Ryan dengan cepat menekan tombol yang terdapat di dekat ranjang ibunya untuk memanggil petugas medis. “Ibu, bangunlah!” Ryan menggoyang pelan badan ibunya.“Tenanglah, Ryan! Ibumu pasti akan baik-baik saja. Ia hanya pingsan saja.” Ayah Ryan menepuk pundak putranya itu pelan.Beberapa orang dengan pakaian medis memasuki ruang rawat tersebut. Dokter yang tadi merawat ibu Ryan mempersilakan ia dan ayahnya untuk keluar.Ryan memandangi wajah ibunya, sebelum akhirnya ia setuju untuk keluar diikuti ayahnya. Sesampainya di luar ia berjalan menjauh dari ayahnya, sambil mengeluarkan ponsel.Dihubunginya Tania yang dengan cepat mengangkat panggilan telepon darinya. “Halo, Tania! Ibu saya kembali pingsan dan itu semua karenamu! Bersiaplah untuk mendapatkan hukumanmu!”Tidak menunggu jawaban dari Tania, Ryan langsung menutup sambungan telepon berjalan mendekati ke tempat di mana Ayahnya berada.Sementara itu, setelah Ryan dan ayahnya keluar dari ruang rawat ibu Ryan. Dokter yang memeriksa ibu Rya
“Apa maksudmu berkata seperti itu? Tunggu, jangan pergi!” panggil Ryan.Tania bergeming, ia terus saja berjalan menuju kamar mandi dan langsung mengunci pintunya. Ia menyalakan air pancuran lalu berdiri di bawahnya dan membiarkan air dingin terasa bagaikan ditusuk jarum.Diambilnya spons ia gosokan ke badan dengan kasar untuk menghilangkan bekas sentuhan Ryan. Dalam hati, Tania bertekad ini terakhir kali Ryan menyakitinya. Ia tidak akan lagi membiarkan dirinya tersiksa oleh Ryan dan orang-orang yang dekat dengannya.“Tania buka pintu! Kalau tidak cepat keluar jangan berlama-lama berada di dalam sana!” perintah Ryan.Dengan suara serak akibat menangis Tania berseru, “Tenang, Ryan! Saya akan segera keluar setelah selesai.”Didengarnya suara langkah kaki menjauh dari depan pintu kamar mandi. Tania tidak buru-buru keluar kamar mandi karena dirinya memang tidak bersemangat untuk bertemu dengan Ryan.Hanya berbalutkan jubah mandi Tania pun keluar dengan langkah pelan. Dilihatnya Ryan sedan
Ryan bangkit dari berbaringnya, ia mencakung di atas badan Tania dengan lagak mengancam. “Kamu tidak pernah merasakan saya sebagai seorang suami, hah? Siapa yang membantu mengurus pemakaman ayahmu dan yang membiayai pengobatannya?”Tania mendorong dada Ryan menjauh darinya. Dengan satu jari ia menyentuh dada suaminya. “Saya membayar biaya pengobatan ayah dengan kebebasanku! Dan juga kontrak yang membuat saya terikat denganmu.”Ryan mendengus kasar ia mendorong Tania hingga terjatuh ke atas tempat tidur, kemudian dirinya bangkit dari tempat tidur dengan amarah. “Saya akan pergi keluar kota jangan coba-coba untuk pergi dari rumah ini!”Ryan membalikan badan melihat mata Tania untuk membaca pikiran istrinya. Namun, ia tidak dapat melihat apapun di sana. Tania menyembunyikan perasaannya dengan begitu baik.Kekecewaan melanda Ryan karena Tania tidak mengatakan apapun juga tentang kepergiannya. Tania seperti sudah tidak peduli lagi kepadanya.Begitu pintu kamar sudah di tutup Ryan, Tania ba
Tania menatap pemilik kelab malam yang juga merupakan teman sekolahnya itu dengan tatapan curiga. “Apa tawaran yang kau berikan kepada saya?”Pemilik kelab malam yang bernama Jordan itu melihat Tania dengan senyum jahil. Asap dari cerutunya dengan sengaja ia hembuskan ke wajah Tania hingga temannya itu memasang wajah marah.Tania mengibaskan asap rokok yang mengenai wajahnya. Ia benci dengan asap cerutu, tetapi ia terpaksa harus berhadapan dengan temannya yang merupakan pecandu rokok dan cerutu.“Cepatlah katakan, Jordan! Saya tidak memiliki banyak waktu,” seru Tania dengan tidak sabar.Jordan mematikan cerutunya pada asbak lalu mengambil botol berisi anggur dan menuangnya ke dalam dua buah gelas. Satu gelas ia sodorkan kepada Tania. “Minumlah dahulu, Tania! Aku sangat mengenalmu dari kita berteman dahulu.”Tania menolak minuman yang ditawarkan temannya itu. Dengan suara bernada kesal ia berkata, “Kalau kau mengenal saya, kamu pasti mengetahui betapa marahnya saya dengan kamu!”Jordan
