"I love you, Luna. Mommy always love you no matter what happens. Please don't hate me when you know the truth. We never meant to hurt you."Luna membuka matanya dengan tubuh terasa lemah dan sakit. Sekujur tubuhnya seperti baru saja dipukuli oleh banyak orang. Bagian tengkuknya terasa sakit, sehingga dia merintih ketika menggerakkannya."Are you okay?"Kening Luna mengernyit ketika mendengar suara asing itu, namun dia merasa seperti dejavu. Dia sering mendengar kata-kata itu dulu, tapi kapan? Ayah dan ibunya tidak mengerti bahasa inggris."Akan kupanggilkan dokter."Luna masih sibuk dengan pikirannya sendiri ketika tubuhnya diperiksa. Mimpi itu...dia sering bermimpi tentang seorang wanita berambut brunette, hitam agak kecoklatan, dengan mata berwarna coklat.Wanita yang sangat cantik dan bukan orang Indonesia. Seperti orang dari daerah Eropa, tapi dia tidak tahu dari negara mana. Kenapa wanita itu selalu hadir dalam mimpinya? Siapa dia? Kenapa wanita itu terus bersedih?"Kamu harus me
Tidak ada yang mengetahui tentang tanda lahirnya kecuali ayah dan ibunya. Bahkan Sofia sekalipun tidak tahu tentang hal itu. Bagaimana bisa seorang pria asing mengetahui di mana letak tanda lahirnya dan bentuknya seperti apa?"Kamu alergi terhadap nanas, benci dengan pisang, dan golongan darahmu adalah AB negatif. Sama denganku dan ayah kita. Benar-benar menyebalkan, kan?" Nathan tertawa getir.Luna menelan ludahnya dengan susah payah. Seperti ada yang menyangkut di tenggorokannya. "Kamu sangat membenci warna kuning dan makanan lembek seperti bubur. Kamu akan selalu muntah jika memakannya."Air mata Luna tiba-tiba mengalir dengan deras. Merasakan rasa hangat yang aneh namun familiar. Tidak ada seorangpun yang tahu tentang hal itu karena dia menyembunyikannya. Takut dianggap aneh. Apalagi hidup di negara ini, di mana orang-orang menyukai bubur ayam. "Aku sering bermimpi buruk tentangmu. Memikirkan bagaimana nasibmu di luar sana? Apakah kamu hidup dengan nyaman? Atau jangan-jangan kam
Senyum Renata tidak pernah lepas dari bibirnya sejak membuka mata di pagi hari. Jantungnya berdebar dan hatinya begitu bahagia. Akhirnya setelah penantian selama bertahun-tahun lamanya, Kalingga akan berada dalam genggamannya.Sejak kecil, orangtuanya sudah mendoktrinnya untuk mendapatkan Kalingga bagaimanapun caranya. Terserah jika dia bersenang-senang dengan laki-laki lain, asalkan tidak ketahuan dan suami sahnya tetaplah Kalingga.Dia awalnya berpikir bahwa kehadiran Luna mengacaukan segalanya. Tapi ayahnya memberikan ide gila. Dia harus bisa menjebak Kalingga dengan cara hamil.Renata tahu betul Kalingga tidak mau melakukan seks bebas. Meskipun dia sempat jumawa ketika pria itu bilang bahwa hubungan intimnya dengan Luna sambil membayangkan dirinya, tapi tetap saja Kalingga menolaknya ketika dia sengaja mencium pria itu di depan Luna waktu di mansion dulu."Anda terlihat cantik sekali, Nona," puji MUA setelah menyelesaikan riasan di wajahnya.Renata tersenyum semakin lebar. Tentu s
"Kalian tidak bisa seenaknya menangkap anak saya! Pa, lakukan sesuatu!" jerit Bu Desi histeris.Renata digelandang oleh dua polisi dengan masih mengenakan kebaya pengantin. Suasana langsung heboh. Tak sedikit yang mengarahkan kamera ke arah Renata dan Bagas sejak tadi.Para tamu undangan dari kalangan pebisnis langsung berdiri sambil menggeleng-gelengkan kepala dan berlalu dari sana dengan wajah kesal. Merasa waktunya terbuang sia-sia karena menyaksikan drama itu."Maaf, saya membatalkan kerja sama perusahaan kita. Saya tidak mau perusahaan saya terkena imbasnya karena skandal putri anda," ucap salah satu pengusaha yang mendekati Pak Tomy."Anda ini belum apa-apa sudah sesumbar, padahal calon menantu anda ternyata sudah punya istri. Saya juga menghentikan kerja sama kita. Saya tidak mau nama perusahaan saya ikut tercoreng karena putri anda berurusan dengan polisi," sahut yang lainnya.Pak Tomy langsung panik. Tidak pernah menyangka akan hancur saat itu juga karena kecerobohan Renata.
