Share

Chapter 17

Author: INDRY
last update Last Updated: 2023-11-28 16:07:18
Eliza terkejut ketika dirinya membuka pintu, karena Vico tepat berada di depannya. Eliza tersenyum segan, "Siang, Tuan," sapanya sembari berlalu menuju mejanya.

Eliza mencari nama motel untuk mengambil nomor telponnya dari internet. Tidak sampai dua menit, Eliza sudah mengantongi nomor telpon motel tersebut. Diraihnya gagang telepon mejanya, dan jemari lentiknya menekan beberapa tombol nomor sesuai yang dia dapatkan.

Setelah mendengar nada sambungan telepon untuk beberapa saat, akhirnya ada seseorang yang menjawabnya juga. "Halo, dengan motel Red Orchid?"

"Betul, Ada yang bisa saya bantu?" jawab seseorang dari sambungan telepon disana.

"Saya adalah tamu yang semalam menginap di kamar 102, ada sebuah belt yang tertinggal disana. Tolong dibantu untuk diamankan, rencananya minggu depan saya akan kembali kesana untuk mengambilnya."

"Apakah pesanan atas nama Tuan Reiz?"

"Benar, kamar dipesan atas nama Tuan Reiz."

Usai berbincang dan saling mencapai kesepakatan, Eliza memutus sambungan telp
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • BOS AROGAN ITU TUNANGANKU   Chapter 18

    Eliza melihat arloji yang melingkar di pergelangan cantiknya. Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, namun karena cuaca terlihat mendung, rasanya sudah seperti hampir jam tujuh malam. Beberapa kali suara dari halilintar bersahutan di atas langit. Eliza yang sangat takut akan petir langsung menutup tirai jendela ruangannya. Udara juga semakin bertambah dingin. Ini seperti dua kali lipat suhu AC yang biasa Eliza gunakan. Eliza beranjak mengambil remot control AC dan langsung mematikan AC ruangannya. Rasa dingin sudah menyentuh tulangnya, namun sayang Eliza sedang tidak membawa sweater untuk menghangatkan tubuhnya. Eliza yang sebenarnya sudah diperbolehkan pulang sejak tadi siang oleh atasannya, terpaksa tertahan di kantor. Lagipula, melihat cuaca sepertinya akan terjadi hujan deras. Eliza memutuskan untuk menunggu redanya petir untuk pulang ke rumah. Dan semoga saja hujan belum turun saat petir reda.——————————Vico mengendarai mobilnya keluar dari halaman gedung kantor. Hujan yan

    Last Updated : 2023-11-30
  • BOS AROGAN ITU TUNANGANKU   Chapter 19

    Susan membawa Eliza masuk ke dalam rumah. Di sofa, mereka duduk dan saling memeluk. "El. Aku sangat berduka untukmu. Aku yakin Paman sudah bahagia di surga."Eliza mengangguk, dan menguraikan peluknya. Susan menghapus air mata Eliza dengan kedua tangannya. Hati Susan sangat sakit melihat Eliza yang sedang terpuruk. Wajahnya terlihat pucat dan lemas. Hebatnya lagi, entah bagaimana Eliza bisa menahan perasaan dukanya disaat bekerja seharian tadi."Kau tahu El, jika kau tidak memberitahukan padaku bahwa kamu mendapat izin cuti. Aku sudah memiliki rencana akan mengobrak abrik kantor mu besok pagi."Eliza yang mendengar rencana brutal sahabatnya itu sontak membulatkan kedua matanya. Eliza menelan salivanya, dalam hatinya bersyukur itu tidak akan terjadi. Eliza tahu, apa yang Susan rencanakan pasti akan dia lakukan. Dan jika itu terjadi, karirnya pasti terancam. "Kamu selalu gegabah, Susan.""Lagipula, apa hebatnya bos besarmu itu? Aku tidak takut padanya. Tapi untung saja dia berubah piki

