Kalingga seperti hilang kendali. Ini bukan pertama kalinya dia berhubungan badan dengan Luna, tapi kali ini berbeda. Selama dua bulan, dia hanya menganggap Luna sebagai pelampiasan atas amarahnya karena telah membuatnya terbelenggu oleh ikatan pernikahan yang tidak dia inginkan.Dia tidak pernah memperlakukan Luna dengan lembut. Menganggap Luna hanyalah boneka seks dan selalu membayangkan Renata setiap kali berhubungan.Tapi kini dia menyesal kenapa malah membayangkan Renata, karena ternyata Luna begitu seksi dan indah di matanya. Gadis itu membuatnya puas entah untuk yang keberapa kalinya. Dibandingkan dengan Renata, Luna jauh lebih cantik dan segar. Kenapa dia baru menyadarinya sekarang?"Mas Lingga..." rintih Luna di sela-sela gempurannya yang tanpa henti."Bagus. Sebut namaku terus. Hilangkan laki-laki sialan itu dari pikiranmu!"Dia tersenyum lebar ketika melihat banyaknya tanda merah di sekujur tubuh Luna. Sial! Apa sebenarnya yang telah dilakukan oleh gadis itu, bukan, wanita i
Luna terbangun dengan seluruh tubuh terasa pegal dan lemas. Apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhnya? Dia membuka mata dan tertegun ketika melihat langit-langit kamar yang terasa asing. Dia berada di mana?Tubuhnya bangkit hendak turun dari ranjang, namun selimut yang melorot menampakkan tubuhnya yang telanjang dengan banyak tanda merah di mana-mana."Ya Tuhan! Siapa yang melakukan ini padaku?" pekiknya tertahan.Buru-buru diraihnya gaun dan pakaian dalam yang berserakan di lantai. Ketika memakai pakaiannya, hidungnya mencium aroma parfum familiar di ruangan itu. Jantungnya berdegup kencang. Apa mereka kembali melakukan hubungan intim? Tapi kenapa dia tidak sadar?Tidak dipedulikannya suara orang bercakap-cakap di luar ruangan. Dia harus segera ke kamar mandi untuk membersihkan area intimnya yang terasa lengket dan tidak nyaman."Ck, semoga aku nggak kena penyakit," gumamnya. Selama dua tahun menjadi istri Kalingga, dia jadi sering menimba ilmu lewat internet karena tidak ada yang b
Luna langsung membuka pintu dan menghambur ke pelukan Sofia. Padahal mereka tidak bertemu selama seminggu, namun Luna merasa sangat rindu."Kok kamu di sini juga? Ini di mana sih?"Belum sempat Sofia menjawab, tiba-tiba tubuh Luna terasa lemas dan kepalanya sangat pusing."Eh? Lun!" teriak Sofia panik. "Pak! Mas! Ini Luna gimana? Tolong bantu angkat dia!"Beberapa saat kemudian, tubuh Luna diangkat dan dipindahkan entah ke mana. Dia memejamkan mata karena tubuhnya benar-benar kelelahan."Kamu siapa? Kok bisa Luna sama kamu? Terus dia kenapa bisa sampe lemes begini?" cecar Sofia beruntun.Kini tubuhnya berayun-ayun karena sepertinya dia dibawa berlari, sampai akhirnya masuk ke dalam lift."Saya pengawalnya," jawab Adit.Luna tidak begitu menyimak percakapan mereka karena dia mulai ketiduran. Seharusnya dia beristirahat setelah apa yang dia lalui bersama Kalingga."Oh, jadi kamu? Kenapa kamu mau aku datang ke sini? Kamu mau menculik Luna apa gimana?"Luna sedikit tersentak mendengar ter
