Ketika sudah sampai di ruang kamar Hotel, Esme langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Esme menghabiskan banyak waktu berada di dalam kamar mandi dengan berendam dirinya di dalam bathup hotel bintang lima, sampai tiba tiba kegiatannya harus terhenti akibat bunyi bel pintu kamarnya yang berbunyi. Mau tidak mau, Esme harus keluar dari dalam bathup untuk membuka pintu dan mengetahui orang yang sudah menekan bel pintu kamarnya. Dan ketika sudah dibuka ternyata yang muncul di depan Esme sudah ada TJ yang berdiri sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.
"Kenapa lama sekali ?" tanya TJ yang langsung nyelonong masuk begitu saja ke dalam ruangan Esme
Esme langsung menutup pintu dan langsung duduk di sebuah sofa yang sedikit berjauhan dengan TJ yang sudah lebih dulu duduk disana.
"Ada apa datang kemari ?" tanya Esme langsung tanpa basa basi lagi
"Bagaimana bisa kau mel
Esme langsung dibawa pergi oleh Charles entah kemana pagi pagi seperti ini, awalnya Esme mengira kalau orang bermain judi adalah di malam hari tetapi tidak disangka mereka berjudi di pagi hari. Esme yang sama sekali tidak bertanya atau berencana ingin mencari tau ia akan dibawa kemana setelah ini, Esme hanya diam saja di kursi penumpang disaat Charles begitu focus dengan jalanan yang ada di depannya. "Kenapa ya ? kau itu begitu berbeda dengan wanita yang akan selalu aku bawa ketika ingin ke Sixth Sense." ucap Charles memulai obrolan "Apa maksudmu aku berbeda ?" tanya Esme bingung "Aku tidak akan pernah melakukan hal ini sebelumnya kepada perempuan one night standku." ucap Charles 'Yak dia menganggapku wanita one night stand. Tidak salah juga sih perkataannya,' batin Esme merasa janggal ketika dirinya dianggap wanita one night stand "Kalau begitu, aku dengan rasa yang sa
Esme memandangi pemandangan luar dan dapat melihat Gedung Venetian Macau yang tidak akan lama lagi mereka akan sampai di dalam sana. Charles langsung menaruh kembali alat vape yang sempat ia gunakan sejak awal berangkat ke salah satu meja kecil yang ada di mobil limosin tersebut. Ia sedikit merapikan jasnya baru turun dari mobil limosin miliknya dan membuka pintu Esme untuk menyambutnya. Esme menerima uluran tangan Charles dan langsung masuk ke dalam Gedung Venetian Macau. Malam ini suasana begitu ramai dan begitu padat dengan banyak orang orang yang asik bermain banyak permainan judi di dalamnya. Tetapi Esme tidak diajak ke tempat yang ramai tersebut melainkan mereka malah berbelok ke arah kiri dan memasuki sebuah lorong yang begitu gelap hingga diujung dapat Esme lihat terdapat sebuah lift yang begitu menyilaukan mata karena lift tersebut begitu kekar dan dilapisi oleh warna emas yang terang berderang dicampur emas gelap. Tentu saja dijaga dengan penjagaan y
Akhirnya permainanya pun dimulai, berhubung urutan Esme adalah yang terakhir sehingga Esme dapat melihat lebih dulu mengenai permainan yang mereka semua mainkan di ruangan ini. Waktu terus berjalan dengan begitu cepat bagi Charles dan giliran akan terus berputar dan terus berjalan, Esme terus mendapati para wanita malam yang sudah dibawa harus dilepas dan diberikan kepada lawan mereka masing masing. Tapi dari wajah mereka semua, sama sekali tidak terlihat seperti wajah yang sedih, kesal ataupun wajah mesemnya. Tetapi berbeda dengan Charles yang terus menunjukkan wajah mesam, tajam dan terlebih ekspresi kesalnya. Yang lain sama sekali biasa saja dan tidak mempermasalahkan mereka menang atau kalah tetapi kenapa Charles harus menunjukkan ekspresi wajah yang seperti itu ? Setelah menunggu sekian lama akhirnya yang dinanti nanti oleh banyak orang pun tiba. Sekarang giliran Charles dan juga Four yang bermain, Esme sempat melirik ke arah Four dan juga Charles secara
