Dua jam sebelumnya....Luna sejak tadi terus menekuk wajahnya karena kesal tidak boleh pulang oleh Kalingga. Setelah pulang dari butik, pria itu malah membawanya ke perusahaan keluarga Wisnuwardhana."Keluar sendiri atau kugendong," kata Kalingga dengan wajah datar.Ingin rasanya dia menonjok wajah lelaki itu. Setelah berpura-pura mesra di hadapan Bu Devi dan Renata, kini Kalingga kembali ke setelan pabrik."Aku pulang aja. Kamu bilang udah muak sama aku dan nggak sabar untuk lepas dari aku? Aku kan cuma pelacur buat kamu. Seperti kata satpam..."Wajah Kalingga menggelap dan matanya menatapnya tajam. Jujur, Luna sebenarnya takut dengan Kalingga yang seperti ini."Jangan menguji kesabaranku, Luna. Kamu nggak tahu seberapa besarnya keinginanku untuk mencekik lehermu sekarang," desis Kalingga."Kalau begitu ceraikan saja aku. Jadi kamu udah nggak perlu repot-repot terus melihat aku yang sangat kamu benci...""Keluar!"Luna buru-buru membuka pintu mobil setelah melihat kedua tangan pria i
Tubuh Kalingga membeku. Dia menatap Evan dengan mata membelalak. Bagaimana bisa pria itu tahu mengenai hal itu? Atau jangan-jangan..."Bodyguard saya sangat menyayangi istri anda. Saya dengar, mereka sudah saling kenal sejak kecil. Bukankah mereka cocok? Daripada anda mencampakkan dia begitu saja selama menikah. Kasihan. Istri anda masih sangat muda. Masa depannya masih panjang. Elang sangat pintar membuat wanita nyaman."Kalau saja mereka tidak sedang melakukan kerja sama yang menjanjikan dan bertujuan untuk menyaingi salah satu produk milik Unismart, Kalingga akan menonjok Evan Braun saat ini juga. Kurang ajar sekali mulut lelaki itu!"Itu urusan saya. Mohon untuk tidak ikut campur," ucap Kalingga sambil menggertakkan gigi.Matanya menatap laki-laki yang ternyata bernama Elang itu dengan tajam, seolah-olah ingin mencincang tangan kurang ajar yang sedang menepuk bahu Luna.Sialan! Kenapa Kalingga malah membelikan gaun terbuka seperti itu? Awalnya dia melihat Luna begitu cantik dengan
Kalingga seperti hilang kendali. Ini bukan pertama kalinya dia berhubungan badan dengan Luna, tapi kali ini berbeda. Selama dua bulan, dia hanya menganggap Luna sebagai pelampiasan atas amarahnya karena telah membuatnya terbelenggu oleh ikatan pernikahan yang tidak dia inginkan.Dia tidak pernah memperlakukan Luna dengan lembut. Menganggap Luna hanyalah boneka seks dan selalu membayangkan Renata setiap kali berhubungan.Tapi kini dia menyesal kenapa malah membayangkan Renata, karena ternyata Luna begitu seksi dan indah di matanya. Gadis itu membuatnya puas entah untuk yang keberapa kalinya. Dibandingkan dengan Renata, Luna jauh lebih cantik dan segar. Kenapa dia baru menyadarinya sekarang?"Mas Lingga..." rintih Luna di sela-sela gempurannya yang tanpa henti."Bagus. Sebut namaku terus. Hilangkan laki-laki sialan itu dari pikiranmu!"Dia tersenyum lebar ketika melihat banyaknya tanda merah di sekujur tubuh Luna. Sial! Apa sebenarnya yang telah dilakukan oleh gadis itu, bukan, wanita i