Kalingga terkejut mendengar berita tentang video viral Renata, Bagas, dan Revan. Tidak menyangka bahwa wanita itu ternyata diam-diam tidur dengan kedua sahabatnya di belakangnya. Sejak kapan? Apakah sudah sejak lama atau setelah Renata kembali ke kota ini?Tapi Kalingga tidak peduli. Dengan adanya berita itu, dia sekarang jadi tahu bahwa Bagas dan Revan ternyata tidak tulus bersahabat dengannya. Dan yang lebih penting lagi, dia tidak jadi menikahi Renata. Tiba-tiba dia merasa lega karena selama ini tidak pernah mengenalkan Luna pada mereka. Untung Luna hanya mengenal Irfan. Keningnya mengernyit, mengingat sepupunya yang lain yang saat ini tidak diketahui keberadaannya.Arjuna Wisnuwardhana. Orang yang dua tahun lalu memaksanya untuk pergi ke diskotik dengan alasan menemani Arjuna yang sedang patah hati. Jantungnya langsung berdegup tak nyaman. Apakah Irfan mengetahui tentang hal itu juga?"Dewi, video yang viral itu, memangnya siapa yang merekamnya?" Siapa tahu ada petunjuk mengenai
Luna gelagapan ketika tiba-tiba lehernya terasa seperti tercekik. Kedua matanya langsung terbuka meskipun masih sangat berat. Wajah garang Bu Devi berada tepat di depannya ketika kesadarannya benar-benar kembali. Matanya langsung membelalak. Dia bahkan belum sempat memproses apa yang terjadi, ketika tubuh Bu Devi ditarik dengan kasar oleh seseorang. Saat itu juga, Nathan mendekatinya. Luna langsung merasa lega luar biasa meskipun masih ketakutan. "Kak! Kenapa dia bisa tahu aku ada di sini?" tanyanya panik. "Aku tidak tahu. Sekarang kita harus cepat-cepat pergi dari sini. Tahan sakitnya." Luna memekik ketika jarum infus dicabut dari punggung tangannya. Seharusnya memang dia tidak perlu berlama-lama di rumah sakit dan rawat jalan saja. Dia hanya bisa pasrah ketika Nathan menggendongnya, sementara Fajar menahan Bu Devi yang terus meronta-ronta seperti orang kesetanan. "Jangan kabur, jalang kecil! Gara-gara kamu semuanya jadi berantakan! Kamu harus mati!" Luna menyembunyikan
Kalingga menahan diri sekuat tenaga untuk tidak menghajar dua operator itu karena tidak melaporkan kejadian itu padanya."Jelaskan alasan kalian tidak melaporkan kejadian itu padaku. Lebih baik yang masuk akal, atau aku tidak akan segan-segan untuk memberi kalian pelajaran," perintah Kalingga dari sela-sela giginya dengan rahang mengetat.Kedua tangannya mengepal dengan sangat erat. Dia selama ini selalu dipandang remeh oleh istri paman-pamannya dan sepupu-sepupunya, karena dia dianggap hanya bermain-main gara-gara berhubungan dengan Renata. Apalagi setelah tragedi penabrakan Luna dan ayahnya, yang ternyata bukanlah kesalahannya.Dia hanyalah kambing hitam dalam tragedi itu! Tapi Luna sudah terlanjur menganggapnya sebagai pembunuh, dan sekarang wanita itu menganggapnya sebagai tukang selingkuh.Kalingga harus segera membawa Luna kembali dan menjelaskan semuanya, atau wanita itu akan meninggalkannya selamanya. Semuanya karena dia terlalu tunduk pada Devi sialan itu! Wanita itu selalu m
