WUUUUUSJari telunjuk mbok Rah yang menekan pusar boneka itu terlihat mengeluarkan asap, mbok Rah terkejut, matanya melotot, rahangnya mengeras, andai mbok Rah masih punya gigi, mungkin gigi itu gemeletuk.Di rumah ustad,Ustad terus saja membaca doa-doa, nampak sekali ustad kewalahan, karena tubuh Darto terus bergerak kelojotan, tubuh sang ustad nampak bergetar, baju kokonya sampai basah oleh keringat, dengan terus saja menugcapkan doa sampai dengan teriak-teriak, seperti sedang berperang dengan kekuatan tak kasat mata,Mbok Rah di kamarnya masih dalam posisi yang sama, jari-jari berusaha menekan pusar boneka dengan kuat, samapi otot jari hingga leher bertonjolan,AAAAAAHHHHHMbok Rah berteriak saat dia berusaha menekan pusar boneka dengan kuat, tiba-tiba jari telunjuknya terasa sakit, ada sensasi terbakar dirasakannya, tubuhnya seperti tersetrum ribuan watt, hingga tubuhnya terjengkang,BUKKK“Bangsat, bagaimana bisa seperti itu!” geram mbok Rah, nafasnya ngos-ngosan, keringat sudah
BYARRRRMata Darto terbuka, matanya melotot hingga seperti akan keluar dari tempatnya, Ustad dan Ninik terjengit, sama-sama juga membelalakkan matanya demi melihat ekspresi Darto, hati mereka berdua ustad dan Ninik berdebar-debar menunggu apa yang akan terjadi dengan Darto.“Bi ... “ Ninik memberanikan diri, hatinya sedikit bergetar, hingga bibirnya ikut bergetar tangannya menggenggam tangan Darto, di elusnya punggung tangan Darto, tindakan tersebut membuat Darto sedikit tenang,“Ada apa Humai?” ujar Darto dengan suara lemas, kemudian Darto membenarkan duduknya hingga terasa nyaman, matanya berkedip dan terbuka normal seperti biasanya, hati Ninik dan Ustad menjadi lega.“Apa Habi tidak ingat kejadian tadi?” tanya Ninik pelan-pelanASTAGHFIRULLAHHALADZYMSeru Darto, sambil berjingkat“Kita di mana Humai, bukankah kita ada di rumah Ustad” seru Darto lagi,“Iya Bi, kita lagi ada di rumah ustad, kan Habi ada perlu sama ustad” ingat Ninik menepuk-nepuk punggung tangan Dadrto,“Iya dek Dar
ASTAGHFIRULLAHHALADZIMSeru Darto agak keras dengan mata melebar, membuat Ninik juga ikutan kaget.“Ada apa Bi ... ?” seru Ninik juga ikutan membulatkan mata memandang suaminya yang mendelik itu,Darto terlihat celingukan, tangannya terus meraba-raba semua saku yang ada, di saku celana belakang, bagian depan, tangannya terlihat meraba-raba dengan panik, terlihat sangat bingung, kemudian dia mencondongkan tubuhnya pada Ninik, kemudian berbisik ke telinga Ninik,“Dompet Habi nggak ada ... “ suaranya pelan dan parau, pertanda sedang panik“Ha ... “ Ninik juga terkejut,“Apa humai ada bawa dompet ... ?” tanya Darto sedikit ragu, sebab, terlihat istrinya itu dari tadi tidak membawa apapun,“Hehehehe ... nggak Bi” sahut Ninik menggeleng, sambil terkekeh lirih,“Waduh, gimana ya Hum ... “ tanya Darto sedikit bingung dengna situasi yang dialaminya.“Seandainya kita bawa dompet, seharusnya kita bisa kasih KTP untuk jaminan Humai” ujar Darto dengan suara sedikit berbisik.“Hihihihi, memang bisa
