Jordan terdiam mendengar permintaan Tania, tetapi itu hanya untuk sesaat saja. Senyum lebar terbit di wajah tampannya. “Tentu saja dengan senang hati diriku bersedia menemanimu! Kita kejutkan mereka semua.”Tania pun ikut tersenyum, ia tidak akan bersedih lagi karena Ryan dan Ades. Sekarang saatnya ia menunjukan kepada mereka semua yang sudah meremehkan dirinya.Tania dan Jordan mulai membicarakan tentang bisnis bunga yang akan dikembangkan oleh Tania. Dengan senang hati Jordan bersedia mengeluarkan dana sebagai suntikan modal untuk wanita itu.“Terima kasih, sudah mau membantuku. Walaupun aku tahu kamu melakukannya tidaklah tulus,” sindir Tania.Suara tawa pecah dari bibir Jordan, ia tidak marah karena apa yang dikatakan oleh Tania memang benar adanya.“Menurutmu apa istilahnya? Dosa yang membuatku mendapatkan pahala?” Jordan mengangkat satu alis menggoda Tania.Tania tersenyum melihatnya, ia sudah bisa melupakan sejenak tentang Ryan. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi di saat dirin
Ryan menatap layar ponselnya dengan mulut terbuka lebar tidak percaya membaca pesan yang disampaikan oleh orang suruhannya. Namun, ia dengan cepat menyadari lalu menutup mulut. Dikirimkannya pesan balasan. ‘Terus awasi mereka berdua!’Kedua tangan Ryan terkepala ia kemudian mengambil kertas yang ada di atas meja kerjanya. Diremasnya kertas itu lalu ia lempar ke arah pintu yang bertepatan dengan seseorang.Robby tidak dapat menghindari lemparan kertas Ryan yang mengenai wajahnya. Ia memungut kertas itu kemudian membawanya lalu ia letakan di atas meja kerja Ryan.“Apa yang membuatmu begitu marah, Bos?” Tanya Robby sambil duduk di depan meja kerja Ryan.Ryan melototkan mata ke arah asisttennya itu. Dengan suara menggeram karena marah ia berkata, “Tania hamil dan itu adalah anak dari pria bajingan pemilik kelab malam!”Robby dapat mendengar nada cemburu di suara Ryan. Sahabatnya itu tidak akan mudah mendengarkan apa yang ia katakan sebagai pihak netral.“Hmm, rasanya sulit untuk percaya k
Ibu Ryan tertegun mendengar hal itu matanya menyelidik mencari kebenaran dari kata-kata yang baru saja dilontarkan putranya. “Tergantung kepadamu apakah kamu bersedia menerima anak yang bukan anakmu sendiri. Namun, Ibu berharap kamu menerimanya karena Ades pilihan yang terbaik.”Ryan menatap ibunya tidak percaya karena ia masih saja menganggap Ades sebagai calon menantu pilihan. Ia tidak habis pikir dengan ibunya yang begitu menyayangi Ades, bahkan ia tidak peduli sekalipun wanita itu melakukan kesalahan fatal.“Apakah Ibu akan menerima Tania karena pada saat ini ia sedang hamil?” Tanya Ryan sambil berjalan menuju lemari kaca di mana tersimpan beberapa botol minuman.Ibu Ryan terdiam, ia terlihat menahan napas terkejut mengetahui kabar Tania yang juga sedang hamil. Hati kecilnya berperang kalau Tania menantu yang ia benci sedang mengandung pewaris dari putranya. Sementara itu, Ades wanita yang begitu diharapkannya sebagai menantu justru hamil dari pria yang lain.Ibu Ryan menatap putr
