Share

Bab 10B

Penulis: ET. Widyastuti
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
“Ma, apa Mama bilang ke Fahira kalau aku menikah dengan Nabila?” tanyaku ke mama melalui sambungan telepon.

Pagi ini aku menumpang taksi menuju bandara. Aku ingin memastikan apakah Fahira ke Yogya hanya ingin bertemu orang tuanya saja, atau karena sebab lain.

Aku sangat cemas dengan keputusan Fahira yang pergi begitu saja dan meninggalkan pesan yang sangat singkat. Bahkan, sampai pagi ini nomor Fahira pun tidak aktif.

“Tidak. Mama tidak tahu. Kenapa?” balas mama dengan nada cemas.

“Fahira tidak ada di rumah, Ma. Semalam dia pamit melalui pesan singkat. Tapi, nomornya tidak bisa aku hubungi lagi. Saat ini aku menuju Yogya,” ujarku sambil menutup sambungan teleponku ke mama.

Entah apa yang akan dilakukan mama dan papaku kemudian, karena mereka sejatinya adalah teman orang tua Fahira.

Sepanjang jalan, pikiranku berkelana. Bahkan panggilan dari Nabila tidak aku hiraukan. Hanya Fahira yang ada dalam otakku.

Bayangan ayah dan ibu Fahira akan marah pun menghantuiku. Bagaimanapun
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (8)
goodnovel comment avatar
Rina Wargadinata
Bagus ceritanya, jadinya penasaran
goodnovel comment avatar
Christine Tasinemjakarta
lanjut seru ceritanya,berharap tetap dengan iklan ya
goodnovel comment avatar
Endah Spy
duhh nggak kerasa dah baca sampe bab ini .. nyesel ya bayu ? sekarang istrimu fahira entah ada dimana .. makanya kalo mau bertindak sesuatu di pikir lebih dulu .. istrimu masih punya hati lho, ia pergi tanpa membawa dendam sama sekali ke dirimu ..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • BIARKAN AKU PERGI KETIKA DIRIMU MENDUA   BAB 11A

    “Kurang ajar kamu, Bayu! Kamu pikir anak saya apa? Ha?” Papa Nabila sudah mendekatiku. Kedua tangannya mencengkeram kerah kaos yang aku kenakan. “Sudah, Papa!” Nabila berusaha mencegah Papanya melakukan kekerasan terhadapku. Sebenarnya pembelaan Nabila tak membuatku simpati padanya. Tapi, baiklah. Dia memang istriku dan aku tak pantas berbuat dzalim kepadanya dengan meninggalkannya di malam pertama. “Kita menginap di rumah yang kemaren kita sewa saja,” ujarku sambil masuk ke dalam rumah untuk mengambil kunci mobil. “Kenapa? Kenapa tidak disini? Rumah itu masih perlu di bersihkan, Bay. Tidak bisa langsung ditempati. Ini sudah sore. Sebaiknya besok saja kita suruh orang membersihkannya,” rajuk Nabila. Aku terdiam. Kenapa sih, Nabila tidak bisa bersabar menungguku di rumahnya saja? Kalau sudah selesai urusan, aku pasti menjemputnya. Ah, sudahlah. Aku sungguh lelah. Sebaiknya kubiarkan Nabila malam ini menginap di ruang tamu saja. Toh, aku belum tahu keberadaan Fahira saat ini.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • BIARKAN AKU PERGI KETIKA DIRIMU MENDUA   Bab 11B

    Kini, aku sudah tahu jawabannya. Rupanya, Fahira sudah mengetahui kalau dirinya mendua sejak lama. Pasti itu juga yang membuat Fahira memutuskan pergi darinya. Keluar dari pekerjaannya. Fahira, di mana kamu sekarang? Kenapa kamu tak pernah mengatakannya padaku kalau kamu tahu? Kenapa kamu tak pernah marah padaku? Kenapa kamu melakukan ini padaku? BRAKKK! Kupukulkan kepalan tangan ke atas meja kerjaku. Suara gaduhnya membuat teman seruangan menoleh ke arahku. “Kenapa, Bay?” Alfian, yang duduknya paling dekat denganku langsung bertanya, membuatku tersentak mendengarnya. “Maaf!” ujarku lirih. Aku segera keluar dari ruangan. Aku benar-benar tak bisa konsentrasi. Kuputuskan untuk pergi ke kantin mencari kopi panas. Mungkin segelas kopi bisa sedikit meredakan emosi. Teringat kopi panas, aku jadi ingat Fahira yang rajin menemaniku sarapan pagi. Tadi pagi adalah hari pertamaku ke kantor tanpa Fahira. Dan tentu saja aku tak mencium aroma kopi buatannya dengan coffeemaker di dapur