“Begini saja, bagaimana kalau Mas Darto sebagai jaminan ... “ ujar Soima menatap Darto, dengan tatapan licik dan penuh hasrat saat memandang Darto, senyumnya menyeringai, terlihat sekali kalau dia sedang menginginkan Darto, Yah dulu saat masih sekolah dan berteman dengan Darmi adik Darto, dia sudah naksir sama Darto, dia mendekati Darto lewat Darmi, saat itu Darto masih merintis usaha, belum sebesar sekarang, tapi nampaknya Darto tak menggubris semua cewek yang mencoba mendekatinya, dia fokus mengembangkan usahanya, sehingga dia mundur, tapi kini dia bisa bertemu dengan Darto lagi adalah rizky dan kesempatan yang tak boleh disia-siakan, walaupun sekarang ada wanita disampingnya, dia tidak perduli, Sedangkan Ninik dan Darto sontak matanya membulat, dada Ninik bergemuruh, rasanya ingin meledak, ingin dia mencakar wajah gadis genit ini, “Apa maksud mbak” tanya Ninik dengan geram, wajahnya terlihat gusar, nampak emosinya sudah hampir meledak, “Saya nggak minta aneh-aneh” ujar Soimah de
Brodin benar-benar diliputi amarah melihat keganjenan istrinya, hati laki-laki mana yang rela istrinya menginginkan laki-laki lain, istrinya itu memang punya karakter genit, tapi tidak sampai terang-terangan meminta seorang laki-laki untuk menemaninya, itu sungguh memalukan dan melukai harga dirinya sebagai seorang laki-laki,Darto menggandeng tangan istrinya dengan erat, kemudian pelan-pelan meninggalkan lokasi keributan itu, dia bukan hendak melarikan diri dari tanggung jawab, sesampai dirumah nanti dia akan mengambil uang dan menyelesaikan masalahnya, Ninik yang digeret suaminya menurut saja, kemudian mereka segera menstarter motornya, lalu segera pergi dari area situ, sedangkan mereka yang sedang ribut tidak menyadari kedua orang itu sudah tidak ada ditempat,Darto dan Ninik tidak berbicara apapun selam dalam perjalanan pulang, mungkin masih shyok dengan kejadian yang mencekam tadi, bagaimana seandainya mereka keinginan Soimah tercapai tadi, hiii, tidak bisa dibayagkan,Ssesampain
Sambil merebahkan dirinya mbok Rah terkenang masa lalunya, di sebuah dusun yang terpencil, di sebuah lereng gunung B, seorang gadis yang bernama Rahayu, yang sekarang di panggil mbok Rah, waktu itu dia masih muda, umur enam belas tahun, dia tinggal hanya dengan ibunya, ayahnya meninggal sejak dia usia delapan tahun, kehidupannya bahagia, ibunya sangat menyayanginya, walau terbilang miskin, tapi bersyukur, ayahnya meninggalkan sepetak sawah, yang cukup untuk kehidupan mereka, dan juga sebuah rumah kecil berdinding gedek atau anyaman bambu, di belakang rumah di tanami sayuran dan berternak bebek dan ayam, hari-harinya berjalan damai, hingga suatu ketika, saat ibunya tidak ada karena sedang di sawah, dan dia sedang memberi makan bebek dan ayamnya di belakang rumah, tiba-tiba mulutnya di bekap seseorang, tubuh kurus Rahayu diseret di semak-semak, tentu saja rahayu memberontak, dia sekuat tenaga melepaskan diri dari bekapan orang itu, tapi adalah daya, tenaga orang itu begitu sangat kuat,
Ya Gusti, Rahayu kaget dan terperanjat, matanya melotot, tangannya yang membawa baki terlihat bergetar, hingga isi dalam gelas di atas baki yang di bawanya tumpah sebagian, dahinya mengeluarkan keringat besar-besar, "Ma, ma, Mmm" Rahayu gagap, dia hendak mengatakan maaf, karena minuman yang akan dihidangkan sedikit tumpah, Ibu Rahayu tersenyum maklum, "Nggak usah takut nduk, ini pak Brengos," ujar ibu Rahayu sedikit terkekeh, Sedangkan sang tamu memelengkan wajahnya, menatap Rahayu dengan tajam, ada seringai licik di matanya, "Hehehe, iyak, iyak, iyak, hehehe" sang tamu terkekeh sambil memelintir kumisnya manggut-manggutRahayu ngeri mendengar kekehan pak Brengos, seperti suara lolongan srigala di malam hari, sangat giris dan horor, bulu kuduk sampai berdiri, Rahayu tidak dapat lagi menguasai rasa takutnya. PRANG Baki terlepas dari tangan Rahayu, ibunya yang terkejut hanya menatapnya heran ... tangannya mengulur menepuk-nepuk pundak Rahayu. "Mbok Rah, mbok Rah, mbok Rah" Susi
