“Apakah kamu mengancam saya?” Tanya Ryan kepada Robby.Robby tidak menjawab, ia hanya mengangkat pundak dengan tatapan tajam dan wajah dingin. Ia tidak takut melihat wajah murka Ryan.Dengan suara menggeram marah Ryan memperingatkan kepada Robby kalau pria itu tidak berhak mencampuri urusannya dengan Tania.Robby mengangkat dua jari sebagai isyarat damai, ia bukannya takut kepada Ryan hanya saja saat ini ia sedang tidak ingin bertengkar dengan sahabatnya itu. Ia tahu Ryan terlalu mencintai Tania dan ia tidak bisa menerima kenyataan kalau istrinya terluka karena ulah dari Ryan sendiri.Suasana dalam mobil terasa hening keduanya sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Robbylah yang memecahkan keheningan itu.“Pernahkah kamu berpikir kalau apa yang membuat ibumu masuk rumah sakit merupakan bagian dari rencana pihak yang tidak menyukai Tania?” Tanya Robby.Ryan membuka mata, ia melirik Robby sekilas. Dirinya mencoba untuk memikirkan apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu. “Apa yang kau
Ibu Ryan yang awalnya terkejut dengan kata-kata dan sikap kasar dari putranya, tetapi ia dapat menguasai dirinya kembali. Senyum terbit di bibirnya dengan suara yang dibuat selemah mungkin, ia berkata, “Apa salahnya ibu melakukan hal itu? Ibu hanya mau kamu berpisah dengan wanita itu saja, tetapi kamu harus tahu ia memang sudah berani berkata kasar kepada Ibu!”Ryan membalikan badan membelakangi ibunya karena tidak ingin melihat ibunya dengan tatapan yang bisa menyakiti hati wanita itu. Dipukulkannya kepalan tangan pada dinding.Ibu Ryan terdiam di sofa yang didudukinya, ia dapat merasakan amarah bercampur dengan kesedihan pada putranya itu. Ia tidak bisa berbohong lagi kalau dirinya memang tidak menyukai Tania.“Ibu sudah menghancurkan rumah tanggaku! Tahukah, ibu bisa saja sekarang ini Tania sedang mengandung anakku dan ia membawanya pergi jauh. Karena ibu bisa saja aku tidak akan melihat anakku,” ucap Ryan dengan suara mendesis.Ibu Ryan bangkit dari duduk berjalan mendekati putran
Ryan menjadi semakin naik pitam saja mendengar jawaban Jordan yang terdengar menantang dirinya. Ia bangkit dari duduk mencakung di depan pria itu lalu menarik kerah kemejanya. “Kamu tidak tahu bahaya yang mengancam Tania dengan ia sendirian di luar sana!”Jordan menepis tangan Ryan dari kerah kemejanya, ia terlihat tenang, tetapi matanya berbicara banyak. “Akan lebih berbahaya lagi kalau Tania berada dekat denganmu! Karena tidak hanya luka fisik saja, tetapi luka di hatinya akan sulit disembuhkan.”Ryan mendengus nyaring mendengarnya, ia memperingatkan kepada Jordan untuk tidak mencampuri apa yang bukan urusannya.Jordan dengan santainya mengejek Ryan yang telah menyakiti Tania. Dan kini setelah istrinya itu menghilang baru ia merasa kehilangan.“Pergilah, Ryan! Saya tidak akan pernah mengatakan kepadamu di mana Tania. Biar kamu mengerti artinya rasa sedih kehilangan seseorang yang kau cintai. Itu pun kalau kau benar-benar mencintai Tania.” Jordan melambaikan tangan memerintahkan kepa
Tania menelan makanannya dengan sukar, ia merasa marah kepada Ryan yang masih saja memberikan pengaruh kuat kepadanya. “Bi!BTolong bantu saya untuk bisa melupakan pria yang lebih mempedulikan wanita lain daripada istrinya.”Pelayan wanita itu berdiri dari duduknya mendekati Tania dan menyentuh pundaknya dengan pelan. “Nyonya pasti bisa melupakannya masih banyak laki-laki baik di dunia ini. Jangan biarkan karena satu pria membuat patah hati dan sengsara.”Tania memejamkan mata lalu ia usap air matanya yang menetes membasahi wajah. Ditariknya napas dalam-dalam ia sudah membulatkan tekad di tempat ini akan memulai kehidupanya yang baru.Selesai makan Tania perg kebun bunga untuk membeli beberapa tangkai bunga hidup dan juga bibit bunga. Ia akan memulai usahanya agar bisa mengembalikan uang Ryan demi kebebasannya dari ikatan pernikahan yang menyesakan.“Nyonya, akan membeli bunga apa?” Tanya pelayan yang setia menemaninya.“Saya ingin membeli beberapa tangkai mawar, aster dan lili. Untuk
