Kalingga terkejut mendengar berita tentang video viral Renata, Bagas, dan Revan. Tidak menyangka bahwa wanita itu ternyata diam-diam tidur dengan kedua sahabatnya di belakangnya. Sejak kapan? Apakah sudah sejak lama atau setelah Renata kembali ke kota ini?Tapi Kalingga tidak peduli. Dengan adanya berita itu, dia sekarang jadi tahu bahwa Bagas dan Revan ternyata tidak tulus bersahabat dengannya. Dan yang lebih penting lagi, dia tidak jadi menikahi Renata. Tiba-tiba dia merasa lega karena selama ini tidak pernah mengenalkan Luna pada mereka. Untung Luna hanya mengenal Irfan. Keningnya mengernyit, mengingat sepupunya yang lain yang saat ini tidak diketahui keberadaannya.Arjuna Wisnuwardhana. Orang yang dua tahun lalu memaksanya untuk pergi ke diskotik dengan alasan menemani Arjuna yang sedang patah hati. Jantungnya langsung berdegup tak nyaman. Apakah Irfan mengetahui tentang hal itu juga?"Dewi, video yang viral itu, memangnya siapa yang merekamnya?" Siapa tahu ada petunjuk mengenai
Luna gelagapan ketika tiba-tiba lehernya terasa seperti tercekik. Kedua matanya langsung terbuka meskipun masih sangat berat. Wajah garang Bu Devi berada tepat di depannya ketika kesadarannya benar-benar kembali. Matanya langsung membelalak. Dia bahkan belum sempat memproses apa yang terjadi, ketika tubuh Bu Devi ditarik dengan kasar oleh seseorang. Saat itu juga, Nathan mendekatinya. Luna langsung merasa lega luar biasa meskipun masih ketakutan. "Kak! Kenapa dia bisa tahu aku ada di sini?" tanyanya panik. "Aku tidak tahu. Sekarang kita harus cepat-cepat pergi dari sini. Tahan sakitnya." Luna memekik ketika jarum infus dicabut dari punggung tangannya. Seharusnya memang dia tidak perlu berlama-lama di rumah sakit dan rawat jalan saja. Dia hanya bisa pasrah ketika Nathan menggendongnya, sementara Fajar menahan Bu Devi yang terus meronta-ronta seperti orang kesetanan. "Jangan kabur, jalang kecil! Gara-gara kamu semuanya jadi berantakan! Kamu harus mati!" Luna menyembunyikan
Kalingga menahan diri sekuat tenaga untuk tidak menghajar dua operator itu karena tidak melaporkan kejadian itu padanya."Jelaskan alasan kalian tidak melaporkan kejadian itu padaku. Lebih baik yang masuk akal, atau aku tidak akan segan-segan untuk memberi kalian pelajaran," perintah Kalingga dari sela-sela giginya dengan rahang mengetat.Kedua tangannya mengepal dengan sangat erat. Dia selama ini selalu dipandang remeh oleh istri paman-pamannya dan sepupu-sepupunya, karena dia dianggap hanya bermain-main gara-gara berhubungan dengan Renata. Apalagi setelah tragedi penabrakan Luna dan ayahnya, yang ternyata bukanlah kesalahannya.Dia hanyalah kambing hitam dalam tragedi itu! Tapi Luna sudah terlanjur menganggapnya sebagai pembunuh, dan sekarang wanita itu menganggapnya sebagai tukang selingkuh.Kalingga harus segera membawa Luna kembali dan menjelaskan semuanya, atau wanita itu akan meninggalkannya selamanya. Semuanya karena dia terlalu tunduk pada Devi sialan itu! Wanita itu selalu m
