“Besok pagi saja. Sekarang hari sudah beranjak malam. Masyarakat desa itu sangat tertutup, mereka tidak akan menerima ketukan pintu tamu di malam hari,” saran Dini. Wanita itu baru saja meletakkan jamuan kecil untuk kedua tamunya itu.“Bos, apa tidak sebaiknya kita pulang dulu dan akan kembali esok hari?” Anjar mendekati telinga Alvaro, kemudahan berucap setengah berbisik pada pria yang sedari dia temani.“Kau diam saja. Aku akan mencarinya sampai tak kenal waktu. Jika kau ingin pulang, silakan bersama para ajudan itu.”Anjar hanya terdiam. Dia tak berani menanggapi perintah Alvaro yang terkesan mengusirnya. Dia tidak akan tega meninggalkan bosnya seorang diri di daerah terpencil hampir memasuki hutan.Alvaro terbaring bersama Anjar di ruang tamu, sedangkan Dini tidur di dalam kamarnya. Pria itu menatap langit rumah yang terbuat dari asbes, saudara gerimis di luar dapat didengar olehnya.Ingatannya kembali pada satu bulan lalu ketika dia baru saja diselamatkan oleh Dini. Gadis yatim p
Alvaro berjalan tergesa melewati jalan yang ditunjukkan oleh pria peruh baya tadi. Saking tidak sabarnya, dia mendahului Anjar yang sedari tadi berseru untuk menunggunya.Anjar menubruk tubuh besar Alvaro yang tiba-tiba saja berhenti tanpa aba-aba.“Kenapa, Bos?” tanya Anjar menjadi segan setelah tanpa sengaja menubruk tubuh kekar bosnya. Dia mengira bosnya itu akan memarahinya karena sikap keteledoran.Namun, tidak. Alvaro justru bergeming di tempatnya. Dia menatap tanpa arti sebuah rumah kayu yang berada di hadapannya.Meski bukan daerah pegunungan, tetapi desa ini selalu diselimuti kabut khas daerah yang berada di dataran tinggi.“Sepertinya ini rumahnya.” Anjar meluruskan pandangan setelah mendengar celetukan Alvaro.Pria itu kembali mengingat petunjuk yang diberikan oleh Pak Tua yang mereka temui di tengah hutan tadi.“Akan saya pastikan, Bos.” Anjar berjalan melewati Alvaro guna mengetahui siapa pemilik rumah.“Assalamu'alaikum!” Anjar berseru seraya mengetuk pintu.Sekali dua k
Mak Munah menceritakan semua kejadian yang menimpa Nayla selama tinggal bersamanya. Bagaimana wanita tua itu dengan sangat berusaha melindungi Nayla serta nyawa calon anak yang ada dalam kandungan wanita cantik itu.Mendengar hal itu, bukan hanya Anjar yang menjadi sedih, melainkan Alvaro yang jauh lebih terenyuh. Pria yang selalu mengaku jika anak dalam kandungan Nayla adalah anaknya itu tiba-tiba merasa hatinya seperti diremas. Alvaro terus membayangkan bagaimana perjuangan Nayla untuk bisa keluar dari tempat mengerikan seperti desa ini.“Apa dia bisa selamat, Nek? Lalu, di mana keberadaan dia sekarang?” tanya Alvaro dengan raut wajah cemas.Mak Munah menatap Alvaro lekat, dia mengembuskan napas kasar lalu berkata, “beberapa waktu lalu cucu saya yang dari kota pulang. Untuk membuat Nayla merasa aman, saya berinisiatif untuk mengikutkan Nayla pada cucu saya itu.*“Lalu di kota mana cucu Nenek tinggal,” sambar Anjar dengan cepat.“Untuk tempatnya saya tidak tahu. Dia tidak pernah meng
