(POV Jamie)"Oh ... jadi kamu memutuskan untuk menjadi perebut istri orang?"Langkahku tertahan mendengar Papa menyindir sedalam itu."Kamu masih muda, tampan, dan punya uang, Jamie. Kenapa harus mengejar-ngejar istri orang?"Hatiku teremas saat Mama ikut menimpali omongan Papa."Aku percaya jodoh itu sudah diatur Allah, Ma," balasku mencoba tenang. Kimie yang sakit menjatuhkan kepalanya di pundakku. "Aku tidak mengejar-ngejar Shakira, tapi aku juga tidak mau dipaksa untuk menikahi Nina. Karena kami memang tidak saling mencintai," putusku tenang dan yakin."Persahabatan akan lebih langgeng tanpa ada embel-embel cinta di dalamnya." Sandrina menambahkan, "aku sadar, selama ini telah egois. Menyukai seseorang dan berusaha mengejarnya. Walau tahu yang dikejarnya tidak pernah ada rasa perasaan," imbuhnya pelan."Nina, maaf," ucapku tulus dari dasar hati. Melihat wajahnya yang sendu ada sekelumit rasa salah mengganjal hati.Sandrina meringis. "Kamu tidak salah untuk apa minta maaf," balasny
Hari merangkak malam. Kimie hanya terjaga sebentar di waktu makan malam. Bocah kecil itu tampak amat bahagia, ketika pertama kali membuka mata yang terlihat adalah wajah ibunya. Ibu dan anak itu saling berdekapan melepas rindu. Shakira begitu telaten menyuapi anaknya makan serta minum obat. Sementara Kimie yang amat menurut pada nasihat ibunya. Bocah cilik itu manut saat disuruh meminum beberapa butir obat. Sampai malam menjelang aku masih setia di tempat tersebut. Rasanya enggan meninggalkan Kimie yang masih terlihat pucat. Namun, saat melihat Shakira yang sudah terlihat lelah, aku pun sadar diri. Apalagi dari tadi Aldi sudah beberapa kali mengirim sinyal pengusiran secara halus.Akhirnya dengan berat hati, aku pamit pulang. Tentu saja Aldi langsung mengiyakan, sedang Shakira hanya mengangguk pelan. Kaki ini kuayun keluar ruangan. Setelah beberapa menit berjalan, entah mengapa hatiku menyuruh untuk tetap bertahan di sini. Aku putar balik ke kamar Kimie lagi.Lewat kaca kecil di pin
(POV Shakira)Ada yang tidak beres dengan Kimie. Anak itu masih saja ceria. Namun, kian hari wajahnya tampak memucat. Sering mengeluh lelah padahal tidak melakukan aktivitas fisik yang berlebihan. Demam tanpa alasan yang jelas. Lebam-lebam di sekitar tubuhnya.Tadinya aku manut dengan nasihat Ibu. Dengan tidak berpikiran buruk. Meyakini jika Kimie kelelahan dan stress karena akan menghadapi ujian kenaikan kelas. Namun, ketika intensitas mimisan Kimie mengalami kenaikan. Hatiku sudah tidak bisa lagi diam.Aku menghubungi Jamie. Memberi tahu padanya mengenai kondisi Kimie. Bagaimana pun dia adalah ayah kandungnya.Tentu saja Jamie langsung cemas mendengar penuturanku. Tanpa menunggu, lelaki itu mengajakku untuk memeriksakan Kimie pada Sandrina. Aku langsung setuju. Karena Sandrina seorang dokter anak yang sudah cukup berpengalaman.*"Sebaiknya Kimie harus segera di-CT scan," saran Sandrina ketika kami datang memeriksakan Kimie. Mata wanita fokus membaca buku riwayat sakitnya Kimie."Ke
(POV Aldi)Mencintai Shakira, perasaan itu sudah tumbuh sejak aku masih sekolah dulu. Shakira yang dan pintar tentu saja menjadi salah satu siswa yang populer pada waktu itu. Ditambah pembawaannya yang tenang dan kalem membuat incaran para siswa laki-laki. Dan aku salah satu penggemar misteriusnya.Aku bukan seorang pecundang. Sama seperti Shakira, aku pun masuk dalam jajaran siswa populer. Banyak bilang aku tampan. Apalagi sejak menjadi pemain basket bisa kata hampir semua siswi di sekolah mengenal aku.Sebenarnya aku juga tergolong siswa berotak encer. Namun, kesibukan sebagai seorang foto model dan pemain basket membuat waktu belajarku berantakan. Apalagi setelah mengetahui gadis yang kupuja menjalin hubungan dengan kawan baik sendiri.Aku bahkan dibuat shock saat mendengar Shakira hamil di luar nikah dengan Jamie. Tidak kusangka, gadis kalem yang tidak pernah neko-neko itu bisa jatuh ke lubang nista. Sangat menyayangkan masa depan Shakira harus terenggut karena ulah kebodohannya.