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • BIARKAN AKU PERGI KETIKA DIRIMU MENDUA   BAB 12A

    Hari ini adalah hari ketiga aku kehilangan Fahira. Aku sama sekali tak mendapatkan jejak tentangnya. Akun medsosnya yang berhubungan denganku pun sudah dimatikan. Aku juga mengirim email ke seluruh email address-nya yang aku miliki. Namun, tak ada satu pun balasan. Aku hampir putus asa. Dua tahun bersamanya, kemana saja aku? Bahkan, saat kehilangan seperti ini, aku tak tahu kemana harus bertanya. Ingin rasanya kuputar waktu kembali. Ingin aku menawarkan diri untuk berkenalan dengan teman-temannya. Agar kalau suatu saat dia menghilang seperti ini, aku tahu kemana kaki ini harus mencari. Andaikan akun media sosialnya belum mati, tentu aku bisa mencari di list pertemanan. Sayangnya, akun itu pun lenyap. Sepulang kerja, aku berniat singgah ke rumah orang tuaku. Aku ingin tahu apakah mereka mempunyai kabar tentang Fahira. Karena keduanya adalah sahabat orang tua Fahira. Pastilah ada komunikasi. “Mertuamu tidak pernah mengontak kami sejak kepergian Fahira,” ujar mama saat aku dat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • BIARKAN AKU PERGI KETIKA DIRIMU MENDUA   Bab 12 B

    Malam ini aku berniat ke rumah di mana Nabila tinggal. Rumah yang aku kontrak untuknya. Dan sekarang mama dan papanya pun turut serta tinggal di sana. Meskipun aku sudah berjanji tidak menginap di sana, bukankah dzalim jika aku tak mau bertandang ke sana? Dia juga istriku. Setelah menghentikan mobil di depan pagar, aku turun. Pelan aku buka pintu pagar itu. Pandanganku memindai teras rumah yang tampak tak terurus. Padahal baru tiga hari yang lalu aku membayar tukang bersih-bersih. Entahlah apa yang dikerjakan Nabila dan mertuaku, hingga mereka tak sempat mengurus teras rumah. Ah, kenapa masalah sepele seperti ini harus aku pikirkan? Aku menggeleng. “Mas, apa kamu tidak mau mencarikan kami ART buat kita. Aku nggak sanggup kalau di suruh bersih-bersih, masak. Belum lagi nyuci dan nggosok baju,” adu Nabila saat kami ngobrol di kamar. Setelah jadi istriku, kadang dia memanggilku dengan sebutan "Mas", tapi kadang juga dia lupa dan memanggilku "Bay". Beginilah kalau pacaran terlalu lam

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • BIARKAN AKU PERGI KETIKA DIRIMU MENDUA   BAB 12C

    Hari berganti minggu. Aku tak juga menemukan di mana Fahira berada. Percuma aku susuri mall atau pusat perbelanjaan, karena dia tak mungkin ada di sana. Mertua dan kakak iparku pun enggan mengangkat teleponku. Bahkan membalas pesan singkatku pun tidak mau. Di medsos pun aku tidak mendapatkan jejaknya. Fahira seperti hilang di telan bumi. Sementara dengan Nabila hubunganku pun tidak berjalan mulus. Aku sudah tak lagi terobsesi seperti dulu. Bahkan, aku tak pernah punya hasrat mendekatinya. Aku hanya fokus mencarikan dia pekerjaan agar dia tidak terlalu tergantung padaku. Tentang uang bulanan. Aku masih mentransfer uang buat Fahira meskipun dia meninggalkan ATM dan buku tabungannya. Aku harap dia masih menggunakan internet banking atau mobile banking di ponselnya, meski aku juga tak yakin dia masih mau menggunakannya. Begitu naifnya aku. Aku tahu, pasti Fahira sangat kecewa. Akupun ingin menebus sakit hati yang dia rasakan itu. Jika saja dia ada di depanku, pasti aku akan tanyakan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • BIARKAN AKU PERGI KETIKA DIRIMU MENDUA   BAB 12D