Luna terbangun dengan seluruh tubuh terasa pegal dan lemas. Apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhnya? Dia membuka mata dan tertegun ketika melihat langit-langit kamar yang terasa asing. Dia berada di mana?Tubuhnya bangkit hendak turun dari ranjang, namun selimut yang melorot menampakkan tubuhnya yang telanjang dengan banyak tanda merah di mana-mana."Ya Tuhan! Siapa yang melakukan ini padaku?" pekiknya tertahan.Buru-buru diraihnya gaun dan pakaian dalam yang berserakan di lantai. Ketika memakai pakaiannya, hidungnya mencium aroma parfum familiar di ruangan itu. Jantungnya berdegup kencang. Apa mereka kembali melakukan hubungan intim? Tapi kenapa dia tidak sadar?Tidak dipedulikannya suara orang bercakap-cakap di luar ruangan. Dia harus segera ke kamar mandi untuk membersihkan area intimnya yang terasa lengket dan tidak nyaman."Ck, semoga aku nggak kena penyakit," gumamnya. Selama dua tahun menjadi istri Kalingga, dia jadi sering menimba ilmu lewat internet karena tidak ada yang b
Luna langsung membuka pintu dan menghambur ke pelukan Sofia. Padahal mereka tidak bertemu selama seminggu, namun Luna merasa sangat rindu."Kok kamu di sini juga? Ini di mana sih?"Belum sempat Sofia menjawab, tiba-tiba tubuh Luna terasa lemas dan kepalanya sangat pusing."Eh? Lun!" teriak Sofia panik. "Pak! Mas! Ini Luna gimana? Tolong bantu angkat dia!"Beberapa saat kemudian, tubuh Luna diangkat dan dipindahkan entah ke mana. Dia memejamkan mata karena tubuhnya benar-benar kelelahan."Kamu siapa? Kok bisa Luna sama kamu? Terus dia kenapa bisa sampe lemes begini?" cecar Sofia beruntun.Kini tubuhnya berayun-ayun karena sepertinya dia dibawa berlari, sampai akhirnya masuk ke dalam lift."Saya pengawalnya," jawab Adit.Luna tidak begitu menyimak percakapan mereka karena dia mulai ketiduran. Seharusnya dia beristirahat setelah apa yang dia lalui bersama Kalingga."Oh, jadi kamu? Kenapa kamu mau aku datang ke sini? Kamu mau menculik Luna apa gimana?"Luna sedikit tersentak mendengar ter
Luna merasa mimpinya benar-benar gila. Tubuhnya terasa penuh dan sensasi yang selama dua bulan ini dirasakannya ketika bercinta dengan Kalingga membuatnya mendesah.Matanya sedikit terbuka, samar-samar dilihatnya tubuh besar di atas wajahnya. Apa dia sudah berubah menjadi perempuan mesum karena jus melon itu?"Jangan ditahan," perintah suara berat yang sudah dihafalnya.Karena merasa ini hanyalah mimpi, dia melingkarkan kakinya di pinggul laki-laki yang menjadi suaminya selama dua tahun ini."Kok kamu rasanya nyata banget?" tanyanya bingung.Sensasinya sama. Luna bahkan tidak segan-segan untuk menjerit ketika dia mencapai surganya sendiri. Tangannya meraba wajah Kalingga. Benar-benar tampan dan membuat jantungnya berdebar. "Kamu tampan sekali," gumamnya sambil sesekali memejamkan mata dan nafasnya terengah-engah. "Kenapa rasanya begitu nyata?"Luna tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Karena semua ini dia anggap mimpi, bibirnya mulai rakus menciumi wajah dan bibir pria itu. Kalingg
Keluarga Wisnuwardhana adalah keluarga konglomerat yang memiliki puluhan anak perusahaan yang tersebar di Indonesia dan beberapa negara tetangga. Siapapun yang menyandang nama Wisnuwardhana, maka orang-orang akan menghormatinya. Sepak terjang mereka dalam dunia bisnis sudah dilakukan sejak negara ini merdeka. Jadi, siapapun akan mengenal produk mereka.Kakek Ageng mengerti kenapa perempuan seperti Renata Hardian ingin masuk dan menyandang nama Wisnuwardhana. Wanita yang ingin menikmati hasil kerja keras keluarganya tanpa perlu bersusah payah dan dihormati oleh semua orang.Huh! Jangan mimpi!"Apalagi ulah Devi kali ini?" tanya Kakek Ageng pada kepala pelayan yang sangat dia percayai, karena keluarga Handoyo sudah turun temurun bekerja untuk keluarga Wisnuwardhana.Kepala pelayan bernama Purwo itu menceritakan semuanya tanpa terkecuali. Tangan Kakek Ageng terkepal dengan erat. Benar-benar menyesali keputusannya untuk memelihara parasit seperti Devi."Baik. Panggil Kalingga ke sini. Ja