(POV Aldi)Ujian rumah tanggaku dengan Shakira mulai diuji. Kimie tercinta terkena kanker darah. Anak itu memerlukan perawatan khusus dengan biaya yang tidak sedikit.Sebagai seorang ayah walau berstatus sambung, aku merasa sedih. Karena tidak mampu memberikan kontribusi yang maksimal pada Kimie. Aku bukan seorang hartawan seperti Jamie. Bagiku sakitnya Kimie seolah mendekatkan hubungan Shakira dan Jamie yang sempat merenggang.Sering kudapati Shakira, Jamie, dan Kimie tengah tergelak bersama. Tawa Shakira benar-benar lepas. Binar matanya menunjukkan kebahagiaan. Dan itu tidak pernah kudapati jika bersamaku.Hatiku kian dilanda cemas, saat mendengar permintaan Kimie. Bocah itu mengharapkan kedua orang tuanya bersatu kembali."Jadi kamu mendoakan agar rumah tanggaku dan Kira kandas?" heranku saat mendengar betapa entengnya Jamie menyanggupi permintaan Kimie."Tentu tidak," sanggah Jamie kalem. Mulutnya mulai mengunyah nasi Padang yang ia bawa. "Aku cuma tidak mau mendahului takdir Alla
(POV Shakira)Bapak Jaya alias papanya Jamie sepakat membawa Kimie berobat ke Singapura. Tidak tanggung-tanggung, pria kaya itu memboyong semua keluargaku ke negeri singa tersebut. Kecuali Aldi tentunya. Karena Bapak Jaya hanya mau mengakomodasi orang-orang yang memiliki hubungan pertalian darah dengan Kimie.Sayangnya Salwa tidak bisa turut serta. Gadis itu sedang ada ujian. Ketika menjalani pemeriksaan, dirinya juga sum-sum tulang belakangnya tidak cocok untuk Kimie.Bertujuh dengan Sandrina, kami bertolak ke Singapura pada pukul sebelas lewat lima menit. Pukul satu siang kami tiba di Bandara Changi Singapura. Bapak Jaya membawa kami semua beristirahat sejenak di Orchard Mandarin Hotel.Papa Jamie sengaja memesan kamar di hotel tersebut, karena lokasinya yang berada tidak jauh dari rumah sakit tempat Kimie dirawat nantinya. Suami dari Tante Lia itu membooking tiga kamar untuk dirinya dengan sang istri, Jamie, dan Sandrina. Sementara aku dan Ibu akan tinggal di rumah sakit menemani K
"Ha ... halo, Kira." Suara Aldi terdengar lirih."Al, Kimie ingin video call nih.""Apa? Video call? Oke-oke ... bentar dulu!" Entah kenapa aku seperti menangkap kepanikan pada suara itu. "Lima menit lagi aku telpon balik. Aku lagi di kamar mandi nih."Belum sempat aku membalas, Aldi sudah mematikan sambungan. Aku menghela napas. Kenapa terkesan gugup Aldi tadi?Ibu yang berada di ruang tamu mendekat. Wanita itu duduk tidak jauh dari kursi Jamie. Lima menit kemudian, Aldi memenuhi janjinya. Pria itu melakukan panggilan video."Hallo!" Dalam video Aldi melambaikan tangan. Bibirnya melukis senyum. "Kira, mana Kimie?" tanya dia kemudian."Sebentar!"Kuserahkan ponsel pada Kimie. Gadis itu langsung menyengir senang. Menyapa hangat ayah sambungnya."Ayah Aldi, nanti siang Kimie mau dikemo. Doakan lancar ya," mohon Kimie dengan suara lemah."Oh ... tentu! Ayah berdoa siang dan malam demi kesembuhan princess ayah," sambut Aldi terdengar semangat.Kimie tersenyum kecil. Gadis cilik itu pun