Tiba-tiba mbok Rah muncul dengan nenteng buntelan, Darto dan Ninik terkejut, sontak mendongak, keduanya segera berdiri, keningnya mengerut, ada apa dengan mbok Rah, tiba-tiba ingin pulang, awal datang dulu Ninik menawarkan mengantar pulang kampungnya, tapi mbok Rah menolak, ingin tinggal disini sementara, "Eh Mbok Rah mau balik desakah? " tanya Ninik sambil mengernyit, "iya mbak," sahut mbok Rah menundukkan kepala,"Apa ada sesuatu Mbok, hingga ingin pulang?" tanya Ninik penasaran."nggak Mbak, mbok rindu keluarga di kampung" sahutnya mbok Rah,Ninik sejenak terpekur, tidak ada hal yang membuatnya berat, karena selama ini juga tidaklah terlalu dekat, dan yang paling tidak bisa di tahan kalau orang sudah beralasan rindu, maka tidak ada yang bisa menghalangi, kata Dylan di film Dylan bahwa Rindu itu berat, eh kog nglantur di film-film segala,"Mmmm tunggu ya mbok" ujar Ninik berlalu masuk kamar, sesaat kemudian sudah muncul lagi "Mbok Rah, ini, terima ya, mohon maaf, mungkin selama
Mereka melihat di depan ada seorang nenek dengan berkebaya kuno dan memakai jarik, yang berjalan tenang menyeberang jalan. Yai Sepuh menyipitkan matanya mengamati orang itu, sedetik kemudian matanya melebar, dadanya berdebar-debar. "Mungkinkah dia,?” batin yai Sepuh "Mbok Rah! " "Rah! " Darto dan yai sepuh berseru bersamaan. Darto kaget dengan seruan yai sepuh, demikian juga yai sepuh terkejut dengan seruan Darto, sontak mereka saling memandang "Kamu mengenalnya nak Darto?" "Ysi Sepuh mengenalnya? " Darto dan yai sepuh saling bertanya bersamaan "Ingeh yai beliau ikut dirumah kami beberapa bulan, kamarnya yang kita temukan botol keramat itu yai" Darto menjelaskan sedangkan yai sepuh manggut-manggut, sambil mengelus-elus janggutnya, sedetik kemudian mereka saling bertatapan dengan mata membulat, "Kita harus menangkapnya!" teriak mereka Darto dan yai sepuh bersamaan, Tanpa komando mereka berdua segera melompat keluar dari mobil dan berlari mengejar orang yang di maksud, me
“LEMPAR...,” suaranya melengking tinggi, tapi tertelan suara ombak yang menderu-deru, meski demikian ustad Reyhan yang memegang botol sangat sigap, segera dia melempar botol itu, tepat saat percikan air laut sudah menghantam bibir batu karang tempat mereka berpijak, ombak itu seperti makhluk laut yang sangat besar dan mengerikan “ALLAHUAKBAR...,” teriak guru dan murid itu bersamaan. SWING... CLUNG Botol itu terlempar tepat di tengah ceruk omba, yai Sepuh dan ustad yang lain berdiri kokoh di bibir tebing, sarung mereka berkibar kibar, di tengah suara ombak yang menderu-deru, masih dengan posisi yang sama ombak itu seakan hendak mencaplok mereka, puncak ombak itu bertahan di atas kepala mereka tapi seolah ada yang manahan, ustad Daru mengalunkan adzan dengan nada yang indah, sedangkan yang lain memejamkan mata dan mendengar dengan khidmat, tidak mempedulikan sekitar dimana alam seolah sedang bergejolak, “......LAA ILAAHA ILLALLAAH” ustad Danu menyelesaikan adzan dan segera menengadah