Esme berusaha untuk melepaskan genggaman tangan Four tetapi Four sama sekali tidak memberinya celah sedikitpun untuk melepaskan tautan tangan mereka. Sebenarnya Esme bisa saja melepaskan tautan tangan mereka dengan cara yang lebih kasar, tapi apa boleh buat karena sebelum Esme ingin melakukan hal tersebut tiba tiba seorang pelayan yang berpakaian cukup rapi dan sepertinya sudah cukup umur datang menghampiri mereka berdua. Esme hanya menampilkan senyum kakunya ketika pelayan tersebut sedang melihat ke arahnya dnegan tatapan yang sayu. “Buenas noches, señor Austin. La señora está en el comedor.” Ucap Pelayan itu memberi salam kepada Esme dan Four (Selamat malam Tuan Austin. Madame berada di ruang makan saat ini) Tapi detik selanjutnya Four sama sekali tidak membalas ucapan pelayan tersebut, Esme yang berada di sampingnya merasa shock sama sekali karena tidak mengira kalau ternyata bukan hanya sifat brengsek nya saja tetapi juga tid
"Jika kau berbicara denganku jangan sekali skali menggunakan bahasa Spain karena kau tau sendiri aku tidak mengerti banyak dengan Bahasa Spain, Jika ingin bertanya langsung saja katakan tidak perlu di tutupi begitu. Pengecut sekali." balas Esme sambil mendorong pelan badan Austin agar sedikit menjauh darinya "Apa kau tipikal perempuan yang menunggu saat menikah ?" tanya Austin cukup tergoda "Itu bukan urusanmu." jawab Esme sudah lelah "Aahh Hahaha sangat lugu sekali." balas Austin yang sepertinya sudah bisa menebak Esme segera menyudahi pembicaraan walaupun ia sangat ingin menimpali ucapan Austin dengan sangat tajam. Dan apa yang Austin bilang barusan ? Perempuan yang menjaga kehormatannya dibilang lugu ? Sungguh laki laki ini tidak tau diri sekali. Bahkan bagi Esme ia begitu bangga bisa menjaga kehormatannya agar tidak jatuh ke tangan orang yang salah apalagi sampai jatuh ke tangan Austin Ri
Esok pagi, Esme terbangun karena mendengar suara kicauan burung yang berada di luar ruangan serta sinar matahari yang mulai masuk menyusuri seluruh ruangan ini menjadikan ruangan ini lebih terang dari sebelumnya. Esme merasa tidurnya kali ini sangatlah nyenyak perihal tadi malam, ia bahkan bermimpi sedang berpesta pesta dengan temannya saking senang dan bangganya akan dirinya sendiri. Mungkin pesta merayakan perbuatan yang Esme lakukan tadi malam, bahkan ketika mengingatnya Esme jadi geli sendiri. Esme berbalik badan dan membuka matanya dengan perlahan tetapi yang ia lihat pertama kali adalah wajah kesal beserta lelahnya wajah Austin. Matanya terlihat cukup merah dan sangat sayu, Mungkin benar seperti dugaan Esme. Ia tidak tidur kemarin malam karena sibuk mengurusi anaknya yang tidak kunjung tidur ... "“Buenos días, señor Austin.” sapa Esme ceria dan menampilkan senyum indahnya (Selamat pagi, Tuan Austin)