Luna merasa mimpinya benar-benar gila. Tubuhnya terasa penuh dan sensasi yang selama dua bulan ini dirasakannya ketika bercinta dengan Kalingga membuatnya mendesah.Matanya sedikit terbuka, samar-samar dilihatnya tubuh besar di atas wajahnya. Apa dia sudah berubah menjadi perempuan mesum karena jus melon itu?"Jangan ditahan," perintah suara berat yang sudah dihafalnya.Karena merasa ini hanyalah mimpi, dia melingkarkan kakinya di pinggul laki-laki yang menjadi suaminya selama dua tahun ini."Kok kamu rasanya nyata banget?" tanyanya bingung.Sensasinya sama. Luna bahkan tidak segan-segan untuk menjerit ketika dia mencapai surganya sendiri. Tangannya meraba wajah Kalingga. Benar-benar tampan dan membuat jantungnya berdebar. "Kamu tampan sekali," gumamnya sambil sesekali memejamkan mata dan nafasnya terengah-engah. "Kenapa rasanya begitu nyata?"Luna tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Karena semua ini dia anggap mimpi, bibirnya mulai rakus menciumi wajah dan bibir pria itu. Kalingg
Keluarga Wisnuwardhana adalah keluarga konglomerat yang memiliki puluhan anak perusahaan yang tersebar di Indonesia dan beberapa negara tetangga. Siapapun yang menyandang nama Wisnuwardhana, maka orang-orang akan menghormatinya. Sepak terjang mereka dalam dunia bisnis sudah dilakukan sejak negara ini merdeka. Jadi, siapapun akan mengenal produk mereka.Kakek Ageng mengerti kenapa perempuan seperti Renata Hardian ingin masuk dan menyandang nama Wisnuwardhana. Wanita yang ingin menikmati hasil kerja keras keluarganya tanpa perlu bersusah payah dan dihormati oleh semua orang.Huh! Jangan mimpi!"Apalagi ulah Devi kali ini?" tanya Kakek Ageng pada kepala pelayan yang sangat dia percayai, karena keluarga Handoyo sudah turun temurun bekerja untuk keluarga Wisnuwardhana.Kepala pelayan bernama Purwo itu menceritakan semuanya tanpa terkecuali. Tangan Kakek Ageng terkepal dengan erat. Benar-benar menyesali keputusannya untuk memelihara parasit seperti Devi."Baik. Panggil Kalingga ke sini. Ja
"Kita mau ke mana sih Sof sebenarnya? Kenapa harus dandan heboh kayak gini?" keluh Luna setelah Sofia seharian ini membawanya ke salon dan butik untuk membeli gaun mahal.Setelah dia terbangun di apartemen milik Irfan yang tentu saja membuatnya terheran-heran, pria itu malah mengusirnya. Kalau boleh jujur, keluarga Wisnuwardhana itu banyak yang aneh. Kalingga dan Irfan contoh kecilnya.Bahkan Kakek Ageng pun aneh menurut Luna. Kenapa pria itu begitu antusias setelah melihatnya untuk pertama kali dua tahun yang lalu? Memangnya mereka pernah bertemu sebelumnya? Kurang logis pria tua itu tiba-tiba saja menjadi sangat baik padanya."Udah diem aja. Anggap aja ini self reward buat kamu. Kamu harus memanjakan diri kamu sendiri," balas Sofia sambil tetap fokus mengoleskan entah apa saja ke wajahnya."Kamu kok bisa kenal sama dokter Irfan?" tanyanya penasaran."Dia pernah jadi dosen tamu di kampusku."Luna ingin sekali bertanya lebih banyak, namun urung karena ponselnya berbunyi. Irfan mengiri
Hati Luna semakin gelisah begitu mobil semakin mendekati kantor BAS. Seandainya saja dia ingat bahwa malam ini adalah acara itu, dia akan kabur dan berpura-pura lupa. Tapi sayangnya, dia benar-benar tidak bisa lari kemana-mana karena Irfan ternyata ikut satu mobil dengannya.Luna merasa seperti dijebak. Pintu mobil langsung dikunci begitu dia masuk dan melihat Irfan duduk di kursi depan."Bisa nggak sih aku nggak usah ikut aja? Toh sebentar lagi aku dan Kalingga bercerai," pinta Luna dengan wajah gelisah."Kamu mau membuat Kakek Ageng kecewa? Setidaknya datanglah untuk dia." Irfan menoleh ke belakang. "Untuk yang terakhir kalinya."Luna menggigit bibir bawahnya. Ingin langsung kabur, tapi dia juga tidak enak pada Kakek Ageng yang telah baik padanya. Tapi jika dipikir-pikir lagi, seharusnya dia memiliki hak untuk menolak datang dan pergi dari keluarga itu tanpa pamit.Tapi sekali lagi, dia merasa tidak enak pada Kakek Ageng. Ketika pikirannya masih sibuk, mobil sudah berhenti di pelata