(POV Shakira)"Salwa? Nga-ngapain kamu?" tegur Aldi terlihat gugup."Kenapa Kak Aldi ngehindari aku?" tanya Salwa dengan wajah dinginnya.Aldi tidak langsung menyahut. Terdengar dia mendesah. "Kita memang gak boleh dekat-dekat, Wa. Takut aku ... aku khilaf lagi."Khilaf? Apa maksudnya?Tiba-tiba dadaku terasa sesak.Menit berikutnya, terlihat Salwa menunduk. "Tahu kamu, Kak, beberapa hari ini aku dilanda takut," ungkapnya terdengar tergetar."Kenapa?" Aldi menatap Salwa sekilas."Aku ... aku telat."Bagai ada tangan yang mencekik leherku mendengar pengakuan Salwa."Telat?" Kulihat mata Aldi membulat sempurna, "ma-maksudnya?" tanya Aldi dengan mimik kecemasan."Ya ... telat. Aku belum--""Kira!"Aku menoleh. Sosok Ibu menghampiri dengan tergopoh-gopoh. "Ngapain di sini malem-malem? Kimie nyariin itu," tegur Ibu.Sebenarnya tidak terlalu keras. Hanya saja sunyinya malam, membuat suara Ibu terdengar sampai Aldi dan Salwa. Kedua mahluk beda jenis itu langsung merenggangkan jarak."Salwa?
Pov author"Alhamdulillah!"Shakira meraupkan kedua tangannya pada wajah. Air matanya merembes. Namun, ini air mata kebahagiaan dan haru. Anaknya baru saja lolos dari maut."Aku ingin ketemu bayiku, W*." Shakira merengek. Ia ingin sekali melihat rupa putrinya. Dalam mimpi wajah sang putri terlihat samar."Nanti kalo Mbak Kira pulih, kita lihat bareng, ya." Salwa membujuk lembut.Shakira mengangguk manut. Pengaruh anastesi sudah mulai menghilang. Wanita itu meringis menahan perih di perut bekas sayatan operasi. Untuk menyamarkan sakit, dirinya memilih memejam kembali.Sementara itu Ibu yang kepayahan dari tadi siang merasa amat lelah. Wanita itu merebahkan tubuh pada sofa kecil yang tersedia di ruang itu. Tidak sampai lima menit dirinya sudah menyelami alam mimpi.Di sisi lain Salwa merasakan lapar yang menghebat. Terakhir kali ia makan tujuh jam lalu di kampusnya. Dia ingin mengajak Ibu. Namun, melihat sang Ibu tertidur dengan lelapnya, Salwa memilih pergi sendiri. Gadis itu meninggalk
Pov Jamieidaaak!"Aku berseru takut. Sementara Ibu Siti dan Salwa pun sudah pecah tangisnya. Beruntung ada dokter didampingi perawat yang masuk untuk memeriksa bayi lain."Dokter, tolong bayi saya," mohonku dengan suara yang bergetar."Iya, Bapak mohon tenang dan tunggu di luar, ya." Pria berseragam itu mengangguk pelan."Tolong lakukan yang terbaik untuk anak saya, Dok. Berapa pun biayanya akan saya bayar," desakku saking ketakutannya."Iya, Bapak tunggu di luar, ya!"Perawat pendamping dokter pun mendorong tubuhku untuk ke luar ruangan. Salwa dan Ibu Siti cukup patuh untuk beranjak sebelum disuruh. Sementara beberapa tenaga medis masuk untuk ikut melakukan tindakan.Aku yang merasa tidak bertenaga bersandar pada dinding. "Kamu harus kuat putraku," kataku pada diri sendiri.Mata ini kembali menatap ruangan di depan. Rasanya tidak sanggup jika harus melihat putriku kecilku yang tengah mendapatkan penanganan.Tiba-tiba saja aku teringat Allah. Aku perlu menghadap Sang Pencipta. Akan k
Lampu di atas pintu kamar operasi telah padam. Pertanda jika operasi telah usai. Hati ini kian dag dig dug rasanya. Harap-harap cemas. Ketika pintu terbuka, aku, Aldi, dan Sandrina langsung bangkit berdiri. Aku sendiri lekas beranjak menemui dokter pria yang sedang membuka masker wajahnya. "Dok, bagaimana keadaan istri saya?" Aku bertanya dengan penasaran."Seperti yang sudah sangat saya jelaskan. Ibu dan anak sama-sama dalam keadaan bahaya," tutur Pak Dokter terdengar hati-hati. "Dan sesuai persetujuan jika kami harus memprioritaskan ibunya dulu--""Jadi anak saya gak selamat?" Aku menyambar karena takut. Rasanya tubuh ini terasa lemas. Dokter itu membetulkan letak kacamatanya. "Beruntungnya kami bisa menyelamatkan keduanya."Ucapan dokter tersebut laksana air es yang mengguyur kekeringan di hati ini. "Alhamdulillah!" Aku, Aldi dan Sandrina lagi-lagi kompak berseru karena lega. Tidak lupa aku langsung sujud syukur. "Terima kasih banyak ya Allah ...." Tangan ini meraup wajah deng