    “Nabila, gimana perkembangan pekerjaanmu?” tanyaku saat aku pulang ke rumah Nabila. Meski tidak menginap, aku tetap rutin menyambangi rumah keduaku itu. Satu bulan berlalu sudah, dan aku belum mendapatkan kabar apakah Nabila sudah mendapatkan pekerjaan.Paling tidak, dengan dia bekerja ada aktifitas lain selain seharian hanya di rumah dan tidak produktif. Apalagi dia suka berbelanja. Ditambah sekarang ada ART, tentu saja pengeluaran juga bertambah. Dulu, aku tak sampai berpikir sedetail ini. Jika ada dua rumah, berarti pengeluaran dua kali lipat. Apalagi dengan kenyataan kalau pengeluaran Nabila jauh lebih besar dari pengeluaran Fahira. Tentu saja kepalaku semakin berdenyut. “Sebenarnya sudah ada beberapa panggilan. Tapi, aku tidak cocok. Gajinya terlalu kecil,” keluhnya. Aku hanya menghela nafas. Memang bagi seseorang yang sudah tahu uang, dia akan bisa mendefinisikan gaji besar dan kecil. Apalagi Nabila termasuk yang boros. Beda dengan lulusan fresh graduate yang biasanya masih

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • BIARKAN AKU PERGI KETIKA DIRIMU MENDUA   BAB 13A

    POV FAHIRABelum sempat aku menjelaskan pada Mayang, tiba-tiba bel pintu kamarku kembali berbunyi. Mayang segera beranjak sambil menyambarkan jilbab yang tergantung di balik pintu kamar dan melemparkannya ke arahku. Jilbab segera kupakai sebelum Mayang membuka pintu. Dahiku mengernyit saat menyadari Mayang sengaja menahan pintu agar hanya terbuka setengah. Dia berdiri di mulut pintu yang terbuka.Aku tak dapat melihat dia berbicara dengan siapa. Tetapi, dari bahasanya, sepertinya dengan anak Indonesia juga. Mungkin yang tinggal di gedung ini juga. Buktinya dia bisa masuk tanpa memencet bel khusus tamu dari luar. Mendengar Mayang bernegosiasi, aku sedikit penasaran. Dengan siapa sebenarnya dia berbicara? Tamu Mayang, atau tamuku? Nggak mungkin rasanya kalau tamu Mayang ditemui di depan kamarku. Soalnya, dari tadi aku tak melihat Mayang memegang ponsel untuk berhubungan dengan orang lain. Hanya ada satu kemungkinan. Dia adalah tamuku yang juga dikenal Mayang. Negosiasi terdengar kia

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • BIARKAN AKU PERGI KETIKA DIRIMU MENDUA   BAB 13B

    Mayang sudah pergi dari kamarku. Dia ada janji mengerjakan tugas kelompok dengan temannya di kampus. Aku sendiri memilih istirahat setelah meminum obat pereda nyeri. Namun, rasa melilit di perutku karena lapar, tak bisa kuelakkan. Siang tadi aku hanya makan roti setangkup dan satu buah pisang. Bagi orang bule, makan siang roti itu sudah cukup. Mereka makan untuk hidup. Berbeda dengan kita yang hobi kuliner, hidup untuk makan! Aku bergegas ke luar rumah. Malas rasanya memasak untuk makan sore. Entahlah, tiba-tiba aku ingin sekali makan doner yang biasa dijual di restaurant Turki. Sepertinya irisan daging dan sayuran saladnya begitu menggoda dan kini membuat aku menelan ludah saat membayangkannya. Segera kuayunkan langkah kaki keluar gedung sambil menenteng tas belanja. Aku juga ingin mampir supermarket. Selain cuci mata, aku juga perlu membeli beberapa keperluan harian, buah, susu dan roti. Setelah bersepeda selama sepuluh menit, aku tiba di depan salah satu supermarket. Di sebel