    Last Updated : 2023-12-01
  • BOS AROGAN ITU TUNANGANKU   Chapter 20

    "Eliza, hari ini ada jadwal apa?" tanya Reiz ketika baru saja membuka pintu ruangan lantai sepuluh.Reiz sontak menghentikan langkah. Bibirnya menyungging senyum, hatinya menertawakan kebodohannya. Bagaimana dia bisa lupa, jika Eliza sedang mengambil cuti duka hari ini. Bahkan dia sendiri yang memberitahu Eliza kemarin.Reiz menggeleng pelan sambil menutup pintu, lalu kembali melangkah memasuki ruang kerjanya. Di kursi kebesarannya, Reiz melakukan rutinitas paginya. Memeriksa beberapa dokumen yang sudah Eliza kerjakan sebelum dia pulang kemarin. "Dia sangat berbakat," gumam Reiz ketika memeriksa setiap detil pekerjaan yang diberikan padanya. Seharian ini Reiz akan menghabiskan waktu dengan bekerja di ruangannya. Persiapan acara grand launching aplikasi digital sudah 99 persen. Semua biaya anggaran juga telah terhitung rapi di pembukuan yang dikerjakan Eliza dan siap dilaporkan pada sang kakak.Kring-kring!Reiz mengambil gagang telepon dan menjawab panggilan. "Halo?""Apakah persia

    Last Updated : 2023-12-02
  • BOS AROGAN ITU TUNANGANKU   Chapter 21

    "Bos Besar?" Eliza sangat terkejut melihat kemunculan bos besarnya secara tiba-tiba. Eliza langsung berdiri untuk memberi hormat. "Selamat sore, Bos. Apa yang sedang Bos lakukan disini?" Tatapan Vico masih tajam, bola matanya mengerling melirik ke arah paper bag yang berisi belanjaan Eliza. Vico tersenyum sinis. Dari bahasa tubuhnya, dia menampakkan dengan jelas tengah menuduh Eliza berfoya-foya dengan uang sumbangan yang diberikan perusahaannya berdasarkan ide sang adik."Apa kamu tidak merasa berdosa, menggunakan uang sumbangan untuk memenuhi keinginanmu seperti ini?" "Bos, ini tidak seperti yang Bos pikirkan," jawab Eliza cepat. Eliza ingin berusaha menjelaskan kejadian sebenarnya, namun lidah Eliza seolah kelu. Eliza merasa malu untuk mengatakan bahwa semua yang dia beli akan dia sumbangkan. Bagi Eliza, pantang baginya untuk memamerkan kegiatan donasinya. Namun Eliza merasa bimbang, jika dirinya tidak menjelaskannya, maka bos besarnya itu pasti menuduhnya telah korupsi uang sum

    Last Updated : 2023-12-02
  • BOS AROGAN ITU TUNANGANKU   Chapter 22

    "Mau pergi kemana dia?" gumam Vico yang masih fokus dan tidak melepaskan pandangannya pada mobil yang Eliza kendarai. Vico berusaha agar tidak kehilangan jejak, namun dia harus tetap berhati-hati agar tidak ketahuan bahwa dirinya sedang membuntuti mobil mereka. "Lihat saja, Reiz. Aku akan menunjukkan siapa sekretaris yang kamu bangga-banggakan itu sesungguhnya. Dan kamu pasti akan berterima kasih padaku nanti," gumam Vico yang kemudian tersenyum miring dan meningkatkan fokusnya mengejar mobil mewah hitam milik Susan. Setelah hampir satu jam Vico membuntuti, mereka berhenti juga di sebuah bangunan yang baru pertama kali Vico lihat. Vico memarkirkan mobilnya berjarak sekitar seratus meter dari mereka. Berjajar dengan mobil milik orang sekitar yang juga sedang parkir disana. Vico meraih kacamata hitamnya, dan mengenakannya agar tidak terlihat jelas dari luar. Dari dalam Vico mengamati Eliza dan Susan yang mulai keluar dari mobil. Sementara Susan menunggu di belakang bagasi, Eliza se