(Pov Jamie) "Shakira?!"Seseorang memanggil nama istriku. Shakira sendiri mengangkat wajah. Wajahnya yang pucat menjadi pertanda jika dia teramat kesakitan."Kamu gak papa, Kira?"Ternyata yang memanggil Shakira adalah Aldi. Pemuda itu datang bersama Sandrina. Keduanya gegas jongkok untuk menolong Shakira. Sedangkan aku masih membeku melihat darah merembes dari paha Shakira."Ini sakit banget, Nina," desis Shakira dengan tangan mencengkeram lengan Sandrina."Jamie, kok kamu cuma diam saja sih?" tegur Aldi tampak gemas, "cepetantolong selamatkan istri kamu!" desak Aldi sambil mengguncang lenganku.Aku tergagap. Syok membuat aku tidak mampu berpikir panjang. Dan sebenarnya diri ini sangat takut jika melihat darah. Namun, demi melihat wajah pucat Shakira aku harus kuat."Sa-kiiit ...." Shakirara merintih."Tolong jangan bicara lagi, Kira. Ini hanya akan membuatku semakin panik," pintaku kalut.Tanganku gemetar meraih pundak Shakira. Perlahan kuangkat tubuh wanita yang terus saja mendes
Malam minggu ini aku di rumah berdua saja sama Jamie. Kimie dari kemarin dibawa mama dan papanya Jamie untuk menginap di rumah mereka. "Jam, pergi nonton film di bioskop, yuk!" ajakku pada pria yang sedang asyik bermain game pada gadgetnya. Jamie menatapku dengan lekat. "Nonton film di bioskop?" Dia justru mengulangi perkataanku. "Iya nih, aku pengen banget nonton film KKN Di Desa Penari. Lagi sibuk banget nih di media sosial," jawabaku dengan wajah yang mupeng. "Jangan aneh-aneh deh, Kira." Mata Jamie kembali tertuju pada layar ipadnya. "Anehnya di mana? Orang istri pengen nonton film kok dibilang aneh," sahutku sedikit sewot. "Bukannya hari perkiraan lahir anak kita sebentar lagi?" tukas Jamie masih setia memainkan jarinya pada layar sentuh tersebut. "Lagian bukannya kamu paling anti sama film horor," imbuhnya sambil sedikit melirik padaku. "HPL anak kita masih dua minggu lagi kok." Aku mendekati pria yang malam ini begitu wangi itu. Padahal kemarin-kemarin aku justru membenc
(POV Jamie) Yesss!" Aku meninju udara. "Terima kasih ya Allah," ucapku tulus sembari meraup wajahnya. "Yeahhh!"Aku kembali berseru gembira usai menerima telepon dari Shakira. Istri tercintaku mengabarkan habis test pack dan hasilnya positif.Tanpa berpikir panjang, aku bangkit dari kursi bersandaran tinggi ini. Blazer yang menyampir pada sandaran kursi lekas kukenakan. Setelah rapi kuraih ponsel dan kunci mobil baru melangkah ke luar menuju meja Tia, sekretarisku."Saya izin pulang, ya. Mau temani Shakira ke dokter," pamitku pada perempuan berkaca mata itu."Memang Bu Kira sakit apa, Pak Jamie?" tanya Tia tampak serius.Aku tersenyum kecil. "Kami mau cek ke dokter kandungan."Mulut Tia terbuka. "Ibu Shakira hamil?"Aku mengangguk pelan. "Barusan dites sih positif, tapi kami butuh kejelasan dari dokter. Doakan semoga berita ini benar, ya.""Aamiin." Tia langsung meraup wajahnya dengan kedua tangan. "Sebelumnta selamat ya, Pak.""Sama-sama."Aku pun beranjak meninggalkan perempuan itu