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • BIARKAN AKU PERGI KETIKA DIRIMU MENDUA   BAB 48 E

    EPILOG Setelah beberapa bulan ikut bekerja di tempat Pak Ahmad, Bayu akhirnya memberanikan diri membuka sendiri usaha pencucian motor di dekat kampus tempat Fahira bekerja. Bayu terlebih dahulu meminta izin pada mantan atasannya itu. Dia juga melakukan pengembangan dengan ide-ide yang dimilikinya. Beruntung, Pak Ahmad tidak keberatan. Malah dia merasa bangga ada anak buahnya berhasil mengembangkan idenya. Bahkan Pak Ahmad mengijinkan tanpa harus memberi bagi hasil apapun terkait ide bisnis tersebut. Bayu menyewa tempat di dekat kampus Fahira. Dia pun merekrut para mahasiswa yang memang merupakan ide awal bisnisnya. Dia ingin membantu para mahasiswa yang membutuhkan uang tambahan dengan memberi kesempatan sistem part time. Bayu memberi kelulasaan waktu bekerja meskipun ada jadwal dan insentif khusus, yang membuat bisnisnya tetap berjalan, tanpa terganggu dengan sistem yang dia bangun. Pada awalnya memang sepi. Bayu harus memutar otak untuk memberikan promo-promo di awal pembukaan

  • BIARKAN AKU PERGI KETIKA DIRIMU MENDUA   BAB 48 D

    "Mas Bayu! Mas! Bangun, Mas!" pekikku saat kulihat dia tergeletak di karpet. Sementara tangan kanannya mengenggam erat sebuah buket bunga. Segera kuletakkan Nayla di atas karpet. Kulepas juga kain gendongan Nayla dari tubuhku.Kutepuk-tepuk pipi Mas Bayu. Aku langsung meraba nadinya. Nafasnya masih teratur. Hanya wajahnya pucat sekali. Aku teringat dengan kejadian di Belanda saat itu. Segera jendela ruang depan ini aku buka lebar agar udara segar masuk. Lalu kuambil minyak angin. Bantal kuletakkan untuk menyangga kepala Mas Bayu. Tak lama matanya dia mulai mengerjap. “Ra…”panggilnya. Alhamdulillah, tak henti-hentinya aku bersyukur. Mas Bayu sudah sadar. “Minum, Mas…” Aku sudah menyiapkan segelas air putih di dekat Mas Bayu. Kulihat dia langsung menegak habis minum itu setelah aku membantunya untuk duduk. “Aku lupa alamat rumah ini. Aku kemarin habis kerja, beli ini.” Mas Bayu menunjukkan buket bunga dan memberikannya padaku.Seketika aku terharu. Buket bunga yang cantik. Entah

  • BIARKAN AKU PERGI KETIKA DIRIMU MENDUA   BAB 48C

    Aku terduduk di depan depot yang masih tertutup itu sambil menggendong Nayla. Untungnya, Nayla tidak rewel. Wajah imutnya dan damai, membuatku makin teriris saat memandanginya. Maafkan Mamamu ini, Nak. Yang tak mampu menjaga papamu untuk terus bersamamu, gumanku. Sudut mataku tak sadar mengeluarkan air mata. Hatiku makin nelangsa. Namun, aku segera tersadar. Aku nggak boleh lemah. Jika iya, Nayla pun akan turut menjadi lemah. Dia harus tumbuh menjadi anak yang kuat. Biasanya, akhir pekan aku pulang ke rumah orangtuaku. Awalnya, aku pun berencana ke sana jika Mas Bayu sudah pulang. Pasti Ayah dan Ibu akan senang jika tahu Mas Bayu kini sudah bekerja. Meski bekerja apa saja, aku rasa, orang tuaku tak akan pernah mempermasalahkan. Tapi, justru kini ia kembali menghilang.Ada apa denganmu, Mas? Gumanku. Kembali ponselku bergetar. [Ndhuk, kamu nggak ke sini?] Rupanya pesan singkat dari Ibu.Aku tahu, ibu pasti cemas karena aku sama sekali tidak memberinya kabar kalau tidak ke sana. [N