Tania membuka mulut dan menutup mulut kembali dengan cepat, ia terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Jordan. Dirinya seakan tidak percaya pria itu mau berubah dari dunia hitam yang selama ini digelutinya.Suara tawa nyaring terlontar dari bibir Jordan. “Wajahmu lucu sekali seandainya kau bisa melihat. Apakah kamu percaya kalau aku akan berubah hanya karena seorang wanita meninggalkan dunia yang memberikan kenikmatan dan kenyamanan bagiku?”Tania memberikan pelototan kepada Jordan. “Kamu sangat menjengkelkan!”Jordan tertawa dengan keras sampai mereka menjadi perhatian dari pengunjung restoran lainnya.Tania memukul lengan Jordan dengan keras seraya melayangkan tatapan tajam. Ia mengingatkan kepada temannya itu untuk berhenti tertawa karena mereka dipandangi orang-orang.“Kau tahu kenapa mereka melihat kita? Karena mereka iri betapa bahagianya kau dan saya.” Jordan mengedipkan sebelah mata ke arah Tania.Tania memutar bola mata ia lupa kalau Jordan bisa berubah menjadi begitu jah
Tania memandang Jordan dengan mimik wajah terkejut. Secara refleks ia menarik tangannya dari genggaman Jordan. “Tidak perlu! Saya bisa mengurusnya sendiri.”Tania merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan, serta dikatakan Jordan. Walaupun ia tidak tahu apakah temannya itu berbohong ataukah berkata yang sebenarnya. Karena Jordan sulit ditebak.Jordan melirik Tania, ia mengangguk mengerti dan tidak ingin mendesak temannya itu lebih jauh lagi. Ia mengerti kalau Tania masih ragu bercerai dengan suaminya itu karena ia masih mencintainya.“Seandainya saja setelah lulus sekolah dahulu saya memberanikan diri untuk meminangmu. Kita pasti sudah berbahagia saat ini dan bisa menghasilkan banyak uang.” Jordan menyenderkan punggungnya.Tania melirik temannya itu dengan wajah cemberut. “Saya beruntung tidak perlu menolak lamaranmu. Kamu pasti akan membawa saya ke jalan yang tersesat dan berlimang dosa, walaupun mempunyai banyak uang,”Tawa Jordan pecah sampai matanya berair karena hal itu. Ia me
‘Tuan Jordan kami mengikuti pemilik kelab malam itu sesuai dengan perintah dari Anda. Ia terlihat dengan sopir pribadinya pergi ke bandara,’ sahut seseorang di ujung sambungan telepon.Jordan yang tadinya kurang bersemangat karena tidak bertemu dengan Jordan. Untuk diajaknya berkelahi agar ia bisa meluapkan rasa kesalnya karena tidak berhasil mendapatkan informasi tentang Tania.‘Ikuti terus dan jangan sampai kalian kehilangan jejaknya!’ perintah Ryan dingin.Terdengar suara gemerisik sepertinya pria itu sedang mengemudi sambil menerima telepon darinya. Tidak mau membuat orang suruhanya mengalami kecelakaan, Ryan memutuskan sambungan telepon.Disimpannya kembali ponsel ke saku jas. Ia tidak akan buru-buru menyusul lokasi di mana keberadaan Jordan. Sebelum dirinya mendapatkan kepastian siapa orang yang ditemui pria itu.Sesampainya di apartemen Ryan duduk di atas ranjang sambil memegang ponselnya. Ia sudah mencoba menghubungi Tania, tetapi ternyata nomor itu sudah tidak aktif lagi. Ia
“Hah! Kau ini sungguh menggelikan sekali dengan memintaku menikahimu. Sampai kapan pun juga pernikahan di antara kita tidak akan terjadi. Waktumu sudah habis pergilah!” usir Ryan.Ades bangun dari berlututnya di lantai, ia memandang Ryan dengan tatapan kecewa dan putus asa. Dirinya takut akan mendapat marah dari kedua orang tuanya, ia tidak akan sanggup menerimanya.Dengan pundak yang terkulai lemas Ades berjalan keluar dari apartemen Ryan. Ia begitu putus asa dan tidak berani bercerita kepada orang lain tentang kehamilannya.Ryan memandangi kepergian Ades dengan sorot mata dingin. Ia berusaha menyembunyikan rasa ibanya kepada Ades, tetapi ia juga tidak dapat membantu wanita itu.Begitu dirasanya Ades sudah berjalan jauh keluar dari apartemennya. Ia pun melakukan hal yang sama. Langkah kaki Ryan panjang dan gagah, ia berjalan cepat sepanjang koridor gedung itu menuju lift.Berada dalam lift Ryan yang membawanya ke basement hanya dalam hitungan menit. Di bawah sudah menunggu sopir prib