“Kamu gila, Ryan! Kalau berpikir saya bersedia menjadi pengantin pengganti untuk mantan kekasihmu itu. Lebih baik saya berhenti bekerja,” sahut asisten Ryan dengan emosi.Ryan tidak terpengaruh dengan kemarahan dari Asisten, sekaligus sahabatnya itu. Ia menepuk pelan pundak Asistennya seraya berkata, “Kamu tidak akan melakukannya! Karena kamu sudah berjanji akan selalu menemani saya dalam membangun perusahaan.”Asisten Ryan mengumpat dengan kasar, ia mengakui, kalau dirinya berhutang budi kepada Ryan, tetapi itu bukn berarti ia akan bersedia menikah dengan wanita yang tidak dicintainya.Ryan berlalu dari hadapan Asistennya, karena sopirnya sudah memberikan kode ia harus segera berangkat ke bandara.***Tania berjalan di sepanjang jalan di derah wisata Bali tanpa tujuan pasti. Sampai dirinya berada di tepi pantai yang dipenuhi wisatawan mancanegara yang sedang berjemur.‘Ryan sama sekali tidak mau mengejar saya, ia sama sekali tidak merasa khawatir dengan keadaan saya di luar sini. Ken
Tania mendorong dengan kasar lengan Ryan, sehingga suaminya itu terjatuh. Dengan suara bergetar ia berkata, “Saya akan mencoba mencari cara untuk bisa mengembalikan uang 500 juta milikmu itu dan terbebas dari pernikahan yang menyiksa ini!”Mata Ryan menyala, karena emosi dadanya naik turun dengan cepat. Ia berjalan dengan langkahnya yang panjang menyusul Tania yang hendak kabur lagi.Disambarnya tangan Tania yang sudah memegang kenop pintu dengan kasar, lalu ia dorong punggung Istrinya itu sampai menempel pada dinding.Ia buka dengan lebar kaki Tania, agar ia bisa berdiri di antaranya. Kedua tangan Tania ia letakakan di atas kepala Istrinya itu dan berada dalam genggamannya yang erat.“Kau tidak akan bisa mengakhiri perjanjian pernikahan kita begitu saja, sebelum kau memberikan seorang pewaris untuk saya! Apakah kamu begitu bernafsu untuk kembali kepada kekasihmu itu?” desis Ryan untuk menahan kemarahannya.Tania mencoba menendang paha bagian dalam Ryan menggunakan kakinya yang bebas,
Tania memasang wajah cemberut. “Saya tidak selemah itu! Jangan khawatir, kalau pun sakit saya tidak akan meminta kamu unuk merawat saya.”Nada suara Tania yang terdengar merajuk membuat Ryan tertawa. Ia menundukkan kepala mengecup singkat kening Tania. “Jangan merajuk, begitu!”Pintu kamar mereka diketuk Ryan beranjak dari tempat tidur untuk membuka pintu. Diliatnya, kalau yang datang adalah pegawai hotel itu dengan seorang pria yang membawa tas medis.Ryan mempersilakan kepada pria yang merupakan dokter rujukan dari hotel tersebut unuk masuk dan memeriksa keadaan Tania.Ryan berdiri diam di ujung ranjang mengamati Tania diperiksa oleh dokter itu. Ia tampak sabar menunggu apa hasil pemeriksaan terhadap Tania.“Istri Anda baik-baik saja, Tuan! Ia sedang hamil muda dan wajar baginya mengalami mual-mual di pagi hari. Saya akan meresepkan vitamin untuk diminum Istri Anda,” kata dokter yang memeriksa Tania.Mata Ryan menyipit dengan bibir yang menyunggingkan senyuman sampai ke matanya. Pik
Ades tersenyum lebar, ia mendapatkan sekutu yang kuat untuk membuat Tania menyingkir dari hidup Ryan. “Saya dengan senang hati akan menerima tawaran dari Anda, Nyonya! Kita pasti bisa membuat Ryan bercerai dengan Tania.”Wanita itu, kemudian menganggukkan kepala, ia mengajak Ades untuk cepat-cepat keluar dari ruang rawatnya. Seorang pria dengan pakaian medis yang digunakan sebagai penyamaran berjalan di depan mereka.***Tania terbangun dilihatnya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Dilihatnya sisi ranjang yang seharusnya ditempati Ryan, ternyata kosong.‘Ryan tidak pulang kemana dia? Apa dia pergi mencari Ades?’ batin Tania.Dari arah pintu kamar didengarnya suara-suara tidak jelas. Tak lama berselang pintu di buka masuklah Ryan. Ia berjalan sempoyongan memasuki kamar. Aroma alkohol menguar begitu kuat dari badannya.Tania menutup hidung tidak tahan mencium bau yang begitu menyengat. Hal itu membuat Ryan menjadi emosi.“Kenapa kamu melihat saya dengan jijik begit