Badan Tania bergetar mendengar suara itu. Perasaannya campur aduk antara senang dan takut. “Syarif! Apa yang kamu lakukan di tempat ini?” Tanya Tania dengan suara pelan.Syarif memasang wajah datar, ia masih teringat dengan ancaman dari pria yang mengaku suami Tania. Akan tetapi, ia juga merasa heran bagaimana wanita dari pria kaya, seperti Ryan berada di tempat kos.“Saya yang seharusnya bertanya, bagaimana mungkin istri dari pria kaya berada di tempat kos semacam ini? Apakah suamimu yang kaya itu mendadak bangkrut?” sindir Syarif.Sebenarnya Syarif tidak ingin berkata kasar kepada Tania. Hanya saja apa yang sudah dilakukan oleh suami dari pria itu kepadanya membuat ia dendam. Kebetulan sekali istri dari pria itu berada di depan matanya.Tania terperangah, ia sama sekali tidak mengerti mengapa pria baik hati yang ditemuinya di negara orang berubah menjadi kasar begini. Ia pun teringat dengan Ryan yang pernah mengatakan kepadanya kalau ia sudah menemui Syarif.Dengan suara yang dibuat
Ryan yang baru saja sampai di hotel tempatnya menginap ketika ia mendapatkan pesan balasan dari Tania. ‘Sialan! Berani sekali Tania mengatakan hal itu. Apa dia pikir mudah pergi dariku? Hidupnya tidak akan tenang.’Robby yang sedang duduk di ranjang samping ranjang Ryan dapat mendengar apa yang diucapkan oleh Ryan.“Baru juga sampai dan kau sudah kehilangan istrimu. Kalau aku menjadi Tania, pasti juga akan pergi darimu. Siapa yang mau terus disakiti terlebih lagi Tania mempunyai hati karena ia bukannlah robot,” sindir Robby.Ryan menoleh ke arah Robby dan melayangkan tatapan tajam. Dengan nada suara tajam ia berkata, “Seandainya tidak memudahkan untuk berdiskusi tentang pekerjaan saya tidak akan mau satu kamar denganmu. Kamu hanya bermimpi saja kalau masih mengharap Tania sudi bersama denganmu.”Robby memberikan senyum lebar memperlihatkan deretan giginya yang berwarna putih. “Begitu juga denganmu! Hanya tinggal mimpi saja Tania mau kembali kepada suami, sepertimu.”Ryan menjadi semak
“Apakah kamu mengancam saya?” Tanya Ryan kepada Robby.Robby tidak menjawab, ia hanya mengangkat pundak dengan tatapan tajam dan wajah dingin. Ia tidak takut melihat wajah murka Ryan.Dengan suara menggeram marah Ryan memperingatkan kepada Robby kalau pria itu tidak berhak mencampuri urusannya dengan Tania.Robby mengangkat dua jari sebagai isyarat damai, ia bukannya takut kepada Ryan hanya saja saat ini ia sedang tidak ingin bertengkar dengan sahabatnya itu. Ia tahu Ryan terlalu mencintai Tania dan ia tidak bisa menerima kenyataan kalau istrinya terluka karena ulah dari Ryan sendiri.Suasana dalam mobil terasa hening keduanya sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Robbylah yang memecahkan keheningan itu.“Pernahkah kamu berpikir kalau apa yang membuat ibumu masuk rumah sakit merupakan bagian dari rencana pihak yang tidak menyukai Tania?” Tanya Robby.Ryan membuka mata, ia melirik Robby sekilas. Dirinya mencoba untuk memikirkan apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu. “Apa yang kau
Ibu Ryan yang awalnya terkejut dengan kata-kata dan sikap kasar dari putranya, tetapi ia dapat menguasai dirinya kembali. Senyum terbit di bibirnya dengan suara yang dibuat selemah mungkin, ia berkata, “Apa salahnya ibu melakukan hal itu? Ibu hanya mau kamu berpisah dengan wanita itu saja, tetapi kamu harus tahu ia memang sudah berani berkata kasar kepada Ibu!”Ryan membalikan badan membelakangi ibunya karena tidak ingin melihat ibunya dengan tatapan yang bisa menyakiti hati wanita itu. Dipukulkannya kepalan tangan pada dinding.Ibu Ryan terdiam di sofa yang didudukinya, ia dapat merasakan amarah bercampur dengan kesedihan pada putranya itu. Ia tidak bisa berbohong lagi kalau dirinya memang tidak menyukai Tania.“Ibu sudah menghancurkan rumah tanggaku! Tahukah, ibu bisa saja sekarang ini Tania sedang mengandung anakku dan ia membawanya pergi jauh. Karena ibu bisa saja aku tidak akan melihat anakku,” ucap Ryan dengan suara mendesis.Ibu Ryan bangkit dari duduk berjalan mendekati putran