"Kau mau lepaskan atau tidak aku akan --" ucap Esme terpotong dengan wajah kesalnya "Akan apa ? Menendangku ? Cobalah kalau kau memang berani." balas Austin tidak takut "Kau belum tahu rasa tendanganku yah. Kalau begitu rasakan saja jika memang kau penasaran." balas Esme terpancing masuk ke dalam perangkap Austin Sebelum Esme ingin meluncurkan aksinya ia sudah terlebih dahulu di gendong oleh Austin. Esme bagaikan butiran kapas bagi Austin, Esme hampir saja menjerit karena tiba tiba Austin langsung menggendongnya dengan sangat cepat dan sangat mudah. Hanya dengan menarik dan mengangkat tubuhnya, sekarang Esme sudah berada tepat di gendongan Austin. "Gunakan akal sehatmu Austin. Lepaskan Aku !!" ucap Esme terus bergeliat seperti cacin kepanasan saat digendong oleh Austin "Tidak." balas Austin singkat, jelas dan juga padat. Bahkan Austin sama sekali tidak merasa terkecoh a
Saat sampai di São Paulo International Airport Brazil tidak ada satupun dari Esme maupun Austin yang juga memulai perbincangan di antara mereka berdua. Dan sebenarnya Esme juga tidak mempermasalahkan Austin akan terus berdiam diri sampai satu minggu kedepan tetapi karena yang sedang Esme hadapi adalah untuk kelangsungan project yang ia kerjakan. Maka mau tidak mau ia tetap harus membuat Austin terus menginginkannya. Ketika sudah turun dari pesawat pribadi milik Austin, diluar pesawat sudah terdapat mobil sport yang sudah menjemput mereka."Kita akan kemana sekarang ?" tanya Esme ketika sudah berada di dalam mobil berduaan dengan Austin"Bukan urusanmu." jawab Austin yang terlihat masih menyimpang kekesalannya'Yasudah kalau memang tidak ingin berbicara denganku, toh aku juga tidak peduli' batin Esme berucap dalam hatinya"Kau diamlah di rumah dan jangan kemana mana ..." ucap Austin mengingatka
Hembusan angin pagi yang masuk ke dalam sebuah ruangan makeup langsung mengipas seluruh helaian rambut Esme yang sudah di hias dengan begitu indah ditambah Veil putih panjang di bagian belakang. Hari ini adalah hari bahagia sekaligus hari barunya Esme untuk memulai hidupnya yang baru dan melupakan kejadian kelam, sedih yang terjadi di masa lalu. Seluruh Member Poison Angels sudah berkumpul dan mengabadikan moment mereka bersama dengan Esme di hari bahagianya."Ash ! Padahal kita sudah sepakat untuk Melajang bersama." ucap Sabrina sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada."Kalau begitu kau saja yang melajang. Melihat Esme mengenakan gaun putih seperti ini membuaku jadi begitu iri untuk ikutan menikah, hanya kurang calonnya saja." ucap Amber sambil cemberut melihat pakaian yang Esme kenakan model V depan belakang sehingga terlihat kesan Hot serta Sexy Saat ia gunakan."Aku juga ! Tingga kita tunggu saja siap
'Ini tidak bisa terjadi. TIDAK MUNGKIN !' Batin Esme berteriak ketika melihat sosok yang ada di depannya sudah tergeletak tak bernyawa lagi dengan sebuah peluru yang masih tersimpan di dalam kepala orang tersebut akibat tembakan yang ia kenakan kepada diri sendiri.Esme sudah berusaha mati-matian menanti penderitaannya dan inikah hasil yang Esme dapatkan ? Andai saja ia tidak mendengar perkataan Frederick dan perkataan Johan maka orang yang ada di depannya tersebut tidak akan berakhir segampang ini. Esme tidak terima jika Theizz harus berakhir dengan jalan yang begitu cepat, yaitu dengan bunuh diri. Esme ingin membuat Theizz merasakan sebuah penderitaan di dalam sel penjara dengan tuduhannya selama seluruh hidupnya di balik jeruji."Esme Esme !!" seru Aaric berlari masuk ke dalam dan langsung memeluk Esme dengan begitu erat seperti orang yang takut akan kehilangan lagi."Aku tidak terima dia mati dengan mudah
