Tania memasang wajah cemberut. “Saya tidak selemah itu! Jangan khawatir, kalau pun sakit saya tidak akan meminta kamu unuk merawat saya.”Nada suara Tania yang terdengar merajuk membuat Ryan tertawa. Ia menundukkan kepala mengecup singkat kening Tania. “Jangan merajuk, begitu!”Pintu kamar mereka diketuk Ryan beranjak dari tempat tidur untuk membuka pintu. Diliatnya, kalau yang datang adalah pegawai hotel itu dengan seorang pria yang membawa tas medis.Ryan mempersilakan kepada pria yang merupakan dokter rujukan dari hotel tersebut unuk masuk dan memeriksa keadaan Tania.Ryan berdiri diam di ujung ranjang mengamati Tania diperiksa oleh dokter itu. Ia tampak sabar menunggu apa hasil pemeriksaan terhadap Tania.“Istri Anda baik-baik saja, Tuan! Ia sedang hamil muda dan wajar baginya mengalami mual-mual di pagi hari. Saya akan meresepkan vitamin untuk diminum Istri Anda,” kata dokter yang memeriksa Tania.Mata Ryan menyipit dengan bibir yang menyunggingkan senyuman sampai ke matanya. Pik
Ades tersenyum lebar, ia mendapatkan sekutu yang kuat untuk membuat Tania menyingkir dari hidup Ryan. “Saya dengan senang hati akan menerima tawaran dari Anda, Nyonya! Kita pasti bisa membuat Ryan bercerai dengan Tania.”Wanita itu, kemudian menganggukkan kepala, ia mengajak Ades untuk cepat-cepat keluar dari ruang rawatnya. Seorang pria dengan pakaian medis yang digunakan sebagai penyamaran berjalan di depan mereka.***Tania terbangun dilihatnya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Dilihatnya sisi ranjang yang seharusnya ditempati Ryan, ternyata kosong.‘Ryan tidak pulang kemana dia? Apa dia pergi mencari Ades?’ batin Tania.Dari arah pintu kamar didengarnya suara-suara tidak jelas. Tak lama berselang pintu di buka masuklah Ryan. Ia berjalan sempoyongan memasuki kamar. Aroma alkohol menguar begitu kuat dari badannya.Tania menutup hidung tidak tahan mencium bau yang begitu menyengat. Hal itu membuat Ryan menjadi emosi.“Kenapa kamu melihat saya dengan jijik begit
Badan Tania bergetar marah, ia mengumpulkan segenap kekuatannya untuk mendorong Ryan menjauh darinya. “Kamu mabuk dan bicara sembarangan!”Ryan berjalan mendekati Tania, ia mengendus leher Tania. Dengan suara mendesis ia berkata, “Siapa tadi yang bersama denganmu? Cepat katakan!”Tania menginjak kaki telanjang Ryan dengan heels yang dipakainya. Hingga Ryan melepaskan pegangannya di pundak Tania. Dan hal itu dimanfaatkan oleh Tania untuk berlari menjauh dari Ryan.Ia masuk kamar mandi, lalu mengunci pintunya dari dalam. Tania menyandarkan punggung pada pintu kamar mandi, ia lalu duduk merosot di lantai dengan kedua kaki ditekuk.‘Saya harus pergi dari sini menjauh dari Ryan! Namun, bagaimana caranya? Ryan pasti tidak akan membiarkannya, karena saya adalah tiket baginya untuk mendapatkan harta warisan,’ batin Tania.Air mata Tania jatuh mengalir dengan deras membuat badannya bergetar. Ia tahu dirinya tidak bersalah, tetapi mana mau Ryan mendengarkan penjelasan darinya. Suaminya itu terl
Terdengar tarikan napas dengan keras oleh Ryan. Ia menjauh dari Tania membelakangi Istrinya itu. “Kamu mengecewakan saya! Saya sudah pernah mengatakan, kalau saya tidak akan memukul seorang wanita dan saya tidak akan memulainya dengan Istri saya sendiri!”Tenggorokan Tania terasa kering, sehingga ia menelan ludah dengan sukar. Ia merasa bersalah sudah menuduh Ryan.“Maaf! Saya sudah salah menduga,” kata Tania.Ryan tidak menanggapi permintaan maaf Tania. Ia berjalan menuju kulkas mini yang ada di kamar mereka. Diambilnya botol berisi minuman beralkohol, lalu ia bawa menuju sofa dan duduk di sana.Melihat Ryan yang akan minum kembali, sementara ia baru saja mabuk membuat Tania dengan cepat bangun dari ranjang. Ia hampir saja jatuh terjungkal, karena tersandung selimut yang membelit tubuhnya.Ryan menolehkan kepala mendengar suara dan umpatan Tania. Ia mengerutkan kening melihat Istrinya itu berjalan dengan cepat ke arahnya.“Kamu tidak boleh minum lagi! Saya tidak mau kamu menjadi seo