Kalau dulu Luna akan diam saja dan menangis, maka sekarang tidak lagi. Sudah cukup! Dia tidak mau diinjak-injak lagi. Apalagi setelah dia sekarang menyandang nama Bathara di belakang namanya. Belum lagi Ayah Erwin dan Elang yang selalu mendoktrinnya untuk menjadi wanita tangguh.Tidak akan ada lagi yang meremehkan Luna begitu mereka tahu statusnya sekarang. Bukan lagi wanita miskin yatim piatu yang lumpuh dan menjadi beban di keluarga Wisnuwardhana, melainkan anak dari Erwin Bathara. Seorang jenderal bintang tiga yang dihormati oleh banyak orang."Saya tidak menyangka bahwa seorang nyonya Wisnuwardhana ternyata tidak cukup berpendidikan ketika berbicara. Untuk ukuran nyonya dari keluarga konglomerat, anda seperti tidak pernah mengenal apa itu sopan santun dan adab," ucap Luna sambil mengangkat dagunya.Mata Bu Devi membelalak. "Apa kamu bilang? Dasar kurang ajar! Orang miskin seperti kamu berani melawanku, hah?"Luna tersenyum miring. "Selama ini saya hanya diam saja ketika anda terus
Baru kali ini Luna merasa malu bukan main. Wajahnya memerah sampai ke telinga. Dia terus menunduk dan enggan menatap ke arah Kalingga yang tengah menatapnya dengan senyum menggoda meskipun wajahnya mulai bengap.Jadi...jadi percintaan mereka itu bukanlah mimpi? Ternyata memang benar terjadi, namun Luna dengan bodohnya malah menganggap itu semua cuma mimpi. Dia menggigit bibir bawahnya karena malu luar biasa. Teringat betapa liar dan nakalnya dia terhadap tubuh Kalingga.Dia bahkan masih ingat betul dengan kata-kata kotor yang dia ucapkan ketika pria itu memasuki tubuhnya. Siapa sangka? Ternyata Luna diam-diam begitu nakal dan tak segan-segan untuk memuji barang berukuran ekstra itu..."Kamu tetap nggak bisa lagi menyentuh adikku. Aku melarangmu untuk mendekatinya lagi!" ucap Nathan untuk yang kesekian kalinya."Lho, kan Luna yang minta. Aku tadi cuma menuruti keinginan dia yang minta dipeluk sampai nangis-nangis semaleman. Ya aku turutin lah. Terus dia yang minta dikelo...""Mas Lingg
Luna tidak mengerti kenapa dia sangat merindukan Kalingga, padahal dia begitu membenci laki-laki itu. Dia tidak mau terus-terusan memikirkan pria bajingan yang telah menabrak ayahnya sampai meninggal, tapi hatinya tidak bisa berbohong.Semakin dia membenci Kalingga, semakin dia merasa rindu pada pria itu. Apakah dia termasuk masokis? Padahal Kalingga telah menghina dan merendahkannya."Mas Lingga...hiks...aku kangen," gumamnya di sela-sela mimpinya.Dia bermimpi bertemu dengan pria itu. Sejak kemarin malam setelah pulang dari mall, Luna terus menangis karena perasaan yang tidak dia mengerti. Rasanya rindu, tapi juga benci. Tapi dia ingin dipeluk oleh lelaki itu. Kenapa ribet sekali?Dalam mimpi itu, Kalingga begitu baik dan murah senyum. Berbeda sekali dengan aslinya yang dingin dan cuek. Benar-benar menyebalkan. Luna menyambut Kalingga versi mimpi dengan senang hati. Tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, karena dia bisa berbuat sesuka hati tanpa perlu dimarahi atau dibentak-bentak.Ke