Theizz yang mendengar sebuah suara perempuan dari arah belakangnya tentu saja langsung terlintas dengan nama Esme di dalam kepalanya. Theizz mendongakkan kepalanya dan seketika ia dapat merasakan sebuah benda yang sudah diarahkan tepat ke bagian kepalanya, apa lagi kalau bukan senjata api. Esme tersenyum miring menyadari Theizz yang tampaknya tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengetahui siapa dirinya."Désolé de vous avoir fait attendre si longtemps." ucap Esme sambil tertawa pelan(Maaf Membuatmu menunggu lama.)"Je sais déjà que vous regarderez, qu'attendez-vous?" ucap Theizz berbalik badan dan tersenyum lebar menunjukkan kalau ia sama sekali tidak takut dengan sebuah senjata yang mengarah ke kepalanya.(Aku sudah tahu kalau kau akan mengincarku, apalagi yang kau tunggu sekarang ?)"No lo haré tan fácilmente, Theizz" balas Esme menarik kerah Theizz unt
Setelah menghabiskan waktu berbincang-bincang membahas mengenai rencana yang akan Esme lakukan kepada Theizz tentu saja terus mendapat tolak belakang dengan Johan yang tidak mengizinkannya untuk membunuh. Mungkin Theizz bisa membunuh satu keluarga Esme tetapi Johan tidak bisa membiarkan Esme untuk ikutan menjadi seorang pembunuh, memang selama Esme bekerja menjadi Agent CIA dengan lebih daru puluhan project tidak ada satupun dari project yang Esme dapat melibatkan nyawa orang melayang. Hanya baru kali ini saja terlintas di benak Esme untuk membunuh seseorang yaitu Theizz sendiri.Sekarang Esme sedang berada di dalam sebuah mobil sewaannya karena tidak akan mungkin Esme kembali ke hotel tempat penginapannya yang saat Esme lewati saja begitu banyak anak anak Roycival yang berkelerian disana. Oleh karena itu Esme memilih untuk menyewa sebuah mobil yang sedikit tua tapi masih bisa Esme gunakan walaupun kecepatannya sangat berbeda dengan mobil listrik miliknya.
Tetesan darah terus mengalir deras dan dapat dirasakan sesuatu yang hangat terus mengalir ke seluruh wajah Esme yang habis dilumuri oleh darah. Kondisi yang sedang dialaminya sekarang sangat tidak mendukungnya untuk meminta tolong karena itu hanya akan menambah kecurigaan orang orang dan membuat masalah kecil ini menjadi lebih besar. Tetapi setidaknya Esme dapat bernafas lega karena telah lolos dari orang yang mengincar untuk membunuhnya. Siapa lagi kalau bukan Theizz yang menyuruhnya sudah jelas ia merasa takut jika Esme melakukan macam macam padanya setelah terkuat seluruh fakta yang membunuh seluruh anggota keluarganya."Anda tidak kenap--" ucap seorang anak kecil melihat kondisi Esme seperti seseorang yang kebingungan. "OH FU*K!" seru Esme spontan karena merasa kaget dengan kedatangan anak kecil di sampingnya."Kenapa seluruh tubuh anda dilapisi oleh darah ?" tanya anak kecil itu mencolek kulit Esme yang telah dilumuri oleh d