Selain beribadah, Jamie juga membawaku jalan-jalan ke tempat yang romantis yaitu Jabal Rahmah atau bukit kasih sayang. Jabal Rahmah adalah bukit kecil dengan ketinggian sekitar tujuh puluh meter.Tempat itu diyakini sebagai tempat bertemunya kembali Adam dan Hawa setelah berpisah ratusan tahun. Usai mereka diturunkan ke bumi dari surga karena mereka memakan buah terlarang yakni buah khuldi. Padahal Allah SWT sudah melarang tetapi setan terus menggoda.Bagi umat Islam sendiri Jabal Rahmah memiliki nilai sejarah yang cukup penting. Sebab di tempat tersebutlah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu terakhir. Yakni pada saat beliau menunaikan Haji Wada atau Haji terakhir dan sedang melakukan wukuf.Tempat ini terletak persis di padang Arafah, pinggiran timur kota Makkah. Sengatan terik matahari yang tajam tidak menyurutkan niat kami untuk mendaki bukit tersebut. Di atas bukit pemerintah Arab Saudi sudah membangun sebuah Tugu. Tugu tersebut diyakini sebagai tempat bertemunya Nabi Adam dan Hawa.
Keesokan harinya aku dan Lutfi mengisi waktu masih untuk bersantai di dalam hotel. Tujuan kami datang ke tanah suci selain untuk umroh juga memang ingin berbulan madu. Apalagi kami masih merasakan lelah setelah perjalanan panjang kemarin.Pukul delapan pagi waktu setempat aku dan Jamie turun untuk sarapan. Kebetulan kami mendapatkan fasilitas breakfast buffet. Di mana restoran tersebut menyajikan aneka makanan dan minuman.Berbagai sajian mulai dari hidangan pembuka sampai hidangan penutup tepah disediakan, ditata, dan diatur di atas meja buffet atau meja panjang. Pengunjung bisa bebas memilih dan mengambil makanan sendiri sesuai dengan selera makan mereka.Kebetulan pagi itu menu sarapannya adalah English breakfast. Pilihan aku jatuh pada sepotong roti bakar dengan olesan cokelat, telor omelet, sosis bakar, segelas cokelat hangat, dan beberapa potong buah semangka dan melon. Sementara Jamie mengambil roti panggang dengan olesan butter, daging asap, kacang yang dimasak dengan saos tom
Setelah puas berlibur dan menenangkan diri di vila Jamie selama seminggu, kami pun kembali ke Jakarta. Jamie langsung membawaku dan Kimie ke rumahnya sendiri. Rumah yang ia tinggali beberapa bulan terakhir saat ia memutuskan untuk hidup mandiri.Hal itu tentu saja membuat Kimie senang. Karena akhirnya mempunyai kamar pribadi sendiri. Selama ini dia harus berbagi ranjang denganku atau Ibu. Anak itu berulang kali mengucap terima kasih pada ayahnya karena kamarnya dikonsep laksana kamar seorang putri raja.Tujuh hari kemudian, jadwal keberangkatan ke tanah suci pun tiba. Sempat terjadi drama. Kimie memaksa ikut. Bocah itu nangis diajak serta."Bunda jahat! Bunda gak sayang aku! Kenapa aku gak boleh ikut," rajuknya dengan bibir yang maju sepuluh centi."Bukannya gak boleh, Sayang, tapi ini perjalanan khusus," jawabku mencoba memberi pemahaman."Perjalanan khusus apa?" tukas Kimie masih manyun. "Banyak kok teman-teman Kimie yang ikutan umroh. Jadi haji kecil," tuturnya kian jadi."Kimie ..