"Maaf udah bikin Mas Fajar dan ibunya repot," ucap Luna tak enak setelah ibunya Fajar selesai mengobati lengannya dengan obat herbal."Nggak apa-apa. Keselamatan kamu adalah tanggungjawabku. Pak Erwin udah ngasih amanah ini buat aku," jawab Fajar sambil tersenyum lembut.Luna mengesampingkan perasaan tak nyaman ketika laki-laki itu terang-terangan menunjukkan perhatian lebih padanya. Dia berharap Nathan segera datang dan mengalihkan perhatian pria di sebelahnya ini.Meskipun Kalingga sudah membuangnya demi menikahi Renata, tapi statusnya masih sebagai istri lelaki itu. Tiba-tiba dia merasa kembali sedih dan galau.Ternyata begini rasanya diselingkuhi. Dia jadi tidak bersemangat untuk melakukan apapun dan ingin menghilang dari dunia ini. Apalagi secara otomatis, dia memiliki madu sekarang dan sedang mengandung anak suaminya.Dada kirinya terasa nyeri dan tenggorokannya bagaikan tercekat. Matanya memanas. Kenapa dia harus mengalami hal menyakitkan ini di usia yang terlalu muda? Apakah k
Fajar menatap Luna dengan wajah iba. Pria itu mengangguk lamat-lamat. Jadi benar, selama ini kedua orangtuanya bukanlah orangtua kandungnya? Dan mereka hanyalah menjalankan perintah dari Kakek Ageng?Dada Luna terasa nyeri karena pengkhianatan. Dia tidak pernah menyangka bahwa Kakek Ageng yang selama ini dia anggap paling baik di keluarga Wisnuwardhana, ternyata adalah dalang di balik penderitaannya selama ini."Jangan bilang kalau kecelakaan itu juga sudah diatur sama Kakek Ageng?" tanyanya getir."Sepertinya nggak, Lun. Kecelakaan itu di luar kendali beliau. Tapi yang pasti, beliau langsung membuat keputusan mendadak agar kamu nggak luntang-lantung di luar sana sendirian. Beliau memaksa cucunya untuk menikahi kamu dengan mengancam Bu Devi. Kalau sampai mertuamu itu menolak, maka wanita itu akan diusir dan Kalingga akan kehilangan kesempatan sebagai Direktur Utama."Luna mengernyitkan alis. Jadi begitu ceritanya? Pantas saja Bu Devi dulu benar-benar memaksanya untuk menikah dengan Ka
Semua terjadi dengan begitu cepat, bahkan sebelum Luna mengambil nafas. Dia refleks melindungi kepalanya dan meringkuk karena mobil bergetar gara-gara ledakan itu.Suara pintu dibanting membuat Luna tersadar dan langsung mendongak. Nathan sudah tidak ada di sampingnya. Matanya membelalak."Sofia!"Luna membuka pintu mobil dan cepat-cepat keluar untuk menyelamatkan sahabatnya. Langkahnya sempat terhenti karena seluruh kaca mobil Sofia hancur berkeping-keping. Fajar tergeletak miring di pinggir pembatas dalam keadaan tak sadarkan diri. Sepertinya terlempar gara-gara ledakan itu."Mas Fajar!" Kakinya berlari menghampiri tubuh Fajar dengan jantung berdegup kencang. Berharap lelaki itu baik-baik saja.Matanya memanas dan air matanya mengalir begitu saja ketika tangannya berusaha untuk membalik tubuh pria itu. Tubuh Luna benar-benar tremor."Mas! Mas, kamu masih hidup kan?" tanyanya dengan suara bergetar. Kenapa semuanya menjadi seperti ini? Kenapa mereka diserang?Beberapa orang mendekati
Kalingga seharusnya kembali ke perusahaan karena akan ada rapat penting, tapi entah kenapa dia justru memutar mobilnya menuju ke mansion.Pikirannya kacau setelah melihat rekaman CCTV di rumah sakit. Belum lagi fakta bahwa sekarang ayah dan ibu tirinya sudah bercerai. Ditambah dengan keberadaan istrinya yang entah berada di mana.Rasanya Kalingga ingin memiliki ilmu menghilang atau menerawang seperti di film-film. Kepalanya terasa ingin pecah."Ponsel anda terus berbunyi, Tuan," ucap Roni yang hari ini dia tugaskan untuk muncul ke permukaan.Selama ini, Kalingga sengaja menyuruh Roni dan dua pengawal lainnya untuk menjadi pengawal bayangannya. Dia hanya tidak ingin terlalu mencolok dan dipandang aneh. Tapi setelah melihat bagaimana Adit bersikap setelah Luna menghilang, Kalingga tidak mau lagi asal percaya pada orang asing, apalagi rekomendasi dari Irfan."Biarin aja. Aku lagi pusing," jawabnya tak acuh.Kalingga hanya percaya pada Roni, teman sekolahnya yang dulu pernah dia tolong k