“Kok tumben udah rapi?”Lira terkejut saat dirinya yang baru saja keluar dari kamar melihat Nayla tengah menata meja makan. Bukan soal kebiasaan Nayla yang selalu mengurus keperluannya di pagi hari meski Lira telah melarang lantaran ada perasaan tidak enak, tetapi penampilan Nayla yang membuat gadis dengan rambut sebahu itu sedikit terkejut.Nayla melihat Lira sekilas lalu mengulum senyum simpul. “Kau sudah bangun?”“Ya, hari ini rasanya males sekali. Ingin rasanya setiap hari hari libur saja,” keluh wanita yang telah lengkap dengan seragam kerjanya. Lira mengambil salah satu kursi lalu duduk di sana.Nayla menggelengkan kepalanya, kembali tersenyum melihat tingkah sahabatnya. Dia pernah mengalami bekerja, dia tahu rasanya harus kembali melakukan rutinitas itu setelah terjeda waktu libur. Dulu, dia akan bermalas-malasan pada hari itu, apalagi jika Alvin di rumah, wanita dengan paras cantik itu akan memanjakan diri dengan selalu berdekatan pada sang suami. Rasanya waktu ingin dia berhe
Di sebuah butik ternama kota Bogor, seorang wanita dengan penampilan elegan memasuki ruangan ber-AC itu.Dres yang terbuat dari wol, tas dengan brand ternama yang tersampir di bahunya, rambut hitam lurus serta kacamata hitam yang menutupi mata indahnya, tidak lupa sepatu heels merah marun sebagai pelengkap penampilannya.Begitu wanita itu membuka pintu kaca, semua karyawan langsung berbaris untuk menyambut kedatangan, bak seorang artis idol.Semua karyawan butik itu menunduk memberi hormat. Tetapi, tidak untuk Lira. Wanita dengan seragam kemeja hitam itu tampak tak melakukan seperti apa yang karyawan lain lakukan.Menyadari hal itu, langsung membuka kacamata kemudian menatap Lira dengan tatapan tajam.Saat itu Lira sedang mengamati sebuah gaun yang dipesan khusus seseorang sebelumnya. Dia mendapat tugas untuk menulis kekurangan dan kelebihan gaun berwarna biru menyala.“Hei, kamu!” Sentak wanita yang tidak lain adalah Viona. Tatapannya menghunus seperti akan menikam Lira.Menyadari ad
Mendengar keluhan dari Lira sontak membuat Nayla tak percaya. Lira mendapat perlakuan buruk dari salah satu pengunjungnya, sungguh sangat keterlaluan sekali. Apa dia tidak memiliki belas kasih sedikitpun?“Selain menampar, dia juga memakiku di depan karyawan yang lain. Kalo saja dia bukan tamu penting di butik itu, aku akan meramu mulutnya dengan cabe pedas, rambutnya akan aku acak-acak, gaun yang katanya mahal itu akan aku cakar sampai sobek.” Lira merasa geram sambil mempraktekkan setiap ucapannya.“Apa kamu tidak akan melaporkan hal itu pada atasanmu? Tindakan seperti itu tidak dapat dibiarkan.” Nayla ikut tertular geram Lira.“Sudah aku katakan. Mereka itu berteman, mana mau dengerin omongan dari karyawan seperti aku. Wanita jahat, istri dari seorang pengusaha ternama bernama Vi–”Perhatian Nayla tiba-tiba teralihkan ketika mendengar suara ketukan pintu dari luar.“Sebentar, sepertinya ada yang bertamu.” Gegas Nayla menuju pintu utama rumah yang terbilang sederhana itu.Seorang wa
Viona menepati janjinya setelah Alvin keluar dari kamar mandi menggunakan kimono mandinya. Wajahnya terlihat lebih segar dengan butiran air yang menetes melewati pipi serta jambang pria itu.Viona yang telah berganti pakaian menggunakan lingerie putih kini membuka kimononya, menampilkan lekuk tubuh sempurna yang memang sangat dia jaga.Alvin mendekati pemilik tubuh sintal itu, kemudian merengkuhnya ke dalam pelukan. Bibir mereka menyatu menimbulkan bunyi kecipak akibat saliva yang saling tertukar.Viona berjalan mundur. Kedua tangannya telah melingkari leher Alvin. Pria itu mendorong tubuh wanitanya ke atas sofa kamasutra kamar berkelas presiden itu.Adegan itu kembali terulang. Viona sempat melenguh ketika Alvin berhasil memainkan dua kepunyaannya. Lidah Alvin yang sedari tadi telah mengabsen deretan gigi putih serta mengecap rasa lip glow Viona, kini beralih ke daerah sekitar bawah.Tubuh Viona telah menjadi candu baginya. Pelayanan yang wanita itu berikan mampu menghalangi pesona w
