Tania menatap Ryan dengan mimik wajah kecewa. “Kenapa harus pergi berbulan madu ke Bali hanya untuk memastikan kehamilan saya? Antarkan saya ke klinik untuk membeli alat tes kehmilan. Saya yakin sekarang ini saya sudah hamil!”Ryan melirik Tania sekilas, ia membuka pintu mobil, lalu berjalan keluar. Ditunggunya Tania dengan tidak sabar, sambil melihat jam tangan mahal yang menghiasi lengan kirinya.Tania memejamkan mata sejenak untuk membuat hatinya merasa tenang. Ia dapat menyimpan amarahnya di dalam dada, ia tidak akan membiarkan emosi membuat ia bertengkar di tempat umum dan menjadikan mereka berdua tontonan.Di bukanya pintu mobil, lalu ia berjalan keluar dan langsung bertatapan mata dengan suaminya. Yang terlihat dingin, serta tidak sabar.“Cepatlah! Kita harus segera check in atau tiket kita akan kembali terbakar,” tegur Ryan.Tania mengangguk, ia berusaha mengimbangi langkah Ryan yang panjang dan cepat, agar dirinya tidak ketinggalan dengan berlari kecil.Beberapa menit bersela
Ryan mengangkat alisnya mendengar jawaban dari Tania yang begitu bersemangat, “Benarkah begitu? Apakah saya harus membuktikannya sekarang betapa kamu menyukai sentuhan saya? Kamu juga selalu menyebut nama saya saat berada pada puncak kenikmatan.”Wajah Tania menjadi bersemu merah mendengarnya. Ia mengacungkan garpu yang dipegangnya ke udara. Bibirnya ia manyunkan, karena Ryan sudah mengingatkan dirinya, bagaimana ia tidak dapat menolak pesona dari pria yang pernah berstatus sebagai mantan suaminya.“Itu semua karena hanya kamu saja yang pernah menyentuh dan mengajak saya bercinta. Saya tidak memiliki perbandingan dengan pria lain yang tidak akan membuat saya begitu terpengaruh denganmu,” sahut Tania.Mata Ryan melotot ke arah Tania, ia tidak suka dengan jawaban yang diberikan oleh Istrinya itu. Garpu yang ia pegang diketukkannya di sisi tangan Tania, sehingga membuat Istrinya itu terkejut dan membeku ketakutan.“Kau tidak akan pernah berani untuk mencari lelaki yang lain, sebagai perb
Ryan mengumpat dengan kasar, ia tidak suka mendengar apa yang dikatakan oleh Ades. ‘Dengar Ades tetaplah tenang saya akan segera datang menemuimu! Sekarang katakan di mana alamat rumah sakit jiwa tempat kamu dirawat!’ Di ujung sambungan tekepon kembali terdengar bunyi benda-benda yang dilempar dan suara isak tangis Ades.Ryan bangkit dari duduknya, ia menyisir rambut dengan jari, sehingga menjadi berantakkan. Ia sungguh menyesal sudah berhubungan dengan wanita seperti Ades. Dan itu ia lakukan, setelah bercerai dengan Tania. Ketika itu ada rasa penyesalan di hati sudah menyeraikan Istri yang baik.Hanya saja Ades, sepertinya salah mengerti dengan mengira, kalau ia menjadi yang pertama mengingat dirinya menikahi Tania, setelah ia dan Ades berpisah.‘Ryan! Kamu harus segera datang menemani saya!’ Isak Ades di ujung sambungan telepon terdengar menyakitkan hati.Membuat Ryan menjadi pusing sendiri dibuatnya. Ia melempar ponselnya ke atas tempat tidur, lalu berjalan menuju tempat tidur di
“Kamu gila, Ryan! Kalau berpikir saya bersedia menjadi pengantin pengganti untuk mantan kekasihmu itu. Lebih baik saya berhenti bekerja,” sahut asisten Ryan dengan emosi.Ryan tidak terpengaruh dengan kemarahan dari Asisten, sekaligus sahabatnya itu. Ia menepuk pelan pundak Asistennya seraya berkata, “Kamu tidak akan melakukannya! Karena kamu sudah berjanji akan selalu menemani saya dalam membangun perusahaan.”Asisten Ryan mengumpat dengan kasar, ia mengakui, kalau dirinya berhutang budi kepada Ryan, tetapi itu bukn berarti ia akan bersedia menikah dengan wanita yang tidak dicintainya.Ryan berlalu dari hadapan Asistennya, karena sopirnya sudah memberikan kode ia harus segera berangkat ke bandara.***Tania berjalan di sepanjang jalan di derah wisata Bali tanpa tujuan pasti. Sampai dirinya berada di tepi pantai yang dipenuhi wisatawan mancanegara yang sedang berjemur.‘Ryan sama sekali tidak mau mengejar saya, ia sama sekali tidak merasa khawatir dengan keadaan saya di luar sini. Ken