Kalingga merasa malu sekali, dua kali mendapatkan informasi yang begitu penting lewat jalan menguping. Tapi jika dia bertanya langsung, belum tentu Kakek Ageng mau menjawabnya. Lagipula apa yang mau dia tanyakan jika dia saja tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi?"Kakek pasti bohong, kan? Mana mungkin si miskin itu bisa punya duit sebanyak itu? Pasti cuma akal-akalan kakek aja biar aku nggak menyingkirkan Luna," bantah Arjuna sebelum terkekeh."Terserah kamu mau berasumsi bagaimana. Yang jelas, tindakan kalian yang ceroboh membuat ayah kandung Luna murka. Yang kalian hadapi itu bukan orang sembarangan. Dia bisa melacakmu dan Devi. Mungkin saja anak buahnya sedang dalam perjalanan ke sini untuk memberi pelajaran pada kalian. Kalau saat itu tiba, aku berlepas diri. Kamu bukan lagi bagian dari keluarga Wisnuwardhana.""Nggak masuk akal! Cuma satpam aja sok-sokan ngancem segala. Aku bisa bayarin orang buat menyingkirkan anak buah si satpam itu dengan mudah. Melenyapkan barang buk
Sofia terduduk di lantai ruangan tempat menyimpan barang-barang tak terpakai di dekat tangga menuju ke rooftop hotel. Seluruh tubuhnya gemetaran. Dadanya berdegup dua kali lebih cepat dan rasanya begitu sesak. Niatnya tadi ke rooftop adalah untuk mencari Luna, untuk mengadu pada sahabatnya itu mengenai ulah kakaknya. Saat Nathan pamit ke toilet dan tak kunjung kembali, teman-teman kuliahnya mulai curiga. Mereka mengatakan hal-hal yang membuat Sofia kesal. "Sof, kamu yakin suami kamu beneran cinta sama kamu? Kok sejak tadi kayak lempeng-lempeng aja gitu nggak senyum sama sekali?" "Dia kan emang dingin dan cuek orangnya," balas Sofia. "Tapi nggak gitu juga kali. Masa di pernikahan sendiri kok kayak lagi takziah gitu?" "Iya ya bener. Sebenarnya aku udah lama mau bilang gini, tapi aku nggak enak sama kamu, Sof. Nathan...kayaknya nggak begitu cinta deh sama kamu. Cintamu bertepuk sebelah tangan. Kelihatan banget cuma kamu yang berjuang dalam hubungan ini." Saat itu, Sofia benar-
"Kenapa sih kakak tega? Kalau memang kamu belum selesai dengan masa lalu, kenapa deketin sahabatku? Jangan pernah menyakiti orang lain hanya untuk mencari pelarian kak," ucap Luna dengan lirih.Dia benar-benar kecewa dengan kakak sulungnya itu. Sama sekali tidak menyangka bahwa lelaki itu ternyata mewarisi sifat ayah mereka. Padahal, selama ini Luna begitu bahagia karena mengira bahwa Nathan serius dengan Sofia.Sahabatnya itu selalu terlihat bahagia setiap kali dia membahas soal Nathan. Luna sampai yakin bahwa Nathan sudah benar-benar move on. Tapi ternyata dia salah besar. Rasa cinta itu terlalu besar, sampai-sampai Nathan tidak tertolong lagi."Please, aku mohon sama kamu Kak. Please, please banget. Berhenti aja sampai di sini. Jangan menyakiti sahabatku, atau siapapun itu. Sebelum terlalu jauh. Jangan sampai kamu menunggu semuanya hancur seperti apa yang dilakukan oleh ayah kita. Dan aku yang akhirnya menjadi korban."Kedua mata Luna berkaca-kaca. Hatinya terasa sakit sekali melih