Austin berjalan lemas menuju mansion miliknya yang kini terasa begitu sepi dan juga hampa. Sudah begitu banyak anak anak Mavros yang memilih untuk ikut bersama dengan Theizz ketimbang bersama dengan Austin yang ingin mengubah Mavros. Austin mengusap wajahnya dengan kasar sampai ketika terkejut melihat kehadiran Henry yang sedang duduk menunggu kedatangan Austin pulang."¿Dónde has estado todo el día? Te llamé pero no contestaste." tanya Henry ketika sudah menyadari kehadiran Austin yang baru saja menginjakkan kakinya ke Mansion miliknya di jam 9 malam.(Kemana saja kau seharian ini ? Aku menelponmu tapi tidak kau angkat angkat.)"Estoy cansado hoy ... quiero descansar primero." balas Austin merasa seluruh tubuhnya melemas dan tidak ada tenaga lagi.(Aku sedang lelah hari ini ... aku ingin istirahat dulu.)"Necesito tu ayuda, Austin. Este es el problema de Theizz y nec
Esme dan Aaric berjalan keluar dari gedung Agent CIA untuk terakhir kalinya. Esme yang setidaknya sudah terlepas dari sebuah pekerjaan dan membuatnya menjadi seorang pengangguran sama sekali tidak membuat Esme pusing atau juga malu dengan status penganggurannya. Esme langsung memasuki mobil Aaric dan disusul pula oleh Aaric yang langsung menancapkan gasnya menuju arah balik pulang. Tetapi Esme yang melihat terdapai sebuah kedai makanan di pinggir jalan tampak begitu ramai diserbu oleh pembeli membuat Esme tertarik untuk mencobanya."Tidak lama kau baru saja makan dan kau ingin makan lagi ?" tanya Aaric tetap menurut dengan menepikan mobilnya di pinggir jalan."Aku hanya penasaran ... kita bisa membawa makanannya pulang." ucap Esme melepaskan sabuk pengamannya dan segera turun dari mobil Aaric."Oh ya ... kau tunggu saja disini aku tidak akan lama." Seru Esme di kaca jendela sebelum dirinya berjalan masuk ke d
"Querida Esme, no estás tramando algo, verdad?" tanya Elanor sedikit was was melihat ekspresi wajah Esme yang menjadi tajam dan kesal.(Esme sayang, kau tidak sedang merencakan sesuatu bukan.)"Esme, entendemos que debes estar molesta y enojada en este momento, pero vengarse no es algo que siempre te enseñe." jelas Frederick meningatkan Esme untuk tidak melakukan hal jahat dengan membalas dendam.(Esme kami mengerti kau pasti kesal dan marah sekarang tetapi membalas dendam bukanlah hal yang selalu aku ajarkan padamu.)"No, no ... después de todo Mateo se ha ido, ¿por qué vengarse de él? Tal vez tenga una fiesta junto a su tumba." ucap Esme berusaha santai di depan yang lain.(Tidak tidak ... lagipula Mateo sudah tidak ada jadi untuk apa membalas dendam padanya ? Mungkin aku hanya akan merayakan pesta di sebelah kuburannya.)"Esme !" bentak Elanor kaget ketika
Italy 10.00 a.mEsme yang berlarian mengejar seekor kupu kupu biru yang mengipas kedua sayap indahnya kemana mana di halaman belakang rumah Esme. Esme yang sudah sedari pagi berlarian kemana mana sekitar halaman belakang rumahnya tiba tiba merasa haus dan juga merasa lelah. Sudah menjadi aktivitas Esme sejak ia mulai bisa berlari, Esme begitu menyukai bermain di taman belakang rumahnya tempat para bunga kesukaan ibunya tumbuh disana. Esme yang kerjaannya hanya berkeliling mencabut satu tangkai bunga dan menyusunnya menjadi satu bouqet untuk ia berikan ke ibunya ketika akan pulang. Esme kembali berlari menuju rumahnya yang cukup jauh mengetahui halaman belakang begitu luas."Mamma sono tornata a casa, ho portato dei fiori ---" ucap Esme terhenti ketika melihat banyak sekali bercak darah dimana mana.(Mama aku pulang, aku bawa bunga ---)Esme mendapati kedua adek laki lakinya yang sudah ter