Renata menggigil ketakutan mengingat sorot mata abu-abu dingin yang seakan-akan hendak membekukannya. Pria kaukasoid yang entah siapa tiba-tiba datang dan hanya mengucapkan beberapa kalimat, namun mampu meruntuhkan segala keangkuhan yang selama ini menjadi ciri khasnya."Semua perbuatan ada konsekuensinya. Tapi balasan yang kamu tanggung, akan berkali-kali lipat lebih menyakitkan..." Pria itu berucap, lalu mencondongkan tubuhnya. "Daripada sekedar goresan di lengan perempuan yang kamu anggap pengganggu."Brak!Renata memekik ketakutan sambil menutupi kepalanya. Dia meringkuk di pojokan sel. Setelah kedatangan pria berkulit putih itu, tiba-tiba saja Renata dipindahkan ke kamar lain yang lebih sempit dan hanya dihuni oleh dirinya dan satu orang lain.Satu orang napi dengan wajah dingin dan judes, seorang wanita yang lebih muda dari Renata, terlihat seperti ingin memakannya hidup-hidup."Seharusnya kamu menggunakan otakmu sebelum bertindak. Katanya kamu lulusan S2?" Wanita itu mendengkus
"Lebih cepat lagi bisa Ron?" tanya Kalingga tak sabar."Jalannya rame begini, Bos. Kalo nabrak, malah makin lama kejebak di sini," jawab Roni santai.Setelah mendapatkan peringatan dari Kakek Ageng, Kalingga tidak mau lagi menunda-nunda waktu untuk menjemput Luna.Ternyata, masalah yang mereka hadapi tidaklah sesederhana itu. Kelakuan Arjuna yang membuat Luna lumpuh dijadikan sebagai alasan oleh Ethan Wilson, keponakan Noah Wilson, untuk menyerang keluarga Wisnuwardhana."Sejak awal, Kakek tidak sesantai seperti yang kamu kira, Nak. Ada banyak harga yang harus kakek bayar untuk mempertahankan perusahaan yang kakek rintis dari nol. Termasuk mengasuh Luna. Tapi sayang, kakek terlalu sibuk dengan perkembangan pesat perusahaan, sampai-sampai kakek lalai terhadap Luna," ucap Kakek Ageng sebelum Kalingga menyusul Luna."Si Wahyu sama Firman udah ngasih kabar lagi belum? Laki-laki Rusia itu belum ketemu Luna kan?" tanya Kalingga dengan hati was-was.Mereka kini memasuki jalan tol. Roni menam
Kalingga langsung memasuki mobil karena sudah tidak sabar untuk segera menjemput perempuan muda yang semakin lama semakin memenuhi hati dan pikirannya.Sejak kepergian Luna setelah penyerangan Renata, Kalingga merasa hatinya terus saja gelisah. Dia sudah akan menyusul perempuan itu, tapi Irfan terus menghalanginya."Jika kamu nekat menemui Luna dan belum menyelesaikan masalahmu dengan Renata, maka seumur hidup mantan kekasihmu itu akan terus menjadi batu sandungan. Wanita bisa menghancurkanmu dengan fitnahnya, dan publik akan lebih percaya pada omongan perempuan."Kalingga mendadak takut. Sudah banyak kasus salah tangkap karena perempuan, padahal orang tersebut tidak mengenal si perempuan. "Sialan! Kenapa juga aku berhubungan dengan Renata dulu? Apes bener hidupku," maki Kalingga waktu itu.Terpaksa dia harus membiarkan Luna dibawa pergi darinya. Ditambah dengan penjelasan dari Kakek Ageng, sekarang Kalingga semakin tidak ingin melepaskan Luna. Bukan karena ada harta ayah kandung Lun
"Ampun! Ampuni aku! Tolong jangan lukai kakiku! Aku mohon! Mamaaaaaaa!"Jeritan Arjuna tidak membuat sosok tinggi besar bermata abu-abu itu berbelas kasihan sedikitpun. Wajahnya datar dan sorot matanya dingin. Sebelah tangannya memegang tongkat pemukul baseball dadi besi."Tolong jangan sakiti anak saya, Tuan. Anak saya nggak bersalah," mohon Sinta dengan air mata berderai.Wanita itu tidak berdaya karena sekujur tubuhnya babak belur dan wajahnya sudah tidak karuan bentuknya. Pengawal Kakek Ageng hanya berdiri diam mengamati, sama sekali tidak menolong dua orang yang dulu begitu jumawa karena menyandang nama belakang Wisnuwardhana."Kaki dibalas kaki. Mata dibalas mata. Kalian tertawa bahagia ketika Luna bersimbah darah tak berdaya dengan kedua kaki tak berfungsi," ucap sosok itu dingin."Aarrggghhhh!"Arjuna menjerit sekuat tenaga ketika tongkat besi itu kembali dipukulkan ke kedua pergelangan kakinya. Tulang-tulangnya patah dan darah keluar dari luka yang tercipta akibat hujaman ton