"Kita mau ke mana sih Sof sebenarnya? Kenapa harus dandan heboh kayak gini?" keluh Luna setelah Sofia seharian ini membawanya ke salon dan butik untuk membeli gaun mahal.Setelah dia terbangun di apartemen milik Irfan yang tentu saja membuatnya terheran-heran, pria itu malah mengusirnya. Kalau boleh jujur, keluarga Wisnuwardhana itu banyak yang aneh. Kalingga dan Irfan contoh kecilnya.Bahkan Kakek Ageng pun aneh menurut Luna. Kenapa pria itu begitu antusias setelah melihatnya untuk pertama kali dua tahun yang lalu? Memangnya mereka pernah bertemu sebelumnya? Kurang logis pria tua itu tiba-tiba saja menjadi sangat baik padanya."Udah diem aja. Anggap aja ini self reward buat kamu. Kamu harus memanjakan diri kamu sendiri," balas Sofia sambil tetap fokus mengoleskan entah apa saja ke wajahnya."Kamu kok bisa kenal sama dokter Irfan?" tanyanya penasaran."Dia pernah jadi dosen tamu di kampusku."Luna ingin sekali bertanya lebih banyak, namun urung karena ponselnya berbunyi. Irfan mengiri
Desi Olivia bukannya tidak menyayangi Renata dengan tidak mengunjungi putri semata wayangnya itu hingga detik ini. Dia hanya sedang melindungi dirinya sendiri dari hujatan tetangga sekitar dan kumpulan ibu sosialita yang selama ini baik terhadapnya, sebelum rahasia Renata dibongkar oleh asisten Ageng Wisnuwardhana.Setiap kali Desi berniat untuk mengunjungi Renata, para wartawan entah kenapa sudah menunggunya di depan gerbang rumah. Resiko karena mereka memiliki masalah dengan salah satu keluarga tersohor di negeri ini."Brengsek! Di mana sih Mas Tomy? Di saat-saat kayak gini, dia malah ngilang entah kemana," makinya ketika nomer ponsel suaminya malah tidak aktif.Dia berjalan mondar-mandir di kamarnya, sesekali mengintip para wartawan yang masih duduk-duduk di depan gerbang dengan kamera siap membidik."Ck, kalo tahu kayak gini akhirnya, aku nggak bakalan setuju sama ide gila Mas Tomy. Sekarang nama baik Renata udah hancur. Kenapa juga sih, mereka pake ngerekam aktivitas begituan seg
Luna syok bukan main begitu menyadari apa yang telah dia lakukan. Dia sedang emosi, entah kenapa dia begitu marah ketika melihat Kalingga. Padahal sebelumnya, dia begitu merindukan lelaki itu dan tidak ingin jauh dari Kalingga."Apa yang telah aku lakukan?" gumamnya dengan mata membelalak. Dadanya berdebar tak karuan."Kamu juga bilang kalau pernikahan itu membelenggumu. Wajar aja dia pergi. Sesuai dengan keinginan kamu kan?"Luna cepat-cepat menggeleng. "Nggak, aku nggak ada maksud apa-apa bilang gitu. Aku nggak menyuruh dia pergi. Aku cuma lagi emosi....rasanya aku pengen marah-marah. Sof, aku harus gimana?"Sofia mengedikkan bahu. "Mungkin memang sebaiknya kalian benar-benar berpisah, kan? Daripada menikah tapi saling menyakiti. Mending bercerai aja. Kalau memang jodoh, nggak akan kemana-mana.""Nggak! Aku nggak mau!" pekik Luna ketakutan. Perubahan Kalingga membuat hatinya luluh. Apalagi lelaki itu terlihat begitu bahagia ketika mengetahui bahwa dia tengah mengandung buah hati me