Sebelum Tania sempat menghindar ia merasakan sesuatu yang terasa dingin menusuk pinggangnya. Membuat ia merintih kesakitan. “Mengapa kau tega melakukan ini kepadaku?”Tania sempat melihat wajah pria yang telah menusuknya sebelum ia jatuh tak sadarkan diri ke tanah. Ia tidak mendengar orang yang telah menusuknya mengucapkan kata maaf kemudian berlari menjauh.“Tunggu! Jangan pergi kamu!” teriak Jordan.Ia berlari mencoba untuk mengejar orang itu, tetapi dirinya kalah cepat hingga ia kehilangan jejak pria itu di persimpangan jalan.‘Sial! Astaga, aku sampai lupa bagaimana keadaan Tania?’ gumam Jordan.Ia bergegas kembali ke halaman toko untuk melihat bagaimana keadaan Tania. Sesampainya di sana ia tidak melihat keberadaan wanita itu hanya bercak noda darah saja yang tercecer di tanah.Jordan berjalan memasuki toko dengan langkah panjang begitu sudah berada di dalam. Ia memindai ke seluruh ruangan untuk mencari keberadaan Tania.Dilihatnya asisten Tania yang baru saja keluar dari ruang k
Terdengar suara kesiap terkejut di ujung sambungan telepon dan bunyi gemerisik. “Maaf, Tuan! Kami ketika itu terhalang lalu lintas yang macet sehingga ketinggalan mobil yang ditumpangi, Nyonya Tania.”Ryan menggeram marah dengan suara dingin, ia mengatakan kalau pria itu hanya mencari alasan saja. Dirinya memerintahkan pria itu untuk mencari tahu kondisi terkini Tania dan segera melaporkan kepadanya.Ia menutup sambungan telepon setelah memberikan perintah kepada orang suruhannya. Selera makan Ryan sudah hilang mendengar berita tentang apa yang terjadi kepada Tania.Bangkit dari duduk Ryan mengambil jasnya yang tergantung pada hanger. Setelah memakai ia keluar dari ruang kerja dengan satu tempat tujuan yang pasti.“Apa yang kau lakukan?” Tanya Ryan galak ketika ia hampir saja menabrak sekretarisnya.“Ma-maaf Pak, Saya hanya ingin menyerahkan dokumen yang harus Bapak tanda tangani,” sahut sekeretaris Ryan dengan suara gugup.“Letakan saja di atas meja nanti akan saya tanda tangani. Kal
Ryan tertegun mendengar ultimatum dari ibunya. Ia membalikan badan untuk menatap langsung mata wanita yang telah melahirkannya itu. “Ibu! Aku bukanlah anak kecil lagi yang bisa kau atur. Urusan rumah tanggaku tidak ada hubungannya dengan Ibu.”Mata ibu Ryan menyala karena amarah ia memberikan pelototan kepada putranya itu. “Kamu berani sekali dengan Ibu! Tania memang wanita pembuat onar saja.”Ryan memejamkan mata rahangnya mengetat, ia tidak menanggapi apa yang dikatakan ibunya karena ia menganggap tidak ada guna.Ia kembali berjalan menuju mobilnya kemudian duduk dengan nyaman di jok belakang. “Ke bandara!” perintah Ryan kepada sopirnya.Mobil pun melaju menuju bandara dengan kecepatan tinggi. Ryan sesekali memeriksa ponsel kemudian menghubungi orang suruhannya. Ia menahan diri untuk tidak memerintahkan kepada sopirnya menambah kecepatan.Sesampainya di bandara Ryan harus menunggu dahulu selama beberapa menit. Sebelum pada akhirya ia terbang juga. Beberalpa menit berselang pesawat y
Jordan balas mendorong Ryan, ia tidak terima kalau dirinya yang disalahkan oleh pria itu. “Justru kau yang sudah membuat istrimu menderita! Ia akan bahagia bersama denganku tidak denganmu.” Jordan melayangkan senyum mengejek kepada Ryan.Ryan mendengus dengan nyaring, ia mengayunkan kepalan tangannya ke badan Jordan. Yang dengan gesit ditangkis oleh Jordan. Saling balas pukulan pun tidak terelakan lagi di antara keduanya. Membuat asisten Tania berteriak meminta kepada mereka berdua untuk berhenti berkelahi.Ryan mengusap sudut bibirnya yang terluka bekas tamparan Jordan. Senyum sinis menghias wajah Ryan. “Ternyata hanya begitu saja kemampuanmu! Bagaimana kau akan melindungi Tania kalau dirimu sendiri begitu lemah?”Jordan melayangkan tatapan membunuh ke arah Ryan. Kedua tangannya terkepal dengan erat siap untuk dilayangkan kembali ke wajah sombong Ryan.“Kau pikir dirimu bisa melindungi Tania? Buktinya kamu sendiri justru mendorong istrimu pergi mencari tempat yang lebih aman bagi hat
