Beranda / Romansa / BENIH PRESDIR LUMPUH / Bab 58 Ciuman Kembali Menyatukan

Share

Bab 58 Ciuman Kembali Menyatukan

Penulis: Simbaradiffa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-14 15:44:56

Dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah cantik Fiona yang terlihat damai. 

Ketika Fiona mengerjapkan matanya, William tetap menatapnya, menunggu reaksi pertama yang akan dilihatnya.

Fiona membuka matanya perlahan, dan pandangan mereka bertemu. Seketika, rasa terkejut melintas di wajah Fiona.

“William … apa yang kau lakukan?” tanya Fiona dengan suara terkejut, mencoba menjauh. 

Matanya perlahan melihat dada bidang William yang tidak memakai baju. Fiona mengedipkan matanya beberapa kali, membuat William yang melihatnya merasa gemas. 

Saat ia menyadari dirinya juga tidak mengenakan apa pun di bawah selimut, Fiona langsung berteriak, “Ahh! Bajuku &h

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Puji Amriani
yeeeaaah semoga hamil. kapan sih William kasih tau fio kalau dia tidak lumpuh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 59 Memberikan Sensasi Hangat

    William melepaskan tautannya, menatap wajah Fiona yang semerah tomat. Ia tersenyum sambil mengusap bibir Fiona dengan lembut.Fiona tidak mengerti dengan dirinya sendiri, kenapa ia tidak menolaknya. Akhirnya ia memilih menyandarkan kepalanya di bahu William untuk menyembunyikan rasa malunya, sementara pria itu mempererat pelukannya.Angin yang berhembus lembut seolah menjadi saksi bisu dari kebersamaan mereka, menciptakan kenangan yang tidak akan mudah dilupakan.****Hari ini Fiona ingin pergi menemui teman-temannya. Ia sudah bersiap dengan pakaian kasual yang rapi.Fiona melangkah menuju pintu keluar rumah, tetapi langkah kakinya melambat keti

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 60 Erangan Yang Lembut

    Erangan yang lembut terdengar mengalun dalam ruangan, membiarkan perasaan mereka berbicara lebih dari kata-kata. Meski belum ada kata cinta yang terucap langsung di antara mereka. Namun dalam hati mereka sudah memperlihatkan bahwa mereka saling mencintai. Ketika semuanya berakhir, William membaringkan tubuh Fiona di lengannya, membiarkannya bersandar dengan nyaman. Ia mengecup kening istrinya dengan lembut. “Tidurlah,” ucap William pelan, suaranya nyaris seperti bisikan.Fiona tidak menjawab. Ia hanya memejamkan matanya, tetapi senyum kecil terlihat di bibirnya. Dalam hati, ia merasa ada sesuatu yang berubah di antara mereka. Setelah beberapa saat hening, tiba-tiba Fiona membuka matanya perlahan, mendongak menatap William yang masih memeluknya dengan erat. “William, jadi mulai sekarang aku tidak boleh keluar dari rumah ini?” tanyanya dengan nada datar, tetapi rasa ingin tahu menjalar di pikirannya.William terdiam sejenak, menatap wajah Fiona dengan pandangan lembut yang jarang i

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 61 Bibirnya Tetap Terkunci

    Namun, tepat saat itu, pintu aula terbuka, dan Fiona muncul dengan anggun.Dengan mengenakan dress putih yang memancarkan keanggunannya, Fiona berjalan perlahan menuju panggung, membawa gitar pink miliknya, ia ambil dari rumah ayahnya.Semua mata kini tertuju padanya, termasuk teman-teman sekelasnya yang langsung bersorak gembira.“Dia datang!” seru Azka merasa lega, disambut dengan tepuk tangan dari Adel dan Maya di ikuti yang lainnya.Fiona naik ke atas panggung, duduk di kursi yang telah disediakan. Ia menggantungkan gitar di bahunya dan mengambil napas dalam-dalam. Sebelum memulai, ia mengangkat pandangannya ke arah penonton. “Lagu ini … aku persembahkan untuk seseorang,” katanya dengan suara lembut, pada saat itu juga pandangannya terkunci pada sosok yang tidak disangkanya akan hadir di acaranya—William. Pria itu duduk di barisan paling depan dengan kursi rodanya, mengenakan jas hitam yang rapi. Mata mereka bertemu sesaat.Fiona terkejut, tetapi ia segera memalingkan wajahnya. I