Ada binar bahagia yang menghinggapi hati Alvaro. Tatapannya sendu kepada wanita yang selama ini dicarinya, kini telah berada di depan mata.Pria berusia 30 tahunan itu menjadi lega hatinya ketika melihat Nayla dalam kondisi baik-baik saja paska penculikan beberapa waktu lalu.Bukan hanya Alvaro yang terkejut. Nayla justru merasa takut ketika melihat pria itu. Kembali rasa sakit atas pengkhianatan darinya muncul ke permukaan hatinya. Napasnya memburu, dadanya naik turun menahan amarah, matanya yang terbelalak seolah tak siap untuk bertemu keluarga Rayes.“Dia ini pria yang waktu itu aku temui saat beli makan. Tapi aku tak ingat namanya,” bisik Lira tepat di samping telinga Nayla.“Nay–”“Untuk apa Kakak datang ke sini? Tau dari mana aku ada di sini? Apa kurang puas mempermainkan kehidupanku?” cecar Nayla marah. Ekspresi wajahnya tak ada sedikit pun kesan ramah untuk sang kakak ipar.“Aku ke sini hanya untuk memastikan keadaanmu. Aku senang kau baik-baik saja setelah bisa lepas dari par
Mata Pak Idris membelalak menatap Nayla. Tubuhnya seolah tak bertulang. Pria setengah baya itu terduduk di samping sang istri. Napasnya mulai terengah, tangan dengan kulit sedikit legam itu memegang dada yang terasa nyeri.“Bapak!” teriak Nayla panik.Namun, tangan pria itu segera terangkat memberi tanda agar Nayla tetap di tempatnya.“Semua ini ngga bener, Bu. Nayla tidak mungkin berbuat seperti itu,” bela Pak Idris dengan suara yang masih terbata akibat napasnya tersengal.“Ibu melihat dengan mata kepala Ibu sendiri, Pak. Mereka sedang bermesraan layaknya sepasang suami istri. Mereka tidak ada ikatan, lalu apa namanya jika bukan perselingkuhan?” Bu Marni masih tetap pada pendiriannya. Bukan ingin menyalahkan Nayla, tetapi wanita itu geram karena putrinya itu tidak juga membuka suara.“Nay, apa benar semua itu, Nduk? Apa kamu mengkhianati Alvin, suami kamu?” Dengan sangat hati-hati Pak Idris menanyakan apa yang dicurigai istrinya.Nayla menelan ludah kasar. Entah apa yang harus dia k
Alvaro saat itu sedang bermain dengan Keanu. Anak itu semakin hari bertambah pintar saja. Dia terus mengoceh tanpa henti jika menginginkan sesuatu. Seperti pagi ini misalnya. Keanu terus saja mengoceh ketika tidak sengaja melihat burung hinggap pada ranting pohon.Alvaro yang merasa gemas segera membawanya keluar menuju ranting itu. Pohon yang tidak terlalu tinggi memudahkannya menggapai ranting itu. Sayangnya, burung itu terbang menyisakan ranting pohon yang kini justru tengah asyik dimainkan Keanu.“Berikan cucu saya!”Suara yang terdengar keras itu membuat Alvaro harus membalikkan badan. Dia melihat Bu Marni yang sudah berdiri di teras rumahnya. Anehnya, tidak ada senyum di wajahnu seperti biasa dia menyapa Alvaro.“Ibu tidak jadi ke ladang?” tanya Alvaro merasa sungkan. Kali ini dia melihat sosok Bu Marni sungguh sangat berbeda.“Bukan urusan kamu. Berikan Keanu! Aku tidak Sudi jika cucuku dekat dengan laki-laki seperti kamu,” ucapnya sarkas. Dia merebut Keanu dari gendongan Alvar