Berbicara mengenai Renata, wanita itu kini tampak menyedihkan dengan baju tahanan berwarna oranye. Setiap hari, dia terus mengumpati Luna, Kakek Ageng, dan Kalingga karena menggagalkan rencana yang sudah disusun matang.Harapannya untuk dibantu oleh Bagas agar secepatnya keluar dari sini pupus sudah, karena pria itu juga ikut ditangkap. Pengacara yang dikirimkan oleh ayahnya pun tidak becus untuk membebaskannya dari sini."Ada bukti dan saksi mata yang memberatkan mu. Selain itu, di tubuh Luna ternyata dipasang kamera tersembunyi yang merekam semua percakapan dan perbuatanmu di toilet perusahaan. CCTV kantor juga menangkap keberadaanmu di sana setelah Luna masuk ke toilet dan keluar dalam keadaan tak sadarkan diri di gendongan Bagas. Kamu ceroboh, Renata."Perkataan pengacara itu masih terus terngiang di telinganya. Dia terlalu gegabah dan terburu-buru, padahal seharusnya dia tidak perlu ikut campur. Cukup Bagas saja yang mengeksekusi, dan dia tetap bersikap manis di depan Kalingga.T
Luna menerima panggilan dari nomor asing yang ada di ponsel yang masih terlihat baru. Dengan ragu mendekatkan ponsel itu ke telinganya."Halo?"[Mbak Luna? Saya Cokro, pengacara keluarga Bapak Erwin. Mau memberitahu soal perkembangan gugatan cerai mbak ke Pak Kalingga Wisnuwardhana.]"Eh? Iya, Pak Cokro. Jadi gimana?" tanya Luna penasaran. Dia sudah mengenal Pak Cokro, dan semakin akrab setelah proses adopsi yang dilakukan oleh ayah Erwin.[Begini, Mbak. Gugatan Mbak Luna ditolak oleh hakim karena bukti-bukti perselingkuhan Pak Kalingga bisa dipatahkan oleh pengacara Pak Kalingga. Suami anda tidak terbukti berselingkuh.]"Apa? Ya nggak bisa gitu dong! Udah jelas-jelas dia menghamili Renata terus nikahin perempuan itu. Kok bisa bukti sejelas itu malah ditolak sama hakim?"[Ya karena memang buktinya tidak valid, Mbak. Selain tuduhan berselingkuh, tidak ada alasan lain untuk menggugat Pak Kalingga, karena selama ini beliau memenuhi kebutuhan lahir dan batin anda serta tidak pernah melaku
"Mbak Rita kemana, Bu?" tanya Luna ketika tidak mendapati siapapun saat keluar dari kamar sehabis sarapan.Nathan terpaksa harus kembali ke ibukota karena banyaknya pekerjaan yang menuntut kehadirannya, sedangkan Teguh sibuk melapor lewat telepon kepada atasannya."Panggil Mbok Tini aja, Mbak. Non Rita masih ke minimarket beli susunya Axel," jawab Mbok Tini, perempuan yang Luna kira ibunya Rita.Luna meregangkan tangannya dan menghirup udara segar yang terasa menyejukkan."Ini daerah mana ya, Mbok? Kok masih adem dan seger gitu udaranya.""Batu, Mbak. Di sini memang agak jauh dari kota, jadi nggak terlalu rame. Tapi kalau mau beli sesuatu atau makanan, banyak yang jualan kok di depan gang. Jaman sekarang, semua orang jadi ikut-ikutan jualan. Maklum, banyak yang kena PHK gara-gara covid dulu," jelas Mbok Tini sambil terus mengawasi Axel yang asyik bermain tanah di depan teras.Luna manggut-manggut. Memang benar apa yang dikatakan oleh wanita seumuran Bu Citra itu. Jaman sekarang, menca