"Botol itu, botol itu, botol itu," gagap ustad Reihan sambil jarinya menunjuk di tempat botol itu diletakkan,HA...!Semua orang dalam mobil itu tersentak, matanya membelalak, mulutnya melongo, Tak terkecuali Darto sangat terkejut, hatinnya sungguh tergetar, dia takut, kalau-kalau botol itu hilang, lalau terjatuh di tangan orang jahat, atau botol itu pecah lalu penghuninya bebas bergentayangan, dia jadi ngeri, bagaimana dengan nasibnya. ‘Astaghfirullahhaladzim, kalian itu diuji sedikit saja sudah melupakan Allah, kita pasrahkan dan minta sama Allah, ingat tak selembar daun jatuh tanpa seijin Allah, dan apabila botol itu benar-benar hilang, itu berarti memang seijin Allah, mari kita berdoa dan berikhtiar, tenangkan hati kalian, ayo kita cari dengan tenang, karena saat kita panik atau marah, setan menutup mata kita,” tutur yai Sepuh tenang dan bijak, ASTAGHFIRULLAHHAADZYM Seru semua orang itu bersamaan, kemudian dengan tanpa komando mereka semua mengatur nafas agar lebih tenang, “A
DUARRRR ASTAGFIRULLAHAADZIM ... ALLAHUAKBAR seru semua penumpang mobil Mobil bergetar hebat, Darto yang memegang kemudi sampai tangannya terasa kesemutan, Spontan Darto menginjak rem, Ciiiiiiiiit BRUAKKK BRAK BRAK Darto dan semua penumpang saling berpandangan, mata mereka tampak terkejut, "Bagaimana ini Yai sepuh?" tanya Darto dengan suara bergetar, hatinya masih berdebar karena kaget, sedangkan penumpang yang lain hanya terdiam, semua nampak tegang, yah nampaknya sedang terjadi tabrakan beruntun, "Sabar dulu, kita diam dulu, anak-anakku, mari kita berdoa sama-sama, mohon petunjuk dan perlindungan sama Allah SWT, agar kita deberi jalan keluar yang terbaik" titah Yai sepuh pada semua yang ada dalam mobil, "Siap Yai, laksanakan dawuh" serempak para ustad murid Yai Sepuh menjawab, Yai sepuh segera melaksanakan sholat sunah dalam mobil, diikuti oleh para santrinya itu, tak terkecualli Darto, seusai sholat Yai Sepuh memanjatkan doa, suasana namapak hening dan mencekam, nyaris tid
PRUANGSemua tersentakASTAGHFIRULLAHHAADZIMSeru mereka semua bersamaan dan menoleh kearah sumber suara, dan tanpa komando mereka semua menuju ke arah sumber suara itu, betapa terkejutnya mereka dengan apa yang, terjadiUstad Danu sedang terpaku melihat pecahan beling dengan kuah yang berserakan di lantai, sementara Susi berjongkok memunguti pecahan beling,“Ya ampun mbak Susi, kenapa, apa mbak Susi, kurang enak badan ...?” seru Ninik khawatir, ikutan jongkok, dia melihat wajah Susi pucat, bahkan dilihatnya tangannya bergetar,“Eh, oh, nggak mbak Ninik, sa ... sa ... sa ....” Susi gugup hingga sulit menyelesaikan kata-katanya.Dalam hati Susi sangat malu sekali dengan kejadian itu, tanpa mereka ketahui dalam hati Susi sangat merutuki kecerobohannya sendiri, hanya karena tadi tanpa sengaja berpapasan dengan ustad Danu yang keluar dari kamar kecil, dia jadi gugup, dadanya berdetak dengan kencang, entah masih shok dengan kejadian waktu adegan pusaka atau hal lain, yang jelas dia begitu
Yai Sepuh melihat gelagat Darto, dia bisa memahami gestur Darto yang salah tingkah,“Hmm, baiklah, saya akan bicara berdua dengan nak Darto,” ujar Yai Sepuh, sontak membuat tim rukyah mengernyitkan dahi, tapi mereka sangat percaya Yai Sepuh punya perhitungan dan alasan sendiri,“Apakah kita bisa bicara berdua Nak Darto, bisa kita disiapkan kamar?” lanjut Yai Sepuh,“Baik Yai, mari ikut saya” ujar Darto, dia sedikit terkejut dengan manuver Yai sepuh, seolah tahu apa yang diresahkan olehnya,Segera Yai Sepuh mengikuti langkah Darto menuju mushola keluarga yang, dan segera menutup pintunya, kemudian mereka bersila berhadapan,“Dek Darto, aku tahu, kamu mengenal wanita dalam lukisan itu bukan?” tanya yai Sepuh lembut tanpa penekanan, dia ingin Darto terbuka dengan suka rela,“I_ya Yai ... “ jawab Darto gagap sambil menunduk, ada perasaan campur aduk, dia malu sekali mengingat masa gelap itu“Apa hubungannya denganmu?” cecar Yai Sepuh lagi, tetap dengan mode lembut.“saya, saya ... “ Darto