    Last Updated : 2023-12-03
  • BOS AROGAN ITU TUNANGANKU   Chapter 23

    GLEK.Vico terhenyak kala Reiz membuka pintu ruangannya. Sudah beberapa kali Reiz mengetuk bahkan memencet bel ruangan sang kakak. Namun Vico yang pikirannya sedang melamun entah kemana menjadi tuli."Pagi, Kak. Apa yang sedang kau pikirkan sampai kamu tidak mendengar aku mengetuk pintu?" tanya Reiz penasaran sambil duduk di kursi yang tersedia di hadapan Vico. Vico membenarkan posisi duduknya yang sedikit miring, menjadi lebih tegak dan berwibawa. Dia tidak punya alasan untuk menjawab pertanyaan sang adik. Saat ini kepalanya dipenuhi dengan ingatan kemarin, ketika dirinya menghujani Eliza dengan kalimat-kalimat yang kejam. Namun, bukankah biasanya dia juga berkata kejam pada karyawan lainnya yang tidak beres dalam pekerjaan? Tapi ini berbeda. Dia sudah memfitnah karyawannya sendiri terang-terangan di muka umum. Eliza pasti sangat malu saat itu. Dan sekarang, Vico sedang berpikir bagaimana cara membersihkan namanya agar mampu bertatap mata dengan Eliza. "Kak?" panggil Reiz sekali l

    Last Updated : 2023-12-04
  • BOS AROGAN ITU TUNANGANKU   Chapter 24

    "Woaaaah... ini tampak lezat. Aku tidak sabar El," kagum Susan ketika Eliza menyajikan sepiring steak di hadapannya. Asap masih mengepul keluar dari steak tersebut. Aroma kelezatan menyeruak menyelami indra penciuman Susan, yang membuat perutnya seketika menggila dan ingin dipuaskan.Eliza yang kembali ke meja dengan membawa sepiring steak miliknya duduk untuk menyantap sarapan bersama. "Makanlah."Susan tersenyum lebar dan langsung memotong steak tersebut menjadi seukuran dadu dan menyuapkan ke mulutnya. "Mmmmm.."Susan mengunyah steak sambil memejamkan kedua matanya. Rasa juicy dari daging wagyu a5 memenuhi mulutnya."Rasanya seperti mau menangis." Ya, Susan memang selalu ekspresif dan berlebihan dalam mengungkapkan sesuatu. Tapi itu lah dia, berkata dengan kejujuran hatinya.Eliza hanya tersenyum menyaksikan Susan yang sudah seperti setahun tidak makan enak. Padahal, jika dia mau dia dengan mudah bisa memesan makanan enak secara delivery. "Bukankah lebih enak steak di restoran c

    Last Updated : 2023-12-05
  • BOS AROGAN ITU TUNANGANKU   Chapter 25

    "Halo. Eliza?""Halo Bos. Maaf, saya tadi tidak tahu kalau Anda menghubungi saya. Seharian ini saya tidak memegang ponsel." Eliza yang merasa takut akan bosnya yang mungkin merasa kecewa langsung membuat rentetan penjelasan."Tidak, sayalah yang seharusnya minta maaf. Saya telah memberimu waktu cuti tapi saya malah mengganggumu. Maafkan saya.""Tidak Bos. Saya tidak merasa terganggu. Ngomong-ngomong, apa Bos sedang butuh bantuan saya?"Reiz tiba-tiba gelagapan untuk mencari alasan. Alasannya menghubungi Eliza tadi bukan karena ada sebuah pekerjaan yang urgent untuk dikerjakannya. Namun, ada rasa yang dinamakan rindu telah menyelimuti hatinya. Reiz tahu itu tidak masuk akal. Bisa disebut cinta pandangan pertama mungkin. Namun Reiz pun tidak akan berkata jujur secepat itu. Dia khawatir, Eliza justru lari dan tidak bersedia bekerja bersamanya. "Ah ya. Aku tadi hanya ingin memberitahu bahwa malam ini ada pesta grand launching aplikasi perusahaan kita. Awalnya aku ingin hadir bersamamu se