Tania mendorong dengan kasar lengan Ryan, sehingga suaminya itu terjatuh. Dengan suara bergetar ia berkata, “Saya akan mencoba mencari cara untuk bisa mengembalikan uang 500 juta milikmu itu dan terbebas dari pernikahan yang menyiksa ini!”Mata Ryan menyala, karena emosi dadanya naik turun dengan cepat. Ia berjalan dengan langkahnya yang panjang menyusul Tania yang hendak kabur lagi.Disambarnya tangan Tania yang sudah memegang kenop pintu dengan kasar, lalu ia dorong punggung Istrinya itu sampai menempel pada dinding.Ia buka dengan lebar kaki Tania, agar ia bisa berdiri di antaranya. Kedua tangan Tania ia letakakan di atas kepala Istrinya itu dan berada dalam genggamannya yang erat.“Kau tidak akan bisa mengakhiri perjanjian pernikahan kita begitu saja, sebelum kau memberikan seorang pewaris untuk saya! Apakah kamu begitu bernafsu untuk kembali kepada kekasihmu itu?” desis Ryan untuk menahan kemarahannya.Tania mencoba menendang paha bagian dalam Ryan menggunakan kakinya yang bebas,
Tania memasang wajah cemberut. “Saya tidak selemah itu! Jangan khawatir, kalau pun sakit saya tidak akan meminta kamu unuk merawat saya.”Nada suara Tania yang terdengar merajuk membuat Ryan tertawa. Ia menundukkan kepala mengecup singkat kening Tania. “Jangan merajuk, begitu!”Pintu kamar mereka diketuk Ryan beranjak dari tempat tidur untuk membuka pintu. Diliatnya, kalau yang datang adalah pegawai hotel itu dengan seorang pria yang membawa tas medis.Ryan mempersilakan kepada pria yang merupakan dokter rujukan dari hotel tersebut unuk masuk dan memeriksa keadaan Tania.Ryan berdiri diam di ujung ranjang mengamati Tania diperiksa oleh dokter itu. Ia tampak sabar menunggu apa hasil pemeriksaan terhadap Tania.“Istri Anda baik-baik saja, Tuan! Ia sedang hamil muda dan wajar baginya mengalami mual-mual di pagi hari. Saya akan meresepkan vitamin untuk diminum Istri Anda,” kata dokter yang memeriksa Tania.Mata Ryan menyipit dengan bibir yang menyunggingkan senyuman sampai ke matanya. Pik
Ades tersenyum lebar, ia mendapatkan sekutu yang kuat untuk membuat Tania menyingkir dari hidup Ryan. “Saya dengan senang hati akan menerima tawaran dari Anda, Nyonya! Kita pasti bisa membuat Ryan bercerai dengan Tania.”Wanita itu, kemudian menganggukkan kepala, ia mengajak Ades untuk cepat-cepat keluar dari ruang rawatnya. Seorang pria dengan pakaian medis yang digunakan sebagai penyamaran berjalan di depan mereka.***Tania terbangun dilihatnya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Dilihatnya sisi ranjang yang seharusnya ditempati Ryan, ternyata kosong.‘Ryan tidak pulang kemana dia? Apa dia pergi mencari Ades?’ batin Tania.Dari arah pintu kamar didengarnya suara-suara tidak jelas. Tak lama berselang pintu di buka masuklah Ryan. Ia berjalan sempoyongan memasuki kamar. Aroma alkohol menguar begitu kuat dari badannya.Tania menutup hidung tidak tahan mencium bau yang begitu menyengat. Hal itu membuat Ryan menjadi emosi.“Kenapa kamu melihat saya dengan jijik begit
Badan Tania bergetar marah, ia mengumpulkan segenap kekuatannya untuk mendorong Ryan menjauh darinya. “Kamu mabuk dan bicara sembarangan!”Ryan berjalan mendekati Tania, ia mengendus leher Tania. Dengan suara mendesis ia berkata, “Siapa tadi yang bersama denganmu? Cepat katakan!”Tania menginjak kaki telanjang Ryan dengan heels yang dipakainya. Hingga Ryan melepaskan pegangannya di pundak Tania. Dan hal itu dimanfaatkan oleh Tania untuk berlari menjauh dari Ryan.Ia masuk kamar mandi, lalu mengunci pintunya dari dalam. Tania menyandarkan punggung pada pintu kamar mandi, ia lalu duduk merosot di lantai dengan kedua kaki ditekuk.‘Saya harus pergi dari sini menjauh dari Ryan! Namun, bagaimana caranya? Ryan pasti tidak akan membiarkannya, karena saya adalah tiket baginya untuk mendapatkan harta warisan,’ batin Tania.Air mata Tania jatuh mengalir dengan deras membuat badannya bergetar. Ia tahu dirinya tidak bersalah, tetapi mana mau Ryan mendengarkan penjelasan darinya. Suaminya itu terl