Luna menatap Kalingga yang langsung tersenyum begitu memasuki ruang rawat. Setelah Anjani pergi karena mendapatkan telepon dari seseorang, Luna terus memikirkan perkataan wanita itu.Kenapa semuanya menjadi rumit? Dia kira, masalah akan selesai begitu dia pergi dari keluarga Wisnuwardhana dan bercerai dari Kalingga. Dia bisa menjalani hidup dengan tenang bersama Nathan. Mungkin dia akan sendiri dulu, tidak mau memikirkan tentang pendamping hidup.Tapi pada kenyataannya, masalah yang rumit dan melibatkan banyak orang ini ternyata justru bersumber dari dirinya sendiri. Kalau dia tidak "dibuang" di negara ini, maka tidak akan ada kecelakaan yang merenggut nyawa ayah angkatnya, tidak ada pernikahan, dan tidak ada masalah besar karena ayah kandungnya yang tidak terima dengan keluarga Wisnuwardhana."Lagi ngelamun apa?"Luna menatap pria yang sampai detik ini masih berstatus sebagai suaminya."Aku nggak tahu kenapa tiba-tiba kamu berubah. Padahal pagi itu, kamu benar-benar kelihatan muak ba
"Ck! Bisa nggak sih nggak usah pake acara nyeret-nyeret segala? Kamu kira aku tawanan? Sakit tahu!" bentak Sofia ketika Kalingga terus menyeretnya menuju ke taman rumah sakit.Sofia langsung menghempaskan cekalan Kalingga sambil memelototinya dengan wajah geram."Kamu bilang tadi Luna kenalan sama cowok bule. Namanya siapa?" tanya Kalingga tanpa basa-basi, tak menghiraukan wajah sinis Sofia."Buat apa kamu mau tahu nama cowok itu? Mau kamu hajar? Nggak usah sok cemburu ya. Kemarin-kemarin kamu nempel-nempel sama Renata, memangnya mikir perasaan Luna gitu?"Kalingga berdecak sambil mengibaskan tangan. Dia tidak ada waktu untuk meladeni drama yang diciptakan oleh Sofia. Kondisinya sedang genting."Apa cowok bule itu...pake aksen Rusia? Dia ngomong pake bahasa apa? Wajah-wajahnya kayak orang Rusia bukan?" cecar Kalingga.Sofia tertegun mendengar pertanyaan Kalingga. Kening gadis itu berkerut. "Gimana kamu bisa tahu?"Kalingga buru-buru mengambil ponselnya di saku celana dan membuka galer
Luna membuka mulutnya, lalu menutupnya kembali. Tidak tahu harus menjawab apa. Dia sendiri tidak pernah bertemu dengan ayah kandungnya, bagaimana bisa dia diminta untuk membujuk pria itu?Dari cerita Nathan saja dia sudah bisa menyimpulkan bahwa ayah kandungnya bukanlah seorang pria baik hati yang penyayang. Noah Wilson tega membuangnya sejak dia berusia 4 tahun, demi Tuhan!Apalagi yang bisa disematkan pada nama pria itu selain brengsek dan bajingan? Mana ada seorang ayah kandung yang tega membuang putrinya sendiri dengan alasan yang entah apapun itu?"Kak, perlu kamu tahu. Aku sendiri baru tahu kalau aku bukan anak kandung ayah sama ibuku yang udah meninggal. Bahkan aku sendiri masih antara percaya dan tidak waktu Nathan bilang kalau aku adalah adiknya yang selama ini hilang. Aku benar-benar nggak ngerti apa-apa, apalagi soal perusahaan kalian atau apapun itu," jelas Luna.Wajah Anjani terlihat kecewa sekaligus putus asa. Luna sebenarnya tidak tega melihatnya, tapi dia sendiri juga
Luna terbangun karena suara ribut di sekitarnya. Dia mendengar Sofia membentak-bentak seseorang. Matanya terbuka dan hidungnya mencium bau khas rumah sakit. "Biarin dia ngomong sama Luna. Kamu ikut aku. Ada hal penting yang harus kita bicarakan." Suara Kalingga terdengar tegas.Pria itu menyeret Sofia keluar dari ruangan dan meninggalkannya sendirian bersama wanita yang tadi dilihatnya di hotel. Ada rasa tercubit di hatinya. Dia kecewa kenapa Kalingga seolah-olah lebih membela perempuan itu daripada dirinya.Apakah selama ini dia terlalu percaya diri hanya karena Kalingga tidak mau bercerai darinya setelah dia sembuh dari lumpuh? Dia terlalu terburu-buru mengambil kesimpulan. Perempuan muda seperti dirinya masih belum mengerti dengan pikiran kompleks orang dewasa. Di depan bilang maaf dan ingin memperbaiki kesalahan, tapi di belakang masih memiliki hubungan dengan wanita lain."Hai, kamu Luna kan? Akhirnya kita bertemu juga," ucap wanita itu sambil tersenyum.Tanpa sadar Luna menata
