Mbok Rah meraih botol air mineral, di bukanya tutup botol, mulutnya berkomat-kamit, memberi jampi-jampi pada air itu untuk di percikkan ke muka Susi, dengan begitu Susi akan bangun,KRIET“Eh copot ... “ teriak mbok Rah kaget, bersamaan pintu terbuka, matanya melotot dan jantungnya berdebar-debar. Botol air mineral itu sampai terlepas,“Mbok Rah ... Susi kenapa?” Ninikkaget saat membuka pintu, sontak bertanya dengan khawatir, matanya membulat begitu melihat Susi tergeletak di lantai kamar mbok Rah,Ninik sebenarnya sedang mencari Susi, karena biasanya Susi sibuk di dapur membantu dirinya mempersiapkan makan malam, tapi ditunggu beberapa saat Susi tidak juga muncul, sehingga dia berinisiatif mencarinya di kamar, tapi saat di buka kamar Susi, kosong tidak ada orang, akhirnya dia mencari di kamar mbok Rah, betapa terkejutnya saat pintu dibukanya, dilihat Susi tergeletak, dan sesaat dia mencium bau aneh di ruangan mbok Rah itu, tapi dia mengabaikan kondisi itu, Ninik lebih khawatir keadaa
Darto juga mengerutkan keningnya, dia juga setuju dengan kata istrinya, suara itu datangnya dari dalam,Keduanay saling pandang, tanpa kata mereka seolah punya pikiran yang sama, sesaat kemudian keduanya membulatkan mata, tanpa aba-aba, sontak keduanya dengan kompak membuka pintu dan menghambur kembali ke dalam rumah,Sampai di dalam rumah Darto berjalan mengendap, Ninik mengekor di belakang, Darto mengamati sekeliling, tapi ternyata tidak ada sesuatupun yang mencurigakan,“Alhamdulillah tidak ada apapun humai” ujar Darto nyaris berbisik“iya Bi, kalau ada apa-apa tentunya mbok Rah dan Susi jadi heboh, keliahtannya Susi istirahatya tenang, syukurlah” ujar Ninik, Darto manggut-manggut mengerti,“Kalau begitu ayuk kita segera pergi ke rumah ustad” ajak Darto segera menggamit tangan Ninik, mereka berduapun segera melangkah pergi,Sementara itu di dalam kamar Susi,“Mbok Rah, suara apa itu kog seperti petasan besar meletus” tanya Susi yang tadi sempat kaget juga mendengar suara menggeleg
Kenapa Mbok Rah tidak takut Susi bangun?, ternyata tadi dimakanan Susi, mbok Rah telah memberi obat tidur, agar aksi ritualnya kali ini tidak terganggu,Mbok Rah kembali fokus pada boneka, setelah menekan pusar boneka, diangakat kembali boneka itu, kemudian di gerak-gerakkan di atas bara arang itu, tanggannya nampak bergetar saat memegang boneka, mulutnya komat-kamit sesekali mendesis dan bergumam tidak jelas apa yang digumamkan,Sementara itu, Darto dan Ninik sudah berbincang-bincang dengan Ustad dan istrinya, percakapan semula seputar tentang pekerjaan Darto dan pengalaman Ustad saat pergi dan menimba ilmu kembali di pondok gurunya,“Dek Darto, katanay ada yang hendak di tanyakan tentang sesuatu hal ... “ tanya Ustad tiba-tiba mengalihkan topik dan mengingatkan Darto tentang tutjuannya menemuinya,“Ah iya ustad, sampai ngelantur kemana-mana, begini Ustad ... saya khan orang awam, saya mengalami hal-hal ganjil di rumah, saya minta tolong Ustad dapat membantu mencari solusi tentang ha
WUUUUUSJari telunjuk mbok Rah yang menekan pusar boneka itu terlihat mengeluarkan asap, mbok Rah terkejut, matanya melotot, rahangnya mengeras, andai mbok Rah masih punya gigi, mungkin gigi itu gemeletuk.Di rumah ustad,Ustad terus saja membaca doa-doa, nampak sekali ustad kewalahan, karena tubuh Darto terus bergerak kelojotan, tubuh sang ustad nampak bergetar, baju kokonya sampai basah oleh keringat, dengan terus saja menugcapkan doa sampai dengan teriak-teriak, seperti sedang berperang dengan kekuatan tak kasat mata,Mbok Rah di kamarnya masih dalam posisi yang sama, jari-jari berusaha menekan pusar boneka dengan kuat, samapi otot jari hingga leher bertonjolan,AAAAAAHHHHHMbok Rah berteriak saat dia berusaha menekan pusar boneka dengan kuat, tiba-tiba jari telunjuknya terasa sakit, ada sensasi terbakar dirasakannya, tubuhnya seperti tersetrum ribuan watt, hingga tubuhnya terjengkang,BUKKK“Bangsat, bagaimana bisa seperti itu!” geram mbok Rah, nafasnya ngos-ngosan, keringat sudah