Pada awalnya Ryan terkejut mendengar suara itu, tetapi dengan cepat ia dapat menguasai dirinya kembali. “Saya suami dari pasien dan saya tidak akan mencelakainya.”Ryan membalikan badan sambil mengangkat kedua tangan. Dilihatnya dua orang petugas polisi mengacungkan pistol ke arahnya.Dua orang kepercayaan Ryan juga terkejut dan mereka ikut mengangkat tangan. Ketiganya membiarkan saja ketika petugas polisi itu mendekat lalu memeriksa ketiganya.Setelah tidak menemukan tidak adanya benda tajam atau berbahaya. Petugas polisi itu pun menberikan perintah kepada ketiganya, “Tolong perlihatkan kartu identitas kalian!”Ryan dengan perlahan menurunkan tangan untuk mengambil dompet dari dalam saku celananya. Diambilnya kartu tanda penduduk kemudian ia sodorkan ke tangan petugas keamanan itu.Tania yang mendengar suara ribut membuka mata. Ia menjadi sangat terkejut ketika melihat ada petugas polisi di kamarnya. Dan juga kehadiran Ryan di tempat yang sama.“Ryan! Bagaimana kamu tahu kalau saya b
Tania menatap tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia pun berbisik kepada Ryan. “Sekarang kamu harus mengatakan kepadaku siapa sebenarnya pria itu?”Ryan mengikuti arah tatapan Tania dengan tenang, ia pun berkata, “Dia adalah pria yang memang seharusnya bertangggung jawab kepada Ades karena ia ayah dari bayi yang dikandungnya.”Ia juga menambahkan kalau dirinya memang menyewa orang untuk mencari keberadaan pria itu. Dan pencariannya hampir saja gagal, tetapi beberapa jam sebelum acara ini berlangsung dirinya berhasil mendapatkan informasi tentang keberadaan pria itu.“Sungguh suatu keberuntungan ia datang tepat waktu dan membebaskanmu dari keharusan menjadi pasangan Ades,” sahut Tania.Suara tawa lolos dari bibir Ryan, ia mengatakan keberuntungan baginya. Akan tetapi, ia tidak mengatakan kepada istrinya ada harga yang harus ia bayar agar pria itu mau menikahi Ades. Namun, demi menjaga harga diri pria itu, ia tidak akan menceritakan kepada siapa pun juga termasuk Tania.Keduanya me
“Ryan, apa yang kamu lakukan? Bukankah seharusnya yang kau selipkan cincin di jari wanita itu,” desis Marsya menahan marah.Ryan hanya melirik sekilas ia kembali melihat ke tamu undangan yang hadir. Senyum tipis terbit di sudut bibirnya saat ia melihat seseorang yang ia cari. Ia memberikan kode kepada orang tersebut untuk berjalan naik ke atas panggung.Ryan mengangkat tangan Tania memperlihatkan jari yang tersemat cincin kawin. “Wanita cantik ini adalah istri saya kami telah menikah selama beberapa bulan lamanya. Istri saya bernama Tania dan sekrang ini ia sedang mengandung anak kami.”Tania sangat terkejut mendengar penuturan Ryan. Ia tidak mengira kalau pria itu akan mengumumkan pernikahan mereka. Hal yang selama ini hanya ia bayangkan saja dan tidak pernah terpikir akan terwujud.“Ryan! Ka-kamu tidak menyesal, bukan dengan mengumumkan hal ini?” Tanya Tania dengan wajah bahagia penuh haru.Ryan mengangguk, ia mengecup kening Tania sekilas. Kemudian menoleh kepada Ades yang terlihat