    Last Updated : 2023-12-06

Latest chapter

  • BOS AROGAN ITU TUNANGANKU   Chapter 46

    Disisi lain, Liliana tampak sedang serius memandangi perhiasan berlian-berlian yang dijejer di hadapannya. Sofa putih yang sangat nyaman itu berada di toko perhiasan berlian miliknya. Ia sedang memilih beberapa model untuk di display sebagai item keluaran terbaru, dan akan meminta pihak pengrajin untuk modifikasi jika ada yang kurang sesuai dengan harapannya."Yang tengah itu, letakkan di tempat yang paling eksklusif," perintah Liliana pada seorang pegawainya yang berdiri di dekatnya. Pegawai itu segera mengambil perhiasan yang ditunjuk dan meletakkan sesuai instruksi sang atasan. Liliana memandangi pegawainya itu dari sofa tempatnya duduk. Tiba-tiba seorang pria berusia 30 an berjalan mendekati Liliana. Pria itu sedikit membungkuk seolah membisikkan sesuatu di dekat daun telinga Liliana. Dia adalah Richard, orang kepercayaan Liliana yang ditugaskan untuk sebuah misi."Dia tinggal di rumah yang disewa bersama Nona Susan.""Rupanya mereka bersahabat baik," gumam Liliana merespon bisi

  • BOS AROGAN ITU TUNANGANKU   Chapter 45

    "Tadi kami ada sedikit urusan, dan kami mampir ke kafe ini untuk istirahat sebentar." "Be-benar, Bos," timpal Eliza dengan senyuman yang sedikit bergetar. "Urusan apa, kalau aku boleh tahu?" cecar Vico dengan tatapan menyelidik. Sepengetahuan dirinya, hari ini Reiz tidak memiliki jadwal meeting di luar, jadi tentu dirinya penasaran urusan apakah sebenarnya yang mereka miliki sampai harus hangout berdua di kafe untuk istirahat sebentar. Lirikan Vico menjelajah keluar kafe, dimana tepat di depan bangunan kafe itu ada sebuah hotel mewah. Kedua netranya terlihat menyeramkan kala melihat hotel itu. Sebelum Vico berperang dengan pikiran kotornya, Eliza langsung menginterupsi keadaan."Kami baru saja berkunjung ke makam ayah saya, Bos. Dan, Tuan Reiz telah berbaik hati mengantarkan saya berkunjung kesana."Vico terlihat terkejut, lalu melirik adiknya untuk memastikan ucapan kekasihnya itu. Reiz terkekeh kecil karena melihat sang kakak yang mudah curiga itu. "Benar apa yang kekasihmu kata

  • BOS AROGAN ITU TUNANGANKU   Chapter 44

    Eliza meletakkan dua buket bunga yang dibelinya dalam perjalanan tadi. Dia duduk disamping nisan ayahnya sambil beberapa kali mengusap. "Ayah, aku datang."Reiz yang mengenakan kacamata hitam itu berdiri tidak jauh dari Eliza. Eliza menoleh ke arah Reiz, lalu kembali menatap nama yang tertulis di makan itu. "Dia adalah bosku yang sangat baik, Ayah. Dia bahkan mengingat janjinya untuk membawaku menjenguk ayah."Di pusara sang ayah, Eliza mengirimkan doa-doa terbaiknya. Eliza juga sempat bercerita tentang isi hatinya dengan suara lirih agar Reiz tidak mendengarnya. Namun pendengaran tajam Reiz mampu menangkapnya, dan membuat pria itu tersenyum lembut.Tiba-tiba Reiz turut duduk berjongkok di samping Eliza. "Bos, maafkan saya. Sepertinya saya terlalu lama bicara, sampai Anda kelelahan berdiri.""Tidak. Aku juga ingin bicara pada ayahmu."Eliza mengangkat kedua alisnya. Ingin dia bertanya apa maksudnya, tapi dia merasa lebih baik melihat saja. "Tuan, namaku adalah Reiz Barbarossa. Aku a