Ryan menatap Tania lama dan lekat. “Kau yakin? Apa ada alasan khusus yang membuatmu urung kembali ke rumah?”Mendengar pertanyaan Ryan, Tania langsung memasang wajah cemberut. Dengan gusar ia berkata, “Berhentilah berpikir negatif! Perlakuanmu yang manis pada saat inilah yang membuat saya ingin kita lebih lama berada di sini.”Selesai menikmati makanan mereka, Ryan menggandeng tangan Tania. Mereka berdua duduk di pinggir pantai menunggu matahari tenggelam. Ryan duduk di belakang Tania, sehingga Istrinya itu bisa duduk dengan bersandar di dadanya.“Ryan, apakah kamu pernah menduga akan menikahi saya kembali untuk kedua kalinya?” Tanya Tania.Ryan menumpangkan kepala di pundak Tania. Tangannya meraih jemari Istrinya untuk ia genggam dengan erat.“Jujur saja saya tidak pernah memikirkannya! Namun, semua sudah terjadi. Sekarang kita kembali menjadi suami istri terlepas dari alasan pernikahan ini.” Ryan mengecup jemari Tania.Tidak ingin bertanya lebih lanjut yang pada akhirnya akan membua
Sontak saja Tania menjadi terkejut. Badannya sampai bergetar, karena tidak menyangka Ryan akan mengetahui apa yang dilakukannya. “Ponselmu terus-menerus bergetar saya pun ingin memeriksanya. Maaf, kalau itu tidak boleh.”Ryan berjalan cepat mendekati Tania diambilnya dengan kasar ponsel dari tangan Istrinya itu. Wajahnya merah, karena marah begitu juga dengan sorot mata Ryan.Tania menundukkan kepala, ia berjalan mundur sampai kakinya terantuk kaki ranjang. Ia pun mendudukkan diri di pinggir ranjang dengan tangan saling bertautan. Digigitnya bibir untuk mengusir rasa takut bercampur rasa bersalah.Diliriknya Ryan yang berjalan menjauh, sambil memeriksa ponselnya. Ia pun bangun dari duduknya menuju lemari pakaian yang ada di kamar mereka. Diambilnya celana jeans dan kemeja kotak-kotak berwarna coklat.Selesai berpakaian ia mengambil ponselnya yang terletak di atas meja berikut dengan tasnya. Dilihatnya, kalau Ryan sudah tidak berada di kamar mereka.‘Pesan dari siapa tadi? Mengapa Ryan
Tania langsung membuka mata ia memberikan tatapan peringatan kepada Ryan. Untuk tidak bertengkar di dalam pesawat. “Kamu salah paham, Ryan! Pria ini hanya ingin beramah Tamah saja.”Ryan memang melihat, kalau Tania tadi memejamkan mata tidak terlihat memandangi pria yang duduk di sampingnya. Ia memberikan tatapan peringatan kepada pria yang duduk di samping Tania.Setelahnya ia duduk menyenderkan punggung pada sandaran kursinya. Ia yakin, kalau pria yang duduk di samping Tania tidak akan berani lagi menggoda Istrinya.Begitu pesawat yang mereka tumpangi mendarat, Ryan memberikan kode kepada Tania untuk jalan beriringan dengannya.“Jangan keluar dulu!” perintah Ryan.Tania yang sudah lelah dan ingin cepat keluar, lalu pulang. Ia memutar bola mata merasa jengkel dengan Ryan, yang cemburu berlebihan kepada pria yang duduk di sampingnya.“Kenapa kamu tadi bertingkah posesif begitu? Apa kamu senang membuat kita berdua menjadi malu dengan bertengkar di dalam pesawat?” bentak Tania, begitu
Ryan membolakan mata, ia menatap tidak percaya pelayan wanita yang berdiri di hadapannya. “Keluar sekarang juga! Besok pagi-pagi sopir saya akan mengantarkanmu menuju stasiun dan jangan nampakkan lagi wajahmu di hadapan saya!”Pelayan wanita itu terkejut mendengar suara Ryan yang nyaring. Tania yang sedang tidur pun terbangun, karena mendengarnya.“Ada apa, Ryan? Mengapa kamu marah?” Tanya Tania.Ryan menoleh ke arah Tania yang sudah duduk di ranjang dan melihat ke arahnya dengan penasaran.“Tidurlah lagi, Tania! Nanti saya akan menjelaskannya kepadamu,” sahut Ryan dengan dingin.Melalui tatapan mata Ryan memerintahkan kepada pelayan wanita itu untuk membawa kembali minuman yang dibuatnya.Dengan menundukkan kepala tidak berani membantah Ryan. Pelayan wanita itu pun berjalan keluar kamar, sambil membawa kembali minuman yang sudah dibuatnya.Ryan menghembuskan napas dengan kasar, ia berjalan menuju lemari pakaian. Diambilnya kaos pas badan berwarna hitam dan celana pendek.Selesai berp