“Jangan dipikirkan apa yang kukatakan! Percayalah seetelah malam ini semua akan menjadi berbeda untuk kita semua. Memang akan ada yang terluka dan berseddih pada malam ini tetapi itu semua sudah menjadi resiko yang harus diterima.” Ryan menggamit tangan Tania keluar kamar.Tania hanya bisa terdiam saja, tetapi tidak dengan hati dan pikirannya. Ia tidak mengatakan kepada Ryan kalau ia merasa dirinyalah yang akan sakit hati dan bersedih itu. Sementara, untuk Ades ia akan tertawa bahagia di atas lukanya.Ryan menggenggam erat tangan Tania yang dingin dan berkeringat. Ia mencoba untuk memberikan ketenangan kepada Tania, tetapi istrinya itu rupanya masih saja gugup dan tegang.“Santailah, Tania! Yang bersama denganku adalah kau, bukan Ades.” Bisik Ryan.Tania melirik suaminya itu sekilas dengan wajah terlihat tegang, “Untuk saat ini kau memang bersama denganku, tetapi bisa saja situasinya berubah. Kau membuatku berada dalam situasi tanpa kepastian.”Keduanya masuk mobil pribadi Ryan dan dud
Tubuh Tnia bergetar hebat seandainya tidak dipegangi leh Ryan, ia akan jatuh ke lantai. “Kau sukses membuat saya terkejut. Apakah begitu penting kehadiranku di sana? Di saat posisiku hanyalah sebagai upik abu selama ini.”Ryan memegang dagu Tania untuk menatap matanya, biar wanita itu melihat kesungguhan di sana. “Kehadiranmu sangat penting! Kau bukanlah upik abu, tetapi istriku. Dan tidak ada yang akan bisa mengubah kenyataan itu.”Denyut nadi di leher Tania bergerak naik turun dengan cepat. Ia merasa sulit untuk menelan ludah karena tatapan yang begitu intens dari Ryan mempengaruhinya.“Baiklah, saya akan ikut denganmu. Semoga saja kau tidak akan membuatku menyesali keputusan ini,” sahut Tania.Rasa lega terpancar di wajah Ryan, ia begitu senang Tania bersedia juga ikut. Sekarang ia hanya tinggal mengurus ijin keluar dari rumah sakit. Semoga saja dokter mengijinkan kalau tidak ia akan membawa Tania dengan cara apa pun juga untuk pergi bersama dengannya.Beberapa jam berlalu Tania ke
Suara Ryan lamat-lamat dapat ditangkap oleh telinga Tania. Ia membenarkan apa yang dikatakan oleh suaminya. “Katakanlah apa yang kau maksud jangan buat aku menjadi penasaran.” Perlahan Tania membuka mata.Ryan terkejut, ia tidak menduga kalau Tania akan terbangun dari tidurnya. Namun, ia juga merasa senang karena tidak perlu menunda apa yang harus dikatakannya.“Kau akan ikut besok malam untuk menghadiri acara pertunanganku dengan Ades! Kau ikuti saja apa yang kukatakan dan berdiri di sampingku. Apapun yang terjadi kita akan tetap bersama setelah malam itu,” ucap Ryan.Ia memandangi Tania dengan matanya yang menyorot lembut. Ada ketulusan juga janji kesetiaan di sana yang membuat Tania tertegun.“Jujur, Ryan permintaanmu begitu mengejutkan! Bagaimana mungkin kau bisa menawarkan ide yang begitu tidak berperasaan itu kepadaku? Kau memintaku untuk hadir dalam pesta pertunanganmu sebagai apa? Karena kau tidak pernah mengenalkanku secara resmi sebagai istrimu.” Tania menatap Ryan dengan so
“Akh! Mengapa sulit bagimu untuk mendengarkan permintaan maaf dan penjelasan dariku? Apakah kamu tidak tahu kalau meminta maaf bukanlah sesuatu yang mudah buatku?” Ryan melihat Tania dengan sorot kecewa.Tania memandangi langit-langit kamar, ia tahu kalau suaminya itu tidak berbohong. “Aku ingin istirahat,” sahut Tania setelah selama beberapa saat ia terdiam.Ryan mendesah dengan keras, ia sadar kalau Tania sedang menghindari dirinya. Dan dirinya tidak ingin mendesak Tania lebih jauh lagi.Ia berjalan ke arah pintu dan berhenti sebentar, sebelum keluar. “Saya akan pergi ke kantin apakah kau ingin menitip sesuatu?”“Terima kasih, untuk saat ini tidak ada,” sahut Tania.Semua keperluannya sudah disediakan oleh Jordan. Ia tidak mau membuat Ryan kecewa dan marah mengetahui hal itu.Ryan mengangguk, tetapi raut kecewa di wajah tidak ia tutupi. Ia merasa sebagai seorang suami kehadiran dan bantuannya tidak dibutuhkan Tania. Ia merasa tidak berharga sebagai lelaki di mata wanita itu.Berjala