  • BOS AROGAN ITU TUNANGANKU   Bab 43

    Matahari pagi mulai mengintip dan perlahan terbit. Bias cahayanya berebut menyelinap ke celah jendela kamar Eliza. Sentuhan hangat sinarnya membuat Eliza membuka matanya. Eliza menatap langit-langit kamar untuk beberapa detik. Dadanya langsung berdegup kala ia mengingat bahwa dia sedang tidak sendirian di ranjang. Eliza sontak menoleh ke samping kirinya. Bibir lembut Vico menjadi sorotan pertama yang membuat Eliza membulatkan mata.Setelah sepersekian detik Eliza puas memandang wajah tampan itu, bibirnya perlahan mengulas senyum. Dia merasa ini seperti mimpi, bahwa dirinya tengah menjalin hubungan yang nyata dengan sang presdir, yang diidamkan banyak wanita.Eliza tidak ingin membangunkan Vico. Dia beranjak perlahan ingin membersihkan diri. Namun, tiba-tiba tangan Eliza tertarik dan sontak membuat tubuhnya kembali rubuh diatas ranjang. "Apa kau ingin pergi begitu saja?" ujar Vico yang masih memejamkan mata. Dia masih ingin lebih lama disana bersama Eliza. Memeluk wanitanya selama mu

  • BOS AROGAN ITU TUNANGANKU   Chapter 42 : Melakukan Dengan Lembut

    "Duduklah."Vico menarik Eliza perlahan untuk kembali ke kursinya. Eliza menurut dan tetap diam. Dia tidak ingin memperburuk keadaan dengan mengucapkan kata yang dapat memantik api dalam situasi ini.Liliana merasa percuma jika terus berdebat dengan Vico. Targetnya beralih untuk mencecar dan membuat mental Eliza jatuh, tentu agar gadis itu merasa kapok dan berhenti menjalin hubungan dengan putranya."Dari keluarga mana kamu berasal?"Eliza sontak menatap Liliana, tatapannya seperti awan yang mendung. Namun Liliana masih menatapnya nanar menunggu jawaban. "Di Universitas apa kamu belajar?"Eliza semakin bingung saja, sungguh ini lebih merepotkan dan menegangkan daripada interview kerja dengan Vico saat itu. "Dan…apa pekerjaan ayahmu?"Deg. "Cukup!" Vico langsung memotong pembicaraan sang ibu sebelum muncul pertanyaan lainnya. Liliana yang merasa tidak terima langsung melotot menatap tajam putranya. "Ibu sedang bicara dengan gadis itu. Tunjukkan sikap sopan santun kepada ibumu.""Hu

  • BOS AROGAN ITU TUNANGANKU   Chapter 41

    "Tunangan?" Eliza yang terkejut sontak menoleh ke arah Vico. Sementara Vico terlihat menatap sang ibu dengan tenang. Sebenarnya Liliana juga tidak kalah terkejutnya dengan Eliza dan yang hadir disana. Namun dia berusaha tetap terlihat tenang dan mengendalikan emosinya agar tidak salah dalam mengambil tindakan.Meskipun begitu, tampak jelas bahwa Liliana sedang berusaha mengontrol napasnya yang naik turun menahan emosi. Liliana tersenyum kecut. Bersama Vico, keduanya masih beradu tatap dengan intens dan tajam. "Mengapa kamu lakukan ini?" "Bukankah ibu ingin aku cepat menikah? Aku membawakan calonku untuk memenuhi keinginan Ibu.""Dengan membuat malu keluarga kita dan mempermalukan gadis anak dari seorang menteri yang dihormati?""Yang mengundangnya adalah Ibu. Bukan aku. Aku tidak perlu merasa malu atau bersalah."Eliza seperti berada di antartika tanpa jaket penghangat. Tubuhnya tiba-tiba terasa membeku dan tidak dapat bergerak. Entah kenapa dia harus selalu sial dan selalu hadir d

