#BUKAN_MENANTU_BODOH
#PART_16
#NASIB_AKSA
Penyesalan memang selalu berada di ujung harapan, ketika hati mulai lemah dan tak ada tujuan. Semua seperti mengajakku kembali mengingat tentangmu.
____
Aku pulang dari rumah sakit setelah semua pembayaran selesai di bayarkan oleh Reni, rasanya sudah tak ada lagi harga diri seorang lelaki dalam diriku.
Ia, wanita yang selalu bisa memberikan semuanya dengan tulus justru aku balas dengan pedihnya luka.
Reni, rasanya hati ini baru saja menyadari sebuah kebodohan yang seharusnya tak pernah aku lakukan. Aku hanya tak pernah mensyukuri nikmat yang sudah Sang Maha Pencipta berikan.
Seorang istri yang rela menjadi sederhana saat ia mampu bergelimang harta hanya demi bersanding denganku. Nyatanya, aku harus menelan semua kepahitan ini seorang diri.
"Jam segini kamu udah pulang Sa?" tanya Ibu saat aku baru saja sampai di kontrakan.
"Sudah Bu," jawabku sembari mengusap kening beliau,
#BUKAN_MENANTU_BODOH#PART_17Terkadang, Tuhan menghadirkan masalah untuk mendewasakan seseorang. Akan selalu ada hikmah di balik setiap cobaan. Bersabarlah.____"Ren, bisa temenin aku gak?" ucap Galih yang datang tiba-tiba.Bagaimana dia bisa tahu aku dan Vira tengah di rumah sakit?. Aku melirik Vira yang tiba-tiba nyengir bagai kuda. Sudah pasti dia yang memberitahu."Kemana?" tanyaku polos."Ke acara pembukaan cabang baru," jelas Galih."Udah sana, biar mobil aku yang bawa," usul Vira.Aku melirik Vira lagi, tatapanya begitu meledek seakan memang ia sudah merencanakan ini sebelumnya."Urusannya udah beres kan?" tanya Galih lagi.Aku baru ingat, kedatanganku ke rumah sakit karena Mas Aksa yang memintaku membayarkan administrasi. Pandanganku mencari soso
#BUKAN_MENANTU_BODOH#PART_18Kenyataan terkadang jauh lebih menyakitkan, bukan hanya sebuah rencana yang telah di siapkan dengan matang tapi, juga impian yang harus kandas karena tak sesuai dengan harapan.____Pandanganku masih semu, antara percaya atau tidak dengan kenyataan ini. Semua terasa seperti mimpi. Baru saja aku hendak melepaskan beban, adalagi beban baru yang harus aku tanggung.Mas Aksa masih di luar, menunggu keputusanku. Perceraian akan tetap lanjut atau berhenti demi anak dalam kandunganku.Dilema, antara hatiku dan pikiranku. Apakah aku tidak terlalu egois?. Keputusan yang akan aku ambil jelas akan mempengaruhi masadepanku dan anak ku nantinya.Aku tidak boleh gegabah, aku harus memikirkannya dengan matang. Berserah diri pada Sang Pencipta adalah jalan yang pasti terbaikVira mendekat ke arahku
#BUKAN_MENANTU_BODOH#PART_19Sesuatu yang pergi, biarlah pergi. Jangan menahan hanya karena hatimu belum sepenuhnya sembuh dari luka.____Menunggu beberapa menit, sampai akhirnya Dinda dan Mas Aksa keluar. Aku berusaha bersembunyi di balik sebuah majalah ibu hamil yang aku temukan di antara rak buku yang memang di siapkan untuk ibu hamil yang menunggu antrean."Renita Salsabila Hendarso!"Pengeras suara menyebut namaku, "Yuk Ren!" ajak Vira, sembari meraih tanganku.Aku lipat majalah yang masih menutupi sebagian wajahku."Ren ...!"Mas Aksa terpaku melihatku, wajahnya begitu heran saat aku ada di tempat yang sama. Ia melirik perutku yang sama-sama membuncit seperti Dinda.Pertemuan ini menjadi pertemuan pertama semenjak kejadian di rumah sakit kala itu. Kar
