke arah toilet. Ponselnya yang tergeletak di atas meja pun segera ia raih, ta
#BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#17Aku ingin menyapanya, tapi rasanya gak mungkin aku langsung datang dan langsung menanyakan semuanya. Ia bisa saja mengelak dan semua sandiwaranya bisa saja berakhir.Ayok Ren, berpikirlah! Hatiku terus berbicara sendiri. Setengah mati aku berusaha mencari akal dalam waktu yang singkat. Aku tak ingin ketinggalan jejak dan akhirnya Mas Galih pergi begitu saja.Ah! Persetan dengan rasa malu! Aku segera bangkit dari tempat duduk dan berniat mendatangi Mas Galih bersama wanita misterius itu. Namun, langkahku terhenti.Aku melihat Anisa menghampiri mereka berdua. Langkahnya cepat dan penuh dengan emosi.Plaaaak!"Siapa dia Mas? Tega kamu ya! Kurang sabar apa sih aku nunggu kamu? Kurang apa kamu nyakitin aku dengan nikahi janda itu!"Anisa terus saja berteriak, sementara
#BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#16Aku berusaha tidak perduli meskipun sesungguhnya hatiku sakit mendengar Mas Galih pergi bersama wanita lain. Hatiku terus di penuhi dengan tanya.Apakah mungkin Mas Galih memang mendua? Pernikahan kami baru berjalan satu tahun, ia juga menjanjikan banyak hal padaku. Namun, mengapa ia bisa setega itu?Aku pikir sikap baiknya memang benar-benar tulus, akan tetapi bagaimana bisa aku percaya dia jika semua sudah seperti ini?Siang itu pembicaraan antara aku dan Dinda selesai sudah. Apa mungkin Dinda berusaha menipuku? Namun, apa untungnya bagi dia?Sore itu aku segera pulang ke rumah, berniat ingin beristirahat setelah banyaknya kejadian pagi ini yang membuatku begitu penat.Namun, saat aku tiba di rumah. Mas Galih tiba-tiba menyambutku, ia nampak tak bersalah setelah pergi entah kemana."Ren, bagaimana kalau kita pergi? Aku benar-benar tidak ingin bersama Anisa, aku ingin kita berdua tetap
#BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#15"Hey Din?" sapaku saat kami sama-sama berada di kantin.Dinda menoleh ke arahku, ia pun bangkit dari tempat duduknya untuk menyambut kedatanganku. Namun, aku segera menyuruhnya untuk kembali duduk karena memang kami pernah saling mengenal.Meski begitu, aku menghargai sikap Dinda yang berusaha menghargai aku dan tetap menghormati aku meski kami sudah saling mengenal."Jadi, kamu apa kabar?" tanyaku basa-basi."Ya, seperti yang kamu lihat aku sehat dan saat ini aku sudah menjadi jauh lebih baik."Ya, aku pernah melihatnya seolah dia baik-baik saja akan tetapi aku yakin ada sesuatu yang ia tutupi dan tidak ingin ia umbar pada siapapun."Aku bertemu Mas Aksa beberapa hari yang lalu, dan aku juga sempat menginap di rumahmu," jelasku.Dinda langsung menoleh dan nampak terkejut ketika mendengar penjelasan dari ku. Mungkin karena dia merasa bahwa aku tidak pernah lagi berhubungan dengan
#BUKAN_MENANTU_BODOHSEASON 2#14"Ren, apa maksud kamu blokir semua akses kami di perusahaan ini?" tanya ibu mertuaku.Wajah beliau begitu sinis, sama seperti wanita muda di dekatnya. Aku tak habis pikir, bagaimana bisa mereka dengan penuh percaya diri menanyakan hal seperti itu padaku.Bukankah mereka yang menganggap aku tidak penting? Bukankah mereka yang berusaha menyingkirkan aku?! Lalu, mengapa malah mereka ingin aku tetap baik pada mereka?"Lho, bukannya aku ini sudah tidak pantas jadi menantu ibu?" ketusku.Wanita yang masih sah menjadi ibu mertuaku itu nampak gelagapan, wajah beliau panik dan sempat sesekali beliau menelan Saliva."Jadi, kamu merasa menang? Jangan mimpi Ren!" cetus Anisa.Wanita yang terlihat cantik dengan kaki jenjangnya itu ternyata berusaha menelanku. Ia bahkan bersikap tidak tahu malu di hadapan banyak orang di dalam ruang kerjaku."Menang? Apa kita sedang berlomba? Ingat Nis, rumah t
#BUKAN_MENANTU_BODOH SEASON 2 #13 "Kalau.begitu, lebih baik kamu kembali pada mantan suami kamu. Lagipula, saya sudah menyiapkan calon istri untuk Galih." "Apakah Anisa? Calon yang ibu maksud?" tanyaku. "Bagus kalau kamu sudah tahu. Harusnya saya tidak perlu lah ya kasih tahu kamu apa kelebihan Anisa di bandingkan kamu. Dia jauh di atas kamu Ren," ungkap wanita yang masih sah menjadi ibu mertuaku. Kata-kata itu sungguh menusuk ke dalam hatiku yang paling dalam. Bagaimana bisa wanita yang seharusnya menjadi panutan malah mengatakan hal sampah seperti itu? "Kelebihan Anisa? Mengancam maksud ibu?" Wanita paruh baya itu nampak terkejut ketika aku mengatakan hal itu. Mungkin dia tidak menyangka jika aku mampu mengungkap apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka berdua. "Lancang kamu! Ancam apa maksud kamu? Anisa adalah wanita baik-baik yang tidak mungkin mengancam saya!" teriak ibu penuh emosi. Aku s