  • BIARKAN AKU PERGI KETIKA DIRIMU MENDUA   BAB 48 B

    “Di minum, Mbak…” ujar si ibu penjual es kelapa.Aku mengangguk. Pandanganku tetap tak lepas pada lelaki itu.“Bu, saya nitip sebentar,” ujarku.Tanpa menunggu persetujuannya, aku menyeberang mendekat ke depot cucian motor itu. Sayangnya, belum sempat aku mendekat. Pria yang hendak kudekati menyadari kehadiranku. Diletakkannya alat pembersih yang ada di tangannya. Lalu dia berlari ke dalam. Aku hanya diam mematung di depan depot itu, hingga seorang pria berusia empat puluhan dengan perawakan tambun mendekat ke arahku. “Mencari siapa, Mbak?” sapa pria itu menyentakkan lamunanku. “Mas…ee…Mas tadi yang lagi nyuci…yang masuk ke dalam…” ujarku sedikit gelagapan. Pria itu tersenyum simpul, lalu bertanya penuh selidik.“Mbak saudaranya?”Aku menghela nafas. Ada degup jantung penuh harap dengan pertanyaan pria itu. Aku berharap dia betul Mas Bayu. “Apakah dia bernama Bayu?” Aku mencoba meyakinkan sebelum menjawab pertanyaannya. Pria itu mengangguk, lalu mengajakku menjauh dari depotnya,

  • BIARKAN AKU PERGI KETIKA DIRIMU MENDUA   BAB 48A

    Kutanyakan ke tetangga sebelah dan depan rumah, adakah yang melihat Mas Bayu. Semua menggeleng. Meskipun Mas Bayu hanya di rumah, setiap sholat lima waktu selalu ke masjid. Tentu saja tetangga banyak yang tidak asing dengannya. Aku pun bertanya pada marbot masjid, katanya sejak sholat dhuhur sudah tidak ke masjid. Deg! Kemana Mas Bayu? Kususuri jalanan di sekitar perumahan tempat kami tinggal hingga sekitar kampus di mana aku mengajar. Tiga bulan lamanya kami tinggal di kota ini, aku jarang mengajak Mas Bayu jalan-jalan. Sesekali setiap akhir pekan aku hanya mengajak Mas Bayu dan Nayla pulang ke rumah orang tuaku. Jadi, mustahil Mas Bayu kenal baik daerah sini. Apalagi, dia tak punya teman di sini. Pikiranku menjadi kalut. Kemana Mas Bayu pergi? Kalau dia tidak tahu jalan, bagaimana? Karena Mas Bayu sekarang bukanlah Mas Bayu yang dulu. Mas Bayu yang baik-baik saja. Belakangan, setelah kepergian Mama Mertua, Mas Bayu hanya banyak diam dan melamun. Tak bisa disebut normal jik

  • BIARKAN AKU PERGI KETIKA DIRIMU MENDUA   BAB 47 B

    “Mas, kamu sudah sadar?” Fahira mendekatkan wajahnya ke wajah Bayu saat mendengar lenguhan suara suaminya itu. Orang tua Fahira beserta kakaknya langsung pulang. Hanya Fahira yang berjaga. Baju milik Fahira dan Bayu sudah dibawakan saat mereka datang membezuk. Sementara Nayla diasuh oleh Wulan di rumah Bayu. Terlalu kecil untuk di bawa ke rumah sakit. Bayu membuka matanya. Raut wajahnya menunjukkan penolakan atas kehadiran Fahira. Matanya mencari-cari kalau-kalau ada kakaknya di sana “Mas, hanya aku yang di sini. Aku yang akan merawatmu. Bukan Mbak Wulan,” ujar Fahira seolah tahu isi pikiran Bayu. Fahira menggenggam tangan Bayu. Punggung tangannya terbalut verban. Bayu menatap Fahira. Matanya berkaca-kaca. Lalu ia berkata, “Ra, kamu tidak seharusnya di sini. Aku tak pantas buatmu.” Suara itu terdengar lirih dan putus asa. Fahira menggeleng. “Siapa bilang kamu tak pantas. Justru, seharusnya akulah yang mengurusmu. Bukan Mbak Wulan. Aku berhutang banyak pada Mbak Wulan. Mbak Wulan