Tania menggigit bibir mencegah ia merintih sakit. Luka tusuk di pinggangnya kembali terbuka karena Ryan yang tadi tidak sengaja memeluknya. “Kenapa kau memeluk pinggangku? Bukankah kau mengetahui saya mendapat luka tusuk di situ?”Ryan berhenti berjalan menuju pintu ruang rawat Tania. Ia membalikan badan melihat ke arah wanita itu dengan tatapan bertanya. Pandangannya kemudian beralih melihat pinggang Tania di mana pakaian rumah sakit yang dipakainya mengeluarkan bercak merah noda darah.“Kenapa kau berpikir seperti itu? Saya hanya mengetahui kalau kau menderita luka tusuk tetapi saya sama sekali tidak mengetahui itu di pinggangmu,” sahut Ryan.“Benarkah begitu? Mengapa saya tidak yakin dengan apa yang kau katakan?” Tanya Tania.Ryan tidak menyahut kecurigaan Tania, ia membuka pintu kemudian berjalan keluar memanggil dokter jaga untuk memeriksa kondisi Tania.Selang beberapa menit kemudian Ryan kembali bersama dengan dokter dan satu orang perawat. Sementara petugas medis memeriksa kon
Ryan mendengus dengan kasar, tetapi ia tidak menghiraukan ucapan Tania. Ia justru mengeluarkan ponsel menghubungi orang suruhannya. ‘Tolong, belikan saya pakaian bersih dan bawakan ke kamar rawat istriku.’Tania membuka mulut tidak percaya mendengar apa yang dikatakan oleh Ryan melalui ponsel kepada orang suruhannya. Ia tidak habis pikir dengan ulah pria itu yang tidak menghiraukan apa yang ia minta.Dipejamkannya mata berdebat dengan Ryan hanya menguras energinya saja. Dan tidur merupakan pilihan yang lebih baik dalam menghadapi pria keras kepala itu pada saat ini.Ryan melirik Tania yang kembali berbaring, ia tersenyum kecil. Dirinya memang sengaja tidak membalas ucapan istrinya itu. Dikarenakan dalam keadaan emosi bisa saja ia menuruti permintaan Tania yang nantinya akan ia sesali.Ia pun membaringkan badan di sofa kamar rawat Tania. Ia sudah lelah seharian berada di jalan hingga begitu menyentuh sofa yang empuk dirinya langsung saja tertidur.Bunyi ketukan di pintu kamar rawat Tan
Pada awalnya Ryan terkejut mendengar suara itu, tetapi dengan cepat ia dapat menguasai dirinya kembali. “Saya suami dari pasien dan saya tidak akan mencelakainya.”Ryan membalikan badan sambil mengangkat kedua tangan. Dilihatnya dua orang petugas polisi mengacungkan pistol ke arahnya.Dua orang kepercayaan Ryan juga terkejut dan mereka ikut mengangkat tangan. Ketiganya membiarkan saja ketika petugas polisi itu mendekat lalu memeriksa ketiganya.Setelah tidak menemukan tidak adanya benda tajam atau berbahaya. Petugas polisi itu pun menberikan perintah kepada ketiganya, “Tolong perlihatkan kartu identitas kalian!”Ryan dengan perlahan menurunkan tangan untuk mengambil dompet dari dalam saku celananya. Diambilnya kartu tanda penduduk kemudian ia sodorkan ke tangan petugas keamanan itu.Tania yang mendengar suara ribut membuka mata. Ia menjadi sangat terkejut ketika melihat ada petugas polisi di kamarnya. Dan juga kehadiran Ryan di tempat yang sama.“Ryan! Bagaimana kamu tahu kalau saya b