  • BOS AROGAN ITU TUNANGANKU   Chapter 40

    Vico memegang kendali dalam ciuman itu. Tampaknya pria dingin itu sangat ahli dalam berciuman. Padahal belum pernah diketahui bahwa dia sempat memiliki kekasih selama hidupnya. Vico melepas ciumannya perlahan, Eliza juga mulai membuka kedua matanya. Terlukis senyum di wajah Vico, yang membuat Eliza merasa malu dan langsung memalingkan wajahnya menatap ke arah lain. Vico kembali dengan kemudinya. Dia tidak ingin mengatakan apapun yang dapat merusak sisa keindahan ciuman tadi. Vico melajukan mobilnya sedikit lebih cepat, jalanan tampaknya sudah mulai ramai lancar, dan waktu juga sudah hampir pukul delapan. Membuat orang lain menunggu bukanlah kebiasaan baik yang harus dilestarikan bagi Vico."Hati-hati," Vico mengulurkan tangannya untuk membantu Eliza keluar dari dalam mobil. Setelah dipastikan tidak ada yang tertinggal, Vico menyerahkan kunci mobilnya pada petugas parkir valet. Keduanya berjalan memasuki gedung hotel bintang enam tersebut, dimana terdapat sebuah restoran yang direse

  • BOS AROGAN ITU TUNANGANKU   Chapter 39

    Rasa malu karena menerima pujian dari Vico membuat Kedua pipi Eliza merona seketika. Eliza tidak ingin mengatakan apapun, selain tidak tahu bagaimana harus menanggapi, Eliza juga tidak mau terjebak di situasi canggung itu lebih lama lagi. Eliza meraih handle pintu mobil namun Vico juga langsung meraih handle pintu tersebut membuat kedua tangan mereka saling bertumpuan. Eliza mengalah dan menarik kembali tangannya, mengijinkan Vico yang melakukannya untuknya. Keduanya sudah siap dengan seat belt yang terpasang rekat. "Baiklah. Kita pergi sekarang," ucap Vico sembari menarik tuas mobil dan mulai melesat.Jalanan malam sangat indah. Lampu gedung-gedung perkantoran yang warna warni, juga lampu kendaraan mobil yang berderet seperti bintang di dataran bumi menambah keindahan malam perjalanan mereka. Vico memutar musik dengan volume lirih yang hampir tidak terdengar, itu bagus untuk membuat suasana tidak terlalu kaku. Eliza masih bergeming sejak tadi. Dia hanya bertanya pada diri sendir

  • BOS AROGAN ITU TUNANGANKU   Chapter 38

    "Dia.....Ah maksud saya, Tuan Vico tidak mengatakan apapun pada saya."Eliza merasa bersalah telah berkata bohong pada sang atasan. Tapi mana mungkin dia dapat berkata jujur, ini masalah yang sangat rumit bagi Eliza. Hal ini bisa saja menjadi salah paham semua orang jika kabar hubungannya dengan Vico sampai terekspos. Reiz mengangguk-angguk pelan lalu berangsur beranjak dari meja Eliza. "Baiklah. Teruskan pekerjaanmu," ujar Reiz sambil berlalu dengan meninggalkan sepotong senyum yang membuat Eliza terpana, seolah daya batre tubuhnya yang semula hampir habis kini terisi penuh kembali. Namun dirinya kembali lemas kala mengingat wajah Vico yang menghantuinya dan selalu muncul dalam pikirannya. "Apa dia tidak lelah bolak-balik di kepalaku? Ahh, Sial! Itu memang hanya pikiranku, bagaimana bisa dia merasa capek?" gerutu Eliza sambil mengoyak-ngoyak dan sedikit menjambak kedua sisi rambutnya.Drrtt. Eliza meraih ponselnya yang tergeletak di meja dengan posisi terbalik. Dari tadi Eliza bel

DMCA.com Protection Status