BYARRRRMata Darto terbuka, matanya melotot hingga seperti akan keluar dari tempatnya, Ustad dan Ninik terjengit, sama-sama juga membelalakkan matanya demi melihat ekspresi Darto, hati mereka berdua ustad dan Ninik berdebar-debar menunggu apa yang akan terjadi dengan Darto.“Bi ... “ Ninik memberanikan diri, hatinya sedikit bergetar, hingga bibirnya ikut bergetar tangannya menggenggam tangan Darto, di elusnya punggung tangan Darto, tindakan tersebut membuat Darto sedikit tenang,“Ada apa Humai?” ujar Darto dengan suara lemas, kemudian Darto membenarkan duduknya hingga terasa nyaman, matanya berkedip dan terbuka normal seperti biasanya, hati Ninik dan Ustad menjadi lega.“Apa Habi tidak ingat kejadian tadi?” tanya Ninik pelan-pelanASTAGHFIRULLAHHALADZYMSeru Darto, sambil berjingkat“Kita di mana Humai, bukankah kita ada di rumah Ustad” seru Darto lagi,“Iya Bi, kita lagi ada di rumah ustad, kan Habi ada perlu sama ustad” ingat Ninik menepuk-nepuk punggung tangan Dadrto,“Iya dek Dar
ASTAGHFIRULLAHHALADZIMSeru Darto agak keras dengan mata melebar, membuat Ninik juga ikutan kaget.“Ada apa Bi ... ?” seru Ninik juga ikutan membulatkan mata memandang suaminya yang mendelik itu,Darto terlihat celingukan, tangannya terus meraba-raba semua saku yang ada, di saku celana belakang, bagian depan, tangannya terlihat meraba-raba dengan panik, terlihat sangat bingung, kemudian dia mencondongkan tubuhnya pada Ninik, kemudian berbisik ke telinga Ninik,“Dompet Habi nggak ada ... “ suaranya pelan dan parau, pertanda sedang panik“Ha ... “ Ninik juga terkejut,“Apa humai ada bawa dompet ... ?” tanya Darto sedikit ragu, sebab, terlihat istrinya itu dari tadi tidak membawa apapun,“Hehehehe ... nggak Bi” sahut Ninik menggeleng, sambil terkekeh lirih,“Waduh, gimana ya Hum ... “ tanya Darto sedikit bingung dengna situasi yang dialaminya.“Seandainya kita bawa dompet, seharusnya kita bisa kasih KTP untuk jaminan Humai” ujar Darto dengan suara sedikit berbisik.“Hihihihi, memang bisa
“Begini saja, bagaimana kalau Mas Darto sebagai jaminan ... “ ujar Soima menatap Darto, dengan tatapan licik dan penuh hasrat saat memandang Darto, senyumnya menyeringai, terlihat sekali kalau dia sedang menginginkan Darto, Yah dulu saat masih sekolah dan berteman dengan Darmi adik Darto, dia sudah naksir sama Darto, dia mendekati Darto lewat Darmi, saat itu Darto masih merintis usaha, belum sebesar sekarang, tapi nampaknya Darto tak menggubris semua cewek yang mencoba mendekatinya, dia fokus mengembangkan usahanya, sehingga dia mundur, tapi kini dia bisa bertemu dengan Darto lagi adalah rizky dan kesempatan yang tak boleh disia-siakan, walaupun sekarang ada wanita disampingnya, dia tidak perduli, Sedangkan Ninik dan Darto sontak matanya membulat, dada Ninik bergemuruh, rasanya ingin meledak, ingin dia mencakar wajah gadis genit ini, “Apa maksud mbak” tanya Ninik dengan geram, wajahnya terlihat gusar, nampak emosinya sudah hampir meledak, “Saya nggak minta aneh-aneh” ujar Soimah de
Brodin benar-benar diliputi amarah melihat keganjenan istrinya, hati laki-laki mana yang rela istrinya menginginkan laki-laki lain, istrinya itu memang punya karakter genit, tapi tidak sampai terang-terangan meminta seorang laki-laki untuk menemaninya, itu sungguh memalukan dan melukai harga dirinya sebagai seorang laki-laki,Darto menggandeng tangan istrinya dengan erat, kemudian pelan-pelan meninggalkan lokasi keributan itu, dia bukan hendak melarikan diri dari tanggung jawab, sesampai dirumah nanti dia akan mengambil uang dan menyelesaikan masalahnya, Ninik yang digeret suaminya menurut saja, kemudian mereka segera menstarter motornya, lalu segera pergi dari area situ, sedangkan mereka yang sedang ribut tidak menyadari kedua orang itu sudah tidak ada ditempat,Darto dan Ninik tidak berbicara apapun selam dalam perjalanan pulang, mungkin masih shyok dengan kejadian yang mencekam tadi, bagaimana seandainya mereka keinginan Soimah tercapai tadi, hiii, tidak bisa dibayagkan,Ssesampain