Sudah satu minggu lamanya Alvaro tinggal bersama keluarga Nayla. Ramahnya keluarga itu membuat Alvaro merasakan memilki orang tua yang lengkap.Selama ini orang tuanya berada di luar negeri. Bukan bermaksud tuk mengabaikan mereka sehingga terasa kekurangan kasih sayang.Ibu Alvaro menderita sakit sejak Alvaro Alvin berada di bangku kuliah. Itu sebabnya kedua orang tuanya harus menetap di luar negeri untuk mengontrol pengobatan sang ibu.Penyakit serius yang dideritanya membuat wanita itu harus rela jauh dari kedua anaknya. Sampai-sampai saat Alvin menikah dengan Nayla dulu pun mereka tidak bisa hadir. Pun Alvaro yang saat itu sedang ada rapat untuk pertama kalinya menggantikan posisi sang papa.“Biar Nayla saja, Bu.” Nayla menghentikan aktivitas sang ibu yang sedang membereskan sisa makan malam mereka.“Kamu tidak menidurkan Keanu?” Bu terkejut ketika melihat Nayla justru keluar kamar lagi. Tadi anak semata wayangnya itu berpesan akan menidurkan Keanu.“Keanu tadi rewel. Sepertinya di
Alvaro menggeliat tubuhnya. Matahari perlahan naik. Hari akan sebentar lagi siang. Dia beranjak dari kasur untuk menuju ke kamar mandi.Awalnya Alvaro tidak kan menginap, tetapi tiba-tiba saja sejak tadi sore hujan mengguyur desa itu sangat deras. Sehingga dia terpaksa harus menginap karena kondisi jalanan akan berlumpur, dan sangat sulit dilalui. Akibatnya, mau tidak mau Alvaro harus menginap di tempat itu.Karena rumah ini sangat berbeda denga rumah miliknya di kota. Pria itu harus keluar kamar untuk bisa ke ruang bersih-bersih itu.Dia melihat Nayla yang sedang menata makanan. Wajahnya tampak serius menyusun makanan ke dalam tantang. Entah ke mana perginya Keanu. Sedari tadi telinga Alvaro tidak menangkap suaranya.Melihat Nayla yang seperti tidak menyadari keberadaannya membuat ide itu muncul dalam benaknya.Dengan perlahan dia mengendap menuju ibu satu anak itu. Alvaro melingkarkan tangan di perut Nayla, dengan dagu yang dia tempelkan di pundak Nayla.Menerima perlakuan seperti i
Tadinya Nayla akan diantarkan sopir, tetapi Alvaro mencegah. Pria itu berinisiatif untuk mengantar Nayla ke rumah orang tuanya.Ternyata dia tidak sanggup berpisah lama dengan Keanu, bayi mungil itu selalu membuatnya rindu setiap saat, apalagi bundanya, jangan ditanya lagi. Bahkan hati kecilnya diam-diam mendukung perceraian Nayla dan Alvin.“Kalo bertiga seperti ini aku merasa seperti keluar kecil bahagia,” seloroh Alvaro. Matanya melirik Nayla yang sedang memberi susu pada Keanu.Nayla membuang napas kasar. Ucapan Alvaro seolah pertanda jika dirinya sudah siap merangkul Nayla ketika sah berpisah dari Alvin.“Jangan ngarang. Aku bahkan belum siap untuk berumah tangga lagi. Pernikahan ini cukup membuatku trauma untuk menjalin hubungan. Aku harus instrospeksi diri sebelum mengambil keputusan menikah lagi.” Nayla mengembuskan napasnkasar. Dia merasa kecewa dengan pengambilan keputusan cerai.Bukan karena dia ingin memaafkan Alvin, tetapi naykayoernah berjanji jika dia ingin menjalani pe
Pagi menjelang. Nayla yang semalaman tidur bersama Keanu mulai membuka mata ketika putranya telah bangun lebih dulu dan mengoceh di dalam box bayi.Nayla beranjak dari kasur, kemudian menggelung rambut yang panjangnya. Wanita itu tersenyum ketika melihat bayinya justru anteng, tidak rewel ketika bangun tidur.“Anak Ganteng Bunda sudah bangun. Ngga rewel, pinter sekali, Sayang,” pujinya. Kemudian mulai menghujani ciuman pada semua bagian wajahnya.“Kita ke depan dulu, ya. Cari Suster Mita.” Nayla keluar dari kamar dengan menggendong Keanu.Karena semalam Nayla memilih tidur di kamar Keanu, membuat pengasuh itu memilih tidur di kamar lain bersama Mbok Asih.Terlihat dua orang pekerja di rumah Alvaro tengah sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi untuk tuan mereka.“Suster, tolong urus Keanu sebentar, ya. Saya akan bersih-bersih dulu.” Mendengar suara sang majikan memanggil membuat Mita harus meninggalkan pekerjaannya dan segera mengambil Keanu dari Nayla.Sementara Mita mengajak Keanu be
