Di Paranoa Lake, Nick dan Jess mencumbu indahnya sunset di tepian. Mengulang masa indah yang pernah mereka lakukan. Di sinilah Nick, kembali menuai keyakinan terhadap cinta Jess yang sejatinya tidak pernah mati. Rasa cinta wanita itu hanya tertidur selama beberapa waktu, di sepanjang gelora panasnya sebuah angkara yang tidak sengaja lahir dari keteledoran.
Sudut kecil hati Nick bermekaran menyaksikan sinar tawa sang istri menyatu dengan ranumnya langit. Tawa kecil serupa aurora yang mampu membuat lelaki itu merasa bahwa dialah suami terbaik. Walaupun pada kenyataannya, sayatan elegi yang sempat meraja mungkin tidak akan pernah hilang, dan bekasnya akan terus terpatri dalam sebuah memori.
“Nick!” Sebuah suara memalingkan mereka.
“Hai, Michele!” Jess tersenyum melihat sosok penuh jasa berdiri di belakang mereka.
“Halo, Jeselyn! Em … maksudku Jessy!”
“Apa aku menganggu kalian?” Miche
“Putri Tuan, terakhir kali bekerja di Jeda. Hanya satu hari, kemudian perusahaan kehilangan kabar.” Casio berujar. Tanpa memberikan respon, Nick menyalakan Combat Motor meninggalkan Casio sendiri di halaman. Wraith yang ditunggangi meraung di sepanjang legamnya aspal. Nick tahu ke mana dia akan pergi saat ini.Tiba di gedung green brown, Asa Sul, Nick menghentikan motor kesayangannya. Di sana tampak seorang wanita yang melihat Nick seperti hantu. Bahkan, perempuan yang masih mengenakan pakaian tidur itu menggosok mata berkali-kali. Meyakinkan diri bahwa apa yang dilihat tidaklah salah.“Nick! Apa aku tidak salah lihat?” Wanita bergelung tersebut tergopoh-gopoh hanya untuk menepuk kedua pipi Nick.“Ya, seperti yang kau lihat, Joan!” tekan Nick seraya menurunkan tangan kecil yang menyentuh pipinya. Lelaki itu tidak menyukai ada tangan wanita lain yang menyentuhnya.“Masuklah!” ajak Joan. Sementara Nick duduk d
“Jess!” Nick tercengang melihat istrinya yang tiba-tiba muncul. Akan tetapi, ekspresi wajah Devada mungkin lebih menegangkan.“Mommy!” Ucapan itu keluar begitu saja dari mulut Devada. Pasangan suami istri tersebut tidak mengerti dengan sikap gadis itu, terlebih dia tiba-tiba memeluk Jess. Menyadari situasi tidak lagi sama, Devada menarik tubuhnya dari Jess.“Maaf, Nyonya Jess, aku tidak bermaksud lancang. Aku hanya teringat dengan mommy-ku,” terang gadis itu menyesal. Jess yang semula ingin marah, kemudian melebarkan senyum.“Kau mengenalku? Siapa namamu, Sayang?” tanya Jess dengan penuh kelembutan. Bergeming, wajah Devada semakin mendung. Gadis itu merasa cemburu mengingat perlakuan Jess yang tidak manusiawi kepadanya, bahkan kepada Elfara. Jika tidak mengingat apa tujuannya, ia akan memilih pergi saat ini juga.“Aku Devada!” ucap gadis itu, kemudian Jess menghampiri Nick, dan membisikkan sesuat
“Callin!” Terlihat Joana sedang menghampiri dengan tubuh terbalut selendang, sedangkan pemuda itu menoleh dan mengurungkan niatnya.“Suara apa tadi?”“Aku tidak tahu! Mungkin kucingmu!” Lelaki itu beralih pandang ke kucing abu-abu yang tengah bermain benang.“Oh!” Dengan gaya wanita penggoda, dokter cantik itu memeluk penuh gairah.“Kau ingin kita meneruskannya di sini?”“No! Di tempat yang tadi saja!” Dia berkata seraya mengulum bibir Joana. Setelah itu mereka lenyap dari pandangan. Melanjutkan jerat gairah yang terjeda.Devada membuang napas berkali-kali, merasa aneh dengan hubungan mereka berdua. Tak ingin menyia-nyiakan waktu, dia bergegas mengambil ponselnya setelah itu kembali ke kamar. Semua tempat tak luput dari pemeriksaan, tetapi tidak menemukan apa-apa. Ada satu tempat yang terbesit di pikiran. Apartemen ini memiliki banyak ruang, tujuannya saat ini adalah gud
Nick mengalihkan pandangannya pada Devada, dan mendapati mata gadis itu memerah menahan tangis. Sebuah kondisi yang menjerumuskan Nick ke dalam tanda tanya yang besar. Pria itu ingin mengetahui kelanjutan kata-kata yang terpenggal, tetapi gadis itu meneruskannya tanpa diminta. Devada berkata, “Dialah yang sudah membunuh Dev!” Mata Nick membulat dengan sempurna mendengar pernyataan yang serupa sengatan petir. Luruh sudah pertahanan Nick sebagai laki-laki yang perkasa.“Apa yang kau katakan?” Nick mengguncang bahu Devada, sedangkan perempuan itu hanya bergeming. Tak menampik perlakuan yang terbilang kasar.“Dia yang sudah menculik Dev, bahkan memperkosanya. Dia Callin, anak kandungmu sendiri dengan wanita lain!” Lutut Nick tersimpuh mencium lantai. Kenyataan yang terbongkar ternyata tak cukup untuk menusuk-nusuk gendang telinganya. Nick harus mendapati kenyataan yang lebih menyakitkan daripada dicambuk seribu kali di tiang gantungan.