"Maaf udah bikin Mas Fajar dan ibunya repot," ucap Luna tak enak setelah ibunya Fajar selesai mengobati lengannya dengan obat herbal."Nggak apa-apa. Keselamatan kamu adalah tanggungjawabku. Pak Erwin udah ngasih amanah ini buat aku," jawab Fajar sambil tersenyum lembut.Luna mengesampingkan perasaan tak nyaman ketika laki-laki itu terang-terangan menunjukkan perhatian lebih padanya. Dia berharap Nathan segera datang dan mengalihkan perhatian pria di sebelahnya ini.Meskipun Kalingga sudah membuangnya demi menikahi Renata, tapi statusnya masih sebagai istri lelaki itu. Tiba-tiba dia merasa kembali sedih dan galau.Ternyata begini rasanya diselingkuhi. Dia jadi tidak bersemangat untuk melakukan apapun dan ingin menghilang dari dunia ini. Apalagi secara otomatis, dia memiliki madu sekarang dan sedang mengandung anak suaminya.Dada kirinya terasa nyeri dan tenggorokannya bagaikan tercekat. Matanya memanas. Kenapa dia harus mengalami hal menyakitkan ini di usia yang terlalu muda? Apakah k
Suasana di luar mobil begitu gelap ketika Luna membuka mata. Mimpi buruk mengenai Bu Devi dan Renata yang hampir membunuhnya membuatnya tersentak hingga terbangun.Keningnya mengernyit ketika tidak mendapati siapapun di dalam mobil. Di mana Nathan? Mereka terpaksa meninggalkan Fajar dan Sofia di salah satu rumah sakit di Jogjakarta karena Nathan harus segera menyembunyikannya.Untung Pak Erwin dengan sigap meminta tolong pada tentara di Jogja untuk mengawasi Sofia dan ajudannya agar kejadian serupa tidak terulang lagi. Dari keterangan polisi, mobil yang mengejar mereka berasal dari Jakarta.Mereka menemukan satu KTP yang terbakar seperempatnya di lokasi kejadian, dan tiga jenazah yang hangus terbakar sedang diautopsi."Untuk sementara, kamu tinggal di sini dulu. Ini rumah kenalan Ajeng." Tiba-tiba Nathan membuka pintu di sebelahnya.Luna mengamati sebuah rumah dua lantai yang terlihat bagus dan rapi. Udara begitu dingin, hingga tanpa sadar dia mengeratkan jaket milik Nathan yang dia k
"Jaga mulut kamu, anak ngga jelas! Kamu itu yang nggak waras!" bentak Kalingga dengan wajah kesal.Dari dulu, Arjuna dan ibunya sering sekali menyindirnya dan merendahkannya hanya karena kelakuan Bu Devi. Bibi Sinta selalu melihat Bu Devi dengan pandangan jijik karena sikap perempuan itu benar-benar jauh dari kata berkelas."Penjara lebih aman untukmu, Nak. Kamu nggak tahu seberapa kejam Noah Wilson dan Al..." Kakek Ageng berdehem. "Percaya pada kakek. Dia bisa mengubah kita menjadi gelandangan dengan mudah. Dan putranya berada di negara ini. Kamu bahkan lebih baik bertemu dengan Noah Wilson daripada putranya."Arjuna terlihat sama sekali tidak takut. "Memangnya bisa apa sih si Noah-Noah ini? Paling-paling dia juga tua macam kakek. Jelas kalah sama tenagaku yang masih muda."Kakek Ageng berdecak, lalu mengibaskan tangan. "Terserah kamu, lah. Kakek udah memperingatkan kamu. Tapi kamu harus menandatangani surat perjanjian. Kalau terjadi sesuatu sama kamu, keluarga besar Wisnuwardhana le
Kalingga merasa malu sekali, dua kali mendapatkan informasi yang begitu penting lewat jalan menguping. Tapi jika dia bertanya langsung, belum tentu Kakek Ageng mau menjawabnya. Lagipula apa yang mau dia tanyakan jika dia saja tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi?"Kakek pasti bohong, kan? Mana mungkin si miskin itu bisa punya duit sebanyak itu? Pasti cuma akal-akalan kakek aja biar aku nggak menyingkirkan Luna," bantah Arjuna sebelum terkekeh."Terserah kamu mau berasumsi