“Aku mau, Nay. Aku akan melakukan apapun asal kamu mau memaafkan aku.” Wajah Lira terlihat semringah. Setelah apa yang dia lakukan, Nayla masih mau memaafkannya?Untuk menebus rasa bersalahnya, dia juga bersedia membantu Nayla menghukum wanita itu. Itu juga yang Lira inginkan. Menghukum wanita jahat, licik, serta sombong seperti Viona.Viona tidak pantas masih berkeliaran di luar sana dengan banyaknya kejahatan yang dia perbuat.“Oh, iya. Kamu sudah melahirkan?” Lira mengernyit kening ketika melihat perut Nayla sudah kembali ramping.Nayla tersenyum setelah masa menegangkan tadi. “Iya, aku sudah melahirkan seorang anak laki-laki. Tadinya aku ingin mengenalkan langsung padamu. Aku tidak tahu jika kamu justru berada di sini.”“Dia pasti memiliki paras yang sempurna seperti kamu, Nay. Aku akan menjalani sisa hukumanku di sini. Setelahnya, bolehkah aku bertemu dengan anakmu? Aku tidak sabar bertemu keponakanku itu.” Lira mengembangkan senyumnya.“Tentu saja boleh.”Cukup lama mereka berca
“Bagaimana, Dokter?” tanya Alvaro begitu melihat dokter itu kembali duduk.“Semuanya baik-baik saja, Pak. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”Nayla yang sedari tadi terbaring di atas ranjang rumah sakit, kini perlahan bangkit dan membenarkan kembali penampilannya.Ruangan dengan dominasi cat berwarna putih itu, selain memiliki banyak hiasan barang-barang mewah, serta piala si pemilik, di sana juga sudah menyatu dengan meja kerja dokter, sehingga Nayla tidak perlu berjalan jauh lagi untuk berganti ruangan.“Selagi Nyonya Nayla rutin meminum obat, beristirahat, serta aktif dalam berbagai kegiatan yan tidak membuat pikirannya kosong, semua akan baik-baik saja.” Dokter laki-laki itu beralih menatap Nayla yang sudah duduk di samping Alvaro.Tidak lama. Hanya sekitar satu jam Alvaro membawa Nayla melakukan konsultasi dengan psikiater ahli itu. Keduanya berpamitan setelah mendapat resep obat berikutnya untuk Nayla.“Aku ngga mau minum obat lagi, Kak. Bosen. Aku mau hidup seperti manusia pad
Hari ini sinar matahari begitu cerah. Sisa hujan semalam membuat pagi ini terasa sejuk di area taman. Tanaman hias yang Nayla tanam perlahan mulai berbunga.Sejak wanita itu dinyatakan sembuh, dia kembali menjalani rutinitas seperti sebelumnya. Wajahnya kembali berseri ketika bermain dengan Keanu. Anak laki-lakinya itu semakin menggemaskan dengan bobot tubuhnya yang subur.“Kita makan dulu ya, Sayang. Bunda sudah buatkan menu sehat untuk Anak Ganteng pagi ini,” ucapnya penuh kasih.Nayla mulai mengambil mangkuk berisi bubur bayi yang telah dicampur olahan protein. Perlahan dia menyuapkan menu Mp-asi itu untuk Keanu.“Tuan Muda pasti akan semakin sehat jika ibunya perhatian seperti ini terus. Si Mbok seneng melihat Mbak Nayla sudah bisa melakukan aktivitas seperti sedia kala,” ucap Mbok Asih ketika menemani Nayla menyuapi Keanu. Wajahnya pun turut semringah melihat kebersamaan mereka.“Saya hanya melakukan apa yang sudah menjadi kewajiban saya. Saya hanya ingin menebus semua rasa bersa