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 62 Sosok Yang Familiar

    Fiona mengemudi menuju sebuah restoran paling mewah dan terkenal di kota, tempat ia berencana mentraktir teman-temannya untuk merayakan kemenangannya di acara sekolah. Restoran itu terkenal dengan suasana elegan dan hidangannya yang memanjakan lidah, tempat yang sempurna untuk merayakan momen istimewa. Namun, pikirannya terganggu oleh kejadian di tengah jalan.Saat mobilnya berhenti di lampu merah, Fiona secara tak sengaja melihat sosok yang familiar di sebelah mobilnya. Ia melihat Azalea yang sudah lama menghilang. Azalea bersama seorang wanita yang Fiona tidak kenal, tetapi wajahnya tampak familiar. Fiona mengingat wanita itu beberapa kali terlihat bersama William dalam berbagai acara penting.Fiona meremas setir mobilnya, dadanya terasa sesak. Pikiran-pikiran yang tak terhitung mulai memenuhi kepalanya. ‘Apakah William tahu Azalea sudah kembali? Jika William tahu, kenapa dia tidak mengatakan apa-apa padaku?’Ketika lampu berubah hijau, Fiona menarik napas dalam-dalam, berusaha m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 63 Malam yang Begitu Indah

    “Terima kasih,” ucap William dengan nada pelan. Ia hendak menarik pinggang Fiona untuk duduk di atas pangkuannya, namun Fiona malah menghindar. Fiona tidak menjawab atau bahkan tersenyum. Ia langsung mengambil segelas air, meneguknya, lalu duduk dengan tenang.Suasana di antara mereka terasa sunyi, seperti ada tembok tak terlihat yang memisahkan mereka.William menatap Fiona begitu dalam, mencoba mencari tahu apa yang salah. Padahal sebelumnya mereka selalu menikmati kebersamaan dengan romantis, setelah kejadian malam itu. Tetapi sejak semalam, semuanya terasa berbeda, seperti kembali ke hari-hari awal pernikahan mereka yang dingin dan terhalang jarak. William menghela napas lalu mengambil roti, mengolesinya dengan selai stroberi, salah satu kesukaan Fiona, dan meletakkannya di piring Fiona.“Ini, makanlah,” katanya sambil mendorong piring itu sedikit ke arahnya.Fiona mengangkat pandangannya sejenak, lalu berkata, “Terima kasih,” dengan nada datar. Ia mengambil roti itu dan mulai m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 64 Ciuman Yang Begitu Lembut

    Setelah beberapa saat, William akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. “Fiona, apa kau tidak suka aku membawamu kemari?”Fiona menoleh ke arah William, senyum kecil terulas di wajahnya. “Aku menyukainya, William,” jawabnya pelan.William terdiam sejenak, menatap matanya dengan begitu intens. “Kalau begitu, apa kau baik-baik saja? Apa yang sedang kau pikirkan?”Fiona menghela napas, ia sudah mendungannya William akan bertanya seperti itu. Pandangan matanya jatuh ke meja di depannya. “Aku hanya … banyak berpikir,” jawabnya. Fiona merasa jawabannya sangat aneh, namun ia tidak mengulangi perkataannya. “Tentang apa?” tanya William, suaranya lebih lembut dari sebelumnya.Fiona mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk mencari alasan, tetapi ia tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Ia tidak ingin William tahu tentang Azalea yang dilihatnya waktu di jalan. “Hanya … tentang sekolah, teman-teman, dan banyak hal lainnya,” jawabnya samar.William mengangguk, meskipun jelas ia tidak sepenuh

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 65 Perasaannya Mendadak Tidak Nyaman

    Fiona memutuskan untuk mengerjai orang-orang yang ia kira anak buah William yang diperintahkan untuk mengikutinya dengan mempercepat laju mobilnya, menikung tajam di sebuah persimpangan, dan memasuki jalan yang lebih kecil.Namun, kedua mobil itu tetap menempel di belakangnya, tidak menunjukkan tanda-tanda untuk menghindar. Fiona mulai merasa kesal. Fiona sedikit memelankan laju mobilnya, ia mengirim sebuah pesan pada William untuk menarik anak buahnya. Setelah pesan itu terkirim, Fiona memutuskan untuk mengetes mereka sekali lagi. Ia menekan pedal gas lebih dalam, membuat mobilnya melesat dengan kecepatan yang lebih tinggi. Namun, kedua mobil itu ternyata mampu mengejarnya dengan mudah.Suara derit ban yang mendadak terdengar ketika Fiona harus mengerem secara tiba-tiba di sebuah persimpangan untuk menghindari sebuah truk yang melintas. Mobilnya berhenti dengan aman, tetapi kedua mobil di belakangnya juga berhenti dengan kecepatan tinggi, hampir menyerempet mobil Fiona.“Dasar tida