bagaimana. Yang jelas, tindakan kalian yang ceroboh membuat ayah kandung Luna murka. Yang kalian hadapi itu bukan orang sembarangan. Dia bisa melacakmu dan Devi. Mungkin saja anak buahnya sedang dalam perjalanan ke sini untuk memberi pelajaran pada kalian. Kalau saat itu tiba, aku berlepas diri. Kamu bukan lagi bagian dari keluarga Wisnuwardhana.""Nggak masuk akal! Cuma satpam aja sok-sokan ngancem segala. Aku bisa bayarin orang buat menyingkirkan anak buah si satpam itu dengan mudah. Melenyapkan barang buk
Kalingga seharusnya kembali ke perusahaan karena akan ada rapat penting, tapi entah kenapa dia justru memutar mobilnya menuju ke mansion.Pikirannya kacau setelah melihat rekaman CCTV di rumah sakit. Belum lagi fakta bahwa sekarang ayah dan ibu tirinya sudah bercerai. Ditambah dengan keberadaan istrinya yang entah berada di mana.Rasanya Kalingga ingin memiliki ilmu menghilang atau menerawang seperti di film-film. Kepalanya terasa ingin pecah."Ponsel anda terus berbunyi, Tuan," ucap Roni yang hari ini dia tugaskan untuk muncul ke permukaan.Selama ini, Kalingga sengaja menyuruh Roni dan dua pengawal lainnya untuk menjadi pengawal bayangannya. Dia hanya tidak ingin terlalu mencolok dan dipandang aneh. Tapi setelah melihat bagaimana Adit bersikap setelah Luna menghilang, Kalingga tidak mau lagi asal percaya pada orang asing, apalagi rekomendasi dari Irfan."Biarin aja. Aku lagi pusing," jawabnya tak acuh.Kalingga hanya percaya pada Roni, teman sekolahnya yang dulu pernah dia tolong k
Semua terjadi dengan begitu cepat, bahkan sebelum Luna mengambil nafas. Dia refleks melindungi kepalanya dan meringkuk karena mobil bergetar gara-gara ledakan itu.Suara pintu dibanting membuat Luna tersadar dan langsung mendongak. Nathan sudah tidak ada di sampingnya. Matanya membelalak."Sofia!"Luna membuka pintu mobil dan cepat-cepat keluar untuk menyelamatkan sahabatnya. Langkahnya sempat terhenti karena seluruh kaca mobil Sofia hancur berkeping-keping. Fajar tergeletak miring di pinggir pembatas dalam keadaan tak sadarkan diri. Sepertinya terlempar gara-gara ledakan itu."Mas Fajar!" Kakinya berlari menghampiri tubuh Fajar dengan jantung berdegup kencang. Berharap lelaki itu baik-baik saja.Matanya memanas dan air matanya mengalir begitu saja ketika tangannya berusaha untuk membalik tubuh pria itu. Tubuh Luna benar-benar tremor."Mas! Mas, kamu masih hidup kan?" tanyanya dengan suara bergetar. Kenapa semuanya menjadi seperti ini? Kenapa mereka diserang?Beberapa orang mendekati
Fajar menatap Luna dengan wajah iba. Pria itu mengangguk lamat-lamat. Jadi benar, selama ini kedua orangtuanya bukanlah orangtua kandungnya? Dan mereka hanyalah menjalankan perintah dari Kakek Ageng?Dada Luna terasa nyeri karena pengkhianatan. Dia tidak pernah menyangka bahwa Kakek Ageng yang selama ini dia anggap paling baik di keluarga Wisnuwardhana, ternyata adalah dalang di balik penderitaannya selama ini."Jangan bilang kalau kecelakaan itu juga sudah diatur sama Kakek Ageng?" tanyanya getir."Sepertinya nggak, Lun. Kecelakaan itu di luar kendali beliau. Tapi yang pasti, beliau langsung membuat keputusan mendadak agar kamu nggak luntang-lantung di luar sana sendirian. Beliau memaksa cucunya untuk menikahi kamu dengan mengancam Bu Devi. Kalau sampai mertuamu itu menolak, maka wanita itu akan diusir dan Kalingga akan kehilangan kesempatan sebagai Direktur Utama."Luna mengernyitkan alis. Jadi begitu ceritanya? Pantas saja Bu Devi dulu benar-benar memaksanya untuk menikah dengan Ka