Sosok laki-laki berkulit gelap muncul dari ambang pintu. Aura bengis seketika menyeruak, membangkitkan suhu ruang yang panasnya sedikit mereda. Dialah Ezhar, ahli kejahatan yang pandai berkamuflase dalam jubah kebaikan. Dialah yang memiliki andil besar terhadap rusaknya keluarga Erhan, dan pembunuh komunitas Kingdom. Devada menatap nyalang manik legam yang mengintainya. Pasti dialah yang sempat dihubungi oleh Joana sebelum wanita itu tergeletak membawa beban dosa. “Wow, kelinci tak bertaring sepertimu ternyata pandai membunuh!” sarkasnya. Bibir Devada masih mengatup, sengaja menunggu apa lagi yang akan dikatakan oleh polisi bermuka dua tersebut. “Kau boleh menang melawan mereka. Akan tetapi, jangan lupa kalau kau hanya remah-remah racun berkualitas rendah yang hidup di bawah payung hukum!” Ezhar mengikis jarak yang terbentang, lalu sebuah borgol dia pasang pada tangan Devada. Gadis tersebut tidak berupaya untuk mengelak, justru senyum penuh ejek tersungging di bibirn
“Michele!” teriak Jess dari dalam kamar.“Ada apa? Apa kau membutuhkan sesuatu?” sahut Michele saat berjalan tergopoh-gopoh memenuhi panggilan Jess.“Kenapa kau mengurungku di sini?”“Aku hanya memenuhi permintaan Nick!”“Kenapa dia melakukannya tanpa memberitahuku apa-apa?”“Maafkan aku, Jess! Nick memberitahuku kalau dia sudah menemukan putra kalian, dan kondisi mereka tidak baik-baik saja. Penjahat itu juga mengincarmu!” jelas Michele.“Apa?”“Kenapa kau baru memberitahuku sekarang?”“Aku hanya tidak ingin membuatmu khawatir!”“Lalu, dengan tidak memberitahuku, apa aku akan tenang?” Michele terdiam membenarkan wanita yang masih mengomel tersebut. Akan tetapi, dia tidak bisa melakukan apa-apa. Bahkan, untuk memantau keadaan di luar pun tidak bisa.Di tengah-tengah rasa cemas yang melanda, tiba-
Devada berjalan tak tentu arah, pancaran kemelut mengiringi untaian air mata yang tertahan. Emosi yang merasuk telah menguasainya dengan sempurna. Membunuh kesadaran dan rasa empati, dia tidak peduli dengan kekacauan di sekitar yang ditimbulkan oleh sikap arogannya. Gadis yang hampir sekarat itu terus merusak segalanya di sepanjang kaki melangkah. Bangunan-bangunan terpanggang api. Jasad-jasad manusia dan hewan bergelimpangan dengan luka bakar yang mengerikan. Mobil-mobil saling bertabrakan, jerit tangis anak-anak melangit. Lago Sul riuh dengan bunyi mobil pemadam kebakaran, polisi, dan sirine ambulance. “Mommy …!” Selama lebih dari dua puluh tahun hidup dalam bayang-bayang penyiksaan, kini jawaban tentang kebencian Jess padanya datang dengan sendirinya. Siapa yang harus disalahkan? Dia tidak pernah meminta untuk lahir di rahim siapa. Bahkan, dia tidak pernah tahu jika ini adalah bagian dari syarat untuk bisa melihat dunia yang mengiming-imingi berbagai macam rupa ke
Mendung masih berkabut di dalam kamar megah sepasang insan yang saling mencintai. Jess masih bertahan dengan hujan yang mengucur deras dari pelupuk mata. Sebuah wajah penuh kesenduan bersembunyi di balik tekukan kaki. Matanya masih mencoba menyibak tabir di balik kata tanya yang melelahkan. Takdir mengajarinya rupa-rupa permainan yang mengandung banyak kepahitan di balik bungkusnya yang begitu manis.Kini, ia mendapati kenyataan yang berkali-kali lipat lebih menyakitkan di saat kehidupan baru mulai bersemayam di rahim. Bagaimana ia akan menata kehidupan yang akan datang di fase selanjutnya? Cinta buta yang melebur bersama rasa kecewa yang besar sudah membuatnya gagal memenuhi kewajibannya kepada Elfara. Apa yang akan terjadi, jika jiwa di dalam perutnya sampai terlahir ke dunia? Tangis Jess meledak di sela-sela himpitan kaki.Kepalanya kemudian mendongak, mencari-cari sesuatu yang melintas di pikiran. Fokusnya bertaut pada meja di mana gulungan stiker warna-warni berha