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 65 Hubungan Yang Tidak Akur

    Di dalam ruang kantor, setelah selesai rapat. William hanya duduk dengan wajah datar. Jarinya mengetuk-ngetuk meja, tanda bahwa pikirannya sedang kacau. Beberapa menit kemudian, Max masuk ke ruangannya dengan langkah cepat. “Tuan, kami menemukan jejaknya. Salah satu tim mendeteksi mobil Nona Fiona di sebuah restoran yang ada di pinggiran kota. Kami sedang mengirim orang ke sana.”William menatap Max cukup tajam, membuat pria itu sedikit ketakutan dengan tatapannya. “Siapkan mobilku. Aku ingin pergi sekarang.”“Tuan, Anda tidak perlu turun langsung. Kami bisa mengurusnya,” balas Max dengan hati-hati.“Tutup mulutmu, Max. Aku tidak akan duduk diam di sini sementara istriku mungkin dalam bahaya,” jawab William dengan nada tajam.****Fiona turun dari mobil dengan langkah ragu. Rumah megah yang berdiri di hadapannya terlihat begitu mewah, dengan taman luas dan air mancur yang memancarkan cahaya saat terkena sinar matahari. Namun, keindahan itu tidak mampu mengusir rasa takut yang meray

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26

Bab terbaru

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 82 Membalas Ciuman Itu

    Fiona menutup matanya dan menyentuhkan bibirnya pada bibir William. Seketika William membalas ciuman itu semakin dalam. William merengkuh pinggang Fiona, mendekapnya erat seakan tak ingin melepaskannya lagi. Tangan pria itu meraba punggung Fiona, merasakan kehangatan tubuh istrinya yang begitu ia rindukan."Aku juga mencintaimu, William,” gumam Fiona di sela ciuman mereka. Pengakuan itu membuat William semakin kehilangan kendali. Ia menindihnya dengan penuh hasrat.Fiona yang semula masih menolak, kini tidak bisa menahan diri lagi. Dia membiarkan William menyentuhnya, membiarkan pria itu mengklaimnya kembali. Mereka larut dalam gairah, seakan ingin melupakan segala masalah yang ada di antara mereka. ****Di tempat lain, di sebuah kios es krim, Lauren duduk dengan gelisah. Ia sesekali melirik ke arah jam tangan, lalu melihat Ezra yang duduk di sampingnya dengan ekspresi bosan. Anak itu menggoyangkan kakinya dengan tidak sabar."Nenek, kenapa Ibu belum datang juga? Aku ingin pulang,"

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 81 Melepas Rindu

    Ciuman itu begitu menuntut, seolah William ingin menyalurkan semua emosi yang telah lama ia pendam. Rindu yang bertahun-tahun tertahan, kemarahan karena kepergian Fiona, dan cinta yang tak pernah benar-benar hilang—semuanya meledak dalam satu ciuman yang membius.Fiona mulai kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri. Jemarinya yang awalnya ingin mendorong William kini justru mencengkeram kemeja pria itu, gemetar di antara genggamannya. Namun, saat pikirannya mulai hanyut dalam perasaan yang bercampur aduk, kesadarannya kembali.Dengan sekuat tenaga, Fiona memukul dada William, memaksa pria itu untuk melepaskan ciumannya."Jangan!" serunya dengan napas memburu.William akhirnya melepaskan Fiona, tetapi tangannya tetap menahan pinggang wanita itu, seakan tidak rela berpisah. Mata mereka bertemu dalam keheningan yang mendebarkan."Dasar mesum," bisik Fiona, matanya berkaca-kaca.William tersenyum miring, jari-jarinya menyentuh bibirnya sendiri, merasakan jejak ciuman mereka. "Benarkah?" t

