Ryan menatap Tania lama dan lekat. “Kau yakin? Apa ada alasan khusus yang membuatmu urung kembali ke rumah?”Mendengar pertanyaan Ryan, Tania langsung memasang wajah cemberut. Dengan gusar ia berkata, “Berhentilah berpikir negatif! Perlakuanmu yang manis pada saat inilah yang membuat saya ingin kita lebih lama berada di sini.”Selesai menikmati makanan mereka, Ryan menggandeng tangan Tania. Mereka berdua duduk di pinggir pantai menunggu matahari tenggelam. Ryan duduk di belakang Tania, sehingga Istrinya itu bisa duduk dengan bersandar di dadanya.“Ryan, apakah kamu pernah menduga akan menikahi saya kembali untuk kedua kalinya?” Tanya Tania.Ryan menumpangkan kepala di pundak Tania. Tangannya meraih jemari Istrinya untuk ia genggam dengan erat.“Jujur saja saya tidak pernah memikirkannya! Namun, semua sudah terjadi. Sekarang kita kembali menjadi suami istri terlepas dari alasan pernikahan ini.” Ryan mengecup jemari Tania.Tidak ingin bertanya lebih lanjut yang pada akhirnya akan membua
Sontak saja Tania menjadi terkejut. Badannya sampai bergetar, karena tidak menyangka Ryan akan mengetahui apa yang dilakukannya. “Ponselmu terus-menerus bergetar saya pun ingin memeriksanya. Maaf, kalau itu tidak boleh.”Ryan berjalan cepat mendekati Tania diambilnya dengan kasar ponsel dari tangan Istrinya itu. Wajahnya merah, karena marah begitu juga dengan sorot mata Ryan.Tania menundukkan kepala, ia berjalan mundur sampai kakinya terantuk kaki ranjang. Ia pun mendudukkan diri di pinggir ranjang dengan tangan saling bertautan. Digigitnya bibir untuk mengusir rasa takut bercampur rasa bersalah.Diliriknya Ryan yang berjalan menjauh, sambil memeriksa ponselnya. Ia pun bangun dari duduknya menuju lemari pakaian yang ada di kamar mereka. Diambilnya celana jeans dan kemeja kotak-kotak berwarna coklat.Selesai berpakaian ia mengambil ponselnya yang terletak di atas meja berikut dengan tasnya. Dilihatnya, kalau Ryan sudah tidak berada di kamar mereka.‘Pesan dari siapa tadi? Mengapa Ryan
Tania langsung membuka mata ia memberikan tatapan peringatan kepada Ryan. Untuk tidak bertengkar di dalam pesawat. “Kamu salah paham, Ryan! Pria ini hanya ingin beramah Tamah saja.”Ryan memang melihat, kalau Tania tadi memejamkan mata tidak terlihat memandangi pria yang duduk di sampingnya. Ia memberikan tatapan peringatan kepada pria yang duduk di samping Tania.Setelahnya ia duduk menyenderkan punggung pada sandaran kursinya. Ia yakin, kalau pria yang duduk di samping Tania tidak akan berani lagi menggoda Istrinya.Begitu pesawat yang mereka tumpangi mendarat, Ryan memberikan kode kepada Tania untuk jalan beriringan dengannya.“Jangan keluar dulu!” perintah Ryan.Tania yang sudah lelah dan ingin cepat keluar, lalu pulang. Ia memutar bola mata merasa jengkel dengan Ryan, yang cemburu berlebihan kepada pria yang duduk di sampingnya.“Kenapa kamu tadi bertingkah posesif begitu? Apa kamu senang membuat kita berdua menjadi malu dengan bertengkar di dalam pesawat?” bentak Tania, begitu
Ryan membolakan mata, ia menatap tidak percaya pelayan wanita yang berdiri di hadapannya. “Keluar sekarang juga! Besok pagi-pagi sopir saya akan mengantarkanmu menuju stasiun dan jangan nampakkan lagi wajahmu di hadapan saya!”Pelayan wanita itu terkejut mendengar suara Ryan yang nyaring. Tania yang sedang tidur pun terbangun, karena mendengarnya.“Ada apa, Ryan? Mengapa kamu marah?” Tanya Tania.Ryan menoleh ke arah Tania yang sudah duduk di ranjang dan melihat ke arahnya dengan penasaran.“Tidurlah lagi, Tania! Nanti saya akan menjelaskannya kepadamu,” sahut Ryan dengan dingin.Melalui tatapan mata Ryan memerintahkan kepada pelayan wanita itu untuk membawa kembali minuman yang dibuatnya.Dengan menundukkan kepala tidak berani membantah Ryan. Pelayan wanita itu pun berjalan keluar kamar, sambil membawa kembali minuman yang sudah dibuatnya.Ryan menghembuskan napas dengan kasar, ia berjalan menuju lemari pakaian. Diambilnya kaos pas badan berwarna hitam dan celana pendek.Selesai berp