Badan Tania bergetar marah, ia mengumpulkan segenap kekuatannya untuk mendorong Ryan menjauh darinya. “Kamu mabuk dan bicara sembarangan!”Ryan berjalan mendekati Tania, ia mengendus leher Tania. Dengan suara mendesis ia berkata, “Siapa tadi yang bersama denganmu? Cepat katakan!”Tania menginjak kaki telanjang Ryan dengan heels yang dipakainya. Hingga Ryan melepaskan pegangannya di pundak Tania. Dan hal itu dimanfaatkan oleh Tania untuk berlari menjauh dari Ryan.Ia masuk kamar mandi, lalu mengunci pintunya dari dalam. Tania menyandarkan punggung pada pintu kamar mandi, ia lalu duduk merosot di lantai dengan kedua kaki ditekuk.‘Saya harus pergi dari sini menjauh dari Ryan! Namun, bagaimana caranya? Ryan pasti tidak akan membiarkannya, karena saya adalah tiket baginya untuk mendapatkan harta warisan,’ batin Tania.Air mata Tania jatuh mengalir dengan deras membuat badannya bergetar. Ia tahu dirinya tidak bersalah, tetapi mana mau Ryan mendengarkan penjelasan darinya. Suaminya itu terl
Terdengar tarikan napas dengan keras oleh Ryan. Ia menjauh dari Tania membelakangi Istrinya itu. “Kamu mengecewakan saya! Saya sudah pernah mengatakan, kalau saya tidak akan memukul seorang wanita dan saya tidak akan memulainya dengan Istri saya sendiri!”Tenggorokan Tania terasa kering, sehingga ia menelan ludah dengan sukar. Ia merasa bersalah sudah menuduh Ryan.“Maaf! Saya sudah salah menduga,” kata Tania.Ryan tidak menanggapi permintaan maaf Tania. Ia berjalan menuju kulkas mini yang ada di kamar mereka. Diambilnya botol berisi minuman beralkohol, lalu ia bawa menuju sofa dan duduk di sana.Melihat Ryan yang akan minum kembali, sementara ia baru saja mabuk membuat Tania dengan cepat bangun dari ranjang. Ia hampir saja jatuh terjungkal, karena tersandung selimut yang membelit tubuhnya.Ryan menolehkan kepala mendengar suara dan umpatan Tania. Ia mengerutkan kening melihat Istrinya itu berjalan dengan cepat ke arahnya.“Kamu tidak boleh minum lagi! Saya tidak mau kamu menjadi seo
Ryan menatap Tania lama dan lekat. “Kau yakin? Apa ada alasan khusus yang membuatmu urung kembali ke rumah?”Mendengar pertanyaan Ryan, Tania langsung memasang wajah cemberut. Dengan gusar ia berkata, “Berhentilah berpikir negatif! Perlakuanmu yang manis pada saat inilah yang membuat saya ingin kita lebih lama berada di sini.”Selesai menikmati makanan mereka, Ryan menggandeng tangan Tania. Mereka berdua duduk di pinggir pantai menunggu matahari tenggelam. Ryan duduk di belakang Tania, sehingga Istrinya itu bisa duduk dengan bersandar di dadanya.“Ryan, apakah kamu pernah menduga akan menikahi saya kembali untuk kedua kalinya?” Tanya Tania.Ryan menumpangkan kepala di pundak Tania. Tangannya meraih jemari Istrinya untuk ia genggam dengan erat.“Jujur saja saya tidak pernah memikirkannya! Namun, semua sudah terjadi. Sekarang kita kembali menjadi suami istri terlepas dari alasan pernikahan ini.” Ryan mengecup jemari Tania.Tidak ingin bertanya lebih lanjut yang pada akhirnya akan membua
Sontak saja Tania menjadi terkejut. Badannya sampai bergetar, karena tidak menyangka Ryan akan mengetahui apa yang dilakukannya. “Ponselmu terus-menerus bergetar saya pun ingin memeriksanya. Maaf, kalau itu tidak boleh.”Ryan berjalan cepat mendekati Tania diambilnya dengan kasar ponsel dari tangan Istrinya itu. Wajahnya merah, karena marah begitu juga dengan sorot mata Ryan.Tania menundukkan kepala, ia berjalan mundur sampai kakinya terantuk kaki ranjang. Ia pun mendudukkan diri di pinggir ranjang dengan tangan saling bertautan. Digigitnya bibir untuk mengusir rasa takut bercampur rasa bersalah.Diliriknya Ryan yang berjalan menjauh, sambil memeriksa ponselnya. Ia pun bangun dari duduknya menuju lemari pakaian yang ada di kamar mereka. Diambilnya celana jeans dan kemeja kotak-kotak berwarna coklat.Selesai berpakaian ia mengambil ponselnya yang terletak di atas meja berikut dengan tasnya. Dilihatnya, kalau Ryan sudah tidak berada di kamar mereka.‘Pesan dari siapa tadi? Mengapa Ryan