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 80 Ciuman Yang Kasar

    Setelah lama saling melepas rindu dengan ibunya, Fiona kini berdiri di depan jendela kamar, menatap ke luar dengan pandangan kosong. Kata-kata ibunya masih terngiang di telinganya."Ada banyak orang yang terus mencarimu."Fiona menggigit kuku ibu jarinya, kebiasaan lamanya saat merasa cemas. Dalam hatinya, muncul pertanyaan yang selama ini ia hindari."Apakah William mencariku?"Pikiran itu membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Bagaimana jika William benar-benar mencarinya? Bagaimana jika dia tahu tentang Ezra? Apakah William akan mencoba mengambil Ezra darinya?Fiona menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir pikiran itu. Namun, jauh di dalam hatinya, Fiona tidak bisa menutupi rasa rindunya pada pria itu.Keesok harinya Fiona dan ibunya, Lauren, memutuskan untuk menghabiskan hari dengan berjalan-jalan ke mal. Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, Lauren ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan putrinya dan cucunya, Ezra. Sementara itu, di tempat lain, William akhirnya tiba di

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 79 Menggigit Bibirnya

    Limat tahun kemudian di bandara Italia, Fiona turun dari pesawat dengan seorang anak laki-laki berusia sekitar empat tahun di sampingnya. Wajahnya berseri-seri saat dia menggandeng tangan anaknya, Ezra. Meski sudah menjadi seorang ibu, Fiona masih tampak muda dan cantik, seolah waktu tidak mengubahnya sedikit pun. Bahkan, jika dilihat sekilas, orang mungkin akan mengira Ezra adalah adiknya, bukan anaknya.Fiona dan Ezra berjalan dengan langkah ringan menuju area kedatangan. Perjalanan Fiona ke Italia adalah untuk menemui ibunya, Lauren, yang sudah lama tidak ditemuinya. Fiona merasa sedikit gugup, tapi juga bahagia. Dia ingin memperkenalkan Ezra kepada neneknya dan berharap ibunya bisa menerima mereka dengan hangat, setelah bertahun-tahun tanpa kabar.Saat mereka berjalan di trotoar dekat rumah ibunya, Fiona tiba-tiba melihat sosok Lauren yang baru saja pulang dari suatu tempat, ibunya terlihat sudah mulai menua. Dengan cepat, dia berlutut di samping Ezra dan tersenyum lembut. “Sayan

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 78 Hatinya Terasa Sesak

    Alvaro berjalan memasuki kantor William dengan ekspresi serius. Begitu dia sampai di lobi, seorang resepsionis mencoba menahannya, tetapi dia hanya melirik tajam sebelum melanjutkan langkahnya. Hari ini, Alvaro datang bukan untuk urusan bisnis, melainkan untuk sesuatu yang jauh lebih penting. Sesampainya di ruang kantor William yang luas dan mewah, Alvaro duduk di sofa sambil menunggu. Dia menatap sekeliling, memperhatikan desain interior yang elegan dan mahal. Ruangan itu begitu tenang, hanya suara jam dinding yang terdengar samar. Alvaro menghela napas, pikirannya dipenuhi dengan banyak pertanyaan tentang Fiona yang sudah lama tidak dilihatnya di sekolah. Ia baru mengetahuinya jika gadis itu pergi setelah pulang dari rumah sakit. Beberapa saat kemudian, pintu terbuka. William melangkah masuk dengan setelan jasnya yang rapi, menunjukkan bahwa dia baru saja selesai rapat. Begitu melihat Alvaro, dia mengerutkan kening. "Apa yang membawamu ke sini?" tanyanya, langsung ke intinya sam

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 77 Melupakan Masa Lalu

    William memijat pelipisnya yang berdenyut setelah Azalea pergi dari ruangannya. Ia segera memerintahkan seseorang untuk mengawasi pergerakan Azalea, berharap wanita itu mengetahui keberadaan Fiona.Baru saja ia hendak kembali fokus pada pekerjaannya, ketukan di pintu mengalihkan perhatiannya."Masuk," ucapnya tanpa mengangkat kepala.Pintu terbuka perlahan, menampilkan seorang wanita yang penampilannya tak jauh berbeda dari Azalea."William, aku dengar istrimu pergi?" Aileen langsung bertanya tanpa basa-basi.William menoleh sekilas dan menatapnya dingin. "Lalu? Apa urusannya denganmu?" ucapnya tajam, membuat Aileen merasa tersinggung."Hm... Aku hanya mengkhawatirkanmu," jawabnya santai. "Aku baru pulang dari luar negeri dan mendengar kabar ini."William tertawa kecil, terdengar meremehkan. "Apa kalian berdua sedang bermain sandiwara? Kau datang ke sini setelah Azalea pergi, seolah ingin membujukku."Aileen mengerutkan kening, tidak mengerti maksud perkataan William. "Apa maksudmu?"