“Ryan! Saya sudah lelah selalu saja bertengkar denganmu!” Sa …” Tania tidak dapat menyelesaikan ucapannya, ia jatuh pingsan.Ryan dengan sigap menahan badan Tania, agar ia tidak jatuh ke lantai. Dibopongnya tubuh Istrinya yang dalam keadaan tidak sadar itu, kemudian ia baringkan di atas ranjang.“Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kamu jatuh pingsan?” ucap Ryan.Tania tetap memejamkan mata tidak mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya itu.Ryan beranjak dari dekat Tania, ia berjalan menuju kotak P3K yang ada di kamar mandi. Diambilnya minyak kayu putih untuk ia oleskan ke hidung Istrinya itu, biar ia cepat sadar.“Apa yang sakit?” Tanya Ryan, begitu Tania sadar dari pingsannya.Tania memandangi Ryan dengan wajah pucat dan mata yang terlihat sendu. “Kepala saya pusing sekali.”Tania memijat keningnya, ia merasa kepalanya, seperti berputar-putar. Dipejamkannya mata untuk mengurangi rasa pusing.“Dokter sebentar lagi akan tiba. Ia akan memeriksa keadaanmu sekarang kamu tidur saja dahul
Ryan berjalan dengan cepat mendekati Tania. Dicekaunya dagu Istrinya itu dengan kasar. “Saya tidak akan menyeraikanmu demi alasan apapun juga! Saya akan mencari tahu siapa pria yang sudah meracuni kepalamu untuk berpisah dari saya!”Tania melepas tangan Ryan dari dagunya dengan kasar, ia berjalan menjauh dari suaminya itu. Namun, ia merasakan lengannya direnggut dengan kasar.“Mau kemana? Saya belum mengijinkan kamu untuk pergi!” bentak Ryan.Tania mengempaskan tangan Ryan, tetapi tidak berhasil. Suaminya itu menggenggam jemarinya dengan erat tidak membiarkan Tania untuk menjauh darinya.Keduanya saling bertatapan dengan mata Ryan menatap Tania begitu intens. Ia, kemudian memejamkan mata sebentar, sebelum membukanya kembali.“Ryan! Saya takut, kalau kita masih bersama akan menjadi hancur. Pernikahan ini membuat saya tertekan, karena kau hanya menginginkan anak saja dari saya.” Tania mengusap air matanya yang menetes.Ryan menggantikan tangan Tania untuk mengusap air mata itu, lalu ia
Ryan tidak tahan berada lebih lama lagi bersama dengan Tania, karena ia sendiri tidak tahu apa perasaannya yang sebenarnya kepada Tania. ‘Tania hanya membuat hubungan ini menjadi sulit saja! Ia terlalu membesarkan situasinya.’ monolog Ryan.Ia mengemudikan mobilnya sendiri tanpa sopir. Dikemudikannya mobil dengan kecepatan tinggi menuju ruang karaok. Sesampainya di sana ia memasuki ruang karaoke dan ia meminta pendamping karaoke.Seorang wanita muda yang canti dan berpenampilan menarik memasuki ruangan yang ia tempati. Wanita itu duduk dekat dengan Ryan, sehingga ia dapat mencium wangi parfum wanita itu yang bertujuan untuk menggoda.“Apakah Anda ingin minum, sambil kita bernyanyi, Tuan?” Tanya wanita itu.Ryan menganggukkan kepala, ia kemudian menerima botol minumn beralkohol yang disodorkan wanita itu kepadanya. Ia langsung menenggak isinya dari botol.Wanita yang duduk di samping Ryan mendapatkan lagu yang disukainya. Ialu mulai bernyanyii. Sementara Ryan sendiri hanya diam duduk
Ryan terkejut mendengarnya, ia langsung jatuh terduduk di lantai, sambil memegani kepalanya. “Kamu pasti berbohong, bukan? Saya pasti salah mendengar, karena sedang mabuk, kalau Tania keguguran.”Sopir itu melihat ke arah Ryan dengan tatapan prihatin. Namun, ia tidak bisa berbohong kepada tuannya. Ia dapat merasakan betapa terpukul tuannya itu mendengar kabar tentang istrinya.“Di mana Istri saya sekarang?” Tanya Ryan, setelah selama beberapa saat ia terdiam.“Nyonya Tania, masih berada di rumah sakit, Tuan. Besok, sepertinya ia sudah boleh keluar,” sahut sopir itu.Ryan memerintahkan kepada sopirnya untuk membantu ia masuk rumah. Yang langsung dituruti oleh sopirnya itu.Dengan dipapah, karena jalannya yang masih limbung efek mabuk. Ryan berjalan memasuki rumah dan terus menaiki tangga menuju lantai dua di mana kamarnya berada. Ia memerintahkan kepada sopirnya untuk menunggu ia selesai mandi, lalu mengantarkannya ke rumah sakit.Ryan tadi pulang dari tempat karaoke dengan menaiki tak