"Siapa Yang?" Kalingga melihat ke sekeliling ballroom dan tidak melihat ada seseorang yang aneh, yang berpotensi untuk mengganggu istrinya. Kecuali Alek tentu saja."Itu Mas, cewek yang barusan masuk. Sama cowok bule. Setahuku tuh cowok dulu bosnya Kak Nathan," bisik Luna.Kalingga menoleh ke arah pintu masuk dan langsung membelalak. "Buset!" pekiknya tanpa sadar.Luna langsung menoleh dan menatap Kalingga dengan tajam. "Apa maksudnya bilang kayak gitu?"Kalingga langsung membeku. Terlihat seperti baru saja ketahuan tengah berbuat salah. "Eh...i-itu, Yang. Tuh cewek yang rambutnya hitam terus tinggi langsing kayak model itu kan?""Iya? Terus? Mau bilang dia cantik?" cecar Luna dengan sebelah alis terangkat.Kalingga buru-buru menggeleng. "Nggak, nggak! Tetep kamu yang paling cantik, Yang. Serius. Kamu sendirian udah bisa bikin Mas puas kok. Nggak ada yang lain.""Terus?""Eh, itu...si cewek yang kamu bilang itu...dia lagi deketin kakakmu. Terus...si Nathan malah bengong."Gantian mata
"Bestieee!" Luna memeluk Sofia dengan sangat erat dan girang bukan main. "Akhirnya kamu nikah juga!"Sofia tertawa kecil sambil membalas pelukannya. Setelah penantian selama lima tahun, akhirnya sang sahabat menikah dengan sang kakak sulung, Nathan Wilson. Luna bahagia karena akhirnya mereka benar-benar menjadi saudara."Maaf ya aku baru bisa dateng. Kemarin lusa aja aku harus ngeyel sama Kak Ethan biar bisa ngambil penerbangan habis meeting. Tahu sendiri kakakku yang satu itu gimana overprotektifnya kalau sama aku," keluh Luna dengan wajah memelas."Ck, kayak sama siapa aja kamu. Masih bagus kamu sempat dateng. Aku malah udah legowo waktu denger dari Mas Nathan kalau kamu mungkin nggak bisa dateng, mengingat di Rusia sana lagi musim salju."Luna tersenyum senang melihat betapa cantiknya Sofia dengan riasan sederhana namun terlihat mewah dan elegan. Tidak terlalu menor dan tebal seperti riasan pengantin Indonesia pada umumnya."Sayang banget aku nggak bisa menyaksikan akad nikah kalia
Luna benar-benar tak bisa berkata-kata mendengar perkataan ketus suaminya. Lelaki itu bahkan menutupi bagian atas payudaranya yang kelihatan ketika Kala sedang menyusu. Berkali-kali memelototi pria asing yang terlihat salah tingkah saat terpergok sedang terpana melihatnya."Gimana kalau kita makan aja? Udah siang juga ini. Kalian pasti belum makan kan tadi?" Suara Lena memecahkan kecanggungan yang terjadi, membuat Luna lega dan bersyukur ibunya begitu supel. "Ethaan! Sini bantu mama, Nak! Alek, jangan cuma main hape. Sini bantu mama bikin es sama kopi. Eh, kalian mau es kan? Saya selalu gerah dan haus sejak tinggal di sini."Luna meringis ketika melihat tamu-tamu itu tersenyum paksa. Mungkin heran dengan ibunya yang kegerahan, padahal mereka sedang berada di Malang bagian perumahan yang hawanya masih dingin. Mungkin karena ibunya terbiasa menghadapi musim salju, jadi kota sedingin Malang dan Batu pun bagi Lena justru gerah."Kalian nggak makan juga? Kenalin, Tante ini adik iparnya ibu
Entah sudah berapa lama Kalingga menatap tajam Alek yang terus saja menempel pada istrinya di ruang keluarga. Keningnya seperti berkerut permanen, karena rasa kesal yang terus bertambah setiap kali melihat Alek yang selalu mencari alasan agar bisa melayani Luna. Termasuk menyuapi makan dan mengambilkan air minum."Jangan korbankan bayi yang baru lahir hanya karena rasa cemburumu."Kerutan di antara kedua alis Kalingga langsung hilang, digantikan dengan rasa kaget. Tangannya refleks menjauh dari paha anaknya. Dia menoleh ke sumber suara, mendapati Ethan yang sedang menatapnya datar."Sejak kapan kamu di situ?" tanyanya heran."Sejak kau terus mengawasi istrimu seperti seorang penguntit."Kalingga mendengkus. Dia menatap anaknya yang masih kemerahan dan malah tidur dengan nyenyak dalam gendongannya, padahal seharusnya anak itu bangun dan meraung-raung minta ASI untuk mengalihkan perhatian ibunya.Diamatinya wajah itu. Begitu mirip dengan Luna. Bulu matanya panjang dan lentik, hidungnya