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 76 Merasa Tidak Diinginkan

    Ketika masih dalam perjalanan ponselnya bergetar. Nama Max tertera di layar. Dengan cepat, William mengangkatnya."Tuan, kami menemukan sesuatu. Fiona membeli tiket di bandara."Jantung William berdegup kencang. "Ke mana?""Tujuan ke Italia, Tuan. Sepertinya dia ingin pergi ke rumah ibunya. Tapi…” Max belum selesai memberitahu William, tetapi teleponnya sudah di matikan lebih dulu.Tanpa membuang waktu lagi William menambah kecepatan tinggi menuju bandara. Di perjalanan, pikirannya dipenuhi perasaan bercampur aduk. Mengapa Fiona tiba-tiba pergi? Apa karena dia? William mengingat kembali kata-katanya sendiri. Apakah itu yang membuat Fiona memilih pergi tanpa memberitahunya? Atau ada alasan lain yang belum diketahui?Sesampainya di bandara, William langsung masuk ke dalam gedung terminal dengan langkah tergesa-gesa. Ia menatap sekeliling, berharap menemukan sosok Fiona di antara kerumunan penumpang yang berlalu-lalang.Matanya mencari dengan panik. Sesekali ia mendekati beberapa wanita

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 75 Semua Orang Terkejut

    Fiona duduk di dalam taksi, meninggalkan mobilnya di kantor William, pikirannya begitu berkecamuk. Hatinya terasa sesak, seolah dihimpit oleh sesuatu yang tidak terlihat. Azalea telah kembali bersamanya. Jadi, apakah ini akhirnya aku telah bebas? Tetapi kenapa begitu menyakitkan.Tangan Fiona perlahan menyentuh perutnya yang masih rata. Akan ada kehidupan yang segera tumbuh di dalam rahimnya, tetapi sang ayah bahkan belum tahu. Fiona tiba-tiba teringat kembali kata-kata William. "Sampai kakakmu kembali, kita tidak akan bercerai.” Sekarang kakaknya telah kembali, William mungkin akan menceraikannya. Pernikahan mereka memang hanya sebuah kesepakatan. Tidak ada cinta. Tidak ada janji sehidup semati. William tidak pernah mengucapkan kata ‘cinta’ padanya, bahkan setelah semua yang mereka lalui bersama.Air mata Fiona menggenang. Hidupnya terasa begitu menyedihkan. Masalah datang bertubi-tubi tanpa memberinya kesempatan untuk bernapas.Fiona menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 74 Dia Memaksaku Saat Itu

    Fiona merebahkan tubuhnya di ranjang, membiarkan tubuhnya tenggelam dalam kasur yang terasa begitu nyaman. Rasa lelah masih menyelimuti dirinya, dan pikirannya kacau. Ia belum siap menghadapi kenyataan bahwa dirinya tengah mengandung anak William.Pintu kamar terbuka, suara roda kursi William bergeser mendekatinya. Pria itu baru saja pulang kerja, jasnya masih terpasang rapi di tubuhnya, tetapi ekspresi wajahnya menunjukkan sedikit kelelahan. Begitu melihat Fiona yang terbaring diam dengan mata setengah tertutup, William segera memajukan kursi rodanya, mendekati ranjang.“Fiona?” panggilnya, suaranya terdengar datar, tapi ada sedikit kekhawatiran di dalamnya.Fiona tidak langsung menjawab. Ia hanya menarik napas pelan dan menutup matanya sejenak. Ia tak ingin berbicara. Tak ingin menjelaskan apa pun. “Kau sakit?” tanyanya lagi, kini dengan nada yang lebih serius.Fiona menggeleng tanpa membuka matanya. “Aku baik-baik saja, hanya ingin tidur,” jawabnya dengan suara lirih.William diam

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status