  • BIARKAN AKU PERGI KETIKA DIRIMU MENDUA   BAB 47 A

    “Fahira?!” Kedua pria itu saling berpandangan. Bayu segera menyeka air matanya. Ia memastikan yang di depan matanya betul Fahira, wanita yang ditinggalkannya enam bulan lalu, di negeri asing belasan ribu kilometer dari Jakarta. “Mas Bayu?! Itu kamu, Mas? Kamu Mas Bayu?!” Fahira tak percaya dengan sosok lelaki di depannya. Wajahnya tirus, matanya cekung, jambang halus memenuhi sisi kanan kiri wajahnya. Rambutnya gondrong. Benar-benar jauh berbeda dengan enam bulan lalu, saat dia meninggalkan Fahira. Dua pria di depannya kembali saling berpandangan. Fahira tak terlalu memperhatikan Faisal. Fokusnya hanya Bayu. Lelaki yang pernah mengisi hari-harinya lalu pergi begitu saja. “Fahira, jangan ke sini. Biarkan aku pergi.” Mendadak, Bayu membalikkan badannya, lalu ia berlari menjauh. Seolah tak mempedulikan apa yang di depannya, hingga tiba-tiba Bayu sudah tiba di jalan raya yang ada di ujung gang. Faisal dan Fahira saling menatap, karena tak mengira Bayu akan kabur. Begitu menyadari Ba

  • BIARKAN AKU PERGI KETIKA DIRIMU MENDUA   BAB 46B

    “Aku malu, Sal. Aku tak punya muka lagi. Ini semua salahku, Sal. Aku yang membuat mama sakit. Aku yang membuat mama meninggal. Semua karena aku. Aku yang telah membuat papa meninggal. Aku yang telah membuat Nabila meninggal. Aku yang membuat Fahira pergi.Andai saja aku tak memaksa mama dan papaku menyetujui aku menikah lagi dengan Nabila. Andai saja aku bisa mengendalikan diriku untuk tidak bertemu Nabila. Andai saja aku tidak menutup hatiku dari Fahira saat itu….” Bayu tak dapat menahan uraian air matanya. Dia kembali tergugu dalam tangis penyesalannya. “Bay, semua sudah takdir…maut itu urusan Alloh. Bukan urusan kita sebagai manusia. Kamu sudah berusaha yang terbaik.” Faisal merangkul saudaranya, agar tenang. “Aku tidak mau Fahira merasa bersalah atas kepergian mama. Aku tak mau Fahira merasa bersalah atas kepergian papa. Aku ingin dia bahagia,” lanjut Bayu. Pandangannya kembali menerawang. Faisal menghela nafasnya, “Kembalilah ke Fahira. Dia wanita yang baik. Dia istri yang bai

  • BIARKAN AKU PERGI KETIKA DIRIMU MENDUA   BAB 46A

    “Faisal?!” guman Bayu. Mata Bayu melebar saat melihat siapa yang berdiri di depan pintu ruang tamunya. Biasanya Bayu jarang keluar kamar. Hari ini, Wulan sedang keluar dengan Bi Darni. Setelah ketukan ke sekian, Bayu terpaksa beranjak dari kamarnya menuju ruang tamu dan membuka pintu. Dipindainya lelaki muda yang berdiri di depan pintu. Ya, dia yang selama ini menjadi rivalnya dalam merebut hati Fahira. Tapi, siapa wanita muda yang bersama Faisal. Bukan. Dia bukan adik Faisal. Bayu tahu siapa adik Faisal. “Bayu?!” Faisal tak kalah kaget saat melihat Bayu yang sangat berubah. Penampilannya sangat tak terurus. Matanya cekung, pandangannya terlihat kosong, pipinya tirus dengan jambang halus. Sementara rambutnya dibiarkan panjang hingga melewati bahu. Hampir dia tak mengenalnya. Tapi, mengapa, Bayu bisa berubah seperti ini. Kemanakah Fahira? Terakhir kali dia bertemu Fahira saat Fahira ujian tesis, tanpa Bayu. Setelahnya, Fahira seperti hilang ditelan bumi. Mayang satu-satunya yang

DMCA.com Protection Status