#BUKAN_MENANTU_BODOH#PART_20Setiap luka pasti memiliki obat agar ia bisa pulih sempurna. Tak ada yang tidak mungkin jika Sang Maha pencipta sudah menakdirkan. Jangan risau tentang hati yang hancur, akan ada masanya ia kembali utuh, bahkan jauh lebih kokoh._____"Istrinya gak apa-apa kok," ucap Dokter Grace sembari melirik wajahku.Aku menelan saliva, tak mengerti harus menjelaskan atau tetap diam."Tapi, lebamnya Dok?" tanya Galih dengan wajah penuh kecemasan."Ga apa-apa, nanti di kompres juga sembuh."Dokter Grace tersenyum simpul, wajahnya begitu teduh saat menyambut kami berdua. Meski aku melihat ada sorot mata heran, selama lima bulan ia menangani kehamilanku baru kali ini aku datang bersama seorang pria.Maklum saja jika dokter Grace mengira Galih adalah suamiku. Perlakuan Galih dan rasa
#BUKAN_MENANTU_BODOH#PART_21#AKSA"Ada apa nih Pak?" tanyaku pada seseorang yang tengah berlari mendekati sebuah kerumunan.Entah apa yang akan mereka lihat. Sepertinya tengah terjadi sesuatu di depan sana."Ada orang mau bunuh diri Pak!" jelas seseorang tersebut, yang hanya berhenti sejenak kemudian kembali berlari.Karena rasa penasaran, akhirnya aku turut mendatangi tempat mereka berkumpul. Lagipula, aku tak ada kegiatan apapun di rumah. Belum lagi, aku memang tak ingin kembali ke rumah karena frustasi dengan keputusan Reni.Aku benar-benar merasa kecewa, saat Reni tetap memutuskan untuk bercerai di saat aku pikir ada harapan untuk kembali bersatu setelah ia dinyatakan hamil."Wah itu, perempuan yang mau lompat!" bisik seorang, sembari menunjuk ke arah gedung."Astaghfirullah! Dinda!" teriakk
#BUKAN_MENANTU_BODOH#PART_22"Ren, ada Galih, dia mau jengukin kamu," ucap Vira yang datang menghampiriku di kamar.Setelah seharian dirumah, aku memang hanya menghabiskan waktu di kamar.Aku mengangguk seraya menatap netranya. Ia begitu tulus, bahkan ia tak mementingkan hatinya. Tuhan, bagaimana bisa aku tak pernah melihat ketulusannya?."Kenapa? kamu sakit?" tanyanya khawatir."Engga. Oh iya Vir, tadi aku ambil laptop di kamar kamu, maaf gak ijin dulu," ucapku."Diih, ini kan rumah kamu. Ambil aja, lagian aku yang salah lupa gak balikin ke kamu," jawabnya.Aku tersenyum simpul, sembari bangkit dan melipat selimut yang baru aku kenakan."Yaudah yuk ke depan!" ajakku."Kamu duluan aja, aku ganti baju sekalian bikin minum," perintahnya.____
#BUKAN_MENANTU_BODOH#PART_23Malam ini, aku berniat membicarakan tentang Galih. Aku rasa, tak baik jika hanya terus menebak-nebak perasaan yang sesungguhnya Vira rasakan.Aku juga tak ingin, terlihat tak tahu diri. Disaat Vira menyerahkan seluruh hidupnya untukku. Aku justru diam seakan menutup mata atas perasaannya.Setelah menghabiskan makan malam, aku menghampiri Vira di kamarnya. Seperti biasa, ia masih sibuk di depan laptop, mengisi data pengeluaran hari ini."Vir, mau ngomong bentar," ucapku."Iya Ren, masuk aja. Aku cuma bikin rekapan kok," ijinnya.Aku mengangguk sembari melangkah masuk. Kamar dengan cat tembok berwana coklat muda ini terlihat elegan seperti penghuninya.Aku duduk di tepi ranjang, menunggunya menyelesaikan semua yang tengah ia kerjakan."Ya, akhirnya selesai. Gimana
#BUKAN_MENANTU_BODOH#PART_24#AKSA"Pergi kamu dari sini, semua masalah berasal dari kamu!" teriak ibu."Enak aja, yang ngajak aku kesini siapa? lupa ya, kalau dulu ibu mohon-mohon supaya saya mau nikah sama Mas Aksa!" seru DindaSuara mereka begitu lantang, bahkan terdengar hingga halaman rumah. Aku yang baru saja pulang dari kantor polisi semakin emosi mendengar perdebatan mereka."Cukup!" teriakku, sembari mendobrak pintu depan.Mereka berdua terdiam, menatapku dengan penuh tanya."Kalian menyesal? semua sudah hancur!" murka ku.Ibu dan Dinda sama-sama tertunduk. Mereka hanya diam mendengar semua omelanku yang di penuhi dengan emosi."Ibu yang bersikeras menjadikan Dinda menantu, susah Aksa bilang Aksa tidak ingin menceraikan Reni, dan kamu Dinda, kamu juga yang sela