"Maaf udah bikin Mas Fajar dan ibunya repot," ucap Luna tak enak setelah ibunya Fajar selesai mengobati lengannya dengan obat herbal."Nggak apa-apa. Keselamatan kamu adalah tanggungjawabku. Pak Erwin udah ngasih amanah ini buat aku," jawab Fajar sambil tersenyum lembut.Luna mengesampingkan perasaan tak nyaman ketika laki-laki itu terang-terangan menunjukkan perhatian lebih padanya. Dia berharap Nathan segera datang dan mengalihkan perhatian pria di sebelahnya ini.Meskipun Kalingga sudah membuangnya demi menikahi Renata, tapi statusnya masih sebagai istri lelaki itu. Tiba-tiba dia merasa kembali sedih dan galau.Ternyata begini rasanya diselingkuhi. Dia jadi tidak bersemangat untuk melakukan apapun dan ingin menghilang dari dunia ini. Apalagi secara otomatis, dia memiliki madu sekarang dan sedang mengandung anak suaminya.Dada kirinya terasa nyeri dan tenggorokannya bagaikan tercekat. Matanya memanas. Kenapa dia harus mengalami hal menyakitkan ini di usia yang terlalu muda? Apakah k
Kalingga menahan diri sekuat tenaga untuk tidak menghajar dua operator itu karena tidak melaporkan kejadian itu padanya."Jelaskan alasan kalian tidak melaporkan kejadian itu padaku. Lebih baik yang masuk akal, atau aku tidak akan segan-segan untuk memberi kalian pelajaran," perintah Kalingga dari sela-sela giginya dengan rahang mengetat.Kedua tangannya mengepal dengan sangat erat. Dia selama ini selalu dipandang remeh oleh istri paman-pamannya dan sepupu-sepupunya, karena dia dianggap hanya bermain-main gara-gara berhubungan dengan Renata. Apalagi setelah tragedi penabrakan Luna dan ayahnya, yang ternyata bukanlah kesalahannya.Dia hanyalah kambing hitam dalam tragedi itu! Tapi Luna sudah terlanjur menganggapnya sebagai pembunuh, dan sekarang wanita itu menganggapnya sebagai tukang selingkuh.Kalingga harus segera membawa Luna kembali dan menjelaskan semuanya, atau wanita itu akan meninggalkannya selamanya. Semuanya karena dia terlalu tunduk pada Devi sialan itu! Wanita itu selalu m
Luna gelagapan ketika tiba-tiba lehernya terasa seperti tercekik. Kedua matanya langsung terbuka meskipun masih sangat berat. Wajah garang Bu Devi berada tepat di depannya ketika kesadarannya benar-benar kembali. Matanya langsung membelalak. Dia bahkan belum sempat memproses apa yang terjadi, ketika tubuh Bu Devi ditarik dengan kasar oleh seseorang. Saat itu juga, Nathan mendekatinya. Luna langsung merasa lega luar biasa meskipun masih ketakutan. "Kak! Kenapa dia bisa tahu aku ada di sini?" tanyanya panik. "Aku tidak tahu. Sekarang kita harus cepat-cepat pergi dari sini. Tahan sakitnya." Luna memekik ketika jarum infus dicabut dari punggung tangannya. Seharusnya memang dia tidak perlu berlama-lama di rumah sakit dan rawat jalan saja. Dia hanya bisa pasrah ketika Nathan menggendongnya, sementara Fajar menahan Bu Devi yang terus meronta-ronta seperti orang kesetanan. "Jangan kabur, jalang kecil! Gara-gara kamu semuanya jadi berantakan! Kamu harus mati!" Luna menyembunyikan