"Buk, saya udah nggak kuat. Saya keluar aja ya," mohon Kalingga dengan wajah pucat.Penampilannya berantakan karena menjadi sasaran Luna selama masa pembukaan jalan lahir. Rambutnya acak-acakan, lengannya ada bekas cakaran, dan kaosnya kusut bukan main. Dia lebih mirip seperti korban angin putih beliung ketimbang pemilik perusahaan makanan di Surabaya dan beberapa Indomei di kota Malang dan Batu."Hush! Iki yo bojomu dewe. Masa nemenin istri sendiri kok nggak kuat?" tegur Bu Sekar yang memegangi kaki Luna di sebelah kanan, sedangkan Kalingga memegangi kaki sebelah kiri."Saya nggak tega, Bu," jawab Kalingga dengan wajah memelas.Keringat dingin terus membasahi pelipis dan dahinya, sedangkan wajahnya semakin pucat. Dia sudah pernah melihat orang berdarah-darah sebelumnya. Jangan lupakan bahwa dia pernah mengalaminya juga waktu dihajar oleh Alek dan anak buahnya. Belum lagi melihat video Grigori dihajar.Tapi ini beda kasus. Dia menyesal kenapa penasaran melihat jalan lahir Luna saat is
5 Bulan kemudian..."Mas, aku pengen makan mie level. Yang baru aja buka di Jalan Galunggung itu loh. Kayaknya enak makanya rame," pinta Luna sambil membayangkan nikmatnya makanan yang satu itu.Air liurnya bahkan hampir menetes saking inginnya merasakan mie yang digemari oleh para kaum muda tersebut."Jangan makan mie begituan. Kamu sebentar lagi melahirkan. Nanti kalau kenapa-napa gimana?" Kalingga menatapnya dengan wajah datar.Luna langsung cemberut. "Ya nggak usah pedes-pedes lah. Sambelnya sedikit aja. Nggak bakalan ngaruh ke bayi."Kalingga bergeming. Sama sekali tidak terpengaruh oleh kedua mata Luna yang berkaca-kaca dan bibir cemberut. Biasanya, pria itu akan langsung luluh karena gemas dengan keimutan wajah Luna yang sedang merajuk."Nanti dedek bayi ngiler loh kalau nggak diturutin.""Itu cuma mitos," jawab Kalingga datar.Nafas Luna langsung keluar masuk dengan cepat. Tiba-tiba ingin menangis dan tantrum layaknya anak kecil yang tidak dituruti keinginannya. Bibirnya semak
Kalingga menatap Luna yang masih terlelap, lalu menatap Alek yang masih memperhatikannya."Kenapa kamu melakukan ini?"Kening pria itu berkerut. "Pardon?""Perhatianmu pada Luna membuatku was-was. Kamu nggak ada maksud lain, kan?"Alek menatapnya seolah-olah dia gila. "Dia adikku."Kalingga mendengkus. "Aku tahu pergaulan orang barat. Nggak peduli pada aturan apapun, kalian bisa berhubungan dengan saudara sendiri.""Are you serious?" Alek menghampirinya dan mencengkeram kerah kaosnya dengan wajah memerah. "Jangan menggeneralisasi perbuatan rendahan itu seolah-olah kami semua juga melakukannya, you a**hole! Aku yakin di negaramu juga ada yang berbuat demikian. Bahkan ada kaum-kaum menyimpang lainnya, meskipun negaramu dikenal sebagai negara beragama. Jangan membuatku marah di rumahku sendiri."Kalingga langsung mengangkat kedua tangannya sebagai tanda menyerah, menyesal karena tidak berpikir dulu sebelum berkata."Maaf, Bro. Aku hanya takut kamu...merusak istriku. Dia gadis yang baik d