Luna sangat menyesal kenapa dia menolak tawaran kakaknya untuk didampingi. Pikirnya, dia akan menghabiskan waktu lagi bersama Kalingga seperti ketika di rumah Rita tadi. Oh, berapa naifnya kamu, Luna.Laki-laki seumuran Kalingga tentulah memiliki banyak pengalaman soal wanita. Apalagi dengan kekayaan dan status keluarga Wisnuwardhana, tentu saja pria seperti Kalingga tidak akan hanya duduk diam menjaga diri agar tetap suci.Mereka hidup di kota metropolitan! Sudah menjadi hal yang biasa seorang eksekutif muda menghabiskan waktu dengan bersenang-senang di luar sana, bukan? Luna hanya sedang menghibur dirinya sendiri."Seharusnya aku tahu diri. Aku masih kecil. Tentu nggak cukup buat dia," gumamnya dengan suara bergetar sambil melangkah dengan cepat.Setelah ini, dia akan kembali menggugat cerai Kalingga. Alasannya bisa dipikirkan. Lalu dia akan meminta Nathan untuk kembali menyembunyikannya...."Sayang, aku bisa jelasin! Apa yang kamu lihat nggak seperti yang kamu pikirkan." Tiba-tiba
"Kak, kamu pake parfum apa sih? Kok nggak enak banget?" tanya Luna sambil menutup hidungnya.Nathan mencium ketiaknya. "Parfum seperti biasanya. Harum begini kok.""Nggak, baunya nggak enak banget!" Luna menghirup aroma itu dan mendekati Fajar yang duduk di sebelah Nathan yang sedang mengemudi. Perutnya langsung mual. "Ih, Mas Fajar bau banget! Kak, berhenti! Aku mau muntah!"Fajar melotot sambil mencium ketiaknya bergantian. "Nggak bau kok."Nathan menghentikan mobilnya di pinggir jalan, dan Luna langsung membuka pintu mobil sebelum muntah dengan hebat di tanah dekat trotoar."Perasaan Mas Fajar tetep wangi kayak biasanya deh. Luna aneh-aneh aja," kata Sofia sambil mendekati Fajar."Serius, Mbak? Tapi kok kata Luna saya bau?" Fajar langsung merasa insecure. Bayangkan saja, dikatai bau oleh seseorang yang disukainya tentu saja membuat Fajar langsung minder."Ck, nggak usah dengerin dia. Kamu tetep wangi kok."Sofia menyusul Luna yang masih muntah-muntah hingga lemas. Nathan memijit le
"Ini hasil tes DNA kamu sama ayah kita. Aku mengetesnya waktu kita di rumah sakit Jogja," ucap Nathan sambil menyerahkan hasil tes itu pada Luna."Jangan banyak gerak dulu napa? Bandel banget sih dibilangin?" sentak Sofia sambil menutulkan kapas yang sudah diberi alkohol pada luka-luka di wajah Nathan."Tidak usah mengobatiku! Sana pergi!" sentak Nathan balik sambil menatap Sofia tajam.Luna menatap interaksi mereka dengan heran. Kenapa dua orang itu terlihat seperti bermusuhan? Perasaan Sofia baru mengenal Nathan waktu di rumah sakit dulu.Mengedikkan bahu, dia membuka amplop berlogo rumah sakit di Jogjakarta dengan jantung berdebar. Dia sudah tahu wajah dari Noah Wilson dan Lena Andreeva, orangtua Nathan. Bahkan dia juga sudah melihat foto mereka berempat, di mana Luna waktu itu masih berusia 4 tahun dengan kalung berbandul tulisan namanya.Wajah Luna kecil memang mirip dengan Luna yang sekarang. Sama-sama bermata coklat seperti Lena. Berbeda dengan Nathan yang memiliki warna mata a