Ustad Mamad terlihat menggerakkan tangannya ke arah kanvas, dengan mata tertutup ustad Mamad meraih cat dengan kuasnya, kemudian menyapukan kuas dengan gerakan yang cepat, gerakan mengambil cat lalu menyapukkan diatas kanvas terlihat seperti sedang menari-nari, sesekali ustad Mamad berhenti sejenak, kepalanya meleng-meleng, kemudian melanjutkan lagi lukisannya,Ustad Mamad terus saja beraksi, sketsa wajah sudah mulai nampak, walau belum selesai sepenuhnya, semua yang ada disitu sudah dapat menganalisa wajah itu, rambut setengah pirang, wajah oval dengan mata belok, bibir menawan, tinggal sentuhan terakhir gar lebih jelas siapa sosok itu, tiba-tiba ....UGH, AAAA, UGH, Usdat Mamad gerakannya terhenti, tangannya yang memegang kuas seakan ada yang menahannya, ustad Mamad berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tak terlihat itu, dia harus segera menyelesaikan tugasnya, tapi cengkeraman ghoib itu begitu kuat, Yai sepuh dan tim yang melihat itu tanpa komando, segera membentuk formasi mel
AAAAAAAAAAAAA Susi yang masih dalam posisi terduduk karena tabrakan dengan ustad Reihan tadi berteriak kencang, kedua telapak tangannya menutup wajahnya dengan menunduk, Ustad Danu dan ustad Reihan menoleh kearah Susi, dengan sorot mata penuh tanya, "Mbak ... mbak kenapa?" tanya ustad Reihan pada Susi, "itu ... itu...." Susi masih menutup wajahnya menunjuk-nunjuk ustad Danu yang masih dengan posisi berdiri dan membentangkan kain sarung menampung botol itu, Sontak ustad Reihan melihat apa yang ditunjuk oleh Susi, seketika matanya membulat, BUAHHHHHHHHHH HHHHHHH HHHHHH Ustad Reihan tertawa terbahak-bahak, sampai memegang perutnya, dia tidak berkata-kata apapun, hanya jarinya menunjuk-nunjuk dengna tertawa terbahak. Ustad Danu penasaran dengan apa yang bikin ustad Reihan tertawa lepas dan terbahak-bahak seperti itu, matanya mengikuti apa yang ditunjuk oleh ustad Reihan dan Susi, seketika matanya membulat, wajahnya memerah, senyumnya kecil tersipu-sipu, segera dia berseimpuh denga
Ustad Danu ikutan berjongkok dan melongok ke bawah ranjang, matanya seketika melebar, dan kemuidan menyipit untuk menajamkan penglihatannya, dilihatnya sebuah benda seperti botol kuno, dengan bodi botol bulat di bawah, kemudian lehernya panjang, dengan tutup seperti kain yang dibulatkan dan diikat seperti buntelan kecil untuk bisa menutup botol itu,Uastad Reihan segera meraih benda itu, setelah tergenggam oleh tangan, dia membawanya dengan hati-hati, kemudian benda itu di dekatkan kewajahnya, diamati benda unik itu, demikian juga dengan ustad Danu yang juga berjongkok dihadapannya ikut mengamati, wajah mereka berdua nampak serius, kening berkerut-kerut, nampak berpikir keras,Benda itu berbentuk botol dengan leher yang panjang, dan transparan, setelah diamati tidak tampak sesutatu yang aneh, tidak ada isinya, hanya sebuah botol kosong yang usang, tapi tidak bagi mereka, mereka tahu itu botol apa, fungsinya apa, tapi sayang ilmu mereka belum cukup untuk bisa mendeteksi, atau mengetah